Efektifitas Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) di era adaptasi kebiasan baru pandemi
Pembelajaran Jarak Jauh mau tidak mau harus menjadi alternatif utama metode
mengungkap disparitas pendidikan secara nyata antara anak dari keluarga mampu
dengan anak dari keluarga miskin. Kebutuhan akan digitalisasi berhadapan dengan
keluarga siswa, kesenjangan itu berimplikasi pada perbedaan tajam dalam akses
Survei itu juga mengungkapkan setidaknya ada 68,2 juta siswa dan dan 3,2 juta
dalam situasi yang tidak biasa, sebagai imbas pandemi Covid-19. Tidak biasa itu:
sebagian masyarakat bekerja dari rumah (work from home), tidak sedikit juga
pekerja yang dirumahkan (atau di-PHK), dan cukup banyak pekerja informal yang
dari kantornya.
Beban perekonomian yang ditimbulkan oleh pandemi ini terasa sangat berat.
penyaluran barang yang tidak merata, hingga solusi yang tak tepat sasaran. Alhasil,
Kebijakan “belajar dari rumah” sebagai respons dari pandemi COVID-19 memiliki
dampak serius kepada 68 juta siswa dan 3,2 juta guru. 1 Pembelajaran jarak jauh
yang harus dikeluarkan setiap murid. Sekolah dan murid-murid yang tidak memiliki
ekonomi sebuah keluarga memiliki dampak besar terhadap lama sekolah dan
Dalam sebuah penelitian yang dibuat oleh SMERU Research Institute, Pandemi
tahun 2019 menjadi sekitar 12 persen. Apabila kita menempatkan angka tersebut
dalam konteks keluarga, peningkatan tersebut bisa memiliki dampak yang cukup
terhadap kelas-kelas ekonomi yang berbeda. Selain kelas miskin sebagai prioritas
utama, kelas menengah yang rentan juga perlu dipertimbangkan sebagai penerima
bantuan selanjutnya karena mereka bisa saja kembali masuk kalangan miskin
Menurut data dari BPS, status ekonomi sebuah keluarga memiliki dampak
yang jelas terhadap rata-rata lama sekolah anak-anaknya dan menentukan di tahap
mana pendidikan seorang anak selesai.3 Terdapat perbedaan angka lama sekolah
yang signifikan (4.54 tahun) antara kelompok tertinggi dan terendah. Ketimpangan
sebanyak 1.722.958 pekerja di sektor formal dan informal akibat pandemi COVID-
19.
Indonesia sudah mulai melaporkan masalah pembayaran biaya SPP yang tidak
sesuai ataupun tidak tepat waktu. Sekolah-sekolah yang memiliki angka guru
honorer dan tidak tetap yang tinggi akan mengalami kesulitan yang lebih serius
karena guru tanpa sertifikasi memiliki pendapatan yang lebih rendah. Daerah
seperti Kabupaten Garut sudah mulai inisiatif menyalurkan dana bagi guru-guru
semakin terjatuh karena kondisi ekonomi yang semakin terpuruk dan pendidikan
efektivitas proses PJJ yaitu keterbatasan akses terhadap internet dan keterbatasan
Indonesia belum dijangkau oleh internet, bahkan sinyal komunikasi dan listrik pun
belum mencapai beberapa wilayah 3T (tertinggal, terdepan, dan terluar). Salah satu
building block dari sebuah pembelajaran jarak jauh yang efektif adalah kecepatan
internet yang memadai dan stabil. Tanpa koneksi yang stabil, murid tidak mungkin
terbatas dan dibatasi oleh internet. Ketimpangan akses terhadap internet tersebut
dapat terlihat jelas ketika kita membandingkan data antara wilayah perkotaan dan
pedesaan.
Berdasarkan data dari BPS, persentase rumah tangga dengan akses internet
di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya dan mencapai 78% pada tahun 2018.
Meskipun begitu, terlihat adanya disparitas yang cukup tinggi antara akses internet
di pedesaan dan perkotaan yaitu 27% di tahun 2018. Disparitas akses tersebut
dan Jakarta memiliki penetrasi internet yang mencapai 50%. Sementara itu,
survei di provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), Nusa Tenggara Barat (NTB),
kebijakan belajar dari rumah. Dari keempat provinsi tersebut, Provinsi NTB dan
selebihnya menggunakan buku dan lembar kerja siswa (LKS). Jadi, di samping
disparitas regional untuk akses internet, pemanfaatannya pun masih terfragmentasi
pada kelas dan wilayah tertentu. Murid-murid yang tidak punya privilese geografis
kepada guru karena kebanyakan dari mereka baru pertama kali melakukan
mengerti bahwa proses belajar tidak bisa dilakukan dalam waktu yang lama seperti
pola pemberian tugas tanpa ada timbal balik dari guru. Hal tersebut terjadi karena
Selain itu, banyak murid yang mengeluh tidak ada penjelasan dari guru tentang
materi-materi yang mereka kerjakan. Padahal, guru bisa saja merekam video
mereka kurang dibekali dengan pendidikan literasi digital dan kecakapan teknologi
untuk memanfaatkan sarana dasar yang ada. Ditambah lagi, Kemendikbud pun
tidak memberikan arahan yang spesifik dan detail dalam pelaksanaan PJJ di masa
pandemi COVID-19 sehingga guru dan sekolah dituntut untuk berinovasi dan
internet yang tidak ada atau tidak stabil, keterbatasan finansial keluarga murid, dan
fasilitas digital sekolah yang terbatas. Bagi wilayah pedesaan yang masih bisa
mengakses internet, biaya menjadi kendala karena keluarga murid yang tidak bisa
membayar pulsa dan paket data internet bagi anaknya. Pada akhirnya guru kerap
pendidikan.
dan juga institusi Pendidikan Indonesia yang tidak siap menghadapi situasi tidak
teknologi digital. Jurang pemisah antara wilayah maju dengan fasilitas internet dan
wilayah terpencil tanpa sinyal begitu besar sehingga pemerintah pun harus
dari rumah tertuang dalam Surat Edaran Mendikbud tentang Pembelajaran secara
Daring dan Bekerja dari Rumah untuk Mencegah Penyebaran COVID -19 yang
isinya menjelaskan tentang pelaksanaan PJJ bagi seluruh sekolah dan perguruan
pembelajaran daring yang bisa dimanfaatkan oleh sekolah dan siswa. Dalam
praktiknya, banyak tenaga pengajar yang tidak dilatih dan tidak mengetahui cara
pelaksanaan PJJ termasuk imbauan agar guru tidak terlalu membebankan murid
dengan capaian yang sesuai dengan kurikulum dan penilaian yang bersifat timbal
tidak memberikan arahan khusus tentang petunjuk pelaksana (juklak) bagi guru
dalam melaksanakan PJJ. Surat tersebut hanya berperan sebagai arahan umum
tentang apa yang harus diajarkan dan bagaimana menilainya. Hingga akhir Mei,
proses pembelajaran.
Pada pertengahan April 2020, Kemendikbud melakukan kerja sama dengan
TVRI dan RRI untuk menayangkan program edukasi demi membantu murid dan
guru selama PJJ. Namun, banyak pihak yang menganggap materi yang
disampaikan di TVRI terlalu monoton dan tidak efektif. Meskipun langkah tersebut
perlu diapresiasi, PJJ melalui televisi juga tidak menyelesaikan persoalan metode
pembelajaran yang satu arah dan masalah pendidikan bagi keluarga miskin yang
pembelajaran jarak jauh (PJJ) dan jaga jarak selama corona. Survei tersebut
menjelaskan bahwa situasi keluarga juga berdampak pada emosional anak. Murid
juga banyak yang kesulitan menghadapi metode PJJ yang hanya difokuskan pada
pemberian tugas tanpa jadwal yang teratur. Hal tersebut, kembali lagi, terjadi
karena guru yang tidak memiliki pengalaman dalam proses pembelajaran yang
masih bersifat eksklusif pada sektor industri dan ekonomi, sementara sektor
diinisiasi oleh sektor swasta berbentuk startup seperti Zenius dan Ruangguru yang
seberapa efektif sistem belajar dari rumah yang sejauh ini dijalani para
pelajar?
menjalani proses belajar dari rumah di tengah pandemi virus corona. Dalam situasi
darurat tersebut, bukan hanya para siswa yang dihadapkan pada tantangan untuk
belajar jarak jauh, tapi juga orang tua. Orang tua diharapkan tak pernah absen
mendampingi putra-putrinya saat belajar dari rumah. Guru dituntut untuk kreatif
efektif.
KURIKULUM EKSISTING TAK HARUS DITUNTASKAN
Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) untuk siswa dan guru yang digelar Komisi
Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) dan Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI)
Survei yang melibatkan 1.700 siswa SD hingga SMA dari 20 provinsi dengan latar
tidak berinteraksi dengan guru mereka selama PJJ. Sisanya, sebagian besar
Sementara itu, terkait kesulitan yang dihadapi siswa selama PJJ, 77,8% responden
merampungkan tugas.
“Hasil survei kami menyatakan bahwa para guru tuh ngejar target penyelesaian
kurikulum loh. Kenapa tugas demi tugas dilakukan, itu karena kurikulumnya harus
dia selesaiin,” ungkap Komisioner KPAI Bidang Pendidikan, Retno Listyarti, dalam
“Ketika kami bertanya apakah ada panduan dari dinas untuk tidak menyelesaikan
Nggak tahu. Itu kan menunjukkan bahwa main kasih suratnya ke kepala dinas,
main kasih surat lagi kepala dinas kepada kepala sekolah, kepala sekolah tidak
Surat yang dimaksud adalah Surat Edaran Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
untuk memberikan pengalaman belajar yang bermakna bagi siswa tanpa terbebani
soal pandemi Covid-19; ketiga, aktivitas dan tugas disesuaikan dengan minat dan
bukan kuantitatif.
Dalam hal aktivitas belajar yang disesuaikan dengan kondisi siswa, nasib pelajar di
“Kalau untuk tugas atau belajar dalam bentuk apa, sampai saat ini pun aku belum
kembali ke desa, jadi belum sama sekali aku ngasih kayak PR sama mungkin LKS,
Untuk sementara, dirinya dan sejumlah guru lain mencoba memberikan pelajaran
“Dari RRI itu sendiri memberikan waktu kepada guru2 untuk mengajar via radio,
begitu. Jadi itu mungkin salah satu solusi pertama misalkan ternyata sampai Juli
Menurut hasil survei KPAI, di Papua sendiri, 54% pelajar sama sekali tidak
“Tidak ada listrik, tidak memiliki handphone, jarak rumahnya jauh-jauh, gurunya
tidak bisa kemudian melakukan proses ini semua. Guru kunjung tak ada. Papua
tidak terjadi pembelajaran selama hampir 2 bulan,” kata Komisioner KPAI Bidang
tandasnya.
Disparitas Jawa-luar Jawa maupun kesenjangan antara si kaya dan si miskin diakui
Retno merupakan masalah lama di bidang pendidikan yang seharusnya sudah bisa
pemerintah saat ini adalah mengeluarkan kurikulum darurat yang bisa dijadikan
seutuhnya. [rd/em]