Anda di halaman 1dari 13

Potret Pendidikan di Tahun Pandemi:

Dampak COVID-19 Terhadap


Disparitas Pendidikan di Indonesia

Kebijakan “belajar dari rumah” sebagai respons dari pandemi COVID-19 memiliki

dampak serius kepada 68 juta siswa dan 3,2 juta guru. 1 Pembelajaran jarak jauh (PJJ)

berisiko menghambat bahkan menghentikan proses pembelajaran bagi sekolah-sekolah

di wilayah terpencil karena keterbatasan akses internet dan biaya yang harus

dikeluarkan setiap murid. Sekolah dan murid-murid yang tidak memiliki fasilitas

memadai mengalami kesulitan melanjutkan proses belajar-mengajar. Hal tersebut

berpotensi meningkatkan disparitas atau ketimpangan pendidikan di Indonesia. Kini,

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Indonesia sedang

mendiskusikan berbagai kebijakan

1 “Beda Sikap Nadiem dan Serikat Guru soal Belajar Selama Corona”, CNN

Indonesia, 2 Mei 2020, https://www.cnnindonesia.com/nasional/20200502110433-

20-499378/beda-sikap-nadiem-dan-sersoal-belajar-selama-corona

1
untuk mengurangi dampak buruk dari pandemi COVID-19, termasuk pembentukan

kurikulum darurat dan menggeser tahun ajaran baru.

Dampak COVID-19 terhadap Sektor Pendidikan

Sektor pendidikan pada dasarnya hidup dalam konteks jejaring kompleks yang

melibatkan situasi sosio-ekonomi serta lingkungan masyarakat sekitar. Kelas ekonomi

sebuah keluarga memiliki dampak besar terhadap lama sekolah dan kualitas

Pendidikan individu.

Dalam sebuah penelitian yang dibuat oleh SMERU Research Institute, Pandemi

COVID-19 berpotensi menaikkan tingkat kemiskinan di Indonesia. SMERU melakukan

beberapa proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia dan dalam skenario terburuknya

angka kemiskinan di tahun 2020 meningkat sebanyak 4 persen dari tahun 2019 menjadi

sekitar 12 persen. Apabila kita menempatkan angka tersebut dalam konteks keluarga,

peningkatan tersebut bisa memiliki dampak yang cukup besar kepada sektor

pendidikan terutama dalam kemampuan orang tua memberikan fasilitas belajar bagi

anak-anaknya.

Pandemi COVID-19 sudah jelas akan memiliki dampak yang beragam terhadap kelas-

kelas ekonomi yang berbeda. Selain kelas miskin sebagai prioritas utama, kelas

menengah yang rentan juga perlu dipertimbangkan sebagai penerima bantuan

selanjutnya karena mereka bisa saja kembali masuk kalangan miskin ketika menerima

tekanan ekonomi yang besar.2


Menurut data dari BPS, status ekonomi sebuah keluarga memiliki dampak yang jelas

terhadap rata-rata lama sekolah anak-anaknya dan menentukan di tahap mana

pendidikan seorang anak selesai. 3 Terdapat perbedaan angka lama sekolah yang

signifikan (4.54 tahun) antara kelompok tertinggi dan terendah. Ketimpangan tersebut

merupakan sebuah masalah yang sudah menempel dalam pendidikan Indonesia dalam

beberapa tahun terakhir.

Maka dari itu, penurunan status ekonomi jutaan keluarga akibat wabah COVID-19

dapat semakin mengurangi rata-rata lama sekolah anak-anak. Belum lagi dengan

bertambahnya jumlah Pekerja Dirumahkan/PHK, yang bertambah sebanyak 1.722.958

pekerja di sektor formal dan informal akibat pandemi COVID-19. 4

Dampak keterpurukan ekonomi juga berlaku dua arah dan mempengaruhi

kesejahteraan guru dan sekolah sebagai institusi pendidikan. Beberapa sekolah di

Indonesia sudah mulai melaporkan masalah pembayaran biaya SPP yang tidak sesuai

ataupun tidak tepat waktu.5 Sekolah-sekolah yang memiliki angka guru honorer dan

tidak tetap yang tinggi akan mengalami kesulitan yang lebih serius karena guru tanpa

sertifikasi memiliki pendapatan yang lebih rendah. Daerah seperti Kabupaten Garut

sudah mulai inisiatif menyalurkan dana bagi guru-guru tidak tetap di wilayahnya. 6

Kelompok rentan yang sudah tertinggal dalam kualitas pendidikan akan semakin

terjatuh karena kondisi ekonomi yang semakin terpuruk dan pendidikan anak-anak

terancam dikesampingkan demi membiayai kehidupan sehari-hari. Maka dari itu,

pemerintah perlu menyeimbangkan antara


2 Yuli Yanna Fauzie, “Hati-hati, Kelas Menengah Rentan Jatuh Miskin karena

Pandemi”, CNN Indonesia, 28 April 2020,

https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20200428071536-532-497901/hati-hati-

kelas-menengah-rentan-jatuh-miskin-karena-pandemi

3 Dwi Hadya Jayani, “Ketimpangan Pendidikan Antar-Kelompok Ekonomi

Masyarakat RI” , Katadata, 5 November 2019,

https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2019/11/05/tingginya-ketimpangan-

pendidikan-antar-kelompok-ekonomi-di-indonesia#

4 Kementerian Ketenagakerjaan per 1 Mei 2020

5 “Virus corona: Guru honorer jual barang, orang tua siswa tunggak iuran

sekolah: 'Mending untuk makan'”, BBC Indonesia, 4 Mei 2020,

https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-52525402

6 Pernyataan Wakil Bupati Kabupaten Garut per 14 Mei 2020,

https://www.garutkab.go.id/news/pemkab-garut-alokasikan-anggaran-

8-miliar-bantu-guru-honorer-dan-swasta

2
keberlangsungan sekolah, kesejahteraan guru, dan beban orang tua murid yang

sedang mengalami kesulitan finansial akibat pandemi.

Permasalahan Pembelajaran Jarak Jauh bagi Pendidikan di Indonesia

Kebijakan PJJ Kemendikbud mendapat berbagai macam respons dari publik. Meskipun

tidak ideal, PJJ dianggap sebagai satu-satunya kebijakan yang memungkinkan proses

pembelajaran tetap bisa dilakukan di tengah pandemi COVID-19. Meskipun begitu,

terdapat dua masalah utama yang menghambat efektivitas proses PJJ yaitu

keterbatasan akses terhadap internet dan keterbatasan kapabilitas tenaga pengajar.

Pertama, keterbatasan akses terhadap internet yang stabil. Banyak wilayah di

Indonesia belum dijangkau oleh internet, bahkan sinyal komunikasi dan listrik pun

belum mencapai beberapa wilayah 3T (tertinggal, terdepan, dan terluar). Salah satu

building block dari sebuah pembelajaran jarak jauh yang efektif adalah kecepatan

internet yang memadai dan stabil. Tanpa koneksi yang stabil, murid tidak mungkin

mendapatkan materi pembelajaran secara utuh dan proses pemahaman pun terbatas

dan dibatasi oleh internet. Ketimpangan akses terhadap internet tersebut dapat terlihat

jelas ketika kita membandingkan data antara wilayah perkotaan dan pedesaan.

Berdasarkan data dari BPS, persentase rumah tangga dengan akses internet di

Indonesia terus meningkat setiap tahunnya dan mencapai 78% pada tahun 2018.

Meskipun begitu, terlihat adanya disparitas yang cukup tinggi antara akses internet di

pedesaan dan perkotaan yaitu 27% di tahun 2018. Disparitas akses tersebut dapat
dilihat ketika membandingkan beberapa provinsi di Indonesia. Yogyakarta dan Jakarta

memiliki penetrasi internet yang mencapai 50%. Sementara itu, penetrasi internet di

provinsi-provinsi bagian timur masih di bawah 30 persen. 7 Hal tersebut memperkuat

asumsi disparitas pendidikan bagi beberapa wilayah ketika melaksanakan PJJ yang

bersifat daring.

Lembaga Inovasi untuk Anak Sekolah Indonesia (INOVASI) melakukan survei di

provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), Nusa Tenggara Barat (NTB), Kalimantan Utara

(Kaltara), dan Jawa Timur untuk mengetahui penerapan kebijakan belajar dari rumah. 8

Dari keempat provinsi tersebut, Provinsi NTB dan NTT mencatat angka pembelajaran

daring paling rendah yaitu 7% dan 4% selebihnya menggunakan buku dan lembar kerja

siswa (LKS). Jadi, di samping disparitas regional untuk akses internet, pemanfaatannya

pun masih terfragmentasi pada kelas dan wilayah tertentu. Murid-murid yang tidak

punya privilese geografis dalam mengakses internet terpaksa harus mengandalkan

buku tanpa ada bimbingan langsung dari tenaga pengajar.

Kedua, permasalahan kapabilitas tenaga pengajar yang kesulitan beradaptasi dengan

metode pembelajaran PJJ. Secara umum PJJ menambahkan beban kepada guru

karena kebanyakan dari mereka baru pertama kali melakukan pembelajaran dari jarak

jauh. Dengan adanya pandemi COVID-19, sekolah mengerti bahwa proses belajar tidak

bisa dilakukan dalam waktu yang lama seperti pada situasi normal. Akibatnya, guru

terpaksa memadatkan materi pembelajaran yang banyak dalam beberapa jam saja. 9
Bagi murid-murid di wilayah perkotaan, masalah utamanya biasanya berasal dari pola

pemberian tugas tanpa ada timbal balik dari guru. Hal tersebut terjadi karena pada

umumnya sekolah dasar dan

7 Data disadur dari Indeks Pembangunan Teknologi, Informasi, dan Komunikasi

Badan Pusat Statistik (BPS) 2018

8 Senza Arsedy, George Adam Sukoco, dan Rasita Ekawati Purba, “Riset

dampak COVID-19: potret gap akses online ‘Belajar dari Rumah’ dari 4 provinsi”, The

Conversation, 2 Mei 2020, https://theconversation.com/riset-dampak-covid-19-potret-

gap-akses-online-belajar-dari-rumah-dari-4-provinsi-136534

9 “FSGI Sebut Kualitas Pendidikan Indonesia Turun saat Corona”, CNN

Indonesia, 2 Mei 2020, https://www.cnnindonesia.com/nasional/20200502091822-20-

499370/fsgi-sebut-kualitas-pendidikan-indonesia-turun-saat-corona

3
menengah di Indonesia tidak memiliki sistem pembelajaran daring sehingga guru hanya

membagikan tugas melalui Whatsapp.10

Selain itu, banyak murid yang mengeluh tidak ada penjelasan dari guru tentang materi-

materi yang mereka kerjakan. Padahal, guru bisa saja merekam video penjelasan

sebuah materi sebelum memberikan tugas kepada murid. Masalahnya, mereka kurang

dibekali dengan pendidikan literasi digital dan kecakapan teknologi untuk

memanfaatkan sarana dasar yang ada. Ditambah lagi, Kemendikbud pun tidak

memberikan arahan yang spesifik dan detail dalam pelaksanaan PJJ di masa pandemi

COVID-19 sehingga guru dan sekolah dituntut untuk berinovasi dan membuat

kebijakannya masing-masing.

Bagi sekolah dan guru yang berada di wilayah terpencil, permasalahannya juga tentang

cara mengatasi keterbatasan -keterbatasan fundamental seperti akses internet yang

tidak ada atau tidak stabil, keterbatasan finansial keluarga murid, dan fasilitas digital

sekolah yang terbatas. Bagi wilayah pedesaan yang masih bisa mengakses internet,

biaya menjadi kendala karena keluarga murid yang tidak bisa membayar pulsa dan

paket data internet bagi anaknya. Pada akhirnya guru kerap terpaksa mendatangi murid

ke rumah masing-masing meskipun berisiko menyebarkan penyakit COVID-19. 11

Wilayah-wilayah tertinggal seperti ini perlu diberikan perhatian khusus karena

berpotensi melebarkan jarak kesenjangan pendidikan.

Situasi Pandemi COVID-19 menunjukkan adanya kekosongan dalam infrastruktur dan

juga institusi Pendidikan Indonesia yang tidak siap menghadapi situasi tidak terduga
seperti sekarang. Lebih dari itu, kebijakan PJJ memperlihatkan ketidaksiapan Indonesia

untuk memindahkan pendidikan ke dalam medium teknologi digital. Jurang pemisah

antara wilayah maju dengan fasilitas internet dan wilayah terpencil tanpa sinyal begitu

besar sehingga pemerintah pun harus melakukan jenis intervensi yang berbeda sesuai

kebutuhan masing-masing daerah.

Refleksi Kebijakan Kemendikbud di Tengah Pandemi

Kebijakan konkret Kemendikbud terkait himbauan pemerintah tentang belajar dari

rumah tertuang dalam Surat Edaran Mendikbud tentang Pembelajaran secara Daring

dan Bekerja dari Rumah untuk Mencegah Penyebaran COVID -19 yang isinya

menjelaskan tentang pelaksanaan PJJ bagi seluruh sekolah dan perguruan tinggi di

Indonesia. Surat Edaran tersebut juga melampirkan beberapa saran pembelajaran

daring yang bisa dimanfaatkan oleh sekolah dan siswa. Dalam praktiknya, banyak

tenaga pengajar yang tidak dilatih dan tidak mengetahui cara penggunaan sarana

pembelajaran daring.

Lalu, melalui Edaran Nomor 4 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan

dalam Masa Darurat Penyebaran Corona Virus Disease (COVID-19), Kemendikbud

menerapkan kebijakan pembatalan Ujian Nasional (UN) dan penyesuaian nilai

pembelajaran. Selain itu, terdapat beberapa poin tentang pelaksanaan PJJ termasuk

imbauan agar guru tidak terlalu membebankan murid dengan capaian yang sesuai

dengan kurikulum dan penilaian yang bersifat timbal balik menyesuaikan dengan

kebutuhan murid. Surat Edaran Nomor 4 sayangnya tidak memberikan arahan khusus

tentang petunjuk pelaksana (juklak) bagi guru dalam melaksanakan PJJ. Surat tersebut
hanya berperan sebagai arahan umum tentang apa yang harus diajarkan dan

bagaimana menilainya. Hingga akhir Mei, Kemendikbud belum memberikan petunjuk

spesifik bagi guru tentang menjalankan proses pembelajaran.

10 “Virus corona: Tak semua pengajar, siswa siap terapkan 'sekolah

di rumah'”, BBC Indonesia, 18 Maret 2020,

https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-51906763

11 “Virus corona: Kisah guru di Jawa Barat mendatangi rumah murid-muridnya yang

tidak punya gawai dan sulit akses siaran televisi”,

BBC Indonesia, 13 Mei 2020, https://www.bbc.com/indonesia/majalah-52642997

4
Pada pertengahan April 2020, Kemendikbud melakukan kerja sama dengan TVRI

dan RRI untuk menayangkan program edukasi demi membantu murid dan guru

selama PJJ. Namun, banyak pihak yang menganggap materi yang disampaikan di

TVRI terlalu monoton dan tidak efektif. 12 Meskipun langkah tersebut perlu

diapresiasi, PJJ melalui televisi juga tidak menyelesaikan persoalan metode

pembelajaran yang satu arah dan masalah pendidikan bagi keluarga miskin yang

tidak memiliki akses terhadap listrik atau televisi.

Wahana Visi Indonesia melakukan survei terhadap 3.000 anak di 30 provinsi pada

2 sampai 21 April dan menemukan pengaruh emosional dalam penerapan

pembelajaran jarak jauh (PJJ) dan jaga jarak selama corona. 13 Survei tersebut

menjelaskan bahwa situasi keluarga juga berdampak pada emosional anak. Murid

juga banyak yang kesulitan menghadapi metode PJJ yang hanya difokuskan pada

pemberian tugas tanpa jadwal yang teratur. Hal tersebut, kembali lagi, terjadi

karena guru yang tidak memiliki pengalaman dalam proses pembelajaran yang

memanfaatkan teknologi dan bersifat jarak jauh.

Pandemi COVID-19 menunjukkan bahwa digitalisasi industri 4.0 Indonesia masih

bersifat eksklusif pada sektor industri dan ekonomi, sementara sektor Pendidikan

masih jauh tertinggal. Dalam praktiknya, digitalisasi pendidikan justru diinisiasi

oleh sektor swasta berbentuk startup seperti Zenius dan Ruangguru yang pada

dasarnya dibentuk untuk masyarakat urban di kota-kota besar. Penerima manfaat

proses digitalisasi pendidikan di Indonesia masih terus berputar dalam sebuah


kebijakan pendidikan yang bersifat Jawa-sentris dan hal tersebut memperlebar

ketimpangan pendidikan yang sudah begitu besar di Indonesia.

Pada akhirnya, Kemendikbud harus mulai mempertimbangkan mengeluarkan

juklak khusus yang membahas indikator-indikator dalam melaksanakan PJJ serta

memperhatikan berbagai hambatan yang dihadapi oleh murid di wilayah

perkotaan dan pedesaan. Penyusunan metode pembelajaran yang berbeda

daripada situasi yang normal juga diperlukan untuk mempertimbangkan sisi

emosional murid dan keterbatasan guru.


12 “Materi Program Belajar TVRI Dinilai ‘Jadul’ dan Tak Efektif”, CNN

Indonesia, 4 Mei 2020,

https://www.cnnindonesia.com/nasional/20200504145301-20-499875/materi-

program-belajar-tvri-dinilai-jadul-dan-tak-efektif

13 Feybien Ramayanti, “Home Sweet Home Tak Berlaku, Belajar Makin

Sporadis dan Kaku”, CNN Indonesia, 8 Mei 2020,

https://www.cnnindonesia.com/nasional/20200506181541-20-500840/home-

sweet-home-tak-berlaku-belajar-makin-sporadis-dan-kaku

Anda mungkin juga menyukai