Oleh :
NIA RAHMAWATI
2018.C.10a.0944
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkah rahmat dan hidayahNya jugalah penyusunan laporan ini dapat terselesaikan
dalam bentuk yang sederhana.
Walaupun dalam penyusunan laporan ini memenuhi banyak kendala yang
dihadapi namun berkat dukungan dan motivasi dari semua pihak sehingga penulis
dapat menyelesaikan laporan ini.
Didalam menyelesaikan laporan ini masih banyak hambatan dan kendala
yang dihadapi, namun berkat dukungan dan kerja sama yang baik dari semua
pihak hingga penulis dapat menyelsaikan laporan ini tepat pada waktunya. Oleh
karena itu, penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang
terlibat.
LEMBAR PERSETUJUAN
PEMBIMBING PRAKTEK
LEMBAR PENGESAHAN
PEMBIMBING PRAKTEK
DAFTAR ISI
COVER
LEMBAR PENGESAHAN
LEMBAR PERSETUJUAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN...............................................................................
1.1 Latar Belakang............................................................................................
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................
1.3 Tujuan Penulisan........................................................................................
1.4 Manfaat Penulisan......................................................................................
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................
2.1 Konsep Penyakit.......................................................................................
2.1.1 Definisi.............................................................................................
2.1.2 Anatomi Fisiologi.............................................................................
2.1.3 Etiologi.............................................................................................
2.1.4 Klasifikasi.........................................................................................
2.1.5 Patofisiologi (WOC).........................................................................
2.1.6 Manifestasi Klinis (Tanda dan Gejala).............................................
2.1.7 Komplikasi........................................................................................
2.1.8 Pemeriksaan Penunjang....................................................................
2.1.9 Penatalaksanaan Medis.....................................................................
2.2 Manajemen Asuhan Keperawatan..........................................................
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN............................................................
3.1 Pengkajian Keperawatan............................................................................
3.2 Diagnosa Keperawatan...............................................................................
3.3 Intervensi Keperawatan..............................................................................
3.4 Implementasi Keperawatan........................................................................
3.5 Evaluasi Keperawatan................................................................................
Daftar Pustaka
BAB 1
PENDAHULUAN
Gambar II.1
Anatomi Ginjal
(Sumber: Smeltzer, 2018:1365)
2.1.2 Fisiologi
Pada manusia, ginjal merupakan salah satu organ yang memiliki fungsi vital
yang berfungsi untuk mengatur keseimbangan air dalam tubuh. Ginjal melakukan
fungsinya yang paling penting ini dengan cara menyaring plasma dan memisahkan
zat filtrat dengan kecepatan yang bervariasi, brgantung pada kebutuhan tubuh.
Kemudian zat- zat yang dibutuhkan oleh tubuh akan dikembalikan ke dalam darah
dan yang tidak dibutuhkan oleh tubuh akan dikeluarka melalui urine. Selain fungsi
yang telah dijelaskan, ginjal juga mempunyai fungsi multiple yang lainnya,
diantaranya yaitu mengeksresikan produk sisa metabolik dan bahan kimia asing,
pengaturan keseimbangan air dan elektrolit, pengaturan osmolalitas cairan tubuh
dan konsentrasi elektrolit, pengaturan tekanan arteri, pengaturan keseimbangan
asam-basa, sekresi, metabolisme, dan eksresi hormon serta untuk proses
glukoneogenesis.
Proses pembentukan urine juga dilakukan oleh nefron yang merupakan
bagian dari ginjal. Proses pembentukan urine terjadi melalui tiga tahapan yaitu
filtrasi di glomerulus, reabsorpsi di tubulus dan eksresi di tubulus.
Dibawah ini adalah gambar sebuah nefron yang memperlihatkan struktur
glomerulus dan tubulus serta perannya dalam pembentukan urine.
2.2 Etiologi
Begitu banyak kondisi klinis yang bisa menyebabkan terjadinya gagal
ginjal kronis. Akan tetapi, apapun sebabnya, respon yang terjadi adalah penurunan
fungsi ginjal secara progresif. Kondisi klinis yang memungkinkan dapat
mengakibatkan gagal ginjal kronik bisa disebabkan dari ginjal sendiri dan di luar
ginjal (Muttaqin dan Kumalasari,2012:166).
