Makalah Duwis Afif

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

“UPAYA MENINGKATKAN PERAN PEMUDA


DALAM MEMAJUKAN PARIWISATA DI
KABUPATEN BONE”

NAMA : AFIF FURACHMAN.HS


ASAL SEKOLAH : UPT SMA NEGERI 1 BONE
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan ke-hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
rahmat dan karunia-Nya lah, karya ilmiah ini dapat terselesaikan dengan baik, tepat pada
waktunya,Adapun tujuan penulisan karya ilmiah ini adalah untuk memenuhi tugas dengan
judul “Upaya Meningkatkan Peran Pemuda dalam Memajukan Pariwisata Di Kabupaten
Bone”. Dengan membuat tugas ini kami diharapkan mampu untuk lebih mengenal tentang
Kepariwisataan dan kebudayaan yang berkembang sebagai kota wisata budaya, yang
merupakan salah satu provinsi di Indonesia dan seringkali luput dari pengamatan kita sebagai
masyarakat Indonesia.

Harapan saya, semoga karya ilmiah yang sederhana ini, dapat memberi
kesadaran tersendiri bagi generasi muda bahwa kita juga harus mengetahui adat dan
kebudayaan khususnya dalam pariwisata indonesia dari seluruh provinsi yang ada di
Indonesia, karena kita adalah bagian dari keluarga besar Indonesia tercinta.

Bone, 07 Juni 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................ i

DAFTAR ISI........................................................................................................... ii

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah.......................................................................... 1

B. Identifikasi Masalah................................................................................. 2

C. Perumusan Masalah................................................................................. 2

D. Tujuan...................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

1. Lingkungan Budaya dalam Pariwisata…………….............................................. 3

2. Lingkungan Budaya dalam Pariwisata.................................................................. 4

3. Solusi Pengembangan Pariwisata Berwawasan Lingkungan......................... 5

4. Tujuan Kunjungan Pariwisata Budaya................................................................. 8

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan............................................................................................. 10

B. Saran....................................................................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 11


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Peran generasi muda dalam industri pariwisata berwawasan kebudayaan adalah saat di mana
para pemuda, khususnya mahasiswa mengembangkan sektor pariwisata yang didasarkan oleh
wawasan budaya. Pemuda adalah ujung tombak. Dalam era pembangunan saat ini,peran dan
dukungan pemuda sangat diharapkan dalam mengisi pembangunan. Oleh karena itu,
keterlibatan mereka menjadi sangat penting bila diharapkan akan diwujudkan pembangunan
kepariwisataan yang berkelanjutan. Hal tersebut menjadi lebih relevan ketika dikaitkan
dengan berbagai upaya untuk percepatan aktivitas kepariwisataan dalam rangka mendukung
proses pembangunan di berbagai wilayah di Indonesia. Pendapat mengenai peran
kepariwisataan dalam pembangunan dan terlebih lagi untuk negara sedang berkembang sudah
sering kali diungkapkan di dalam berbagai literatur

Perkembangan sektor pariwisata ini di satu sisi memberikan keuntungan ekonomis yang
cukup tinggi. Keuntungan ekonomis ini membawa pengaruh pada pendapatan negara secara
umum dan kesejahteraan masyarakat sekitar secara khusus. Kehadiran wisatawan dapat
diartikan sebagai kehadiran rezeki bagi sejumlah orang mulai para pemandu wisata, jasa
transportasi umum, Sampai dengan para pedagang. Dengan demikian, sektor pariwisata
bukan sekedar memberikan keuntungan bagi pelaku-pelaku bidang pariwisata melainkan juga
memberikan keuntungan sektor-sektor lain di luar pariwisata.

Dalam arti yang sangat luas, kebudayaan dapat dinyatakan sebagai keseluruhan masalah-
masalah spiritual, material, segi-segi intelektual dan emosional yang beragam, dan memberi
watak kepada suatu masyarakat atau kelompok sosial. Kebudayaan juga dapat pula diartikan
sebagai segenap perwujudan dan keseluruhan hasil pikiran (logika), kemauan (etika), serta
perasaan (estetika) manusia dalam rangka perkembangan pribadi manusia; hubungan manusia
dengan Tuhan, hubungan manusia dengan alam, hubungan manusia dengan manusia.

Oleh karena itu, ketika kepariwisataan akan dikembangkan, maka yang harus dipahami
adalah bahwa pengembangan tersebut ditujukan untuk “membantu” wisatawan mewujudkan
motivasi-motivasi sebagaimana yang telah diuraikan. Entah itu dalam bentuk pelayanan jasa
maupun pertunjukan kebudayaan. Pembangunan kepariwisataan yang berkelanjutan tidak
didasarkan kepada paradigma bahwa wisatawan adalah “mangsa” yang akan untuk dikuras isi
kantongnya. Paradigma semacam ini akan menyebabkan suatu destinasi pariwisata
kehilangan pelanggan setia, karena wisatawan merasa dieksploitasi.

B. Identifikasi Masalah

Melihat semua hal yang melatar belakangi Kebudayaan pariwisata maka, saya menarik
masalah, yaitu:

- Kurangnya perhatian dari masyarakat pada lingkungan kebudayaan. Sehingga kurangya


pengetahuan masyarakat tentang kepariwisataan lingkungan budaya terutama Pemuda.

C. Perumusan Masalah

Atas dasar penentuan latar belakang dan identifikasi masalah diatas, maka kami dapat
mengambil perumusan masalah sebagai berikut:

- Lingkungan Budaya dalam Pariwisata


- Pentingnya Pengembangan Sektor Pariwisata
- Tujuan Kunjungan Pariwisata.
- Solusi Pengembangan Pariwisata Berwawasan Lingkungan
D. Tujuan

Tujuan penulisan makalah ini, yaitu untuk memberikan informasi mengenai Perkembangan
pariwisata berwawasan lingkungan budaya yang meliputi beberapa aspek-aspek dalam
meningkatkan kepariwisataan indonesia yang mendorong pengembangan sektor-sektor lain
baik secara langsung maupun secara tidak langsung dan juga sebagai salah satu persyaratan
untuk menjadi calon Duta Wisata Kabupaten Bone 2021.
BAB II

PEMBAHASAN

1. Lingkungan Budaya dalam Pariwisata

Pengembangan pariwisata meliputi berbagai bidang. Di antaranya adalah pengembangan


wisata alam (pantai, gunung, gua) dan pengembangan wisata budaya (upacara tradisional,
pakaian tradisional, tari). Kedua bidang tersebut sama-sama memiliki daya tarik khusus bagi
para wisatawan. Namun, jika kita mau mencoba mencermati kecenderungan para wisatawan
khususnya wisatawan mancanegara, bidang yang menjadi daya tarik utama adalah bidang
kebudayaan. Pariwisata alam tampaknya hanya menjadi “tempat beristirahat” bagi para
wisatawan.

Ketertarikan wisatawan pada bidang budaya dapat diketahui dari berbagai indikator. Pertama,
banyaknya wisatawan yang mengunjungi Kraton Yogyakarta. Keingintahuan wisatawan
terhadap Kraton Yogyakarta dilandasi oleh keingintahuan akan pusat kebudayaan Jawa.
Kedua, banyaknya wisatawan yang tertarik membeli benda-benda tradisional khas. Ketiga,
banyaknya wisatawan yang tertarik mempelajari budaya khas seperti menari dan membatik.
Keempat, banyaknya wisatawan yang tertarik dengan keramahtamahan kita dalam
menanggapi mereka.

Dalam jangka panjang, bidang kebudayaan tampaknya akan lebih mendominasi motivasi
wisatawan. Hal ini berkaitan erat dengan semakin langkanya nuansa tradisional di negara-
negara maju.Karena kelangkaan tersebut, banyak orang ingin mengetahui bentuk-bentuk
budaya asli nenek moyang mereka.

Jika sektor pariwisata budaya ini benar-benar dikelola oleh pemerintah, Yogyakarta akan
mampu bersaing dengan negara-negara lain yang maju dan mempunyai komitmen untuk
mengembangkan priwisata budaya seperti Korea dan Jepang. Namun, jika sektor ini justru
tidak terperhatikan, dan fokus pengembangan hanya pada pariwisata alam, lama kelamaan
para wisatawan akan bosan karena pada dasarnya pariwisata alam bersifat statis dan sekali
datang.

Namun demikian, jika pengembangan pariwisata budaya ini dikembangkan dengan


sembarangan, pengembangan pariwisata ini bisa menjadi bumerang atas kebudayaan itu
sendiri. Eksploitasi besar-besaran terhadap pariwisata budaya akan mengakibatkan budaya
tersebut kehilangan kualitasnya. Akibatnya, kebudayaan hanya sekedar simbol-simbol mati,
tanpa makna.Pembisnisan budaya yang berlebihan juga akan mengaburkan hakikat dari
kebudayaan itu sendiri. Pada akhirnya, kebudayaan tercabut dari asal-usulnya, yaitu
masyarakat.

Dalam hubungannya dengan transformasi kebudayaan sebagai akibat pengembangan sektor


pariwisata, ada baiknya disimak pendapat dari Sutan Takdir Alisahbana(Rahmanto,
1992:141). Beliau mengatakan bahwa transformasi budaya yang disebabkan oleh penerapan
teknologi maju yang terlepas dari perspektif budaya bangsa akan mengakibatkan manusia
dikuasai teknologi, dan bukan sebaliknya.

2. Pentingnya Pengembangan Sektor Pariwisata

Dalam kehidupan masyarakat modern, rekreasi merupakan kebutuhan hidup manusia yang
tidak dapat dihilangkan lagi. Hal ini berkaitan erat dengan kesibukan hidup sehari-hari yang
pada akhirnya membutuhkan penyeimbang berupa kesantaian dan refresing. Kebutuhan akan
kesantaian dan refresing ini perlu mendapat jawaban berupa bisnis rekreasi dan hiburan.
Dalam hal ini sektor pariwisatalah yang berkepentingan.

Dari sisi lain, pengembangan sektor pariwisata mampu mendorong pengembangan sektor-
sektor lain baik secara langsung maupun secara tidak langsung.Pengembangan kawasan
pantai misalnya,akan mendorong pengembangan bidang transportasi baik berupa perbaikan
jalan maupun route angkutan kendaraan umum. Perbaikan sarana jalan dan angkutan
kendaraan umum mengakibatkan daerah di sekitarnya terbebas dari isolasi, yang pada
akhirnya membawa pengaruh pada dinamika kehidupan penduduknya. Di samping itu,
pengembangan sektor pariwisata membuka peluang bagi penduduk sekitarnya untuk
meningkatkan taraf perekonomian melalui bisnis rumah makan maupun penginapan.

Dalam skala yang lebih besar, kesejahteraan dunia membawa pengaruh pada orang-orang dari
berbagai penjuru dunia untuk mengenal kebudayaan dari negara lain. Salahsatu caranya
adalah dengan mengadakan perjalanan wisata. Keingintahuan ini menghasilkan keuntungan
ekonimis berupa masuknya devisa pada keungan negara. Pada akhirnya, bisnis pariwisata
memberikan keuntungan yang cukup besar dari berlapis bagi bangsa dan masyarakat.

Melihat sejumlah indikator di atas, pengembangan sektor pariwisata tampaknya menjadi


sesuatu yang penting dan perlu mendapat perhatian khusus dari berbagai pihak. Karena jika
sektor ini tidak mendapat perhatian khusus, mata rantai pencarian nafkat mulai dari para
tukang becak, pemandu wisata, pengelola perjalanan wisata, sampai keuangan negara akan
terpengaruh. Sebaliknya jika sektor ini pendapat perhatian khusus dan pada akhirnya sektor
ini menjadi maju, banyak pihak yang diuntungkan.

3. Tujuan Kunjungan Pariwisata

Seseorang yang melakukan perjalanan wisata ke suatu daerah biasanya karena ingin sekedar
untuk refreshing dan sekedar untuk berjalan-jalan. Adapun yang melakukan perjalanan wisata
karena ada urusan bisnis ke suatu daerah. Ada berbagai jenis pariwisata yang dikelompokkan
berdasarkan tujuan atau motif seseorang atau kelompok yang melakukan perjalanan wisata.

1) Pariwisata untuk Menikmati Perjalanan (Pleasure Tourism)

Jenis pariwisata ini dilakukan oleh orang-orang yang meninggalkan tempat tinggalnya untuk
berlibur, untuk mencari udara segar yang baru, untuk memenuhi kehendak ingin tahunya,
untuk mengendorkan ketegangan sarafnya, untuk melihat sesuatu yang baru, untuk
menikmati keindahan alam, atau bahkan untuk mendapatkan ketenangan dan kedamaian di
daerah luar kota.

2) Pariwisata untuk Rekreasi (Recreation Tourism)

Jenis pariwisata ini dilakukan oleh orang-orang yang menghendaki pemanfaatan hari-hari
liburnya untuk beristirahat, untuk memulihkan kembali kesegaran jasmani dan rohaninya,
yang ingin menyegarkan keletihan dan kelelahannya.

3) Pariwisata untuk Kebudayaan (Cultural Tourism)

Jenis pariwisata ini dilakukan karena adanya keinginan untuk mempelajari adat istiadat,
kelembagaan, dan cara hidup rakyat daerah lain, selain itu untuk mengunjungi monumen
bersejarah, peninggalan peradaban masa lalu, pusat-pusat kesenian, pusat-pusat keagamaan,
atau untuk ikut serta dalam festival-festival seni musik, teater, tarian rakyat, dan lain-lain.
4. Solusi Pengembangan Pariwisata Berwawasan Lingkungan

Permasalahan pokok yang kiranya perlu dicari jalan keluarnya adalah bagaimana kita
mampu mengembangkan pariwisata yang berwawasan lingkungan budaya. Dalam hal ini ada
beberapa hal yang sekiranya dapat dipertimbangkan sebagai alternatif pengembangan
pariwisata berwawasan lingkungan kebudayaan.

Maka dari itu, program yang saya tawarkan sebagai solusi masalah pariwisata di Kabupaten
Bone ini ada tiga, yaitu:

5. I’m The Promotor


Disini, saya akan menjadi promotor dimana saya akan mempromosikan budaya dan
pariwisata yang ada di Kabupaten Bone. Adapun Langkah awal saya yaitu
mempromosikan objek wisata yang terpencil seperti air terjun Ladenring, Salo
Merung’e, dan objek wisata lainnya yang tidak kalah indah dengan objek wisata lain.
Promosinya bisa melalui video documenter yang di posting di sosial media kemudian
dibuatkan pamphlet untuk mempermudah langkah promosinya.
6. Membentuk Forum Diskusi (To Be Discussed)
Jadi, disamping menjadi promotor, sebaiknya diadakan forum diskusi dimana di
forum inilah orang-orang mengumpulkan ide-ide, menjalin silaturahmi dan
berbincang mengenai langkah untuk memajukan Pariwisata yang ada di Kabupaten
Bone. Forum Diskusinya disebut “To Be Discussed”.
7. Peningkatan 3A (Amenitas, Aksebilitas dan Atraksi)
Terdapat 3 aspek penting yang menjadi dasar dalam perencanaan pengembangan
pariwisata yang disingkat dengan 3A (atraksi, amenitas, aksesbilitas). Aspek 3A
merupakan syarat minimal bagi pengembangan sebuah destinasi wisata. Setiap
destinasi wisata sudah pasti mempunyai keunikan dan ciri khasnya masing-masing
yang membuat banyak orang tertarik untuk mengunjungi lokasi wisata tersebut. Di
lain sisi, faktor amenitas dan aksesbilitas akan menjadi kunci bagi keberlangsungan
wisatawan dalam menikmati pengalaman berwisata. Ketiga faktor ini memiliki peran
penting dalam membangun pengalaman berwisata yang nyaman serta menyenangkan
bagi wisatawan.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Gagasan tentang warisan cultural dipandang sebagai aspek penting yang harus dilindungi
dalam rangka mencari identitas nasional dilandasi oleh hasrat sederhana untuk mengabdikan
kegemilangan masa silam. Sebagaimana disebutkan di muka, pluraristik (keragaman) budaya
khususnya seni pertunjukkan yang dimilikinya dapat sebagai sumber daya dalam
pembangunan pariwisata berwawasan budaya.

B. Saran

Solusi yang sekiranya paling bijaksana adalah membangun simbiosis mutualisma antara
pariwisata dan budaya. Artinya, sambil mengembangkan sektor pariwisata, kita juga turut
serta melestarikan lingkungan budaya kita. Sambil melestarikan kebudayaan kita, kita
mengemas pelestarian tersebut dengan berorientasi pada pariwisata. Jika hal itu dapat
teruwujud, semaju apapun negara kita, kebudayaan tradisional akan tetap terpelihara tanpa
mengabaikan pengembangan pariwisata.
DAFTAR PUSTAKA

Desky, M.A. 2001. Manajemen Perjalanan Wisata. Yogyakarta : Adicita Karya Nusa.

Kartodirdjo, Suyatno. 1992. “Tranformasi Budaya dalam Pembangun” dalam Tantangan


Kemanusian Universal. Yogyakarta : Kanisius

Roem, Mohamad, dkk. 1982. Tahta Untuk Rakyat : Celah-celah Kehidupan Sultan
Hamengkubuwono IX. Jakarta : PT. Gramedia.

Sutrisna, Slamet. 1992. “Budaya Keilmuan dan Situasinya di Indonesia” dalam Tantangan
Kemanusiaan Universal. Yogyakarta : Kanisius.

Suwarno, P.J. 1992. “Belajar dari Sejarah Yogyakarta untuk Memasuki Era Globalisasi”
dalam Tantangan Kemanusiaan Universal. Yogyakarta : Kanisius.

Tnunay, Tontje. 1991. Yogyakarta Potensi Wisata. Klaten :CV. Sahabat.

Anda mungkin juga menyukai