Anda di halaman 1dari 8

PERJALANAN PENDIDIKAN NONFORMAL DI INDONESIA

1. Latar belakang

Kemajuan suatu bangsa hanya dapat dicapai melalui penataan


pendidikan yang baik. Hal ini disebabkan pendidikan luar sekolah
melakukan pendidikan yang berlangsung sepanjang hayat dan berkelanjutan
sehingga potensi yang dimiliki seseorang dapat dikembangkan secara
maksimal. Pendidikan Non Formal (PNF) adalah setiap usaha pelayanan
pendidikan yang diselenggarakan di luar sistem sekolah, berlangsung
seumur hidup, dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana yang
bertujuan untuk mengaktualisasi potensi manusia (sikap, tindak dan karya)
sehingga dapat terwujud manusia seutuhnya yang gemar belajar-mengajar
dan mampu meningkatkan taraf hidupnya. 1

Setiap pendidikan tentu memiliki program yang tersusun dan


terencana secara mandiri ataupun bagian dari pendidikan yang lebih luas.
Oleh karenanya terdapat sejarah untuk melalui proses atau tahap- tahap
program yang terencana tersebut. Dalam pembahasan makalah ini maka
akan menjelaskan berbagai macam hal yang bersangkutan mengenai
“Sejarah Perkembangan Pendidikan Luar Sekolah”

A. Sejarah perkembangan pendidikan luar sekolah

Pendidikan luar sekolah adalah terjemahan dari kata social education.


Kegiatan pendidikan luar sekolah atau nonformal telah hadir didunia ini
sama satunya dengan kehadiran manusia yang berinteraksi dengan
lingkungannya. Setelah jumlah manusia makin berkembang, situasi
pendidikan ini muncul dalam kehidupan kelompok dan masyarakat.
Kegiatan pendidikan dalam kelompok dan masyarakat telah dilakukan oleh
umat manusia jauh sebelum pendidikan formal lahir didalam kehidupan

1
Djudju Sudjana, Pendidikan Luar Sekolah; Wawasan, Sejarah Perkembangan, Falasafah,
Teori Pendukung, Asas (Bandung: Penerbit Falah Production, 2001) hal: 53

1
2

masyarakat. Adapun yang mempengaruhi perkembangan pendidikan luar


sekolah, diantaranya ialah2:

a. Pengaruh pendidikan informal

Pada waktu kehadirannnya, pendidikan luar sekolah dipengaruhi


oleh pendidikan informal, yaitu kegiatan yang terutama berlangsung
dalam keluarga. Dalam kehidupan keluarga terjadi interaksi antara
orang tua dengan anak atau sebaliknya. Pada dasarnya kegiatan tersebut
menjadi akar tumbuhnya perbuatan mendidik yang dikenal dewasa ini.

b. Pengaruh tradisi masyarakat

Dalam masyarakat terdapat tradisi dan adat istiadat yang mendorong


penduduk untuk belajar, berusaha, dan bekerja sama. Kegiatan
pembelajaran dilakukan untuk melestarikan dan mewariskan
kebudayaan secara turun temurun. Kegiatan pembelajaran yang asli
inilah yang termasuk kedalam kategori pendidikan tradisional yang
kemudian menjadi akar pertumbuhan pendidikan nonformal.

c. Pengaruh agama

Agama dapat memberikan motivasi kepada masyarakat bahwa


belajar merupakan kewajiban yang ditetapkan Allah SWT untuk
dilakukan oleh setiap orang .Syarat utama yang perlu dimiliki oleh
setiap individu untuk melakukan kegiatan belajar adalah kemampuan
membaca, oleh sebab itulah, wahyu pertama yang diturunkan allah
SWT Kepada Rasul-Nya, untuk disampaikan kepada manusia, adalah
perintah untuk membaca. “Bacalah dengan nama tuhanmu yang telah
menjadikan?” Qs.Al-Alaq, ayat 1).

Adapun beberapa alasan timbulnya pendidikan luar sekolah menurut


Soeleiman Joesoep (2004:71) ada lima, yaitu kesejahteraan, kebutuhan
pendidikan, keterbatasan sistem persekolahan, potensi sumber belajar dan

2
Yapandi, Pendidikan Luar Sekolah (Pls)Mendidik Untuk Membangun Karakter Bangsa,
(Pontianak, IAIN Pontianak Press, 2015) hal: 8
3

keterlantaran pendidikan luar sekolah.3 Terbentuknya pendidikan luar


sekolah ditentukan oleh beberapa aspek diantaranya:4

a. Aspek pelestarian budaya

Pendidikan yang pertama dan utama adalah pendidikan yang terjadi


dan berlangsung di lingkungan keluarga dimana (melalui berbagai
perintah, tindakan dan perkataan) ayah dan ibunya bertindak sebagai
pendidik. Dengan demikian pendidikan luar sekolah pada permulaan
kehadirannya sangat dipengaruhi oleh pendidikan atau kegiatan yang
berlangsung di dalam keluarga. Di dalam keluarga terjadi interaksi
antara orang tua dengan anak, atau antar anak dengan anak. Pola-pola
transmisi pengetahuan, keterampilan, sikap, nilai dan kebiasaan melalui
asuhan, suruhan, larangan dan pembimbinganPada dasarnya semua
bentuk kegiatan ini menjadi akar untuk tumbuhnya perbuatan mendidik.
Semua bentuk kegiatan yang berlangsung di lingkungan keluarga
dilakukan untuk melestarikan dan mewariskan kebudayaan secara turun
temurun.

b. Aspek teoritis

Salah satu dasar pijakan teoritis keberadaan PLS adalah teori yang
diketengahkan Philip H. Cooms (1973:10), tidak satupun lembaga
pendidikan: formal, informal maupun nonformal yang mampu secara
sendiri-sendiri memenuhi semua kebutuhan belajar minimum yang
esensial. Atas dasar teori di atas dapat dikemukakan bahwa, keberadaan
pendidikan tidak hanya penting bagi segelintir masyarakat tapi mutlak
diperlukan keberadaannya bagi masyarakat lemah (yang tidak mampu
memasukan anak-anaknya ke lembaga pendidikan sekolah) dalam
upaya pemerataan kesempatan belajar, meningkatkan kualitas hasil
belajar dan mencapai tujuan pembelajaran yaitu mencerdaskan
kehidupan bangsa.

3
Ibid, hal: 5
4
Ibid, hal: 6-8
4

c. Aspek dasar pijakan

Ada tiga dasar pijakan bagi PLS sehingga memperoleh legitimasi


dan berkembang di tengah-tengah masyarakat yaitu: UUD 1945,
Undang-Undang RI Nomor 2 tahun 1989 dan peraturan pemerintah RI
No.73 tahun 1991 tentang pendidikan luar sekolah. Undang-undang
Sisdikans no 20 tahun 2003 pasal 26 tentang Pendidikan nonformal.
Melalui ketiga dasar di atas dapat dikemukakan bahwa, Pendidikan
nonformal adalah kumpulan individu yang menghimpun dari dalam
kelompok dan memiliki ikatan satu sama lain untuk mengikuti program
pendidikan yang diselenggarkan di luar sekolah dalam rangka mencapai
tujuan belajar.

Adapun bentuk-bentuk satuan Pendidikan Nonformal, sebagaimana


diundangkan di dalam UUSPN (Undang-Undang Sistem Pendidikan
Nasional) tahun 2003 pasal 26 ayat 1 menyatakan bahwa : Pendidikan
nonformal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang
memerlukan layanan Pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti,
penambahdan atau pelengkap Pendidikan nonformal dalam rangka
mendukung Pendidikan sepanjang hayat.

d. Aspek kebutuhan terhadap pendidikan

Kesadaran masyarakat terhadap pendidikan tidak hanya pada


masyarakat daerah perkotaan, melainkan masyarakat daerah pedesaan
juga semakin meluas. Kesadaran ini timbul terutama karena
perkembangan ekonomi, kemajuan iptek dan perkembangan
politik. Kesadaran juga tumbuh pada seseorang yang merasa
tertekan akibat kebodohan, keterbelakangan atau kekalahan dari
kompetisi pergaulan dunia yang menghendaki suatu keterampilan
dan keahlian tertentu. Atas dasar kesadaran dan kebutuhan inilah
sehingga terwujudlah bentuk-bentuk kegiatan kependidikan baik yang
bersifat persekolahan ataupun di luar persekolahan.

e. Aspek keterbatasan lembaga pendidikan sekolah


5

Lembaga pendidikan sekolah yang jumlahnya semakin banyak


bersifat formal atau resmi yang dibatasi oleh ruang dan waktu
serta kurikulum yang baku dan kaku serta berbagai keterbatasan
lainnya. Sehingga tidak semua lembaga pendidikan sekolah yang
ada di daerah terpencilpun yang mampu memenuhi semua harapan
masyarakat setempat, apalagi memenuhi semua harapan
masyarakat daerah lain. Akibat dari kekurangan atau keterbatasan
itulah yang memungkinkan suatu kegiatan kependidikan yang bersifat
informal atau nonformal diselenggarakan, sehingga melalui kedua
bentuk pendidikan itu kebutuhan masyarakat dapat terpenuhi.

B. Faktor pendukung perkembangan pendidikan luar sekolah

Dalam dunia pendidikan terjadi beberapa perkembangan yang


disebabkan oleh era globalisasi dan teknologi, banyak sekolah era sekarang
ini yang berbasis teknologi. Namun dengan demikian masih banyak
ditemukan beberapa daerah yang masih belum mendapatkan pendidikan
yang mencukupi seperti daerah terpencil atau dari masyarakat kalangan
bawah.5 Maka Pendidikan nonformal sangatlah penting adanya untuk solusi
terhadap anak-anak yang kurang mampu, putus sekolah, ataupun yang harus
bekerja membantu orang tuanya. Pendidikan Nonformal ditopang oleh tiga
faktor yaitu6:

1. Para praktisi masyarakat

Penyelenggaraan pendidikan di masyarakat yang dilakukan oleh


para praktisi di dorong oleh hasrat dan rasa pengabdian mereka untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat dan bangsa terhadap pendidikan. Para
praktisi dalam masyarakat adalah para pemuda terdidik, pemuka
masyarakat, pemimpin organisasi, guru-guru sekolah dan tenaga
sukarela lainnya. Pendekatan yang dilakukan oleh para praktisi
didasarkan atas suatu pandangan bahwa pendidikan untuk memenuhi

5
Prof. H.M. Saleh Marzuki, Pendidikan Nonformal dimensi dalam keaksaraan fungsional,
pelatihan, dan andragogi, (Bandung, PT Remaja Rosdakarya, 2010) hal: 23
6
Djudju Sudjana, Op.Cit, hal: 82-84
6

kebutuhan masyarakat itu merupakan bagian penting dan sebagai


pendekatan dasar dalam pembangunan, PLS mempunyai fungsi untuk
mengembangkan sumber daya manusia yang jadi pelaku utama dalam
berbagai sektor pembangunan.

PLS mempunyai peranan untuk membantu sekolah dan masyarakat


dalam upaya pemecahan masalah, PLS adalah sebagai pelengkap,
penambah, dan pengganti pendidikan sekolah.

2. Berkembangnya kritik terhadap pendidikan sekolah

Faktor kedua yang mendorong perkembangan pendidikan luar


sekolah adalah munculnya berbagai kritik terhadap kelemahan
pendidikan sekolah serta akibat lain yang ditimbulkan oleh jalur
pendidikan itu. Kritik terhadap pendidikan sekolah ini mulai
berkembang dalam dunia pendidikan pada tahun 1960.

Gejala-gejala yang menunjukan adanya krisis pendidikan


sekolah adalah :

a. Ketidakcocokan antara kurikulum dengan perkembangan


ilmu pengetahuan dan kebutuhan nyata peserta didik.
b. Ketidaksesuaian antara pendidikan dengan perkembangan
kebutuhan masyarakat.
c. Ketidak seimbangan yang terus menerus anatra pendidikan
dan dunia kerja.
d. Ketidakmapanan lembaga pendidikan sekolah untuk
memberi kesempatan pemerataan pendidikan bagi segi
semua kelompok di masyarakat.
e. Meningkatkan biaya penyelenggaraan pendidikan yang
tidak diimbangi oleh kemampuan negara terutama negara
berkembang untuk membiayainya.
3. Para perencana pendidikan untuk pembangunan
7

Para perencana pendidikan untuk pembangunan sangat dipengaruhi


oleh sejumlah laporan penelitina dan karya ilmiah lainnya yang
dihasilkan oleh berbagai lembaga atau badan-badan internasional.

Pada tahun 1972 Seers menitikberatkan tujuan pembangunan pada 3


hal yaitu :

a. Untuk mengurangi kemiskinan


b. Menanggulangi pengangguran
c. Mengatasi ketidakadilan dalam pemerataan pembangunan dan
hasil-hasilnya.

Para perencana telah meneliti ruang lingkup PLS dan kesadaran


masyarakat tentang pentingnya pendidikan nonformal bagi
pembangunan. Dari hasil penelitian ditingkat regional memberikan
informasi dan akhirnya memberi masukan bagi para perencana
pendidikan untuk pembangunan dalam mengembangkan upaya
kordinasi semua program pendidikan luar sekolah ditingkat lokal,
regional dan nasional dalm konteks pembangunan di daerah masing-
masing.
8

KESIMPULAN

A. Sejarah perkembangan pendidikan luar sekolah

Kegiatan pendidikan luar sekolah atau nonformal telah hadir didunia ini
sama satunya dengan kehadiran manusia yang berinteraksi dengan
lingkungannya. Setelah jumlah manusia makin berkembang, situasi
pendidikan ini muncul dalam kehidupan kelompok dan masyarakat.
Kegiatan pendidikan dalam kelompok dan masyarakat telah dilakukan oleh
umat manusia jauh sebelum pendidikan formal lahir didalam kehidupan
masyarakat.

B. Faktor pendukung perkembangan pendidikan luar sekolah

Pendidikan Luar Sekolah sangatlah penting adanya untuk solusi


terhadap anak-anak yang kurang mampu, putus sekolah, ataupun yang harus
bekerja membantu orang tuanya. Sedangkan Pendidikan Luar Sekolah
ditopang oleh tiga faktor yaitu para praktisi masyarakat, berkembangnya
kritik terhadap pendidikan sekolah, dan para perencana pendidikan untuk
pembangunan.

Anda mungkin juga menyukai