1) Penyakit dari ginjal :
(1) Penyakit pada saringan (glomerulus)
(2) Infeksi kuman; pyelonefritis, ureteritis
(3) Batu ginjal
(4) Trauma langsung pada ginjal
(5) Keganasan pada ginjal
(6) Sumbatan; batu, tumor, penyempitan atau striktur
2) Penyakit umum di luar ginjal :
(1) Penyakit sistemik; diabetes melitus, hipertensi, kolesterol tinggi
(2) Dislipidemia
(3) SLE
(4) Infeksi di badan; TBC paru, sipilis, malaria, hepatitis
(5) Pre eklamsi
(6) Obat-obatan
(7) Kehilangan banyak cairan yang
2.3 Patofisiologi
Pada awal perjalanannya, keseimbangan cairan, penanganan garam, dan
penimbunan produk sisa masih bervariasi dan bergantung pada bagian ginjal yang
sakit.Sampai fungsi ginjal turun kurang dari 25% normal, manifestasi klinis gagal
ginjal kronis mungkin minimal karena nefron-nefron lain yang sehat mengambil
alih fungsi nefron yang rusak. Nefron yang tersisa meningkatkan laju filtrasi,
reabsorbsi, dan sekresinya serta mengalami hipertrofi dalam proses tersebut.
Seiring dengan makin banyaknya nefron yang mati, nefron yang tersisa
menghadapi tugas yang semakin berat, sehingga nefron-nefron tersebut ikut rusak
dan akhirnya mati. Sebagian dari siklus kematian ini tampaknya berkaitan dengan
tuntutan pada nefron-nefron yang ada untuk meningkatkan reasorbsi protein.
Seiring dengan penyusutan progresif nefron, terjadi pembentukkan jaringan
parut dan penurunan aliran darah ginjal.Pelepasan renin dapat meningkat dan
bersama dengan kelebihan beban cairan, dapat menyebabkan hipertensi.Hipertensi
mempercepat gagal ginjal, mungkin dengan meningkatkan filtrasi (karena tuntutan
untuk reasorbsi) protein plasma dan menimbulkan stress oksidatif.Kegagalan
ginjal membentuk eritropoietin dalam jumlah yang adekuat sering kali
menimbulkan anemia dan keletihan akibat anemia berpengaruh buruk pada
kualitas hidup.Selain itu, anemia kronis dapat menyebabkan penurunan oksigenasi
jaringan di seluruh tubuh dan mengaktifkan refleks-refleks yang ditujukan untuk
meningkatkan curah jantung guna memperbaiki oksigenasi. Refleks ini mencakup
aktivasi susunan saraf simpatis dan peningkatan curah jantung.Akhirnya,
perubahan tersebut merangsang individu yang menderita gagal ginjal mengalami
gagal jantung kongestif sehingga penyakit ginjal kronis menjadi satu faktor risiko
yang terkait dengan penyakit jantung (Corwin, 2013:729).
2.4 Klasifikasi
Terdapat 5 stadium penyakit gagal ginjal kronis yang ditentukan melalui
penghitungan nilai Glomerular Filtration Rate (GFR). Untuk menghitung GFR
dokter akan memeriksakan sampel darah penderita ke laboratorium untuk melihat
kadar kreatinin dalam darah. Kreatinin adalah produk sisa yang berasal dari
aktivitas otot yang seharusnya disaring dari dalam darah oleh ginjal yang sehat.
Dibawah ini 5 stadium penyakit gagal ginjal kronis sebagai berikut :
1. Stadium 1, dengan GFR normal (> 90 ml/min)
2. Stadium 2, dengan penurunan GFR ringan (60 s/d 89 ml/min)
3. Stadium 3, dengan penurunan GFR moderat (30 s/d 59 ml/min)
4. Stadium 4, dengan penurunan GFR parah ( 15 s.d 29 ml/min)
5. Stadium 5, penyakit ginjal stadium akhir/ terminal (>15 ml/min)
Untuk menilai GFR ( Glomelular Filtration Rate ) / CCT ( Clearance Creatinin
Test ) dapat digunakan dengan rumus :
Clearance creatinin ( ml/ menit ) = ( 140-umur ) x berat badan ( kg )
72 x creatini serum
Pada wanita hasil tersebut dikalikan dengan 0,85
Stadium 1
Seseorang yang berada pada stadium 1 gagal ginjal kronik (GGK) biasanya
belum merasakan gejala yang mengindikasikan adanya kerusakan pada ginjalnya.
