Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

“Pengelolaan Pasien Gangguan Kebutuhan Oksigen Akibat Patologis


Sistem Pernafasan Efusi Pleura ”

KELOMPOK 3

DISUSUN OLEH :

1. Anggie Minarn Br. Butar Butar (PO71200190030)


2. Beby Tri Pratiwi (PO71200190028)
3. M. Oktariansyah (PO71200190034)
4. Pita Febriazcmi Rahmad N. (PO71200190026)
5. Rika Mardianti (PO71200190032)
6. Sherlin Septia Depi (PO71200190036)

TINGKAT : II B

DOSEN PENGAMPU :

1. Arvida Bar, S.Pd, MKM


2. Kaimuddin, S.Pd, M.Kes
3. Daryono, S.Pd, M.Kes
4. Musliha, S.Kep
5. Mashudi, S.Kep, NERS, M.Kep
6. Nur Insani, SST, M.Biomed
7. Ismail Fahmi, M.Kep, NERS, Sp.Kep.MB

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAMBI

JURUSAN KEPERAWATAN PRODI DIII KEPERAWATAN

TAHUN PELAJARAN 2019/2020

i
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan makalah yang berjudul “Pengelolaan Pasien Gangguan Kebutuhan Oksigen

Akibat Patologis Sistem Pernafasan Efusi Pleura “

1. Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu terutama

kepada yang terhormat bapak Mashudi, S.Kep, NERS, M.Kep, selaku dosen koordinator

mata kuliah KMB I yang memberikan kemudahan dalam kelancaran penulisan makalah

ini.

2. Kepada rekan-rekan penulis yang telah banyak membantu penulis, baik itu dari segi moral

maupun materiil hingga terselesaikannya makalah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan dan

kelemahan. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritiknya untuk penyempurnaan makalah

ini. Penulis berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat.

Jambi, 21 Agustus 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...................................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................. ii
DAFTAR ISI................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................. 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................... 2
C. Tujuan penulisan ......................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Efusi Pleura................................................................ 3
B. Etiologi Efusi Pleura.................................................................... 3
C. Manifestasi Klinis........................................................................ 4
D. Patofisiologi................................................................................. 4
E. Pemeriksaan Penunjang............................................................... 5
F. Tindakan Untuk Mencegah Komplikasi Penyakit ...................... 6
G. Penatalaksanaan Medis ............................................................... 7

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ................................................................................. 8
B. Saran ........................................................................................... 8

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling mendasar yang digunakan
untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh, mempertahankan hidup dan aktivitas sebagai organ
dan sel tubuh (Andarmoyo, 2012). Manusia normal akan membutuhkan oksigen sekitar 375 liter
per hari. Dalam sekali bernapas paru – paru akan menampung 500 ml udara. Oksigen yang
dihirup dari atmosfer akan masuk ke dalam paru – paru kemudian ke alveoli yang akan diikat
oleh hemoglobin dalam darah. Dalam kondisi lelah, seperti setelah berolah raga kebutuhan
oksigen akan meningkat 5 – 10 kali lipat.
Dalam tubuh, oksigen juga berperan penting di dalam proses metabolisme sel.
Kekurangan oksigen akan menimbulkan dampak yang bermakna bagi tubuh, salah satunya
kematian. Karenanya, berbagai upaya perlu dilakukan untuk menjamin agar kebutuhan dasar ini
terpenuhi dengan baik. Untuk itu setiap perawat harus paham dengan manifestasi tingkat
pemenuhan oksigen pada pasien serta mampu mengatasi berbagai masalah terkait dengan
pemenuhan kebutuhan tersebut. Pernapasan merupakan organ tubuh yang sangat penting. Jika
alat ini terganggu karena penyakit atau kelainan maka proses pernapasan akan terganggu,
bahkan dapat menyebabkan kematian dan salah satu kelainan pada paru – paru adalah Efusi
Pleura.
Efusi pleura adalah keadaan di mana terdapat penumpukan cairan yang berlebih di dalam
kavum pleura. Keadaan ini dapat mengancam jiwa karena cairan yang menumpuk dapat
menghambat pengembangan paru-paru sehingga terjadinya gangguan pada proses pertukaran
udara (Simanjuntak, 2014). Selain penyakit efusi pleura terdapat penyebab atau kelainan lain
yang dapat menyebabkan gangguan kebutuhan oksigen yaitu : bronkospasme, pneumonia,
edema paru, ca paru, asma, PPOK (Penyakit Paru Obstruksi Kronik), emphysema dan masih
ban Di Indonesia kasus efusi pleura mencapai 2,7 % dari penyakit infeksi saluran napas lainnya.
Di negara-negara yang sedang berkembang seperti Indonesia, penyebab yang lazim
diakibatkan oleh infeksi tuberkulosis. Efusi pleura di Indonesia jika tidak ditangani dengan tepat
akan menimbulkan komplikasi seperti Ca paru, oleh karena itu diperlukan salah satu

