Anda di halaman 1dari 22

Isi Bumi

Secara umum, bumi terdiri dari daratan (benua, pulau-pulau, lembah-lembah, danau, dan
pegunungan) serta lautan (delta, lembah, palung, dan pegunungan bawah laut). Susunan
interior bumi diketahui berdasarkan informasi seismologi. Berdasarkan penyelidikan H. Jeffreys
dan K. E Bullen (1932-1942) yang mengacu pada penyelidikan E. Wiechert (1890-an) dengan
menggunakan cepat rambat gelombang P dan S, sehingga didefinisikan pembagian bentuk
berupa struktur-struktur lapisan interior bumi. Struktur-struktur lapisan yang menyusun bumi
tersebut dalam kajiannya terdapat dua jenis pendekatan yaitu berdasarkan komposisinya dan
berdasarkan kajian rheologi. Berikut penjelasannya;

Struktur Bumi Berdasarkan Komposisinya dan kajian Rheologi

Struktur bumi berdasarkan komposisinya

 Litosfer/Lithosphere merupakan lapisan bumi yang paling luar 0-200 km


(rigid). Litpsfer terdiri dari dua lapisan. Lapisan atas merupakan kerak bumi
yang memiliki komposisi oksigen, silicon, alumunium, kalsium, besi, sodium,
potassium, magnesium, dan lapisan pada bagian bawahnhya memiliki
komposisi silicon, oksigen, besi, dan magnesium.
 Astenosfer/Asthenosphere dengan kedalaman 200-350 km memiliki suhu
sangat panas, bersifat plastis (soft plastic) tersusun dari batuan yang meleleh
akibat panan dengan kepadatan yang rendah, memiliki komposisi silicon,
oksigen, besi, dan magnesium.
 Mesosfer/Mesosphere dengan kedalaman 350-2.900 km merupakan bagian
terdalam dan paling tebal dari mantel. Bagian atas bersifat plastis (stiff
plastic), bagian bawah lebih padat, memiliki komposisi silikon, oksigen, besi,
dan magnesium.
 Inti luar/Outer core dengan kedalaman 2.900-5.100 km merupakan lapisan
cair (liquid) yang memiliki suhu mencapai 2.200 ֯C, memiliki komposisi nikel
dan besi.
 Inti dalam/Inner core dengan kedalaman 5.100-6.370 km merupakan lapisan
padat (solid) memiliki suhu mencapai 5.000 ֯C, memiliki komposisi nikel dan
besi.

Mineral dan Unsur Kimia Pada Batuan


Mineral adalah bahan padat anorganik yang tersusun oleh satu atau lebih unsur dan
terbentuk secara alami, mempunyai sifat dan komposisi kimia tertentu, mempunyai sifat fisik
tertentu mempunyai struktur atom yang teratur dan berbentuk kristal.
Berdasarkan komposisi kimianya, mineral dapat dikelompokkan menjadi Native Elemen,
Hidroksida, Sulfida, Fospat, Sulfat, Silikat, Oksida dan Karbonat, Borat, Dan Nitrat.
a) Natuve Element
Native elemen atau unsur murni adalah kelompok mineral yang memiliki satu unsur
atau komposisi kimia saja. Pada umumnya sifat dalam (tenancity) mineralnya adalah
malleable yang jika ditempa dengan palu akan menjadi pipih atau ductile yang jika
ditarik akan menjadi memanjang, namunn tidak akan menjadi seperti semula jika di
lepas.
Logam

Nama: Gold/Emas Nama: Tembaga/Cuprum


Komposisi: Au Komposisi: Cu
Sistem Kristal: Isometrik Sistem Kristal: Isometrik
Nama: Perak/Argentum Nama: Platina/Platinum
Komposisi: Ag Komposisi: Pt
Sistem Kristal: Isometrik Sistem Kristal: Isometrik

Semilogam

Nama: Arsenik Nama: Bismuth


Komposisi: Ar Komposisi: Bi
Sistem Mineral: Heksagonal Sistem Mineral: Heksagonal

Non-Logam

Nama: Belerang/Sulfur Nama: Intan/Diamond


Komposisi: S Komposisi: C
Sistem Mineral: Orthorombik Sistem Mineral: Isometrik/Kubik
Nama: Grafit
Komposisi: C
Sistem Mineral: Isometrik/kubik

b) Sulfida
Kelompok ini dicirikan dengan adanya anion (S2-). Kelompok sulfide merupakan
kombinasi antara logam atau semilogam dengan belerang (S). Biasanya terbentuk
pada urat batuan atau dari larutan hidrotermal.

Nama: Argentite Nama: Bornite


Komposisi: Ag2S Komposisi: Cu3FeS4
Sistem Mineral: Sistem Mineral:

Nama: Galena Nama: Sphalerite


Komposisi: PbS Komposisi: ZnS
Sistem Mineral: Sistem Mineral:
Nama: Kalkopyrit Nama: Kalkosit
Komposisi: CuFeS2 Komposisi: Cu2S
Sistem Mineral: Sistem Mineral:

Nama: Pyrite Nama: Marcasite


Komposisi: FeS2 Komposisi: FeS2
Sistem Mineral: Sistem Mineral:

Nama: Alabandite Nama: Cinnabar


Komposisi: MnS Komposisi: HgS
Sistem Mineral: Sistem Mineral:
Nama: Molybdenite Nama: Niccolite
Komposisi: MoS Komposisi: NiAs
Sistem Mineral: Sistem Mineral:

Nama: Arsenopyrite Nama: Reaglar


Komposisi: FeAsS Komposisi: AsS
Sistem Mineral: Sistem Mineral:

Nama: Stibnite
Komposisi: Sb2S3
Sistem Mineral:
c) Fosfat
Merupakan kelompok mineral hasil persenyawaan kimia antar unsur-unsur logam
dengan fosfat (PO43-). sifat Dari golongan ini berubah-ubah, tetapi umumnya cenderung
lunak, rapuh, sangat berwarna, dan kristalisasinya baik, kekerasan berkisar antara 1,5-5
dan 6.

Nama: Olivenite Nama: Apatite


Komposisi: Cu2(AsO4)(OH) Komposisi: A5(XO4)3(F,Cl,OH)
Sistem Mineral: Orthorhombic Sistem Mineral: Hexagonal

d) Oksida dan Hidroksida

Kelompok mineral oksida terbentuk sebagai akibat persenyawaan langsung antara


oksigen dan unsur tertentu. Susunan kimianya lebih sederhana. Mineral oksida
umumnya lebih keras dibanding mineral lainnya kecuali silikat. Mereka juga lebih berat
kecuali sulfide paling utama dalam oksida adalah besi, chrome, mangan, timah, dan
alumunium. Kelompok mineral hidroksida terbentuk sebagai akibat pencampuran atau
persenyawaan unsur-unsur tertentu, umumnya unsur-unsur logam dengan hidroksida
(OH-).
Nama: Limonite Nama: Lepidocrocite
Komposisi: FeO(OH).nH2O Komposisi: γ −FeO (OH )
Sistem Mineral: Amorf Sistem Mineral: Orthorhombic

Nama: Hematite Nama: Corundum


Komposisi: Fe2O3 Komposisi: Al2O3
Sistem Mineral: Hexagonal Sistem Mineral: Hexagonal

Nama: Manganite
Komposisi: MnO(OH)
Sistem Mineral: Monoclinic
e) Sulfat

Kelompok mineral sulfat biasanya terjadi pada daerah evaporitik (penguapan) yang
tinggi kadar airnya. Kemudian perlahan-lahan menguap sehingga formasi sulfat dan
halide berinteraksi.

Nama: Celestite Nama: Barite


Komposisi: SrSO4 Komposisi: BaSO4
Sistem Mineral: Orthorhombic Sistem Mineral: Orthorhombic

Nama: Gypsum Nama: Epsomite


Komposisi: CaSO4.2H2O Komposisi: MgSO4.7H2O
Sistem Mineral: Monoclinic Sistem Mineral: Orthorhombic
f) Silikat

Kelompok mineral hasil persenyawaan kimia antara unsur-unsur logam dengan salah
satu SiO tetrahedra (SiO42-) tunggal atau berantai. Silikat adalah golongan mineral yang
paling besar dan sangat berlimpah keberadaannya dan merupakan unsur pokok
penyusun batuan beku dan batuan beku metamorf.

Nama: Olivine Nama: Almandine


Komposisi: (Mg,Fe)2SiO4 Komposisi: Fe3Al2(SiO4)3
Sistem Mineral: Orthorhombic Sistem Mineral: Isometrik

Nama: Zircon Nama: Andalusite


Komposisi: ZrSiO4 Komposisi: Al2SiO5
Sistem Mineral: Tetragonal Sistem Mineral: Orthorhombic
Nama: Topaz
Komposisi: Al2SiO4(F,OH)2
Sistem Mineral: Orthorhombic

g) Karbonat, Borat, dan Nitrat

Merupakan mineral hasil persenyawaan dengan ion (CO 23-), dan disebut “karbonat”,
umpamanya persenyawaan dengan Ca dinamakan “kalsium Karbonat”, CaCO 2 dikenal
sebagai mineral kalsit. Dalam kelompok karbonat ini juga termasuk nitrat (NO 3-) dan juga
borat (BO3).

Nama: Borax Nama: Kernite


Komposisi: Na2B4O7.1OH2O Komposisi: Na2B4O7.4H2O
Sistem Mineral: Monoclinic Sistem Mineral: Monoclinic
Nama: Azurite Nama: Dolomite
Komposisi: Cu3(CO3)2(OH)2 Komposisi: CaMg(CO3)2
Sistem Mineral: Monoclinic Sistem Mineral: Hexagonal

Nama: Calcite
Komposisi: CaCO3
Sistem Mineral: Hexagonal
Deskripsi Batuan Beku

1. Kode Batuan IIC

Deskripsi:
a. Warna: Hitam Keabu-abuan
b. Jenis Batuan: Batuan Beku Ekstrusif
c. Tekstur
 Granularitas: Afanitik
 Kristalinitas: Hipokristalin
 Bentuk Kristal: Subhedral-anhedral
 Relasi antar Kristal: Equigranular
 Kekerasan: 6-6,5 Skala Mohs

d. Komposisi Mineral: Plagioclase, Pyroxene, Olivine


e. Sruktur: Masif
f. Nama Batuan: Andesit
2. Kode Batuan: II A

Deskripsi:
a. Warna: Putih Kecoklatan
b. Jenis Batuan: Batuan beku Intrusif
c. Tekstur
 Granularitas: Faneritik
 Kristalinitas: Hipokristalin
 Bentuk Kristal: Anhedral
 Relasi antar Kristal: Inequigranular
 Kekerasan: 6 skala mohs
d. Komposisi Mineral: Plagioklase, amfibol, kuarsa
e. Struktur: Masif
f. Nama Batuan: Diorit

Deskripsi Batuan Sedimen

1. Kode Batuan: III C


Deskripsi:

a. Jenis Batuan: Sedimen Klastik


b. Warna: Cokelat
c. Struktur: Klastik
d. Tekstur:Amorf ( Very well sorted )
e. Ukuran Butir: Serpih halus (fine silt=1/64-1/128 mm)
f. Komposisi: Silikat (SiO2)
g. Nama Batuan: Batu Lanau

2. Kode Batuan: III A

Deskripsi:
a. Jenis Batuan: Sedimen
b. Warna Batuan: Abu-abu Kebiruan
c. Struktur: Klastik
d. Tekstur: Non Stratified ( Greeded Bedding)
e. Komposisi: Sejenis atau campuran rijang, kuarsa, granit, dan lain-lain
f. Nama Batuan: Konglomerat
g. Genesa: Konglomerat merupakan batuan Sedimen dumana Konglomerat
hampiur sama dengan campuran rijang, kuarsa, granit, dan lain-lain, hanya
saja fragmen yang menyusun batuan ini umumnya bulat atau agak
membulat.
Konglomerat merupakan batuan sedimen bertekstur klastik karena memiliki
fragmen dan matriks, sedangkan strukturnya yaitu non stratified yaitu tidak
berlapis, sesuai dengan gambar di atas struktur khususnya yaitu greeded
bedding. Pada konglomerat, terjadi proses transport pada material-material
penyusunnya yang mengakibatkan fragmen-fragmennya memiliki bentuk
yang membulat.

Deskripsi Batuan Metamorf

1. Kode Batuan: I C

Deskripsi:.

a. Asal: Metamorfisme shale dan mudstone


b. Warna: Abu-abu Kehitaman
c. Struktur: Foliasi
d. Derajat metamorfisme: Rendah
e. Ukuran butir:
f. Komposisi Mineral: Kuarsa, muskovit, illit
g. Nama Batuan: Batu Sabak ( Slate )
2. Kode Batuan: I A

Deskripsi:

a. Asal: Metamorfisme Sandstone


b. Warna: Putih Kecoklatan
c. Struktur: Non Foliasi
d. Derajat Metamorfisme: Intermediete-Tinggi
e. Ukuran Butir: Medium Coarse
f. Komposisi Mineral: Kuarsa
g. Nama Batuan: Batu Kuarsa
Siklus Batuan

Merupakan sebuah komponen tak hidup atau abiotik dalam sebuah ekosistem dan keberadaanya
dapat menghadirkan keanekaragaman manfaat.

Selain itu, batuan juga berperan penting dalam proses pembangunan bangunan, seperti gedung,
sekolah, rumah, dan lain sebagainya.

Berikut ini adalah penjelasan lengkap tentang siklus batuan.

1. Kristalisasi Magma
Fase pertama pada batuan yaitu magma yang sudah mengkristal, dimana magma adalah sumber
utama terjadinya batuan.
Biasanya, magma yang sudah membeku akan ditemukan di gunung – gunung berapi yang ada di
bumi. Ketika magma mengalami erupsi, maka magma yang ada di dalamnya akan keluar hingga
menyemburkan sampai ke permukaan di sekitarnya, yang biasa disebut magma ekstrusif.

Sedangkan, magma yang erupsi namun belum sampai ke permukaan disebut dengan magma
intrusif. Magma yang telah keluar dan menuju ke permukaan bumi akan membeku yang
kemudian akan berubah menjadi sebuah batuan beku. Biasanya, magma akan mudah dijumpai di
sekitar lempengan bumi atau di sekelilingnya.

2. Pelapukan
Proses pelapukan adalah proses batuan yang kedua, dimana batuan beku tadi akan mengalami
proses pelapukan.

Namun, yang paling mempengaruhi dari pelapukan ini yaitu cuaca, seperti panas matahari, hujan
dan angin serta gejala alam lainnya. Dengan perubahan cuaca seperti itu, maka yang akan
mengalami proses pelapukan tercepat ialah batuan ekstrusif.

Alasannya dikarenakan, bahwa batuan ekstrusif yang berada di permukaan bumi akan lebih
sering terpapar sinar matahari, angin dan gejala alam yang lain. Proses ini, disebabkan karena
aktifitas fisik dan kimia yang dihasilkan antara interaksi angin, air dan organisme tertentu.
Sedangkan bagi batuan instrusik juga akan mengalami proses pelapukan, apabila nantinya akan
terangkat ke permukaan.

3. Erosi
Adalah suatu proses pengikisan benda padat atau batuan yang diakibatkan dari interaksi air,
hujan, udara dan es.

Pada siklus batuan, erosi akan berlangsung setelah mengalami pengangkatan untuk batuan
intrusif, kemudian proses pelapukan untuk batuan ekstrusif.Dalam proses erosi, akan dibantu
oleh elemen air yang menyingkirkan material hasil pelapukan ke area lainnya.

4. Pengendapan
Semua material yang dibawa oleh air ke area lainnya, akan berkumpul pada sebuah tempat yang
terjadi selama terus menerus.

Kemudian semua material tersebut, akan mengendap dan seiring berjalannya waktu akan
semakin menambah jumlahnya hingga menimbulkan tumpukan material. Material yang
bertumpuk dan mengendap tersebut, akan berubah mengeras atau menjadi keras.

5. Pembentukkan Sedimen
Hasil dari tumpukan – tumpukan tersebut akan mengeras, lalu akan membentuk sebuah batuan
jenis baru yang dinamakan dengan batuan sedimen.
Ketika batuan sedimen muda telah terbentuk, maka batuan tersebut akan mengubur batuan
sedimen yang lama. Lalu, ketika ada air atau elemen lain masuk, maka butiran batuan sedimen
akan semakin terikat lebih erat lagi antara yang satu dengan yang lainnya.

6. Batuan Metamorf
Batuan sedimen yang sebenarnya memiliki letak yang sama dengan batuan intrusif yakni di
bawah permukaan bumi atau tidak nampak di permukaan bumi.

Batuan tersebut akan mengalami proses pengangkatan kemudian batuan akan terkubur semakin
dalam lagi, sehingga mempengaruhi tekanan dan energi panas di bumi menjadi meningkat.Dari
terbentuknya siklus tersebut, maka batuan sedimen akan berubah menjadi batuan metamorf.

7. Magma
Setelah proses – proses sebelumnya terjadi, maka pada akhirnya saat proses metamorf, batuan
akan kembali menjadi magma. Magma yang telah beku, lalu mengalami pelapukan yang akan
diikuti dengan erosi serta pengendapan, sehingga akan terbentuk sedimen dan metamorf.

Semua proses diatas adalah proses batuan yang kita kenal dengan siklus batuan dari magma
menjadi magma kembali. Setelah batuan mengalami enam proses di atas, pada akhirnya batuan
metamorf akan kembali berubah menjadi magma. Magma yang membeku lalu mengalami
pelapukan diikuti dengan erosi dan pengendapan hingga terbentuknya sedimen dan metamorf.
Keenam proses di atas ialah proses siklus batuan yang mana pada akhirnya magma akan kembali
berubah menjadi magma.

Hubungan Geologi Dengan Pertambangan Mineral


Dengan mempelajari ilmu geologi khususnya tentang batuan dan struktur geologi seorang
geologist sangat diperlukan dalam tugas pencarian atau eksplorasi sumber daya mineral seperti
batu bara, perak, tembaga, besi, nikel, dll.,

Hubungan Geologi Dengan Pertambangan Minyak Dan Gas Bumi


Teori proses pembentukan minyak yang dikenal hingga saat ini yaitu: Teori Anorganik (jarang
dipakai) dan Teori Organik (Umum dipakai). Teori organic mengatakan bahwa minyak dan gas
bumi berasa;l dari ganggang bakteri, plankton, dan tumbuhan lunak-keras, yang mati dan
terendapkan bersama unsur-unsur pembentuk batuan menjadi batuan induk dan tertimbun
sehingga mengalami proses pematangan menjadi minyak dan gas bumi. Sehingga dengan
mempelajari ilmu geologi kita dapat menentukan dimana lokasi keberadaan sumber daya migas.
Contoh:
Konsesi tambang minyak Panolan (Cepu)

Andrian Stoop, penemu pertama minyak bumi di Cepu melakukan pengeboran pertamanya di
Desa Ledok, serta menyimpulkan bahwa di Panolan (Cepu) terdapat Iadang minyak yang
berkualitas tinggi dalam jumlah yang besar. Yang termasuk Iapangan Ledok adalah area Getur
dan Nglebur jebakan-jebakan minyak di areal Getur dijumpai pada kedalaman s/d 94 m dan
kedalaman antara 239 s/d 245 m. Tahun 1985 dibor sebanyak 252 surnur dengan kedalaman
sumur rata-rata antara 90 s/d 1350 m. Sumur yang menghasilkan sebanyak 207 buah sumur, yang
tidak menghasilkan 45 buah sumur. Banyaknya Iapisan yang menghasilkan sebanyak 16 lapisan.

Hubungan Geologi Dengan Pertambangan Panas Bumi


Panas Bumi adalah panas alami yang terjebak di dekat permukaan bumi dan dapat diekstrak
secara ekonomis (Leibowitz, 1978). Karena berkaitan dengan permukaan bumi maka ilmu
geologi sangat diperlukanndalam proses eksplorasi panas bumi.

Contoh:
Foto industri minyak dan gas di Dieng

Dieng

Dieng yang berlokasi di Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu lokasi proyek Pembangkit
Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Geo Dipa Energi. Dengan kontur pegunungan, sumber air
panas, solfatara, fumarole serta bebatuan mengindikasikan bahwa Dieng merupakan lokasi yang
potensial untuk dikembangkan sebagai sumber energi panas bumi. Total potensi energi panas
bumi di sekitar Dieng diperkirakan sebesar 400 MW.

Hubungan Geologi Dengan Pertambangan Air Tanah


Di dalam mempelajari geologi yaitu geologi struktur dan batuan-batuan penyusunnya kita dapat
mengetahui dimana letak sumber air bersih di dalam tanah. Karena lapisan batuan yang
menandakan keberadaan suatu sumber air yang dapat kita konsumsi sehari-hari.

Contoh:

Foto PDAM TIRTAWENING Foto PDAM TIRTA RAHARJA

Air tanah di Badung tersebar di beberapa wilayah, dan di eksploitasi sebagai air PDAM. PDAM
di Bandung diantaranya adalah PDAM TIRTAWENING dan PDAM TIRTA RAHARJA.

Anda mungkin juga menyukai