Hal ini disebabkan ginjal tetap berfungsi secara normal meskipun tidak lagi dalam
kondisi tidak lagi 100 persen, sehingga banyak penderita yang tidak mengetahui
kondisi ginjalnya dalam stadium 1. Kalaupun hal tersebut diketahui biasanya saat
penderita memeriksakan diri untuk penyakit lainnya seperti diabetes dan
hipertensi. Stadium 2
Sama seperti pada stadium awal, tanda – tanda seseorang berada pada
stadium 2 juga dapat tidak merasakan gejala yang aneh karena ginjal tetap dapat
berfungsi dengan baik. Kalaupun hal tersebut diketahui biasanya saat penderita
memeriksakan diri untuk penyakit lainnya seperti diabetes dan hipertensi.
Stadium 3
Seseorang yang menderita GGK stadium 3 mengalami penurunan GFR
moderat yaitu diantara 30 s/d 59 ml/min. dengan penurunan pada tingkat ini
akumulasi sisa – sisa metabolisme akan menumpuk dalam darah yang disebut
uremia. Pada stadium ini muncul komplikasi seperti tekanan darah tinggi
(hipertensi), anemia atau keluhan pada tulang. Gejala- gejala juga terkadang mulai
dirasakan seperti :
a) Fatique : rasa lemah/lelah yang biasanya diakibatkan oleh anemia.
b) Kelebihan cairan : Seiring dengan menurunnya fungsi ginjal membuat
ginjal tidak dapat lagi mengatur komposisi cairan yang berada dalam tubuh. Hal
ini membuat penderita akan mengalami pembengkakan sekitar kaki bagian bawah,
seputar wajah atau tangan. Penderita juga dapat mengalami sesak nafas akaibat
teralu banyak cairan yang berada dalam tubuh.
c) Perubahan pada urin : urin yang keluar dapat berbusa yang menandakan
adanya kandungan protein di urin. Selain itu warna urin juga mengalami
perubahan menjadi coklat, orannye tua, atau merah apabila bercampur dengan
darah. Kuantitas urin bisa bertambah atau berkurang dan terkadang penderita
sering trbangun untuk buang air kecil di tengah malam.
d) Rasa sakit pada ginjal. Rasa sakit sekitar pinggang tempat ginjal berada
dapat dialami oleh sebagian penderita yang mempunyai masalah ginjal seperti
polikistik dan infeksi.
e) Sulit tidur : Sebagian penderita akan mengalami kesulitan untuk tidur
disebabkan munculnya rasa gatal, kram ataupunrestless legs.
f) Penderita GGK stadium 3 disarankan untuk memeriksakan diri ke seorang
ahli ginjal hipertensi (nephrolog). Dokter akan memberikan rekomendasi terbaik
serta terapi – terapi yang bertujuan untuk memperlambat laju penurunan fungsi
ginjal. Selain itu sangat disarankan juga untuk meminta bantuan ahli gizi untuk
mendapatkan perencanaan diet yang tepat. Penderita GGK pada stadium ini
biasanya akan diminta untuk menjaga kecukupan protein namun tetap mewaspadai
kadar fosfor yang ada dalam makanan tersebut, karena menjaga kadar fosfor dalam
darah tetap rendah penting bagi kelangsungan fungsi ginjal. Selain itu penderita
juga harus membatasi asupan kalsium apabila kandungan dalam darah terlalu
tinggi. Tidak ada pembatasan kalium kecuali didapati kadar dalam darah diatas
normal. Membatasi karbohidrat biasanya juga dianjurkan bagi penderita yang juga
mempunyai diabetes. Mengontrol minuman diperlukan selain pembatasan sodium
untuk penderita hipertensi.
Stadium 4
Pada stadium ini fungsi ginjal hanya sekitar 15 – 30 persen saja dan apabila
seseorang berada pada stadium ini maka sangat mungkin dalam waktu dekat
diharuskan menjalani terapi pengganti ginjal / dialisis atau melakukan
transplantasi. Kondisi dimana terjadi penumpukan racun dalam darah atau uremia
biasanya muncul pada stadium ini. Selain itu besar kemungkinan muncul
komplikasi seperti tekanan darah tinggi (hipertensi), anemia, penyakit tulang,
masalah pada jantung dan penyakit kardiovaskular lainnya.
