Anda di halaman 1dari 9

PUTUS SEKOLAH KARENA COVID-19

KELOMPOK 4

PENYUSUN:

1. Putu Arjuna Nurgraha Eka Wana (1301223039)

2. Ghifary Ahmad Fatuloh Bisri (1301223074)

3. Rabbani Lutfan Habibie (1301223041)

4. Muhammad Adlan Hafizha (1301223054)

PANCASILA

Telkom University
2022
Ringkasan Hasil Analisa
Pendidikan merupakan aspek utama dalam pembangunan dan penciptaan Sumber Daya
Alam (SDM). Namun pandemi covid menghalangi hal tersebut dengan berbagai macam faktor
yang mengakibatkan anak-anak putus sekolah sehingga terpaksa bekerja.
Latar Belakang Masalah
Mulai tahun 2020, seluruh dunia termasuk Indonesia dilanda musibah besar,
yaitu adanya virus yang menyerang manusia dikenal dengan Covid-19. Wabah ini
menyerang siapa pun sehingga menetapkan untuk melakukan segala kegiatan di rumah
saja. Sejak Covid-19 melanda Indonesia banyak aspek yang dirugikan seperti ekonomi,
sosial, Kesehatan bahkan pendidikan.
Pendidikan merupakan kebutuhan paling utama dalam menciptakan Sumber
Daya Manusia (SDM) yang berkualitas dan bersifat terbuka. Suatu pendidikan tidak
dapat berjalan sesuai fungsinya apabila mengisolasikan diri dengan lingkungannya.
Sistem belajar-mengajar yang dilakukan secara daring mengakibatkan peserta didik
kesulitan memahami materi yang diberikan, selain itu mereka mengeluarkan banyak
biaya seperti kuota internet, bahkan bagi peserta didik yang tidak memiliki gadget harus
mengeluarkan biaya lagi untuk membelinya.
Adanya pandemi Covid-19 membuat banyak sarana dan prasarana di tutup
sementara, termasuk kegiatan belajar-mengajar. Demi keselamatan dan kesehatan kita
semua, siswa dapat belajar di rumah dan hal ini berdampak untuk orang tua, dimana
orang tua harus memberikan pembelajaran kepada anak-anaknya di rumah.
Ada beberapa sekolah yang menerima banyak keluhan mengenai proses belajar
secara daring. Hal tersebut terjadi karena kurangnya sarana dan prasarana pembelajaran
secara daring. Tidak semua orang tua dapat memenuhi kebutuhan anak-anaknya yang
sekolah secara daring seperti membeli gadget dan kuota internet. Oleh karena itu, kami
membuat esai ini dengan berfokus pada anak-anak putus sekolah karena Covid-19 dari
segi ekonomi, dan itu menjadi alasan kami mengambil judul “Putus Sekolah Karena
Covid-19”.
Cara pengambilan data
Pengambilan data dilakukan dengan beberapa cara
- Melalui media berita KOMPAS TV
- Melalui google scholarship dalam penggalian data
- Serta melalui website berita yang membahas seputar topik yang digali
Dokumentasi
Saat pengerjaan :

Pengambilan data :
Pembahasan
Pendidikan merupakan aspek utama dalam pembangunan dan penciptaan Sumber Daya
Manusia (SDM). Pendidikan yang semaksimal mungkin diperlukan dalam mencapai tujuan
SDM yang berkualitas. Namun pandemi covid menjauhkan dari usaha dalam mencapai tujuan
pendidikan yang berkualitas dan merata dimana sebelum pandemi hal ini sudah menjadi
masalah yang tak kunjung selesai, hanya semakin diperparah dengan pandemi covid ini.
Banyak faktor yang mendorong peningkatan pendidikan kualitas yang menurun ini, salah
satunya banyaknya ribuan anak yang putus sekolah karena beragam hal. Dikutip dari Kompas
TV, “Di Indonesia lebih dari 83.274 anak putus sekolah sepanjang tahun 2020.”
Dimana penyebaran provinsi dengan jumlah anak putus sekolah tertinggi di Indonesia
tahun 2020
1. Jawa Barat : 10.885
2. DKI Jakarta : 9.931
3. Sumatera Utara : 9.266
4. Jawa Timur : 6.573
5. Sulawesi Selatan : 6.107
6. Jawa Tengah : 5.904
7. Nusa Tenggara Timur : 2.855
8. Sumatera Selatan : 2.562
9. Banten : 2.288
10. Papua : 2.235
Beberapa faktor penyebab ribuan anak yang putus sekolah di masa pandemi covid:
1. Tidak memiliki biaya karena orang tua tidak bekerja
2. Harus membantu orang tua bekerja
3. Pembelajaran daring terlalu lama
4. Kecanduan game online
5. Lingkungan pergaulan
6. Masalah keluarga
7. Pernikahan anak
8. Penceraian keluarga
9. Jarak sekolah yang jauh
10. Lingkungan pergaulan
11. Malas
Menurut Sekjen Kemendikbudristek RI, Suharti, “Sebagai contoh anak-anak yang
putus sekolah untuk tingkat SD meningkat 10 kali lipat dibandingkan tahun 2019. Banyak
sekali tekanan dari orang tua khususnya tekanan ekonomi yang memaksa anak-anaknya untuk
bekerja.”
Dikutip UNICEF, “Angka putus sekolah naik terimbas selama Paga Blog, dimana
setelah pandemi terjadi proposisi anak yang terpaksa putus sekolah karena faktor ekonomi itu,
hampir meningkat 2 kali lipat, dimana berdasarkan data UNICEF sebelum pandemi ada kisaran
38% persentasenya yang kami lihat 70% anak yang terpaksa putus sekolah karena faktor
ekonomi.”
Dikutip JPPI, “yang banyak itu mereka tidak bisa bayar sekolah pandemi ini ekonomi
keluarga terdampak, maka mereka tidak bisa melanjutkan ke sekolah, kelanjutan dari itu
mereka ada faktor mereka harus bekerja, orangtuanya di PHK misalnya mau tidak mau karena
usahanya seret Ketika pandemi, maka anak bekerja.”
Laporan warga penyebab putus sekolah 2020-2021, dari Sumber Jaringan Pemantau
Pendidikan Indonesia.
1) Tidak mampu membayar sekolah 86 kasus
2) Bekerja 57 kasus
3) Korban kekerasan 44 kasus
4) Kecanduan game 29 kasus
5) Pernikahan dini 12 kasus
6) Kesulitan belajar 11 kasus
7) Hamil di luar nikah 9 kasus
8) Terlibat prostitusi online 5 kasus
Melalui hasil wawancara, Denis sebagai contoh salah satu anak yang putus sekolah, ia
menyampaikan apa yang ia rasakan, “aku Denis Herliano, usiaku 11 tahun tinggal di Kampung
Muara Angke yang dimana kebanyakan penghuninya bekerja sebagai pemulung dan nelayan.
Sejak setahun lalu aku putus sekolah dan hanya diam di rumah, bapakku buruh serabutan
penghasilannya tidak menentu. Ibuku biasanya berdagang tahu-tempe, tapi kadang berhenti
tergantung stok tahu tempe di pasar. Pagebluk membuat keluarga susah, sebelum virus korona
datang kami pun sudah kekurangan uang. Aku rindu sekolah SD Negeri 3 Pluit, meski rasanya
mustahil aku sekolah lagi karena pembelajaran jarak jauh butuh telepon pintar untuk belajar,
aku tidak punya bapak dan ibu tidak sanggup membelinya, aku terpaksa putus sekolah.”
Hal ini bisa dilihat bahwa rata-rata sebelum masa covid pun banyak anak-anak yang
bersekolah dengan segi ekonomi yang dibawah sudah kesusahan agar dapat mengikuti
pendidikan, hal ini semakin diperparah di ujung tanduk dengan Covid-19 yang memaksa untuk
melakukan pembelajaran secara daring. Dimana melalui transisi pembelajaran dari onsite ke
online membuatkan dana lebih lagi baik dari segi peralatan berupa hp dan paket data untuk
menunjang kegiatan pembelajaran yang dimana hal itu menjadi mustahil bagi mereka yang
sudah memiliki ekonomi pas-pasan, sehingga akhirnya mereka memilih untuk putus sekolah.
Dikutip oleh Ubaid Matraji, Pengamat Pendidikan JPPI, “Masyarakat miskin ini
berkontribusi terhadap tingginya angka putus, dimana ada gap kesenjangan antara si kaya dan
si miskin. Nah gap ini telah menyebabkan putus sekolah ini sangat tinggi.”
Sedangkan menanggapi masalah putus sekolah yang semakin tinggi di saat covid ini
oleh pejabat Abdul Kahar, Kepala Puslapdik Kemendikbudristek RI, menanggapi, “Masa
Covid-19 kami dari Kementrian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi sudah
memberikan Berbagai macam stimulus kepada bagaimana keberlangsungan pendidikan kita
berjalan dengan baik sehingga anak-anak yang berpotensi untuk putus sekolah mudah-
mudahan tidak terjadi, selain dana BOS untuk penyelenggaran pendidikan dikelola oleh
sekolah, kita memberikan dana apakah itu pembelian buku seragam kemudian transportasinya
ke sekolah ini bisa melalui bantuan ini.”
Melalui hal tersebut dapat dilihat Potensi Learning Loss terjadi jika masalah anak putus
sekolah tidak kunjung punya solusi di Indonesia terutama hal ini semakin diperburuk dengan
meningkat begitu pesat di masa pandemi Covid-19 ini. Tidak hanya itu saja selama masa
pandemi ini juga melalui hasil survei UNICEF pada bulan November 2020 hasilnya 70%
responden anak dan remaja merasa tertinggal dalam studi.
Tak khayal hanya itu saja Suhani Kudus Spesialis Pendidikan UNICEF Indonesia
mengutip, “Kita menghadapi risiko kemunduran capaian pendidikan yang telah diperoleh
dalam beberapa tahun terakhir ini sebagai akibat dari learning loss ini tentunya akan memiliki
dampak negatif signifikan terhadap pembangunan ekonomi dan sosial di Indonesia.”
Apabila dikaitkan dengan Pancasila, kasus putus sekolah tidak sesuai dengan sila
kelima Pancasila. Pancasila sila kelima berbunyi “keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.” Kesenjangan sosial adalah salah satu akar penghambat di dalam terciptanya
keadilan didalam sila ke-5 itu sendiri bagi negara ini, jauhnya jenjang jarak antara orang kaya
dan orang miskin,ini membuat kecemburuan sosial antara orang miskin kepada orang kaya dan
dapat selalu menciptakan setiap konflik yang terjadi , dan membuat rasa keadilan di negara ini
seolah menghilang dan lenyap. Keadilan ini berarti semua masyarakat Indonesia dijamin
keadilan sosialnya, termasuk hak untuk mendapatkan Pendidikan dasar dari negara. Sila ke-5
pancasila adalah keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Cita-cita sila ke-5 adalah
menciptakan keadilan dan kemakmuran untuk masyarakat Indonesia. Namun, pada
kenyataannya masih ada ketidakadilan dan adanya ketidakmampuan masyarakat untuk
memperoleh Pendidikan. Hal ini dikarenakan tingginya biaya Pendidikan sehingga masyarakat
yang tidak mampu tidak bisa memperoleh Pendidikan yang layak.
Kesimpulan
Pendidikan merupakan kebutuhan paling utama dalam menciptakan Sumber
Daya Manusia (SDM) yang bekualitas dan berisfat terbuka. Adanya pandemic Covid-
19 membuat banyak sarana dan prasarana di tutup sementara,termasuk kegiatan belajar
mengajar. Pendidikan harus mendapatkan perhatian yang serius bagi setiap bangsa,
karena dengan Pendidikan akan dapat dilihat maju mundurnya suatu bangsa. Tentu saja
bangsa Indonesia tidak mau hidup terbelakang akibat aspek Pendidikan tidak mendapat
porsi yang cukup dengan beriringanya berbagai kemajuan di bidang lain.
Hal yang mendasar bagi pembangunan Pendidikan dipengaruhi oleh dimensi
kepemimpinan atau pemerintah baik pemerintah pusat maupun daerah.
Pemberlakuan desentralisasi Pendidikan pada gilarannya untuk memeberdayakan
dan membangun manusia Indonesia melalaui jalur Pendidikan.
Oleh karena itu, kami penulis juga menghimbau dan meminta semua lapisan
masyarakat bersatu padu untuk melakukan pengawasan dan pembinaan dalam rangka
menurunkan angka anak putus sekolah. Dan kebijakan pemimpin harus merata ke setiap
daerah sehingga kesenjangan tidak lagi terjadi. Namun kita harus menyadari masalah
pembangunan Pendidikan tidak hanya tanggung jawab semua pihak.
Daftar Pustaka
Yolana Deswita, Desri Nora AN. (2022, Juni). Faktor Penyebab Anak Putus Sekolah
di Masa Pandemi. Diakses November 14, 2022.
http://perspektif.ppj.unp.ac.id/index.php/perspektif/article/view/613/299
KOMPASTV. (2022, Maret 18). Akbat Pandemi Ribuan Anak Putus Sekolah (1) –
BERKAS KOMPAS [Video]. Diakses November 14, 2022. Youtube.
https:www.youtube.com/watch?v=JNcYNfmotUA
KOMPASTV. (2022, Maret 18). Putus Sekolah Akibat, Siswa Terpaksa Bekerja
Menyambung Hidup (2) – BERKAS KOMPAS [Video]. Diakses November 14, 2022.
Youtube, https://www.youtube.com/watch?v=3Vd9i8r4wtU
Niken Bestari. (2022, Agustus). Pembahasan Soal tenteang Kasus Putus Sekolah dan
Kaitannya dengan Pancasila. Diakses November 14, 2022.
https://bobo.grid.id/read/083423874/pembahasan-soal-tentang-kasus-putus-sekolah-
dan-kaitannya-dengan-pancasila?page=all

Anda mungkin juga menyukai