1
penatalaksanaan berupa asuhan keperawatan efusi pleura dan diharapkan agar kasus efusi pleura
ini dapat berkurang dan bisa diantisipasi oleh masyarakat (Depkes RI, 2006).yak penyakit atau
kelainan yang menyebabakan gangguan kebutuhan oksigen.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Efusi Pleura?
2. Apa yang menyebabkan Efusi Pleura ?
3. Bagaimana tubuh manusia bisa terkena Efusi Pleura ?
4. Bagaimana tindakan untuk mencegah komplikasi penyakit
Efusi Pleura?
5. Bagaiman Penatalaksanaan medis Efusi Pleura ?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui apa itu Efusi Pleura.
2. Mengatahui apa yang menyebabkan
Efusi Pleura.
3. Mengetahui bagaimana tubuh manusia
terkena Efusi Pleura.
4. Mengetahui tindakan untuk mencegah
komplikasi pada penyakit Efusi Pleura.
5. Mengatahui Penatalaksanaan medis
Efusi Pleura.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Efusi Pleura


Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terdapat penumpukan cairan berlebih di dalam
rongga pleura. Efusi pleura merupakan salah satu kelainan yang mengganggu sistem
pernapasan. Kondisi ini jika dibiarkan akan membahayakan penderitanya (Muttaqin, 2014).
Efusi pleura adalah pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang terletak diantara
permukaan visceral dan parietal, proses penyakit primer jarang terjadi tetapi biasanya
merupakan penyakit sekunder terhadap penyakit lain. Secara normal, ruang pleural
mengandung sejumlah kecil cairan (10 sampai 20ml) berfungsi sebagai pelumas yang
memungkinkan permukaan pleural bergerak tanpa adanya friksi (Brunner&Suddarth, 2013).
Efusi pleura merupakan suatu keadaan dimana terdapatnya akumulasi cairan pleura
dalam jumlah yang berlebihan di dalam rongga pleura yang disebabkan oleh
ketidakseimbangan antara pembentukan dan pengeluaran cairan pleura (Tobing dan
Widirahardjo, 2013).
Efusi pleura merupakan kondisi dimana dalam rongga pleura terdapat cairan berlebih.

B. Etiologi Efusi Pleura


Pembentukan cairan yang berlebihan karena radang (tuberculosis, pneumonia, virus),
bronkiektasis, gagal jantung, gagal ginjal dan kanker.
Berdasarkan jenis cairan yang terbentuk, cairan pleura dibagi lagi menjadi transudat, eksudat,
dan hemoragi.
a. Transudat : dapat disebabkan oleh kegagalan jantung kongestif (gagal jantung kiri),
sindrom nefrotik, asites (oleh karena sirosis hepatis), sindrom vena kava superior dan
tumor.
b. Eksudat : disebabkan oleh infeksi, TB, pneumonia, tumor, infark paru, radiasi dan
penyakit kolagen.