Gejala yang mungkin dirasakan pada stadium 4 adalah :
a) Fatique : rasa lemah/lelah yang biasanya diakibatkan oleh anemia.
b) Kelebihan cairan : Seiring dengan menurunnya fungsi ginjal membuat ginjal
tidak dapat lagi mengatur komposisi cairan yang berada dalam tubuh. Hal ini
membuat penderita akan mengalami pembengkakan sekitar kaki bagian
bawah, seputar wajah atau tangan. Penderita juga dapat mengalami sesak
nafas akaibat teralu banyak cairan yang berada dalam tubuh.
c) Perubahan pada urin : urin yang keluar dapat berbusa yang menandakan
adanya kandungan protein di urin. Selain itu warna urin juga mengalami
perubahan menjadi coklat, orannye tua, atau merah apabila bercampur dengan
darah. Kuantitas urin bisa bertambah atau berkurang dan terkadang penderita
sering trbangun untuk buang air kecil di tengah malam.
d) Rasa sakit pada ginjal. Rasa sakit sekitar pinggang tempat ginjal berada dapat
dialami oleh sebagian penderita yang mempunyai masalah ginjal seperti
polikistik dan infeksi.
e) Sulit tidur : Sebagian penderita akan mengalami kesulitan untuk tidur
disebabkan munculnya rasa gatal, kram ataupunrestless legs.
f) Nausea : muntah atau rasa ingin muntah.
g) Perubahan cita rasa makanan : dapat terjadi bahwa makanan yang dikonsumsi
tidak terasa seperti biasanya.
h) Bau mulut uremic : ureum yang menumpuk dalam darah dapat dideteksi
melalui bau pernafasan yang tidak enak.
i) Sulit berkonsentrasi
Stadium 5 (gagal ginjal terminal)
Pada level ini ginjal kehilangan hampir seluruh kemampuannya untuk
bekerja secara optimal. Untuk itu diperlukan suatu terapi pengganti ginjal (dialisis)
atau transplantasi agar penderita dapat bertahan hidup.
Gejala yang dapat timbul pada stadium 5 antara lain :
a) Kehilangan napsu makan
b) Nausea.
c) Sakit kepala.
d) Merasa lelah.
e) Tidak mampu berkonsentrasi.
f) Gatal – gatal.
g) Urin tidak keluar atau hanya sedikit sekali.
h) Bengkak, terutama di seputar wajah, mata dan pergelangan kaki.
i) Keram otot
j) Perubahan warna kulit
2.3.4 Komplikasi
Menurut (Corwin, 2019:730), komplikasi dari penyakit gagal ginjal kronik
adalah sebagai berikut :
1. Pada gagal ginjal progresif, terjadi beban volume, ketidakseimbangan elektrolit,
asidosis metabolik, azotemia, dan uremia.
2. Pada gagal ginjal stadium 5 (penyakit stadium akhir), terjadi azotemia dan
uremia berat. Asidosis metabolik memburuk, yang secara mencolok
merangsang kecepatan pernapasan.
3. Hipertensi, anemia, osteodistrofi, hiperkalemia, ensefalopati uremik, dan
pruritus (gatal) adalah komplikasi yang sering terjadi.
4. Penurunan pembentukan eriropoietin dapat menyebabkan sindrom anemia
kardiorenal, suatu trias anemia yang lama, penyakit kardiovaskular, dan
penyakit ginjal yang akhirnya menyebabkan peningkatan morbiditas dan
mortalitas.
WOC:
Glomerulonefritis Obstruksi dan Diabetic kidney disease Nefritis hipertensi SLE (nefritis lupus)
kronis infeksi
B1 Penurunan GFR
Kurang
pengetahuan
Penurunan kemampuan Penimbunan BUN dan creatinin meningkat
ginjal mengekskresi H+ sampah B3
metabolit CKD
B5 B6 S. Reproduksi
B4
Osteoporosis
Resiko cedera
2.3.5 Pemeriksaan Diagnostik
1) Laboratorium
(1) Laju endap darah: meninggi yang diperberat oleh adanya anemia, dan
hipoalbuminemia. Anemia normositer normokrom, dan jumlah retikulosit
yang rendah.
(2) Ureum dan Kreatinin: meninggi, biasanya perbandingan antara ureum
Kreatinin kurang lebih 20:3. Ingat perbandingan bisa meninggi oleh karena
bahan saluran cerna, demam, luka bakar luas, pengobatan steroid, obstruksi
saluran kemih.
(3) Hiponatremia: umumnya karena kelebihan cairan. Hiperkalemia: biasanya
terjadi pada gagal ginjal lanjut bersama dengan menurunnya diuresis.
