EMPIEMA
Disusun Untuk Tugas Kelompok
Mata Kuliah KMB Pernafasan
Dosen Pengampu : Ika Karunianingsih, S.Kep
Disusun oleh:
1. Dita Aprilia
2. Esa Erlangga
3. Intan Endyka
4. Nuzulul W
5. Rakanata Danu
6. Wisnu Hermawan S
A. PENGERTIAN
Empiema adalah penyakit yang ditandai dengan adanya penumpukan cairan terinfeksi atau pus
pada kavitas pleural.
Empiema adalah keadaan terkumpulnya nanah (pus) di dalam rongga pleura dapat setempat dan
mengisi seluruh rongga pleura.
(Ngastiyah, 1997)
Empiema adalah penumpukan cairan terinfeksi atau pus pada kavitas pleura.
B. ETIOLOGI
1. Pneumonia
Empiema biasanya menunjukkan suatu ketidaktahuan pengobatan antibiotik yang
terlambat atau inadekuat. Empiema mungkin berkembang sebagai gejala sisa dari suatu
infeksi yang terjadi pada karsinoma bronkhus.
2. Infeksi Subdiafragma
Biasanya menyebabkan suatu efusi pleura serosa, tetapi organisme abdominal mungkin
pula menembus diafragma dan menyebabkan terjadinya empiema.
3. Aspirasi Efusi Pleura
Terjadinya demam setelah aspirasi cairan pleura selalu dianggap sebagai empiema.
4. Organisme Anaerob
Banyak empiema akut mengandung organisme anaerob dan mungkin dinyatakan steril
jika tidak dilakukan kultur bakteri anaerob.
(Stark, 1990)
C. MANIFESTASI KLINIS
1. Empiema akut
A. PATOFISIOLOGI
Perkembangan keadaan empiema dibagi menjadi 3 fase:
1. Fase eksudat
Pada keadaan ini cairan pleura biasanya jernih meskipun viskositas lebih tinggi
dibandiing transudat. Pemeriksaan kimia darah akan terlihat kenaikan protein, LDH, dan
glukosa yang rendah. Pemeriksaan mikroskopis akan terlihat leukosit yang meninggi dan
pada tuberculosis lebih banyak limfosit dari pada netrofil, mungkin pula ditemukan
kuman.
2. Fase fibropurulen
Pus kental dan mengandung fibrin-fibrin yang menyulitkan pengeluaran pus dengan
fungsi atau bahkan WSD (Water Scaled Drainage).
3. Fase Organisasi
Organisasi pus menyebabkan pus akan bersepta-septa atau lokulasi. Dengan adanya
organisasi juga menyebabkan penebalan pleura viseralis yang akan menyebabkan
hambatan pengembangan paru.
( Mansjoer, Arif 2000)
Empiema
Penimbunan cairan
Hambatan
pleura Batuk + sesak nafas
pengembangan paru
Penurunan nafsu
makan
Penurunan BB
Gangguan
kebutuhan nutrisi
C. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Sinar X
2. Leukosit
Leukosit biasanya ada meskipun sel darah putih rendah, terjadi pada infeksi virus,
kondisi tekanan imun seperti AIDS memunginkan berkenbngnya pneumonia
bakterial.
3. Pemeriksaan serologi
Dapat diambil dengan biopsi jarum, aspirasi transtrakeal bronkoskopi fibrotik atau
biopsi pembukaan paru untuk mengatasi organisme penyebab, lebih dari satu
organisme ada. Bakteri yang umum meliputi Diplococcus pneumonia, Staphilococcus
aureus, hemolitik Streptococcus, Haemophillus influenza.
D. PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan keperawatan
d. Drainase terbuka dengan cara reseksi iga untuk mengangkat pleura yang
mengalami penebalan, pus dan debris serta untuk mengangkat jaringan paru
yang sakit dibawahnya.
E. FOKUS PENGKAJIAN
1. Aktifitas / istirahat
7. Keamanan : riwayat reaksi alergi atu sensitif terhadap zat/ faktor lingkungan.
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan spasme bronchus, peningkatan
prodksi sekret.
G. FOKUS INTERVENSI
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan spasme bronchus, peningkatan
prodoksi sekret.
Rasional : batuk dapat menetap tetapi tidak efektif khususnya bila pasien
lansia, sakit akut atau kelemahan.
c. Intervensi
4) Palpitasi primitus.
c. Intervensi
9) Observasi intake dan output / 8 jam. Jumlah makanan dikonsumsi tiap hari
dan timbang berat badab setiap hari.
10) Ciptakan suasana yang menyenangkan, lingkungan yang bebas bau selama
makan.
c. Intervensi :
1) Awasi suhu.
c. Intervensi :
1. Pada fase organisasi, apakah yang dimaksud dengan pus bersepta-septa/ lokulasi?
Jawab : pus yang mengisi rongga-rongga dalam pleura sehingga pleura menebal dan
menghambat pengembangan paru. Terjadinya pus diakibatkan oleh bakteri patogen yang
berkembang biak dalam cairan pleura.
Evaluasi : Pus bersepta-septa atau lokulasi yaitu pus berlapis-lapis dan menyebar ke
seluruh bagian pleura bahkan sampai ke seluruh bagian paru dan menyebabkan sulit
bernafas.
a. Aspirasi jarum (torasentesis) dengan kateter yang sangat kecil jika cairan tidak
terlalu banyak.
c. Drainase dada terbuka dengan cara reseksi iga untuk mengangkat pleura yang
mengalami penebalan, pus, dan debris serta untuk mengangkat jaringan paru
yang sakit dibawahnya.
Evaluasi :
b. Aspirasi jarum (torasentesis) dengan kateter yang sangat kecil jika cairan tidak terlalu
banyak.
c. Drainase dada tertutup menggunakan selang intra kostal dengan diameter besar yang
disambungkan ke drainase water seal. Pemasangan drainase dada tertutup merupakan
pamasangan sementara karena pus yang ada pada pleura sedikit. Selang dimasukkan
pada interkosta atau sela iga ke 4&5,3&4 dll. Berdasarkan pada cairan yang tampak
pada foto thorak.
d. Drainase dada terbuka dengan cara reseksi iga untuk mengangkat pleura yang
mengalami penebalan, pus, dan debris serta untuk mengangkat jaringan paru yang
sakit dibawahnya. Drainase dada terbuka merupakan pemasangan drainase yang
mentap karena pus yang terlalu banyak.
3. Pada infeksi sub diafragma, apa yang dimaksud dengan efusi pleura serosa?
Jawab: cairan yang berada pada rongga pleura yang dapat menyebar atau meluas sampai
ke selaput peritonium.
Evaluasi: Cairan dalan cavum pleura yang meluas sampai lapisan peritonium yang
membungkus viseral abdominal dan mungkin dapat menembus diafragmaSsehingga
sampai ke peritonium. Mungkin juga dapat menyebabkan peritonitis, gastritis.
DAFTAR PUSTAKA
Hundak & Gallo.1997. Keperawatan Kritis : Suatu Pendekatan Holistik. Jakarta : EGC
Mansjoer,Arief. 2002. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid 2. Jakarta : Media Aescilapius
Stark, John E. 1990. Manual Ilmu Penyakit Paru. Jakarta: Binarupa Aksara
http://hajardaku.wortpress/2010/01/04/empiema