3
C. Manifestasi Klinis
Muttaqin (2014) mengatakan adanya timbunan cairan mengakibatkan perasaan sakit atau
nyeri di dada (pleuritis). Bila cairan banyak, penderita akan sesak napas. Selain itu muncul tanda
dan gejala demam, menggigil, panas tinggi (kokus), subfebril (tuberkulosisi), banyak keringat,
batuk, banyak riak, hasil rongten menggambarkan kesan efusi pleura. Pada pemeriksaan fisik
dalam keadaan berbaring dan duduk akan berlainan, fremitus melemah (raba dan vocal), pada
perkusi didapati daerah pekak, dalam keadaan duduk permukaan cairan membentuk garis
melengkung (garis Ellis Damoiseu).

D. Patofisiologi
Normalnya hanya terdapat 10-20 ml cairan dalam rongga pleura. Jumlah cairan di rongga
pleura tetap karena adanya tekanan hidrostatik pleura parietalis sebesar 9 cmH2O. Akumulasi
cairan pleura dapat terjadi apabila tekanan osmotik koloid menurun (misalnya pada penderita
hypoalbuminemia dan bertambahnya permeabilitas kapiler akibat ada proses peradangan atau
neoplasma, bertambahnya tekanan hidrostatik akibat kegagalan jantung) dan tekanan negaif
intrapleura akibat terjadi atelektasis paru (Muttaqin, 2014). Efusi pleura berarti terjadi
penumpukan sejumlah besar cairan bebas dalam kavum pleura. Kemungkinan proses akumulasi
cairan di rongga pleura terjadi akibat beberapa proses yang meliputi :
1. Adanya hambatan drainase limfatik dari rongga pleura
2. Gagal jantung yang menyebabkan tekanan kapiler paru dan tekanan perifer menjadi
sangat tinggi, sehingga menimbulkan transudasi cairan yang berlebihan ke dalam rongga
pleura.
3. Menurunnya tekanan osmotik koloid plasma juga memungkinkan terjadinya transudasi
cairan yang berlebihan.
4. Adanya proses infeksi atau setiap penyebab peradangan apapun pada permukaan pleura
dari rongga pleura dapar menyebabkan pecahnya membran kapiler dan memungkinkan
pengaliran protein plasma dan cairan ke dalam rongga pleura secara cepat.

Infeksi pada tuberkulosis paru disebabkan oleh bakteri Mycobacterium Tuberkulosis yang
masuk melalui saluran pernapasan menuju alveoli sehingga terjadi infeksi primer. Dari infeksi
primer ini akan timbul peradangan saluran getah bening menuju hilus (limfangitis lokal) dan juga

4
diikuti dengan pembesaran kelenjar getah bening hilus (limfangitis regional). Peradangan pada
saluran getah bening akan mempengaruhi permebilitas membran. Permebilitas membran akan
meningkat yang akhirnya dapat menimbulkan akumulasi cairan dalam rongga pleura.
Kebanyakan terjadinya efusi pleura akibat dari tuberkulosa paru melalui focus subpleura
yang robek atau melalui aliran getah bening. Sebab lain dapat juga dari robeknya pengkejuan
kearah saluran getah bening yang menuju rongga pleura, iga atau columna vetebralis. Adapun
bentuk cairan efusi akibat tuberkulosa paru merupakan eksudat, yaitu berisi protein yang terdapat
pada cairan pleura tersebut karena kegagalan aliran protein getah bening. Cairan ini biasanya
serosa kadang – kadang bisa juga hemarogik. Dalam setiap ml cairan pleura bisa mengandung
leukosit antara 500 – 2000. Mula – mula yang dominan adalah sel – sel polimorfonuklear, tapi
kemudian sel limfosit, cairan efusi sangat sedikit mengandung kuman tubukulosa. Timbulnya
cairan efusi bukanlah karena adanya bakteri tubukolosis, tapi karena akibat adanya efusi pleura
dapat menimbulkan beberapa perubahan fisik antara lain : Irama pernapasan tidak teratur,
frekuensi pernapasan meningkat , pergerakan dada asimetris, dada yang lebih cembung, fremitus
raba melemah, perkusi redup. Selain hal – hal diatas ada perubahan lain yang ditimbulkan oleh
efusi pleura yang diakibatkan infeksi tuberkulosa paru yaitu peningkatan suhu, batuk dan berat
badan menurun (Muttaqin, 2014).