(4) Hipokalsemia dan hiperfasfatemia: terjadi karena kurangnya sintesis
vitamin D3 pada GGK.
(5) Phosphate alkaline meninggi akibat gangguan metabolisme tulang terutama
isoenzim fosfatase lindi tulang.
(6) Hipoalbuminemia dan hipokolesterolemik: umumnya disebabkan gangguan
metabolisme dan diet rendah protein.
(7) Peninggian gula darah, akibat gangguan metabolisme karbohidrat pada
gagal ginjal (resistensi terhadap pengaruh insulin pada jaringan perifer).
(8) Hipertrigliserida akibat gangguan metabolisme lemak disebabkan
peninggian hormon insulin dan menurunnya lipoprotein lipase.
(9) Asidosis metabolik dengan kompensasi respirasi menunjukkan PH yang
menurun.
2) Foto polos abdomen untuk menilai bentuk dan besar ginjal (adanya batu atau
adanya suatu obstruksi). Dehidrasi akan memperburuk keadaan ginjal, Oleh
sebab itu penderita diharapkan tidak puasa.
3) Intra Vena Fielografi (IVP) untuk menilai sistem palviokalises dan ureter.
Pemeriksaan ini mempunyai resiko penurunan faal ginjal pada keadaan
tertentu, misalnya: usia lanjut, diabetes melitus, dan nefropati asam urat.
4) USG untuk menilai besar dan bentuk ginjal, kepadatan parenkim ginjal,
anatomi sistem pelviokalises, ureter proksimal, kandung kemih dan prostat.
5) Renogram untuk menilai fungsi ginjal kanan dan kiri, lokasi dari gangguan
(vaskular, parenkim, ekskresi) serta sisa fungsi ginjal. PKG untuk melihat
kemungkinan: hipertrofi ventrikel kiri, tanda-tanda perikarditis, aritmia,
gangguan elektrolit (hiperkalemia) (Muttaqin dan Kumalasari,2012:172).
2.3.6 Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan adalah menjaga keseimbangan cairan elektrolit dan
mencegah komplikasi, yaitu sebagai berikut:
1) Dialisis
Dialisis dapat dilakukan untuk mencegah komplikasi gagal ginjal yang
serius, seperti hiperkalemia, perikarditis dan kejang. Dialisis diperbaiki
abnormalitas biokimia; menyebabkan cairan, protein, dan natrium dapat
dikonsumsi secara bebas; menghilangkan kecenderungan perdarahan dan
membantu penyembuhan luka.
2) Koreksi hiperkalemia
Mengendalikan kalium darah sangat penting karena hiperkalemia dapat
menimbulkan kematian mendadak. Hal yang pertama harus diingat adalah jangan
menimbulkan hiperkalemia. Selain dengan pemeriksaan darah, hiperkalemia juga
dapat didiagnosis dengan EEG dan EKG. Bila terjadi hiperkalemia, maka
pengobatannya adalah dengan mengurangi intake kalium, pemberian Na
bikarbonat pemberian infus glukosa.
3) Koreksi anemia
Usaha pertama harus ditujukan untuk mengatasi faktor defisiensi, kemudian
mencari Apakah ada perdarahan yang mungkin dapat diatasi. Pengendalian gagal
ginjal pada keseluruhan dapat meninggikan HB. Transfusi darah hanya dapat
diberikan bila ada indikasi yang kuat, misalnya ada misalnya ada insufficiency
koroner.
4) Koreksi asidosis
Pemberian asam melalui makanan dan obat-obatan harus dihindari. Natrium
bikarbonat dapat diberikan per oral atau parenteral. Pada permulaan 100 mEq
natrium bikarbonat diberi intravena perlahan-lahan, jika diperlukan dapat diulang.
Hemodialisis dan dialisis peritoneal dapat juga mengatasi asidosis.
5) Pengendali hipertensi
Pemberian obat Beta Bloker, Alfa metildopa, dan vasodilator dilakukan.
intake garam dalam mengendalikan hipertensi harus hati-hati Karena tidak semua
gagal ginjal disertai retensi natrium.
6) Transplantasi ginjal
Dengan pencangkokan ginjal yang sehat ke pasien GGK, maka seluruh faal
ginjal diganti oleh ginjal yang baru (Muttaqin dan Kumalasari,2020:173).
