Anda di halaman 1dari 15

PORTOFOLIO INTERNSIP KASUS KEGAWATDARURATAN

“HIPOGLIKEMIA”

Oleh:
dr. Ronaa Alief Fauziyyah

Pembimbing :
dr. Sri Widodo, Sp.PD

Pendamping :
dr. Nofi Liza Meliana
dr. Retno Aptriwinasih

RSU SIAGA MEDIKA PEMALANG


PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA
(Periode Oktober 2019 – Oktober 2020)
Berita Acara Presentasi Portofolio
Pada hari ini hari, tanggal Mei 2020 telah dipresentasikan portofolio oleh:
Nama : dr. Ronaa Alief Fauziyyah
Judul/ topik : Hipoglikemia
No. ID dan Nama Pendamping : dr. Nofi Liza Meliana
dr. Retno Aptriwinasih
No. ID dan Nama Wahana : RSU Siaga Medika Pemalang

Nama Peserta Presentasi No. ID Peserta Tanda Tangan

1. 1.

2. 2.

3. 3.

4. 4.

5. 5.

6. 6.

7. 7.

8. 8.

9. 9.

10. 10.

11. 11.

Berita acara ini ditulis dan disampaikan sesuai dengan yang sesungguhnya.

Pendamping

dr. Nofi Liza M dr. Retno Aptriwinasih


PORTOFOLIO INTERNSIP KASUS MEDIK
Nama Peserta dr. Ronaa Alief Fauziyyah
Nama Wahana RSU Siaga Medika Pemalang
Topik Hipoglikemia
Tanggal (kasus) 6 November 2019
Nama Pasien Ny. W No. RM 00041811
dr. Nofi Liza Meliana
Tanggal Presentasi Pendamping
dr. Retno Aptriwinasih
Tempat Presentasi RSU Siaga Medika Pemalang
Objektif Presentasi
□ Keilmuan □ Keterampilan □ Penyegaran □ Tinjauan Pustaka
□ Diagnostik □ Manajemen □ Masalah □ Istimewa
□ Neonatus □ Bayi □ Anak □ Remaja □ Dewasa □ Lansia □ Bumil
□ Deskripsi Pasien datang dengan keluhan bicara tidak nyambung

□ Tujuan Menegakkan diagnosis dan penatalaksanaan awal


Bahan Bahasan □ Tinjauan Pustaka □ Riset □ Kasus □ Audit
Cara Membahas □ Diskusi □ Presentasi dan Diskusi □ E-mail □ Pos

BAB I
STATUS PASIEN

A. ANAMNESIS
1. Identitas Pasien
Nama : Ny. W
Umur : 62 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Pemalang
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Agama : Islam
Tanggal Masuk : 6 November 2019
No. RM : 00041811
2. Keluhan Utama
Penurunan Kesadaran
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke IGD RSU Siaga Medika pada hari Rabu, 6
November 2019 dengan keluhan berbicara tidak nyambung sejak 30 menit
sebelum masuk RS. Sebelum pasien mengalami penurunan kesadaran, pasien
mengeluhkan lemas. Pasien belum pernah mengalami hal ini sebelumnya.
Pasien sedang mengkonsumsi obat anti diabetes 2 minggu ini. Pasien juga
mengalami penurunan nafsau makan beberapa hari ini. Demam dan
kelemahan anggota gerak disangkal.
4. Riwayat Penyakit Dahulu

Keluhan serupa : disangkal


Riwayat Diabetes : diakui
Penyakit Paru : disangkal
Penyakit Jantung : disangkal
Penyakit Ginjal : disangkal
Penyakit Hati dan empedu : disangkal
Riwayat Alergi : disangkal
Riwayat Operasi : disangkal
Riwayat Asma : disangkal
5. Riwayat Penyakit Keluarga

Penyakit Jantung dan Paru : disangkal


Penyakit Hati dan Empedu : disangkal
Penyakit Diabetes Melitus : disangkal
Penyakit Ginjal : disangkal
Penyakit Hipertensi : disangkal
Riwayat Alergi : disangkal
Riwayat Asma : disangkal
6. Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien merupakan ibu rumah tangga, tinggal bersama suami dan
seorang anak dan menantunya. Suami bekerja sebagai petani. Kesan sosial
ekonomi keluarga adalah golongan menegah ke bawah. Pasien menggunakan
Badan Penyelenggara Jaminan Kesehatan (BPJS-non PBI) dalam masalah
kesehatan. Suami pasien memiliki riwayat merokok. Biasanya pasien makan 3
kali sehari, konsumsi makanan seadanya seperti tahu, tempe, dan sayuran.
Keluarga pasien tidak hafal obat yang dikonsumsi pasien.

B. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan umum/kesadaran : sedang /delirium E4V2M4
2. Tinggi badan : 155 cm
Berat badan : 60 kg
IMT : 25kg/m2
3. Vital sign
Tekanan Darah : 150/80 mmHg
Nadi : 75 x/menit
Respiratory Rate : 22 x/menit
Suhu : 36,60C
4. Pemeriksaan kepala
Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-),
edem palpebra (-/-)
Hidung : discharge (-/-), napas cuping hidung (-/-)
Mulut : sianosis (-)
5. Pemeriksaan leher
Tiroid : tak ada kelainan
6. Pemeriksaan dada
Dinding dada : Simetris menguning, ketinggalan gerak (-/-)
Pulmo : Suara dasar vesikuler (+/+), wheezing (-/-),
rhonki (-/-)
Cor : S1>S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
7. Pemeriksaan abdomen
Dinding perut : supel
Hepar/lien : tidak teraba pembesaran
Usus : bising usus (+) normal
8. Pemeriksaan ekstremitas : Edema -/-/-/- Sianosis -/-/-/-
9. Pemeriksaan limphonodi : tak ada pembesaran kelenjar getah bening
10. Pemeriksaan reflek : reflek fisiologis +/+/+/+,
reflek patologis -/-/-/-
11. Pemeriksaan turgor kulit : capillary refill < 2 detik
12. Pemeriksaan akral : hangat +/+/+/+

C. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium Darah (6 November 2019)
Pemeriksaan Hasil Satuan Rujukan
Hemoglobin 10,5 g/dL 11.5 – 14,5
MCV 90,8 fL 78-180
MCH 29,2 Pg 27-32
MCHC 32,2 g/dL 30-36
Hematokrit 37 % 37 – 47
Leukosit 5800 /µl 4.500 – 10.500
Trombosit 205000 /µl 150.000 –450.000
Eritrosit 4,06 Juta/µl 4,0 – 5,4
Eos/Bas/Bat/Seg/Lim/Mono 2/0/0/78/14/6
Gol darah O/Rh +
Ureum 34 U/L 6-37
Kreatinin 0,8 U/L 4-50
GDS 18 mg/dl 70-140
Hb1C 6,7 Negatif
Natrium 144,3 mmol/L
Kalium 5,04 mmol/L
Klorida 107,3 mmol/L
Kalsium 1,34 mmol/L

2. EKG
Normal EKG

D. ASSESMENT
Observasi Penurunan Kesadaran ec Hipoglikemia pada DM Tipe II
Hipertensi stage II

E. PLANNING IGD
1. Infus D10% 20 tpm
2. Bolus D40% 3 flash  GDS ulang pasca pemberian D40% = 179, GCS
E4V5M6
3. Injeksi Omeprazole 40mg/12jam
4. Injeksi Ondansentron 4mg/12jam
5. Konsul dr. Sp.PD

F. FOLLOW UP
Tanggal S O A P
6 Pasien E4V2M4 Observasi Infus D10% 20
November datang TD: 150/80 mmHg penurunan tpm
2019 dengan N: 75 x/m; kesadaran ec Bolus D40% 3
05.05 keluhan sulit S : 36,6 C Hipoglikemia flash  GDS
diajak RR: 22 x/m pada DM tipe 2 ulang pasca
komunikasi GDS 18 pemberian D40%
dan lemas Hipertensi stage 2 = 179, GCS
E4V5M6
Injeksi
Omeprazole
40mg/12jam
Injeksi
Ondansentron
4mg/12jam
Konsul dr. Sp.PD
(hasil konsul,
evaluasi
GDS/2jam,
apabila GDS < 70
D40% 3 flash,
apabila GDS < 90
bolus D40% 1
flash

7 Lemas E4V5M6 Pasca penurunan Terapi lanjut


November berkurang TD: 140/80 mmHg kesadaran ec
2019 N: 72 x/m; Hipoglikemia
08.00 S : 36,5 C pada DM tipe 2
RR: 20 x/m
GDS 146 Hipertensi stage 1

8 Lemas E4V5M6 Pasca penurunan Boleh pulang,


November berkurang TD: 140/70 mmHg kesadaran ec terapi :
2019 N: 75 x/m; Hipoglikemia Alinamin 1x1
08.00 S : 36,5 C pada DM tipe 2 Omeprazole 2x1
RR: 20 x/m Furosemid 1x1
GDS 146 Hipertensi stage 1 OAD stop,
evaluasi saat
kontrol
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI
Definisi hipoglikemi menurut American Diabetes Association (ADA)
segala episod dimana terdapat ketidaknormalan konsentrasi glukosa dalam plasma
pada individu dan menyebabkan gangguan potensial. Nilai ambang glikemik
bersifat dinamis dan tidak sama dalam reaksi respon, maka cukup sulit untuk
menentukan nilai konsetrasi glukosa secara spesifik sampai dapat memberikan
gejala. Hal ini menyebabkan ADA merekomendasikan kepada pasien DM dengan
terapi yang berhubungan dengan insulin untuk memonitor dirinya akan resiko
hipoglikemi dengan konsentrasi glukosa plasma ≤ 70 mg/dL (≤ 3.9 mmol/L). Hal
ini tidak kemudian menjadi indikasi penderita untuk memberikan terapi pada
dirinya sendiri ketika konsentrasi glukosa plasmanya ≤ 70 mg/dL (≤ 3.9 mmol/L),
melainkan lebih waspada akan tanda dan gejala hipoglikemia, mengukur ulang
konsentrasi glukosa dalam rentang waktu tertentu serta menghindari beberapa
pekerjaan seperti menyetir, kemudian hipoglikemi dapat dicegah dengan
mengkonsumsi karbohidrat atau gula per oral (Cryer, 2011).

Klasifikasi kejadian hipoglikemi menurut ADA ialah sebagai berikut.

Severe hypoglycemia Kondisi di mana membutuhkan bantuan dari


orang lain untuk memberikan tambahan
karbohidrat, glukagon, atau aksi resusitasi lain.
Perubahan konsentrasi glukosa plasma mungkin
tidak terjadi, tetapi terdapat perubahan
neurologis setelah terapi hipoglikemi diberikan.

Documented severe hypoglycemia Kondisi dimana terdapat gejala tipikal


hipoglikemi yang berhubungn dengan nilai
konsentrasi glukosa plasma ≤ 70 mg/dL (≤ 3.9
mmol/L).

Asymptomatic hypoglycemia Kondisi dimana tidak terdapat gejala tipikal


hipoglikemi tetapi nilai konsentrasi glukosa
plasma ≤ 70 mg/dL (≤ 3.9 mmol/L).

Propable symptomatic Kondisi dimana terdapat gejala tipikal


hypoglicemia hipoglikemi namun tidak berhubungan keadaan
glukosa tetapi dicurigai disebabkan oleh nilai
konsentrasi glukosa plasma ≤ 70 mg/dL (≤ 3.9
mmol/L).

Relative hypoglycemia Keadaan di mana seseorang dengan diabetes


mengalami gejala tipikal hipoglikemi namun
konsentrasi glukosa plasma >70 mg/dL (>3.9
mmol/L).

B. PENYEBAB
Sebagian besar penyebab hipoglikemia ialah penderita DM dengan terapi
insulin atau sulfonylurea (hipoglikemia iatrogenik), tetapi juga terdapat penyebab
hipoglikemia pada pasien non-DM seperti pankereatitis atau sel tumor non-islet,
autoimun, kegagalan organ, penyakit endokrin, kelainan metabolisme dari lahir,
toksin dari makanan, dan lain-lain (sepsis, kelaparan, kegiatan yang sangat
berlebihan) (Treatment of severe diabetic hyplogicemia with: an underutilizes
therapeutic approach, 2011)

C. FAKTOR RISIKO
Beberapa faktor dapat meningkatkan resiko terjadikan hipoglikemia pada
pasien DM dengan terapi insulin, salah satunya ialah gangguan kecemasan. Angka
kejadian hipoglikemia dengan gangguan kecemasan 9 kali lebih tinggi
dibandingkan hipoglikemia dengan episode normal dari kecemasan. Usia muda
juga merupakan factor resiko terjadinya hipoglikemi berhubungan dengan
kurangnya pemahaman mengenai tanda dan gejala dari hipoglikemia, sedangkan
pada orang tua juga dapat terjadi akibat factor penuaan sehingga kurang
memahami tanda dan gejala hipoglikemia. Pencegahan terhadap hipoglikemia
berat dipengaruhi oleh pengawasan orang tua atau pengasuh penderita DM
terhadap intake makanan, dosis insulin, dan pengaturan latihan atau kegiatan
penderita. Lamanya penyakit yang diderita dan pernah mengalami episode
hipoglikemia berat juga merupakan faktor resiko dari kejadian hipoglikemi
(Treatment of severe diabetic hyplogicemia with: an underutilizes therapeutic
approach, 2011).

G. TANDA DAN GEJALA


Manifestasi klinis dari hipoglikemi berat tampak sebagai gejala-gejala yang
berhubungan dengan aktivasi simpatoadrenal dan neuroglikopenia. Aktivasi
simpatoadrenal tampak sebagai gejala berkeringat, takikardi, takipnea, kecemasan,
gemetar, dan mual. Gejala neuroglikopenia meliputi perubahan penglihatan, lelah,
pusing, sakit kepala, perubahan kesadaran, perubahan status mental, kejang, koma,
hingga menyebabkan kematian (Rutecki, 2011).
Berdasarkan Eckman&Golden, terdapat trias yang menjadi tanda dan
gejala hipoglikemi yang dikenal sebagai trias Whipple. Trias Whipple ialah gejala
muncul dan konsisten dalam keadaan hipoglikemia, nilai konsentrasi glukosa
plasma rendah, dan terdapat perbaikan klinis ketika konsentrasi glukosa plasma
dinaikkan (Eckman & Golden, 2011).

H. PENATALAKSANAAN
1. Stadium Permulaan (Sadar)
a. Berikan gula murni 30 gram (2 sendok makan) atau sirup atau permen
atau gula murni (bukan pemanis pengganti gula) atau gula diet atau gula
diabetes) dan makanan yang mengandung karbohidrat
b. Hentikan obat hipoglikemik sementara
c. Pantau glukosa darah sewaktu tiap 1-2 jam
d. Pertahankan glukosa darah sekitar 200 mg/dl (bila sebelumnya tidak
sadar)
e. Cari penyebab
2. Stadium lanjut (koma hipoglikemia atau tidak sadar dan curiga hipoglikemia)
a. Diberikan larutan Dextrose 40% sebanyak 2 flakon (=50 ml) bolus
intravena
b. Diberikan cairan Dextrose 10% per infus, 6 jam per kolf
c. Periksa glukosa darah sewaktu (GDs), kalau memungkinkan dengan
glukometer:
1) Bila GDs < 50 mg/dl ditambah bolus Dextrose 40% 50ml IV
2) Bila GDs < 100 mg/dl ditambah bolus Dextrose 40% 25ml IV
d. Periksa GDs setiap 1 jam setelah pemberian Dextrose 40%
1) Bila GDs < 50 mg/dl ditambah bolus Dextrose 40% 50ml IV
2) Bila GDs < 100 mg/dl ditambah bolus Dextrose 40% 25ml IV
3) Bila GDs 100-200 mg/dl, tanpa bolus Dextrose 40%
4) Bila GDs > 200 mg/dl, pertimbangkan menurunkan kecepatan drip
Dextrose 10%
e. Bila GDs > 100 mg/dl sebanyak 3 kali berturut-turut, pemantauan GDs
setiap 2 jam, dengan protocol sesuai diatas. Bila GDs > 200 mg/dl,
pertimbangkan mengganti infuse dengan Dextrose 5% atau NaCl 0,9%
f. Bila GDs > 100 mg/dl sebanyak 3 kali berturut-turut, pemantauan GDs
setiap 4 jam, dengan protocol sesuai diatas. Bila GDs > 200 mg/dl,
pertimbangkan mengganti infuse dengan Dextrose 5% atau NaCl 0,9%
g. Bila GDs > 100 mg/dl sebanyak 3 kali berturut-turut, sliding scale setiap
6 jam :

h. Bila hipoglikemia belum teratasi, dipertimbangkan pemberian antagonis


insulin seperti adrenalin, kortison dosis tinggi, atau glucagon 0,5-1 mg
IV/IM (bila penyebabnya insulin). Bila pasien belum sadar, GDs sekitar
200 mg/dl : Hidrokortison 100 mg per 4 jam selama 12 jam atau
Deksametason 10 mg IV bolus dilanjutkan 2 mg tiap 6 jam dan Manitol
1,5-2 g/kgBB IV setiap 6-8 jam. Cari penyebab lain kesadaran menurun.
DAFTAR PUSTAKA

1. Cryer, P. E. (2011). Hypoglicemia During Therapy of Diabetes. Dipetik April


30, 2020, dari Endotext.org: http://www.endotext.org/
2. Eckman, A., & Golden, S. (2011, March 2). Diabetes Guided - Trinidad and
Tobago. Dipetik April 30, 2020, dari John Hopkins Point of care Information
Technology: http://www.ttdiabetesguide.org/index.html
3. Epidemiology of Hypoglikemia. (2011, May). Dipetik April 30, 2020, dari
Diabates Treatments: http://diabetesmellitustreatments.com//
4. Rutecki, G. W. (April 30, 2020). Recurrent Hypoglicemia: When Diabaetes
IS Not the Cause. Dipetik April 30, 2020 dari ConsultantLive:
http://www.consultantlive.com/
5. The Endocrine Society. (2009). The Journal of Clinical Endocrinology and
Metabolism. Evaluation and Management of Adult Hypoglycemic Disorders:
An Endocrine Society Clinical Practice Guideline , 18.
6. Treatment of severe diabetic hyplogicemia with: an underutilizes therapeutic
approach. (2011, September 6). Dipetik April 30, 2020, dari Dovepress open
acces to scientific and medical research: http://www.dovepress.com/diabetes-
metabolic-syndrome-and-obesity-targets-and-therapy-journal
7. Sastroasmoro S, Soegondo S, Rani A, editor. Hipoglikemia. Dalam : Panduan
Pelayanan Medis Departemen Penyakit Dalam. Jakarta : RSUP Nasional Dr.
Cipto Mangunkusumo. 2007. Hal : 5-8.
8. Rani AA, Soegondo S, Nasir AU, dkk, editor. Hipoglikemia. Dalam :
Panduan Pelayanan Medik Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam
Indonesia. Jakarta : InternaPublishing. 2009. Hal 23-5.

Anda mungkin juga menyukai