E. Pemeriksaan Penunjang
1. Rontgen dada : rontgen dada biasanya merupakan langkah pertama
yang dilakukan untuk mendiagnosis efusi pleura, yang hasilnya menunjukkan adanya cairan.
2. CT scan dada : CT scan dengan jelas menggambarkan paru-paru
dan cairan dan bisa menunjukkan adanya pneumonia, abses paru atau tumor.
3. USG dada : USG bisa membantu menentukan lokasi dari
pengumpulan cairan yang jumlahnya sedikit, sehingga bisa dilakukan pengeluaran cairan.
4. Torakosentesis : penyebab dan jenis dari efusi pleura biasanya
dapat diketahui dengan melakukan pemeriksaan terhadap contoh cairan yang diperoleh
melalui torakosentesis (pengambilan cairan melalui sebuah jarum yang dimasukkan diantara
sela iga ke dalam rongga dada dibawah pengaruh pembiusan lokal).

5
5. Biopsi : jika dengan torakosentesis tidak dapat ditentukan
penyebabnya, maka dilakukan biopsi, dimana contoh lapisan pleura sebelah luar diambil
untuk dianalisa.
6. Bronkoskopi : bronkoskopi kadang dilakukan untuk membantu
menemukan sumber cairan yang terkumpul (Muttaqin, 2014).

F. Tindakan Untuk Mencegah Komplikasi Penyakit


1. Pemberian terapi oksigen
Menurut Pamungkas (2015) pemenuhan kebutuhan oksigenasi salah satunya dapat diberikan
melalui terapi oksigen. Terapi oksigen adalah memasukkan oksigen tambahan dari luar ke
paru- paru melalui saluran pernapasan dengan menggunakan alat sesuai kebutuhan. Tujuan
terapi oksigen adalah memberikan transport oksigen yang adekuat dalam darah sambil
menurunkan upaya bernapas, sehingga sesak napas berkurang.
2. Batuk Efektif
Menurut Muttaqin (2008) latihan batuk efektif merupakan salah satu terapi modalitas
perawat unuk membersihkan sekresi pada jalan napas. Tujuan batuk efektif ini adalah
mengeluarkan dahak. lakukan napas dalam 2-3x melalui hidung kemudian keluarkan pelan
pelan. Pada napas dalam yang ketiga, tahan sampai hitungan 2 detik dan batukkan
menggunakan otot perut dan otot bantu pernapasan lainnya. Disarankan sebelum batuk
efektif minum air hangat dulu, ini mempermudah pengeluaran dahak (Muttaqin, 2014).
3. Latihan Pernapasan
Tujuannya untuk mengurangi sesak napas sehingga pernapasan lebih efektif dan efisien.
Latihan nafas dalam tersebut diberikan sebagai latihan yang diperlukan selama perawatan
maupun untuk penatalaksanaan pasien dengan masalah ketidakefektifan pola napas selama
di rumah (Natalia, dkk, 2007).
4. WSD (Water Seal Drainage)
Merupakan salah satu modalitas terapi yang digunakan paling efektif untuk mengembalikan
kondisi di dalam cavum pleura, yakni dengan menggunakan selang yang dimasukkan ke
dalam cavum pleura klien dan kemudian dihubungkan dengan seperangkat botol, sehingga
mendrainase cairan abnormal dari dalam cavum pleura keluar. Tujuan WSD yaitu untuk
mengeluarkan cairan di dalam rongga pleura (Muttaqin, 2014).

6
5. Ciptakan gaya hidup sehat
Gaya hidup sehat bisa dilakukan dengan tidak merokok, minuman keras, olahraga secara
teratur. Olahraga disesuaikan dengan kondisi tubuh. Selain itu bisa dengan mengatur makan-
makanan yang sehat dan tentunya makan secara teratur.

G. Penatalaksanaan Medis
1. Aspirasi cairan pleura
Punksi pleura ditujukan untuk menegakkan diagnosa efusi plura yang dilanjutkan dengan
pemeriksaan mikroskopis cairan. Disamping itu punksiditujukan pula untuk melakukan
aspirasi atas dasar gangguan fugsi restriktif paru atau terjadinya desakan pada alat-alat
mediastinal. Jumlah cairan yang boleh diaspirasi ditentukan atas pertimbangan keadaan
umum penderita, tensi dan nadi. Makin lemah keadaan umum penderita makin sedikit
jumlah cairan pleura yang bisa diaspirasi untuk membantu pernafasan penderita.
2. WSD (Water Seal Drainage)
Merupakan salah satu modalitas terapi yang digunakan paling efektif untuk
mengembalikan kondisi di dalam cavum pleura, yakni dengan menggunakan selang yang
dimasukkan ke dalam cavum pleura klien dan kemudian dihubungkan dengan seperangkat
botol, sehingga mendrainase cairan abnormal dari dalam cavum pleura keluar (Muttaqin,
2014).
3. Thorakosentesis
Pengelolaan efusi pleura ditujukan untuk pengobatan penyakit dasar dan pengosongan
cairan (thorakosentesis). Indikasi untuk melakukan thorakosentesis adalah:
a. Menghilangkan sesak napas yang
disebabkan oleh akumulasi cairan dalam rongga pleura
b. Bila terapi spesifik pada penyakit
primer tidak efektif dan gagal
c. Bila terjadi reakumulasi cairan

7
Pengambilan pertama cairan efusi pleura tidak boleh lebih dari 1000 ml, karena
pengambilan cairan pleura dalam waktu singkat dan dalam jumlah yang banyak dapat
menimbulkan edema paru yang ditandai dengan batuk dan sesak (Muttaqin, 2014).

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terdapat penumpukan cairan berlebih di dalam
rongga pleura. Efusi pleura merupakan salah satu kelainan yang mengganggu sistem
pernapasan. Kondisi ini jika dibiarkan akan membahayakan penderitanya (Muttaqin, 2014).
2. Tindakan untuk mencegah komplikasi efusi pleura :
a. Pemberian terapi oksigen
b. Batuk efektif
c. Latihan pernapasan
d. WSD ( Water Seal Darinage )
e. Ciptakan gaya hidup sehat.
3. Penatalaksanaan medis Efusi Pleura :
a. Aspirasi cairan pleura
b. WSD ( water seal drainage )
c. Thorakosentesis

B. Saran
Penulis mengetahui bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak terdapat
kekurangan baik dari segi penulisannya, bahasa dan lain sebagainnya.Untuk itu saran dari
pembaca yang bersifat membangun sangat saya harapkan agar dapat terciptannya makalah yang
baik yang dapat memberi pengetahuan yang benar kepada pembaca.

8
DAFTAR PUSTAKA

Muttaqin, Arif. (2014). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika.

Brunner dan Suddarth. (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 12. Jakarta: EGC.

Natalia, Dewi., dkk. (2007). Efektifitas Pursed Lip Breathing dan Tiup Balon dalam
Peningkatan Arus Puncak Ekspirasi (APE) Pasien Asma Bronchiale di RSUD Banyumas. Jurnal
IlmiahKesehatan Keperawatan. Volume 3, No.1.

Anda mungkin juga menyukai