Secara umum, bumi terdiri dari daratan (benua, pulau-pulau, lembah-lembah, danau, dan
pegunungan) serta lautan (delta, lembah, palung, dan pegunungan bawah laut). Susunan
interior bumi diketahui berdasarkan informasi seismologi. Berdasarkan penyelidikan H. Jeffreys
dan K. E Bullen (1932-1942) yang mengacu pada penyelidikan E. Wiechert (1890-an) dengan
menggunakan cepat rambat gelombang P dan S, sehingga didefinisikan pembagian bentuk
berupa struktur-struktur lapisan interior bumi. Struktur-struktur lapisan yang menyusun bumi
tersebut dalam kajiannya terdapat dua jenis pendekatan yaitu berdasarkan komposisinya dan
berdasarkan kajian rheologi. Berikut penjelasannya;
Semilogam
Non-Logam
b) Sulfida
Kelompok ini dicirikan dengan adanya anion (S2-). Kelompok sulfide merupakan
kombinasi antara logam atau semilogam dengan belerang (S). Biasanya terbentuk
pada urat batuan atau dari larutan hidrotermal.
Nama: Stibnite
Komposisi: Sb2S3
Sistem Mineral:
c) Fosfat
Merupakan kelompok mineral hasil persenyawaan kimia antar unsur-unsur logam
dengan fosfat (PO43-). sifat Dari golongan ini berubah-ubah, tetapi umumnya cenderung
lunak, rapuh, sangat berwarna, dan kristalisasinya baik, kekerasan berkisar antara 1,5-5
dan 6.
Nama: Manganite
Komposisi: MnO(OH)
Sistem Mineral: Monoclinic
e) Sulfat
Kelompok mineral sulfat biasanya terjadi pada daerah evaporitik (penguapan) yang
tinggi kadar airnya. Kemudian perlahan-lahan menguap sehingga formasi sulfat dan
halide berinteraksi.
Kelompok mineral hasil persenyawaan kimia antara unsur-unsur logam dengan salah
satu SiO tetrahedra (SiO42-) tunggal atau berantai. Silikat adalah golongan mineral yang
paling besar dan sangat berlimpah keberadaannya dan merupakan unsur pokok
penyusun batuan beku dan batuan beku metamorf.
Merupakan mineral hasil persenyawaan dengan ion (CO 23-), dan disebut “karbonat”,
umpamanya persenyawaan dengan Ca dinamakan “kalsium Karbonat”, CaCO 2 dikenal
sebagai mineral kalsit. Dalam kelompok karbonat ini juga termasuk nitrat (NO 3-) dan juga
borat (BO3).
Nama: Calcite
Komposisi: CaCO3
Sistem Mineral: Hexagonal
Deskripsi Batuan Beku
Deskripsi:
a. Warna: Hitam Keabu-abuan
b. Jenis Batuan: Batuan Beku Ekstrusif
c. Tekstur
Granularitas: Afanitik
Kristalinitas: Hipokristalin
Bentuk Kristal: Subhedral-anhedral
Relasi antar Kristal: Equigranular
Kekerasan: 6-6,5 Skala Mohs
Deskripsi:
a. Warna: Putih Kecoklatan
b. Jenis Batuan: Batuan beku Intrusif
c. Tekstur
Granularitas: Faneritik
Kristalinitas: Hipokristalin
Bentuk Kristal: Anhedral
Relasi antar Kristal: Inequigranular
Kekerasan: 6 skala mohs
d. Komposisi Mineral: Plagioklase, amfibol, kuarsa
e. Struktur: Masif
f. Nama Batuan: Diorit
Deskripsi:
a. Jenis Batuan: Sedimen
b. Warna Batuan: Abu-abu Kebiruan
c. Struktur: Klastik
d. Tekstur: Non Stratified ( Greeded Bedding)
e. Komposisi: Sejenis atau campuran rijang, kuarsa, granit, dan lain-lain
f. Nama Batuan: Konglomerat
g. Genesa: Konglomerat merupakan batuan Sedimen dumana Konglomerat
hampiur sama dengan campuran rijang, kuarsa, granit, dan lain-lain, hanya
saja fragmen yang menyusun batuan ini umumnya bulat atau agak
membulat.
Konglomerat merupakan batuan sedimen bertekstur klastik karena memiliki
fragmen dan matriks, sedangkan strukturnya yaitu non stratified yaitu tidak
berlapis, sesuai dengan gambar di atas struktur khususnya yaitu greeded
bedding. Pada konglomerat, terjadi proses transport pada material-material
penyusunnya yang mengakibatkan fragmen-fragmennya memiliki bentuk
yang membulat.
1. Kode Batuan: I C
Deskripsi:.
Deskripsi:
Merupakan sebuah komponen tak hidup atau abiotik dalam sebuah ekosistem dan keberadaanya
dapat menghadirkan keanekaragaman manfaat.
Selain itu, batuan juga berperan penting dalam proses pembangunan bangunan, seperti gedung,
sekolah, rumah, dan lain sebagainya.
1. Kristalisasi Magma
Fase pertama pada batuan yaitu magma yang sudah mengkristal, dimana magma adalah sumber
utama terjadinya batuan.
Biasanya, magma yang sudah membeku akan ditemukan di gunung – gunung berapi yang ada di
bumi. Ketika magma mengalami erupsi, maka magma yang ada di dalamnya akan keluar hingga
menyemburkan sampai ke permukaan di sekitarnya, yang biasa disebut magma ekstrusif.
Sedangkan, magma yang erupsi namun belum sampai ke permukaan disebut dengan magma
intrusif. Magma yang telah keluar dan menuju ke permukaan bumi akan membeku yang
kemudian akan berubah menjadi sebuah batuan beku. Biasanya, magma akan mudah dijumpai di
sekitar lempengan bumi atau di sekelilingnya.
2. Pelapukan
Proses pelapukan adalah proses batuan yang kedua, dimana batuan beku tadi akan mengalami
proses pelapukan.
Namun, yang paling mempengaruhi dari pelapukan ini yaitu cuaca, seperti panas matahari, hujan
dan angin serta gejala alam lainnya. Dengan perubahan cuaca seperti itu, maka yang akan
mengalami proses pelapukan tercepat ialah batuan ekstrusif.
Alasannya dikarenakan, bahwa batuan ekstrusif yang berada di permukaan bumi akan lebih
sering terpapar sinar matahari, angin dan gejala alam yang lain. Proses ini, disebabkan karena
aktifitas fisik dan kimia yang dihasilkan antara interaksi angin, air dan organisme tertentu.
Sedangkan bagi batuan instrusik juga akan mengalami proses pelapukan, apabila nantinya akan
terangkat ke permukaan.
3. Erosi
Adalah suatu proses pengikisan benda padat atau batuan yang diakibatkan dari interaksi air,
hujan, udara dan es.
Pada siklus batuan, erosi akan berlangsung setelah mengalami pengangkatan untuk batuan
intrusif, kemudian proses pelapukan untuk batuan ekstrusif.Dalam proses erosi, akan dibantu
oleh elemen air yang menyingkirkan material hasil pelapukan ke area lainnya.
4. Pengendapan
Semua material yang dibawa oleh air ke area lainnya, akan berkumpul pada sebuah tempat yang
terjadi selama terus menerus.
Kemudian semua material tersebut, akan mengendap dan seiring berjalannya waktu akan
semakin menambah jumlahnya hingga menimbulkan tumpukan material. Material yang
bertumpuk dan mengendap tersebut, akan berubah mengeras atau menjadi keras.
5. Pembentukkan Sedimen
Hasil dari tumpukan – tumpukan tersebut akan mengeras, lalu akan membentuk sebuah batuan
jenis baru yang dinamakan dengan batuan sedimen.
Ketika batuan sedimen muda telah terbentuk, maka batuan tersebut akan mengubur batuan
sedimen yang lama. Lalu, ketika ada air atau elemen lain masuk, maka butiran batuan sedimen
akan semakin terikat lebih erat lagi antara yang satu dengan yang lainnya.
6. Batuan Metamorf
Batuan sedimen yang sebenarnya memiliki letak yang sama dengan batuan intrusif yakni di
bawah permukaan bumi atau tidak nampak di permukaan bumi.
Batuan tersebut akan mengalami proses pengangkatan kemudian batuan akan terkubur semakin
dalam lagi, sehingga mempengaruhi tekanan dan energi panas di bumi menjadi meningkat.Dari
terbentuknya siklus tersebut, maka batuan sedimen akan berubah menjadi batuan metamorf.
7. Magma
Setelah proses – proses sebelumnya terjadi, maka pada akhirnya saat proses metamorf, batuan
akan kembali menjadi magma. Magma yang telah beku, lalu mengalami pelapukan yang akan
diikuti dengan erosi serta pengendapan, sehingga akan terbentuk sedimen dan metamorf.
Semua proses diatas adalah proses batuan yang kita kenal dengan siklus batuan dari magma
menjadi magma kembali. Setelah batuan mengalami enam proses di atas, pada akhirnya batuan
metamorf akan kembali berubah menjadi magma. Magma yang membeku lalu mengalami
pelapukan diikuti dengan erosi dan pengendapan hingga terbentuknya sedimen dan metamorf.
Keenam proses di atas ialah proses siklus batuan yang mana pada akhirnya magma akan kembali
berubah menjadi magma.
Andrian Stoop, penemu pertama minyak bumi di Cepu melakukan pengeboran pertamanya di
Desa Ledok, serta menyimpulkan bahwa di Panolan (Cepu) terdapat Iadang minyak yang
berkualitas tinggi dalam jumlah yang besar. Yang termasuk Iapangan Ledok adalah area Getur
dan Nglebur jebakan-jebakan minyak di areal Getur dijumpai pada kedalaman s/d 94 m dan
kedalaman antara 239 s/d 245 m. Tahun 1985 dibor sebanyak 252 surnur dengan kedalaman
sumur rata-rata antara 90 s/d 1350 m. Sumur yang menghasilkan sebanyak 207 buah sumur, yang
tidak menghasilkan 45 buah sumur. Banyaknya Iapisan yang menghasilkan sebanyak 16 lapisan.
Contoh:
Foto industri minyak dan gas di Dieng
Dieng
Dieng yang berlokasi di Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu lokasi proyek Pembangkit
Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Geo Dipa Energi. Dengan kontur pegunungan, sumber air
panas, solfatara, fumarole serta bebatuan mengindikasikan bahwa Dieng merupakan lokasi yang
potensial untuk dikembangkan sebagai sumber energi panas bumi. Total potensi energi panas
bumi di sekitar Dieng diperkirakan sebesar 400 MW.
Contoh:
Air tanah di Badung tersebar di beberapa wilayah, dan di eksploitasi sebagai air PDAM. PDAM
di Bandung diantaranya adalah PDAM TIRTAWENING dan PDAM TIRTA RAHARJA.