7) Pemasangan double lumen
Catheter Double Lumen adalah : sebuah alat yang terbuat dari bahan
plastik PVC mempunyai dua cabang, selang merah (Arteri) untuk keluarnya
darah dari tubuh ke mesin dan selang biru (Vena) untuk masuknya darah dari
mesin ke tubuh. Pada ujung dan sisi catheter terdapat lobang untuk keluar dan
masuk darah. Sedangkan menurut Henrich, William. L,( 2019), kateter double
lumen adalah salah satu akses vaskuler untuk therapy dialisa akut.
Double lumen adalah salah satu akses temporer yaitu berupa kateter
yang dipasang pada pembuluh darah balik (vena) di daerah leher (Ahmad,
Suhail, 2009). Internal AVF and AFG lebih di pilih untuk di gunakan dari pada
kateter karena AVF dan AVG menurunkan kemungkinan infeksi, yang sangat
penting bagi pasien yang menjalani terapi hemodialisis yang memiliki daya imun
rendah (Kidney Dialysis Foundation, 2019).
2.2.2 Indikasi
1. Indikasi Segera
Koma, perikarditis, atau efusi pericardium, neuropati perifer, hiperkalemi,
hipertensi maligna, over hidrasi atau edema paru, oliguri berat atau anuria.
2. Indikasi Dini
a. Gejala uremia
Mual, muntah, perubahan mental, penyakit tulang, gangguan pertumbuhan dan
perkembangan seks dan perubahan kulitas hidup.
b. Laboratorium abnormal
Asidosis, azotemia (kreatinin 8-12 mg %) dan Blood Urea Nitrogen (BUN) : 100
– 120 mg %, TKK : 5 ml/menit.
3. Frekuensi Hemodialisa
Frekuensi dialisa bervariasi, tergantung kepada banyaknya fungsi ginjal yang
tersisa, tetapi sebagian besar penderita menjalani dialisa sebanyak 3 kali/minggu.
Program dialisa dikatakan berhasil jika:
§ penderita kembali menjalani hidup normal
§ penderita kembali menjalani diet yang normal
§ jumlah sel darah merah dapat ditoleransi
§ tekanan darah normal
§ tidak terdapat kerusakan saraf yang progresif.
2.2.3 Tujuan
1.Menggantikan fungsi ginjal dalam fungsi ekskresi, yaitu membuang sisa-
sisa metabolisme dalam tubuh, seperti ureum, kreatinin, dan sisa
metabolisme yang lain.
2. Menggantikan fungsi ginjal dalam mengeluarkan cairan tubuh yang
seharusnya dikeluarkan sebagai urin saat ginjal sehat.
3. Meningkatkan kualitas hidup pasien yang menderita penurunan fungsi
ginjal.
4. Menggantikan fungsi ginjal sambil menunggu program pengobatan
yang lain.
4. Larutan Dialisat
Dialisat adalah larutan yang mengandung elektrolit dalam komposisi
tertentu. Dipasaran beredar dua macam dialisat yaitu dialisat asetat dan dialisat
bicarbonate. Dialisat asetat menurut komposisinya ada beberapa macam yaitu :
jenis standart, free potassium, low calsium dan lain-lain. Bentuk bicarbonate ada
yang powder, sehingga sebelum dipakai perlu dilarutkan dalam air murni/air
water treatment sebanyak 9,5 liter dan ada yang bentuk cair (siap pakai).
5. Mesin Haemodialisis
Ada bermacam-macam mesin haemodilisis sesuai dengan merek nya.
Tetapi prinsipnya sama yaitu blood pump, system pengaturan larutan dilisat,
system pemantauan mesin terdiri dari blood circuit dan dillisat circuit dan bebagai
monitor sebagai deteksi adanya kesalahan. Dan komponen tambahan seperti
heparin pump, tombol bicarbonate, control ultrafiltrasi, program ultrafiltrasi,
kateter vena, blood volume monitor.
3. Aitmia
Hipoksia, hipotensi, penghentian obat antiaritmia selama dialisa,
penurunan kalsium, magnesium, kalium, dan bikarbonat serum yang cepat
berpengaruh terhadap aritmia pada pasien hemodialisa.
5. Hipoksemia
Hipoksemia selama hemodialisa merupakan hal penting yang perlu
dimonitor pada pasien yang mengalami gangguan fungsi kardiopulmonar.
6. Perdarahan
Uremia menyebabkan ganguan fungsi trombosit. Fungsi trombosit dapat
dinilai dengan mengukur waktu perdarahan. Penggunaan heparin selama
hemodialisa juga merupakan faktor risiko terjadinya perdarahan.
7. Gangguan pencernaan
Gangguan pencernaan yang sering terjadi adalah mual dan muntah yang
disebabkan karena hipoglikemia. Gangguan pencernaan sering disertai
dengan sakit kepala.
8. Pembekuan darah
Pembekuan darah disebabkan karena dosis pemberian heparin yang tidak
kuat ataupun kecepatan putaran darah yang lambat.
2.3.2 Penyebab
2.4.4 Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan
yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan, dan
pelaksanaannyasudah berhasil dicapai, melalui evaluasi memungkinkan perawat
untuk memonitor “kealpaan” yang terjadi selama tahap pengkajian, analisa,
perencanaan, dan pelaksanaan tindakan.
2.4.5 Dokumentasi
Dokumentasi dalam pelayanan keperawatan adalah bagian dari kegiatan
yang dikerjakan oleh perawat setelah memberI asuhan keperawatan kepada klien.
Dokumentasi keperawatan mempunyai porsi yang besar dari catatan klinis klien
yang menginformasikan factor tertentu atau situasi yang terjadi selama asuhan
dilaksanakan. Dokumentasi dapat pula dijadikan sebagai wahana komunikasi dan
koordinasi antar profesi (interdisipliner) yang dapat dipergunakan untuk
mengungkap suatu fakta actual untuk dipertanggungjawabkan (Setiadi,2012: 203).
Dokumentasi keperawatan bertujuan untuk (Zaidin,2003:78) menghindari
kesalahan, tumpang tindih, dan ketidaklengkapan informasi dalam asuhan
keperawatan, terbinanya koordinasi yang baik dan dinamis antara sesama perawat
atau pihak lain melalui komunikasi tulisan, meningkatkan efisiensi dan efektifitas
tenaga keperawatan, terjaminnya kualitas asuhan keperawatan, perawat mendapat
perlindungan secara hukum, memberikan data bagi penelitian.
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1. Pengkajian
3.1.1 Identitas Pasien
Pada pengkajian didapatkan data klien yaitu nama Ny. M, Umur 33 tahun,
Agama Islam, Jenis Kelamin Perempuan, Status Menikah, Pendidikan SMA,
Pekerjaan Ibu Rumah Tangga, Suku Bangsa Jawa. Tanggal Masuk 1 Oktober
2021, Tanggal Pengkajian 2 Oktober 2021 Diagnosa Medis Gagal ginjal
kronik.
GENOGRAM KELUARGA :
Keterangan:
: Laki-laki
: Perempuan
: Klien
: Hubungan Keluarga
: Satu Rumah
Setting Mesin
f. UF Goal : 4.00
g. UF Rate : 1 L/jam
h. Time : 4,5 jam
4. INTRA HD
1. Suhu /T : 37,0ºC
2. Nadi /HR : 81 x/mnt
3. Pernapasan /RR : 20 x/mnt
4. Tekanan Darah /BP : 165/100 mmHg
5. Keluhan selama HD : Tidak ada keluhan
6. Nutrisi selama HD
a. Jenis makanan : Nasi kuning
Jumlah : ±15 sendok
b. Jenis minuman : Air putih dan teh
Jumlah : ± 200 cc
Paraf
Pasien Mesin Setting Mesin
Jam Petugas
TD N Resp QB UFG UFR
10:00 157/101 81 20 200 4.00 1 Time : 4 jam
WIB
11:00 180/100 84 20 200 4.00 1 Heparin :
2000 IU bolus
WIB
12:30 145/90 98 22 200 4.00 1
WIB
5. Post HD
1. Keadaan Umum :
Klien tampak tenang dan rileks, tampak lemah, akral teraba hangat.
Data Penunjang
Tangga 02 Oktober 2021
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
WBC 8,21 x 103/uL 4,00 - 10,00
RBC 2,95 x 106/uL 3,50 - 5,50
HGB 8,4 g/dL 11,0 - 16,0
PLT 218 x 103/uL 150 - 400
Nia Rahmawati
NIM : 2018.C.10a.0944
ANALISA DATA
Pruritus
PRIORITAS MASALAH
1. Kelebihan volume cairan b.d. penurunan haluaran urine d.d, klien mengalami
peningkatan 2 kg BB dari 57 kg menjadi 60 kg. BB Pre HD: 60 Kg, UF goal
3.00. Ekstremitas bawah bagian dextra dan sinistra tampak edema, pitting
edema 4 kedalaman 4 mm dan waktu kembali 3 menit, banyaknya produksi
urine ± 240 cc/hari.
2. Gangguan integritas kulit b.d penurunan turgor kulit d.d klien tampak
menggaruk-garuk kulitnya, kulit tampak kering dan mengelupas pada bagian
punggung, kulit klien mengalami kemerahan dan terkelupas karena digaruk.
RENCANA KEPERAWATAN
Diagnosa Tujuan
No Intervensi Rasional
Keperawatan (Kriteria Hasil)
1 hipervolemia b.d. Setelah dilakukan perawatan 1. Periksa tanda dan gejala hipervolemia 1. Mengetahui kelebihan volume cairan
penurunan keluaran selama 1x7 jam diharapkan 2. Identifikasi penyebab hipervolemia 2. Mengetahui peningkatan beban kerja
urin, retensi cairan keseimbangan cairan 3. Monitor intake dan output cairan jantung
dan narium sekunder meningkat dengan kriteria 4. Monitor kecepatan infus secara ketat 3. Mengetahui intake output cairan
terhadap penurunan hasil : 5. Monitor efek samping diuretik 4. Memantau cairan infus
ginjal 1. Istirahat Meningkat (5) 6. Timbang berat badan setiap hari pada 5. Mengetahui apa efek samping yang klien
2. Kram Otot Menurun (5) waktu yang sama alami
3. Frekuensi Nafas Membaik 7. Batasi asupan cairan dan garam 6. Mengetahui peningkatan berat badan
(5) 8. Ajarkan cara mengukur dan mencatat klien
4. Irama Nafas membaik (5) asupan dan haluaran cairan 7. Mengetahui retensi penurunan natrium
5. pH membaik (5) 9. Ajarkan cara membatasi cairan dan output serta balance cairan pasien
6. kadar CO2 Membaik (5) 10. Kolaborasi pemberian diuretik 8. Menurunkan volume plasma dan retensi
7. Kadar Bikarbonat cairan
Membaik (5) 9. Mengetahui haluaran cairan
8. Kadar Fosfat Membaik (5) 10. Menjaga agar klien tidak mengalami
9. Kadar Natrium Membaik kelebihan cairan
(5)
10. Kadar Klorida Membaik
(5)
2 Gangguan integritas Setelah dilakukan perawatan 1. Identifikasi penyebab gangguan 1. Mengetahui apa penyebab kelelahan
kulit b.d. gangguan selama 1x7 jam diharapkan integritas kulit 2. Menjaga kestabilan kulit dan kelembaban
status metabolic, integritas kulit dan jaringan 2. Lakukan pemijatan pada area penonjola kulit
edema, pruiritus meningkat dengan kriteria tulang 3. Agar tidak terjadi luka tekan
hasil : 3. Gunakan produk berbahan petrolium atau 4. Meningkatkan kelembapan kulit pasien
1. Elastisitas meningkat (5) minyak pada kulit kering agar tidak kering
2. Hidrasi meningkat (5) 4. Hindari produk berbahan dasar alkohol 5. Meningkatkan kelemahan klien
3. Kerusakan jaringan pada kulit kering 6. Menjaga kebersihan klien
menurun (5) 5. Anjurkan menggunakan pelembab 7. Menjaga kelembapan kulit klien
4. Kerusakan lapisan kulit 6. Anjurkan meningkatkan nutrisi
menurun (5) 7. Anjurkan menghindari terpapar suhu
5. Kemerahan menurun (5) ekstrim
6. Pigmentasi abnormal
menurun (5)
7. Jaringan parut menurun
(5)
8. Suhu kulit membaik (5)
9. Sensasi membaik (5)
10. Tekstrur membaik (5)
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN
P : Pertahankan intervensi
P : Pertahankan intervensi.
Baradero dkk, 2018. Buku Ajar keperawtan medikal bedah, edisi 8 vol 3. Jakarta:
EGC
Black, Joyce M. & Jane Hokanson Hawks. Medical Surgical Nursing Clinical
Management for Positive Outcome Seventh Edition. China : Elsevier inc.
2019
Nahas, Meguid El & Adeera Levin. Chronic Kidney Disease: A Practical Guide to
Understanding and Management. USA : Oxford University Press. 2019
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia, edisi
1. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2019. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia, edisi
2. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia,
edisi 1. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI