Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN

DIAGNOSA GANGGUAN KEBUTUHAN SPIRITUAL

Disusun Guna Memenuhi Tugas Individu Stase Keperawatan Spiritual

Disusun Oleh :

SARI PURWANTI
24.20.1423

PROGRAM PROFESI NERS ANGKATAN XXVI


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SURYA GLOBAL
YOGYAKARTA
2021
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
SURYA GLOBAL YOGYAKARTA
PROGRAM STUDI PROFESI NERS ANGKATAN XXVI

LEMBAR PENGESAHAN

Telah Disahkan Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan dengan Diagnosa


Gangguan Kebutuhan Spiritual. Guna Memenuhi Tugas Stase Spiritual STIKes Surya
Global Yogyakarta Tahun 2021.

Yogyakarta, Juli 2021


Di Ajukan Oleh:
Sari Purwanti

Mengetahui
Pembimbing Akademik

(Anna Nur Hikmawati, S.Kep., Ns. M.Kep)


A. JUDUL
Gangguan Kebutuhan Spiritual
B. PENGERTIAN
Spiritual merupakan kompleks yang unik pada tiap individu dan
tergantung pada budaya, perkembangan, pengalaman hidup, kepercayaan dan ide-
ide tentang kehidupan seseorang dan menguraikan spiritualitas sebagai suatu yang
multidimensi, yaitu dimensi eksistensial dan dimensi agama (Mauk dan Schmidt,
cit Potter Perry, 2009).
Spiritual (spirituality) merupakan sesuatu yang dipercayai oleh seseorang
dalam hubungannya dengan kekuatan yang lebih tinggi (Tuhan), yang
menimbulkan suatu kebutuhan serta kecintaan terhadap adanya Tuhan, dan
permohonan maaf atas segala kesalahan yang pernah diperbuat (Reed,1991 dalam
Kozier dkk., 2010).
Kebutuhan spiritual adalah suatu kebutuhan dasar manusia yang harus di
penuhi. Kebutuhan spiritual mengandung arti suatu keyakinan pendekatan,
harapan dan kepercayaan pada Tuhan serta kebutuhan untuk menjalankan Agama
yang dianut, kebutuhan untuk dicintai dan diampuni oleh Tuhan yang seluruhnya
dimiliki dan harus dipertahankan oleh seseorang sampai kapanpun agar
memperoleh pertolongan, ketenangan, keselamatan, kekuatan, penghiburan serta
kesembuhan (Bambang, 2010).
C. FAKTOR PREDISPOSISI
Menurut Craven (2013), faktor-faktor yang mempengaruhi spiritual
seseorang adalah :
1. Tahap perkembangan seseorang
Berdasarkan hasil penelitian terhadap anak-anak, ditemukan bahwa
mereka mempunyai persepsi tentang Tuhan dan bentuk sembahyang yang
berbeda menurut usia, seks, agama, dan kepribadian anak
2. Keluarga
Peran orang tua sangat menentukan dalam perkembangan spiritual anak.
Hal yang penting bukan apa yang diajarkan oleh orang tua pada anak tentang
Tuhan, tetapi apa yang anak pelajari mengenai Tuhan, kehidupan, diri
sendiri dari perilaku orang tua mereka. Oleh karena keluarga merupakan
lingkungan terdekat dan pengalaman pertama anak dalam mempersepsikan
kehidupan di dunia, maka pandangan anak ada umumnya diwarnai oleh
pengalaman mereka dalam berhubungan dengan saudara dan orang tua.
3. Latar belakang etnik dan budaya
Sikap, keyakinan, dan nilai dipengaruhi oleh latar belakang etnik dan
budaya. Pada umumnya seseorang akan mengikuti tradisi agama dan
spiritual keluarga. Anak belajar pentingnya menjalankan kegiatan agama
termasuk nilai moral dari hubungan keluarga. Akan tetapi perlu diperhatikan
apapun tradisi agama atau sistem kepercayaan yang dianut individu, tetap
saja pengalaman spiritual unik bagi setiap individu
4. Pengalaman hidup sebelumnya
Pengalaman hidup baik yang positif maupun pengalaman negatif dapat
mempengaruhi spiritual seseorang. Pengalaman hidup yang menyenangkan
seperti pernikahan, kelulusan, atau kenaikan pangkat menimbulkan syukur
pada Tuhan. Peristiwa buruk dianggap sebagai suatu cobaan yang diberikan
Tuhan pada manusia untuk menguji imannya.
5. Krisis dan Perubahan
Krisis dan perubahan dapat menguatkan kedalaman spiritual seseorang.
Krisis sering dialami ketika seseorang menghadapi penyakit, penderitaan,
proses penuaan, kehilangan, dan bahkan kematian. Bila klien dihadapkan
pada kematian, maka keyakinan spiritual dan keinginan untuk sembahyang
atau berdoa lebih meningkat dibandingkan dengan pasien yang berpenyakit
tidak terminal.
6. Terpisah dari ikatan spiritual
Menderita sakit terutama yang bersifat akut, seringkali membuat individu
terpisah atau kehilangan kebebasan pribadi dan sistem dukungan sosial.
Kebiasaan hidup sehari-hari juga berubah antara lain tidak dapat menghadiri
acara sosial, mengikuti kegiatan agama dan tidak dapat berkumpul dengan
keluarga atau teman yang biasa memberikan dukungan setiap saat
diinginkan. Terpisahnya klien dari ikatan spiritual beresiko terjadinya
perubahan fungsi spiritual.
7. Isu moral terkait dengan terapi
Pada kebanyakan agama, proses penyembuhan dianggap sebagai cara
Tuhan untuk menunjukkan kebesaranNya walaupun ada juga agama yang
menolak intervensi pengobatan. Prosedur medis seringkali dapat dipengaruhi
oleh ajaran agama seperti sirkumsisi, transplantasi organ, sterilisasi,dll.
Konflik antara jenis terapi dengan keyakinan agama sering dialami oleh
klien dan tenaga kesehatan.
8. Asuhan Keperawatan Yang Kurang Sesuai
Ketika memberikan asuhan keperawatan kepada klien, perawat
diharapkan peka terhadap kebutuhan spiritual klien, tetapi dengan berbagai
alasan ada kemungkinan perawat justru menghindar untuk memberi asuhan
spiritual. Alasan tersebut antara lain karena perawat merasa kurang nyaman
dengan kehidupan spiritualnya kurang menganggap penting kebutuhan
spiritual, tidak mendapatkan pendidikan tentang aspek spiritual dalam
keperawatan, atau merasa bahwa pemenuhan kebutuhan spiritual klien bukan
menjadi tugasnya, tetapi tanggung jawab pemuka agama.
D. TANDA DAN GEJALA
Berbagai perilaku dan ekspresi yang dimanifestasikan klien seharusnya
diwaspadai oleh perawat, karena mungkin saja klien sedang mengalami masalah
spiritual.
1. Verbalisasi distress
Individu yang mengalami gangguan fungsi spiritual biasanya
memverbalisasikan distress yang dialaminya atau mengekspresikan
kebutuhan untuk mendapatkan bantuan. Misalnya seorang istri mengatakan,
“Saya merasa bersalah karena saya seharusnya mengetahui lebih awal bahwa
suami saya mengalami serangan jantung.” Biasanya klien meminta perawat
untuk berdoa bagi kesembuhannya atau memberitahu pemuka agama untuk
mengunjunginya. Peawat juga perlu peka terhadap keluhan klien tentang
kematian atau merasa tidak berharga dan kehilangan arti hidup. Kepekaan
perawat sangat penting dalam menarik kesimpulan dari verbalisasi klien
tentang distress yang dialami klien.
2. Perubahan perilaku
Perubahan perilaku juga dapat merupakan manifestasi gangguan fungsi
spiritual. Klien yang merasa cemas dengan hasil pemeriksaan atau
menunjukkan kemarahan setelah mendengar hasil pemeriksaan mungkin saja
sedang menderita distress spiritual. Ada yang bereaksi dengan
mengintrospeksi diri dan mencari alasan terjadinya suatu situasi dan
berupaya mencari fakta yang dapat menjelaskan situasi tersebut, tetapi ada
yang bereaksi secara emosional dan mencari informasi serta dukungan dari
keluarga atau teman.
3. Perasaan bersalah, rasa takut, depresi dan ansietas mungkin menunjukkan
perubahan fungsi spritual.
E. PATHWAY

Hal Positif (Nutrisi Spiritual) Harapan, kualitas hidup membaik

Kesiapan peningkatan religiusitas


Dampak kurangnya nutrisi spiritual

Ansietas Distress Keputusasaan Ketidakefektifan


Spiritual Koping

F. PASIEN YANG MEMBUTUHKAN BANTUAN SPIRITUAL


1. Pasien kesepian
Pasien dalam keadaan sepi dan tidak ada yang menemani akan
membutuhkan bantuan spiritual karena mereka merasakan tidak ada
kekuatan selain kekuatan tuhan, tidak ada yang menyertainya selain tuhan.
2. Pasien ketakutan dan cemas
Adanya ketakutan atau kecemasan dapat menimbulkan perasaan kacau,
yang dapat membuat pasien membutuhkan ketenangan pada dirinya dan
ketenangan yang paling besar adaalah bersama tuhan.
3. Pasien menghadapi pembedahan
Menghadapai pembedahan adalah sesuatu yang sangat mengkhawatirkan
karena akan timbul perasaan antara hidup dan mati. Pada saat itulah
keberadaan pencipta dalam hal ini adalah tuhan sangat penting sehingga
pasien selalu membutuhkan bantuan spiritual.
4. Pasien yang harus mengubah gaya hidup
Perubahan gaya hidup dapat membuat seseorang lebih membutuhkan
keberadaan tuhan (Kebutuhan spiritual). Pola gaya hidup dapat membuat
kekacauan keyakinan bila kearah yang lebih buruk. Akan tetapi bila
perubahan gaya hidup ke araaha yang lebih baik, maka pasien akanlebih
membutuhkan dukungan spiritual.
G. PENATALAKSANAAN MEDIS
Jika klien mengalami distres spiritual atau mempunyai masalah
kesehatan yang menyebabkan keputusasaan, maka akan timbul perasaan
kesepian. Klien akan merasa terisolasi dari orang yang biasanya memberikan
dukungan. Apapun keragaman intervensi yang mungkin dipilih oleh perawat
untuk klien, hubungan mengasihi dan saling memahami penting. Baik klien dan
perawat harus merasa bebas utnuk merelakan dan menemukan bersama makna
penyakit yang dialami pasien dan dampaknya pada makna dan tujuan hidup
klien. Pencapain tingkat pemahaman ini bersama klien memampukan perawat
member perawatan dengan cara yang sensitif, kreatif, dan sesuai.
1. Menetapkan Kehadiran
Klien telah melaporkan bahwa kehadiran perawat dan aktivitas pemberi
perawatan menunjang adanya perasaan sejahtera dan memberikan harapan
untuk pemulihan.Perilaku pemberian perawatan spesifik yang menunjukan
kehadiran perawat meliputi member I perhatian, menjawab pertanyaan, dan
mempunyai sikap positif dan memberikan dorongan (tetapi realistis).
Perawat dapat menunjukan adanya rasa kehadiran dalam berbagai cara yang
tidak menyolok: melakukan pijat punggung dengan penyegaran, sentuhan
yang lembut; dengan hati-hati memposisikan klien tanpa menimbulkan rasa
nyeri; dengan halus memberikan perawatan mulut dan bekerja bersama klien
untuk dengan lambat dan berhati-hati bergerak dari tepi tempat tidur ke
kursi. Memberikan sentuhan yang menyegarkan dan mendukung,
menunjukan rasa percaya diri dan menyediakan waktubagi klien ketika
terapi diberikan akan membantu menciptakan kehadiran. Klien yang sakit
mengalami kehilangn control dan mencari seseorang untuk memberikan
arahan dan perawatan yang kompeten.
2. Mendukung Hubungan yang Menyembuhkan
Craven (2013) yang mendefiniskan tiga langkah yang ternyata terbukti
ketika hubungan yang menyembuhkan terbina antara perawat dan klien:
a. Mengerahkan harapan bagi perawat, demikian halnya bagi klien.
b. Menemukan interprestasi yang dapat diterima atau memahami tentang
penyakit, nyeri, ketakutan, ansietas, atau emosi yang mengangkan.
c. Membantu klien menggunakan dukungan sosial, emosional, atau
spiritual.
Inti dari hubungan yang menyembuhkan adalah mengerahkan harapan
klien. Harapan adalah motivator untuk merangkul individu dengan strategi
yang dibutuhkan untuk mengahdapi segla tantangan dalam hidup. Perawat
dapat membantu klien menemukan hal-hal yang dapat diajdikan sebagai
harapan.Klien yang menderita penyakit terminal mungkin berharap data
menghadiri anak wisuda perempuanya atau untuk menjalani hidup setiap
hari dengan penuh makna.
Untuk mendukung lebih lanjut hubungan yang menyembuhkan perawat
harus tetap menyadari tentang kekuatan dan kebutuhan spiritual klien.
Penting bagi klien untuk mampu mengekspresikan dan menelaah
keyakinannya. Perawat yang menghargai kepercayaan klien dan mengenali
pengaruh spiritualitas yang diberikan terhadap penyembuhannya akan
dirasakan oleh klien sebagai sumber harapan. Ketika penyakit atau
pengobatan menimbulkan kebingungan atau ketidakpastian bagi klien, maka
perawat harus mengenali dampak dari hal ini terhadap kesejahteraan klien.
Perawat dapat memulai dari apa yang ingin klien ketahui dan kemudian
memberikan informasi terbaik untuk menghilangkan ketidakpastian klien.
Klien mungkin juga meminta kehadiran keluarga atau teman untuk
mempertahankan persahabatan yang diperlukan untuk penyembuhan.
3. Sistem Dukungan
Dalam studi yang melibatkan klien, yahudi dan kristen, mengetahui
bahwa sistem pendukung member I mereka rasa sejahtera terbesar selama
perawatan di rumah sakit. Sistem pendukung berfungsi sebagai hubungan
manusia yang menghubungakan klien, perawat dan gaya hidup klien
sebelum terjadi penyakit. Bagian dari lingkungan pemberi perawatan klien
adalah kehadiran lingkungan pemberi perawatan klien adalah kehadiran
teratur dari keluarga dan teman yang dipandang oleh klien sebagai
pendukung. Perawat merencankan perawatan bersama klien dan jaringan
pendukung klien untuk meningktakan ikatan interpersonal yang sangat
penting untuk penyembuhan. Sistem pendukung sering memberi sumber
penyembuhan. Sitem pendukung member sumber kepercayaan yang
memperbarui jati diri spiritual klien. Keluarga dan teman mungkin juga
menjadi sumber penting dalam melakukan ritual kebiasaan keagamaan yang
dianut klien.
4. Berdoa
Tindakan berdoa adalah bentuk “dedikasih diri” yang memungkinkan
individu untuk bersatu dengan Tuhan atau Yang Maha Kuasa. Berdoa
memberi kesempatan individu untuk memperbarui kepercayaan dan
keyakinannya kepada yang maha kuasa dalam cara yang lebih formal. Bagi
banyak orang, berdoa adalah suatu kesempatan untuk meninjau kembali
kelemahan yang mereka rasa dan untuk membuat komitmen hidup lebih
baik. Klien dapat berpartisipasi dalam berdoa secara pribadi atau mencari
kesempatan untuk kelompok berdoa dengan keluarga, teman, atau kelompok
rohaniawan. Berdoa telah ditemukan sebagai suatu sumber yang efektif bagi
seseorang untuk mengatasi nyeri, stress, dan distres. Seringkali berdoa
menyebabkan seorang merasakan perbaikan Susana hati dan merasakn
kedamaian dan ketenangan.
5. Terapi Diet
Makanan dan nutrisi adalah aspek penting dari asuhan keperawatan.
Makanan juga komponen dari kepatuhan keagamaan. Seperti halnya kultur
atau agama tertentu, makanan dan ritual sekitar persiapan dan penyajian
makanan dapat menjadi bagian penting dari spiritualitas seseorang. Agama
hindu banyak mempunyai pantangan diet. Beberapa sekte adalah penganut
vegetarian, mempercayai bahwa membunuh segala mahluk hidup adalah
suatu tindakan kriminal. Banyak orang beragama budha juga vegetarian.
Sebagian penganut gama budha mempraktikan moderasi dan tidak
menggunakan alkohol , tembakau, atau obat-obatan dan berpuasa pada hari-
hari khusus beragama. Makan daging babi dan mengkonsumsi alkohol
adalah larangan dalam agama islam. Sebagai tradisi larangan Kristen, seperti
hari ketujuh, mempunyai peraturan diet. Kelompok lainya, seperti
evangelikan melarang penggunaan alcohol, kafein, dan tembakau. Sebagai
penganut adven hari ketujuh mungkin menolak makanan yang mengandung
daging. Perawat dapat mengintrogasikan pilihan diet klien ke dalam
perawatan sehari-hari. Hal ini membutuhkan konsultasi dengan ahli gizi dari
institusi perawatan kesehatan. Pada situasi ketika dapur rumah sakit atau
rumah perawatan tidak dapat meyiapkan makanan dengan cara yang dipilih,
keluarga dizinkan untuk membawa makanan yang sesuai dengan semua
pantangan diet yang diberlakukan oleh kondisi klien
6. Mendukung Ritual
Bagi banyak klien, kemampuan untuk menelaah ritual keagamaan adalah
suatu sumber koping yan penting. Perawat yang bertugas dilingkungan
perawatan akut dan perawatan jangka panjang ,menjadi aktif dalam
perawatan spiritual klien, mereka membekali diri dengan kebijakan rumah
sakit mengenai kunjungan, pelayanan gereja, dan semua hal-hal yang
berkenan dengan itu seperti penggunaan lilin untuk berdoa. Selain itu,perwat
dapat berkonsul dengan dokter dan farmasi tentang penggunaan obat-obat
pribadi klien,ramuan tradisional,atau medikasi herbal,jika memungkinkan.
Karena kunjungan ke kapel atau musolah rumah sakit atau menghadiri suatu
layanan mungkin penting bagi klien yang dirawat dirumah sakit dan
keluarganya, pengarahan tentang kapel atau musolah harus dicakupkan
selama orientasi pada fasilitas medis. Perawat merencanakan perwatan
pribadi,terapi,atau pemeriksaan untuk memungkinkan pelayanan dari tempat
ibadah , pembacaan keagamaan,atau kunjungan spiritual.
H. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Ketepatan waktu pengkajian merupakan hal yang penting yaitu
sebaiknya dilakukan setelah pengkajian aspek psikososial klien, selanjutnya, jika
klien menanyakan tentang aspek psikososial ini, perawat langsung dapat
menjelaskan bahwa keyakinan spritual seseorang juga merupakan bagian
penting untuk memelihara kesehatan.
Pengkajian dilakukan untuk mendapatkan data subjektif dan data
objektif. Dalam buku ajar ini akan digunakan proses keperawatan menurut
Craven (2013) pada dasarnya, informasi awal yang perlu digali secara umum
adalah sebagai berikut.
Pertama, Afiliasi agama :
1. Partisipasi klien dalam kegiatan agama apakah dilakukan secaraaktif
atau tidak aktif .
2. Jenis patisipasi dalam kegiatan agama
Kedua, keyakinan agama tau spritual mempengaruhi :
1. Praktik kesehatan diet, mencari dan menerima terapi, ritual atau upacara
agama.
2. Persepsi penyakit hukuman cobaan terhadap keyakinan
3. Strategi koping
Ketiga, nilai agama atau spritual mempengauhi
1. Tujuan dan arti hidup
2. Tujuan dan arti kematian
3. Kesehatan dan pemeliharaannya
4. Hubungan dengan tuhan ,diri sendiri dan orang lain
1. Pengkajian data subjektif pedoman pengkajian spiritual yang disusun oleh
Stoll dalam Craven &Hirnle (2013) mencakup 4 area, yaitu :
a. Konsep tentang tuhan atau ketuhanan
b. Sumber harapan dan kekuatan
c. Praktik agama dan ritual
d. Hubungan antara keyakinan spritual dan kondisi kesehatan. Pertayaan
yang dapat diajukan perawat untuk memperoleh informasi tentang pola
fungsi spritual klien antara lain , sebagai berikut :
1) Apakah agama atau tuhan merupakan hal penting dalam kehidupan
anda ?
2) Kepada siapa anda biasanya meminta bantuan ?
3) Apakah anda merasa kepercayaan ( agama ) membantu anda? Jika ya
? jelaskan bagaimana dapat membantu anda ?
4) Apakah sakit ( atau kejadian penting lainnya yang pernah anda alami)
telah mengubah perasaan anda terhadap tuhan atau praktik
kepercayaan yang anda anut ?
Fish dan shelly dalam Creven dan Hirnle (2006) juga menambahkan
beberapa pertanyaan yang bermanfaat untuk mengkaji data subjektif yaitu:
a. Mengapa anda berada di rumah sakit ?
b. Apakah kondisi yang anda alami telah mempengaruhi cara
c. anda memandang kehidupan?
d. Apakah penyakit yang anda telah mempengaruhi hubungan anda dengan
orang yang paling berarti dalam kehidupan anda?
e. Apa yang paling anda butuhkan saat ini ?
Pertanyaan juga dapat diajukan untuk mengkaji kebutuhan spritual anak,
antara lain sebagai berikut:
a. Bagaimana perasaanmu ketika dalam kesulitan ?
b. Kepada siapa engkau meminta perlindungan ketika sedang merasa takut
(selain kepada orang tua) ?
c. Apakah kegemaran yang dilakukan yang dilakukan ketika sedang
merasa bahagia /gembira ?ketika sedang bersedih ?
d. Engkau tahu siapakah tuhan itu ? seperti apakah tuhan itu ?
2. Pengkajian data objektif.
Pengkajian dilakukan melalui pengkajian klinis meliputi pengkajian afek
dan sikap, prilaku, verbalisasi hubungan interpesonal dan lingkungan,
terutama dilakukan melalui observasi. Perawat perlu mengobservasi asfek
berikut ini untuk mendapatkan data objektif atau data klinis
a. Afek dan sikap
1) Apakah klien tampak kesepian, depresi, marah ,cemas, agitasi, apatis
atau preokupasi ?
b. Perilaku
1) Apakah klien tampak berdoa sebelum makan, membaca kitab suci
atau buku keagamaan ?
2) Apakah klien sering mengeluh tidak dapat tidur, bermimpi buruk dan
berbagai bentuk gangguan tidur lainnya , serta bercanda yang tidak
sesuai atau mengekspresikan kemarahannya terhadap agama ?
3) Apakah klien mengekspresikan rasa takutnya terhadap kematiaan ,
kepedulian terhadap arti kehidupan , konflik batin tentang
kenyakinan agama, kepedulian tentang hubungan dengan penguasa,
pertanyaan tentang arti keberadaannya di dunia, arti penderitaan atau
implikasi terhadap nilai normal/etik?
c. Verbalisasi
1) Apakah klien menyebut tuhan , doa , rumah ibadah atau topic
keagamaan lainnya( walaupun hanya sepintas)?
2) Apakah klien pernah meminta dikunjungi oleh pemuka agama ?
d. Hubungan interpersonal
1) Siapa pengunjung klien ?
2) Bagaimana klien berespon terhadap pengunjung ?
3) Apakah pemuka agama datang mengunjungi klien ?
4) Bagaimana klien berhubungan dengan klien yang lain dan dengan
tenaga keperawatan ?
e. Lingkungan
1) Apakah klien membawa kitab suci atau perlengkapan sembahyang
lainnya ?
2) Apakah klien menerima kiriman tanda simpati dari unsur
keagamaan?
Pada umumnya karakteristik klien yang berpotensi mengalami distres
spiritual adalah sebagai berikut:
a. Klien yang tampak kesepian dan sedikit pengunjung
b. Klien yang mengepresikan rasa takut dan cemas
c. Klien yang mengekspresikan keraguan terhadap sistem
kepercayaan/agama.
d. Klien yang mengepresikan rasa takut terhadap kematian
e. Klien yang akan dioperasi
f. Penyakit yang berhubungan dengan emosi atau implikasi sosial dan
agama
g. Mengubah gaya hidup
h. Peokupasi tentang hubungan agama dengan kesehatan
i. Tidak dapat dikunjungi oleh pembuka agama
j. Tidak mampu atau menolak melakukan ritual spritual
k. Memverbalisasikan bahwa penyakit yang dideritannya merupakan
hukuman dari tuhan
l. Mengekspresikan kemarahannya terhadap tuhan
m. Mempertayakan rencana terapi karena bertentangan dengan keyakinan
agama
n. Sedang mengadapi sakatul maut
I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Distress Spiritual berhubungan dengan perubahan hidup
2. Ansietas berhubungan dengan ancaman pada status terkini
3. Ketidakefektifan Koping berhubungan dengan derajat ancaman yang tinggi
4. Keputusasaan berhubungan dengan Kehilanagan kepercayaan pada kekuatan
spirirtual
RENCANA KEPERAWATAN

No Diagnosa Keperawatan NOC NIC


Distress Spiritual Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1. Kaji adanya indikator langsung status spiritual
berhubungan dengan 3x24 jam diharapkan pasien menunjukkan pasien
perubahan hidup kesehatanspiritual dengan kriteriahasil : 2. Komunikasikan kebutuhan nutrisidengan ahli
1. Mengungkapkan tentang keyakinan, artihidup gizi
dan kedamaian diri 5. Jaga privasi dan beri waktu kepada pasien untuk
2. Memahami bahwa penyakit adalah sesuatu mengamati praktik keagamaan
tantangan terhadap sistem keyakinan 6. Ungkapkan rasa empati terhadap perasaan klien
3. Memahami bahwa terapi bertentangan dengan
system kepercayaan
4. Menunjukkan teknik koping untuk
menghadapi distress spiritual
5. Mengungkapkan penerimaan terhadap
keterbatasan ikatan budaya atau keagamaan
6. Mendiskusikan praktik dan keluhan spiritual
Ansietas berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1. Pantau tandatanda vital danansietas
dengan ancaman pada 3x24 jam diharapkan ansietas berkurang dengan 2. Instrusikan pasiententang penggunaan teknik
status terkini kriteria hasil : relaksasi
1. Klien mampumengidentifikasikan dan 3. Berikan obat untuk mengurangi ansietas
mengungkapkan gejala cemas 4. Gunakan pendekatan yang tenang dan
2. Mengidentifikasi, mengungkapkan dan meyakinkan
menunjukkan teknik untuk mengontrol cemas 5. Nyatakan dengan jelas tentang harapan
3. Vital sign dalam batas normal terhadap perilaku pasien
4. Postur tubuh, ekspresiwajah, bahasa tubuh dan 6. Bantu pasienuntuk mengidentifikasikan situasi
tingkat aktivitas menunjukkan berkurangnya yang mencetutaskan ansietas
ansietas
Ketidakefektifan Setelah dilakukan tindakankeperawatan selama 1. Menginformasikan pasien alternative atau
Koping berhubungan 3x24 jam diharapkan pasien menunjukkan koping solusi lain penanganan
dengan derajat ancaman yang efektif dengan kriteria hasil: 2. Memfasilitasi pasien untukmembuat keputusan
yang tinggi 1. Mengidentifikasikan pola koping yangefektif 3. Bantu pasien mengidentifikasik an keuntungan,
2. Mengungkapkan secaraverbal tentang kerugian dari keadaan
koping yang efektif 4. Bantu pasien untuk identifikasi bermacam
3. Mengatakan penurunan stress macam nilai kehidupan
4. Klien mengatakan telah menerima tentang 5. Bantu pasienidentifikasi strategi positifuntuk
keadaannya mengatur pola nilai yang dimiliki
5. Mampu mengidentifikasikan strategi tentang 6. Anjurkan pasienuntuk mengidentifikasi
koping gambaran perubahan peran yang realistis
7. Gunakan pendekatan tenang dan meyakinkan

Keputusasaan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1. Pantau afek dankemampuan membuat
berhubungan dengan 3x24 jam diharapkankeputusasaan pasien keputusan
Kehilanagan berkurang dengan kriteria hasil : 2. Ajari pengenalan terhadap realita dengan
kepercayaan pada 1. Menunjukkan semangat untuk hidup meninjau situasi dan membuat rencana
kekuatan spirirtual 2. Segera menampilkan perilaku yang dapat yang mungkin
menurunkan perasaan keputusasaan 3. Dukung partisipasi aktif dalam aktivitas
3. Percaya pada diri sendiri dan orang lain kelompok untuk memberikan kesempatan
terhadap dukungan social dan penyelesaian
masalah
4. Gali bersama pasien factor yang berkontribusi
terhadap perasaan keputusasaan
5. Beri penguatan positif terhadap perilaku yang
menunjukkan inisiatif, seperti kontak mata,
membuka diri, penurunan jumlahwaktu tidur,
perawatan diri,peningkatan nafsu makan
DAFTAR PUSTAKA
Bambang. Pemahaman Perawat Dalam Pemenuhan Kebutuhan Spiritual Pada
Lansia. 2010. Http://Eprints.Undip.Ac.Id/10/28/8/INNANYAH.Pdf, (diakses pada hari
sabtu 12/03/2016).
Craven,R.F, Hirnle,C.J, Jensen, S. (2013). Human health and function. (7th edition).
Philadelphia.Wolters kluwer health/Lippincot Williams7 wilkins
Herdman, T. Heather. 2012. Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC.
Kozier , B., Erb, G., Berman, A., Snyder, S. J. Buku Ajar Fundamental Keperawatan:
Konsep, Proses, & Praktik, ED 7, Vol. 1. Jakarta: EGC, 2010.
Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis dan nanda nic noc. Yogyakarta : Mediaction
Publishing.
Potter & Perry (2009). Buku ajar fundamental keperawatan. Jakarta : Erlangga
Potter, Patricia A. 2009. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC.
Wilkinson, Judith M. 2011. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai