Anda di halaman 1dari 12

LITERASI

Volume 4 No. 2, Desember 2014 Halaman 184 - 195

Kearifan Lokal dalam Institusi Publik:


Studi Gaya Kepemimpinan Jawa Hastabrata
pada Sekolah Menengah di Kabupaten Jember
LOCAL WISDOM IN PUBLIC INSTITUTIONS: STUDY IN MIDDLE HIGH
SCHOOL HASTABRATA’S JAVA LEADERSHIP STYLE IN THE DISTRICT OF
JEMBER

Asri Sundari
Fakultas Sastra Universitas Jember;
Pos-el: asrisundari6@gmail.com;

Abstrak
Penelitian ini bertujuan memahami proses konstruksi sosial kearifan lokal kepemimpinan
Jawa hastabrata pada kepala sekolah yang telah mengacu pada kepemimpinan legal formal
Peraturan Menteri No 28 tahun 2010. Hasil penelitian menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan
para kepala sekolah yang hanya berdasarkan peraturan legal formal Peraturan Menteri No 28
tahun 2010 tidak membuahkan hasil kinerja. Ketika para kepala sekolah menerapkan kearifan
lokal hastabrata membuahkan hasil kinerja seperti ajaran moralitas, budi pekerti, etika seperti
terdapat dalam 8 (delapan) ajaran hastabrata, yaitu watak dan sifat alam dalam simbol bumi,
angin, air, bulan, matahari, langit, api, dan bintang. Oleh karena itu, kepempinan yang
mendasarkan pada kearifan lokal hastabrata dapat diaplikasikan terkait pengelolaan sumber
daya manusia, yakni hubungan dengan atasan, bawahan, internal, atau eksternal satuan kerja
karena dalam kepemimpinan modern dituntut untuk menguasai IPTEK, Iman, dan Taqwa
(Agama dan emosional).

Kata Kunci: hastabrata, kearifal lokal, kepala sekolah, kepemimpinan

Abstract
This study aims to understand the process of social construction of hastabrata’s leadership
local wisdoms on school principals that has referred to the formal legal leadership stipulated
on Ministerial Decree No. 28 of 2010. The research results reveal that the leadership style of
the principals who have only based on formal legal rules Ministerial Decree No. 28 of 2010
give poor performance. When the principals apply local knowledge of hastabrata give results
in the forms of morality, manners, ethics as contained in 8 hastabrata teachings, namely the
character and nature of the symbols of earth, wind, water, moon, sun, sky, fire, and star.
Therefore, leadership basing on local knowledge of hastabrata can be applied in relation to
the management of human resources, including the relationship with superiors, subordinates,
internal or external work units because the modern leadership requires the mastering of science
and technology, faith, and obedience.

Keywords: hastabrata, local wisdoms, principals, leadership

selama proses penelitian, yakni kearifan


A. Pendahuluan lokal dalam kepemimpinan Jawa hastabrata.
Kerangka konseptual dalam penelitian ini Hastabrata merupakan konsep kepemimpinan
merupakan konseptualisasi fenomena empiris tradisional yang meru­pakan kepemimpinan

184
Kearifan Lokal dalam Institusi Publik: Studi Gaya Kepemimpinan Jawa Hastabrata pada Sekolah Menengah di Kabupaten Jember
Asri Sundari

keturunan secara sadar menuntut sang 5. Api (Laku Hambeging Dahana)


pemimpin untuk berlaku benar jujur adil Api bersifat membakar. Seorang pemimpin
bijaksana. Pemahaman ini sangat berlaku harus mampu membakar jika diperlukan. Jika
untuk menguasai IPTEK, iman dan tagwa terdapat risiko yang mungkin bisa merusak
(agama dan emosional). Seorang pemimpin organisasi, seorang pemimpin harus mampu
harus meneladani 8 (delapan) sifat dalam untuk merusak dan menghancurkan risiko
Hastabrata. tersebut sehingga bisa sangat membantu
untuk kelangsungan hidup organisasi yang
B. Konsep Hastabrata
dipimpinnya.
Konsep kepemimpinan Hastabrata meru­
pakan salah satu konsep yang cukup diapre­ 6. Angin (Laku Hambeging Samirana)
siasi. Menurut konsepsi ini seorang pemimpin Angin pada dasarnya adalah udara yang
harus meniru 8 sifat alam berikut. bergerak dan udara ada di mana saja dan ringan
bergerak ke mana aja. Jadi pemimpin itu harus
1. Bumi (Laku Hambeging Kisma)
mampu berada di mana saja dan bergerak
Bumi wataknya adalah ajeg. Untuk itu ke mana saja dalam artian bahwa meskipun
seorang pemimpin sifatnya harus tegas, mungkin kehadiran seorang pemimpin itu
konstan, konsisten, dan apa adanya. Di tidak disadari, namun dia bias berada di
samping itu, bumi juga menawarkan kesejah­ manapun dia dibutuhkan oleh anak buahnya.
teraan bagi seluruh makhluk hidup yang ada Pemimpin juga tak pernah lelah bergerak
di atasnya. Tidak pandang bulu, tidak pilih dalam mengawasi orang yang dipimpinnya.
kasih, dan tidak membeda-bedakan. Oleh
karena itu, seorang pemimpin harus konsisten 7. Laut atau Samudra
memikirkan kesejahteraan pengikut atau (Laku Hambeging Samodra)
bawahannya tanpa pandang bulu. Laut atau samudra yang lapang dan luas,
menjadi muara dari banyak aliran sungai.
2. Matahari (Laku Hambeging Baskara)
Artinya seorang pemimpin mesti bersifat
Matahari selalu memberi penerangan, lapang dada dalam menerima banyak masalah
kehangatan, serta energi yang merata di dari anak buah. Di samping itu, seorang
seluruh pelosok bumi. Pemimpin harus mem­ pemimpin harus menyikapi keanekaragaman
beri semangat, membangkitkan motivasi dan anak buah sebagai hal yang wajar dan
memberi kemanfaatan pengetahuan bagi menanggapi dengan kacamata dan hati yang
orang yang dipimpinnya. bersih.
3. Bulan (Laku Hambeging Candra) 8. Air (Laku Hambeging Tirta)
Bulan memberi penerangan saat gelap Mengikuti tabiat air (Sikap merendahkan
dengan cahaya yang sejuk dan tidak menyi­ diri, menyesuaikan diri, mengerti situasi
laukan. Pemimpin harus mampu memberi dan kondisi). Air mengalir sampai jauh dari
kesempatan di kala gelap, memberi kehangatan tempat yang tinggi ke tempat yang rendah.
di kala susah, memberi solusi saat ada masalah Meskipun wadahnya berbeda-beda, air selalu
dan menjadi penengah di tengah konflik. mempunyai permukaan yang datar. Artinya,
4. Bintang (Laku Hambeging Kartika) pemimpin harus berwatak adil dan menjunjung
kesamaan derajat dan kedudukan. Selain itu,
Bintang adalah penunjuk arah yang indah. sifat dasar air adalah menyucikan. Pemimpn
Seorang pemimpin harus mampu menjadi harus bersih dan mampu membersihkan diri
panutan, menjadi contoh, menjadi suri tau­ dan lingkungannya dari hal yang kotor dan
ladan dan mampu memberi petunjuk bagi mengotori. Laut dan Samudra digambarkan
orang yang dipimpinnya

185
Vol. 4, No. 2, Desember 2014

memendam segala kemampuan, kelebihan kekuatan inti dalam organisasi yang akan
dan potensinya berada dalam kandungan air meng­gerakkan orang lain yang dipimpinnya
yang dalam. untuk menunaikan misi, tugas, dan tujuan serta
Watak samudra menggambarkan jalma mengarahkan organisasi yang dipimpinnya
tan kena kinira, orang yang tampak bersahaja, agar lebih kohesif dan koheren. Dalam kenya­
tidak norak, tidak dapat disangka-sangka taannya jenis, orientasi tujuan dan besar
sesungguhnya ia menyimpan potensi yang kecilnya organisasi akan berpengaruh pada
besar di berbagai bidang, namun tabiatnya tipe atau gaya kepemimpinan yang dibutuhkan
sungguh jauh dari sifat takabur, atau sikap oleh organisasi tersebut. Mengingat peran
menyombongkan diri. Mengambil sisi positif penting seorang pemimpin, pengemban
dari watak air selalu rendah hati dalam tanggung jawab tugas dan jabatan ini tentu
perilaku badan (solah) dan perilaku batin harus senantiasa berusaha mengelola segenap
(bawa) atau andhap ashor. Air mengalir sampai sumber daya yang ada guna terlaksananya
jauh dari tempat yang tinggi ke tempat yang tugas pokok secara efektif, efisien, dan berhasil
rendah. Meskipun wadahnya berbeda-beda, guna.
air selalu mempunyai permukaan yang datar.
1. Peraturan Perundangan
Artinya, pemimpin harus berwatak adil dan
menjunjung kesamaan derajat dan kedudukan. Menurut Undang-Undang nomor 20
Air adalah gambaran kodrat Tuhan. Air tidak tahun 2003, pendidikan adalah usaha sadar
pernah melawan kodrat Tuhan. Orang yang dan terencana untuk mewujudkan suasana
berwatak air, perbuatanya selalu berada pada belajar dan proses pembelajaran agar peserta
kehendak Tuhan, jalan yang ditempuh selalu didik secara aktif mengembangkan potensi
diberkahi Gusti Kang Murbeng Dumadi. dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
Sehingga watak air akan membawa seseorang keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
menemph jalan kehidupan dengan irama yang kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan
paling mudah, dan pada akhirnya akan masuk yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa
kepada samodra anugrah Tuhan Yang Maha dan negara. Menurut John Dewey (Masyud,
Besar. 2012) pendidikan adalah proses pembentukan
kecakapan-kecakapan fundamental secara
C. Kepemimpinan Sekolah intelektual dan emosional kearah alam
Dalam kerangka keberhasilan keberhasilan dan sesama manusia. Sedangkan Ki Hajar
pelaksanaan tugas-tugas manajerial organisasi Dewantoro (Darmono, 2008) men­jelaskan
tentu saja ditentukan oleh beberapa faktor, bahwa, pendidikan merupakan tuntutan di
salah satunya adalah faktor kepemimpinan. dalam hidup tumbuhnya anak-anak dalam
Terlepas dari faktor-faktor lain dan berangkat hal ini menuntun segala kekuatan kodrat
dari keunikan dari sistem birokrasi kerja sebuah yang ada pada anak-anak agar kelak sebagai
organisasi, siapapun pemimpin ataua calon manusia mampu mencapai keselamatan
pejabat seyogyanya berusaha mempelajari, dan kebahagiaan. Pendidikan sering terjadi
menganalisis dan mengambil keputusan terkait di bawah bimbingan orang lain, tetapi juga
pola kepemimpinan yang bagaimanakah yang memungkinkan secara otodidak (Dewey,
paling ideal diterapkan dalam pengelolaan 1916/1944). Sedangkan pendidikan terbagi
satuan kerja jabatan yang diembannya. menjadi tahap-tahap mulai Prasekolah, Sekolah
Setiap organisasi memerlukan dan pasti Dasar, Sekolah Menengah, Sekolah Menengah
memiliki seorang pemimpin yang harus men­ Atas dan kemudian Perguruan Tinggi.
jalankan fungsi kepemimpinan atau manager Selanjutnya Pendidikan Menengah atau
bagi keseluruhan aktivitas organisasi. sebelumnya dikenal dengan sebutan Sekolah
Pemimpin pada hakikatnya merupakan Lanjutan Tingkat Atas (SLTA), adalah jenjang

186
Kearifan Lokal dalam Institusi Publik: Studi Gaya Kepemimpinan Jawa Hastabrata pada Sekolah Menengah di Kabupaten Jember
Asri Sundari

pendidikan lanjutan pendidikan dasar yang 2. Guru dan Kepemimpinan


secara formal diselenggarakan oleh Sekolah Dalam proses kegiatan pendidikan, guru
Menengah Atas (SMA) atau Madrasah merupakan kelompok profesional yang penting
Aliyah (MA). Pendidikan Menengah Umum dalam proses belajar di sekolah. Karena itu,
dikelompokkan dalam program studi sesuai tidak dapat dipungkiri bahwa aktivitas guru
dengan kebutuhan untuk belajar lebih lanjut di di sekolah sangat menentukan keefektifan
PT. Pendidikan Menengah terdiri atas 3 (tiga), proses belajar mengajar dan pencapaian pen­
antara lain: Pendidikan Menengah Kejuruan didikan di sekolah (Masyud Sultan 2012:4).
(SMK), Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK) dan Hal demikian itu sejalan dengan pendapat
Pendidikan Menengah Atas (SMA). Pendidikan Sonhaji (1990) yang menyatakan bahwa
Menengah Kejuruan dikelompokkan dalam guru merupakan faktor penting yang sangat
bidang kejuruan berdasarkan pada perkem­ menentukan dalam pencapaian tujuan proses
bangan Ilmu Pengetahuan, teknologi, seni, belajar mengajar. Bahkan dapat dikatakan,
industri/usaha. Adapun satuan unsur-unsur bahwa tinggi rendahnya kualitas pendidikan
yang bertugas sebagai penyelenggara adalah: di sekolah sebagian besar ditentukan oleh
Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah tingkat keterlibatan guru dalam proses belajar
Aliyah (MA), Sekolah Menengah Kejuruan mengajar yang berlangsung di sekolah.
(SMK), Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK), Apabila guru memiliki dedikasi dan semangat
Program Paket C, dan Pendidikan Diniyah kerja yang tinggi serta terlibat secara penuh
Menengah Atas. dalam proses belajar mengajar di sekolah,
Selanjutnya Pendidikan Menengah atau dapat dipastikan tujuan pendidikan di
sebelumnya dikenal dengan sebutan Sekolah sekolah tersebut akan dapat dicapai secara
Lanjutan Tingkat Atas (SLTA), adalah jenjang efektif dan berkualitas. Sebaliknya, jika guru
pendidikan lanjutan pendidikan dasar yang kurang semangat, tidak kreatif, dan kurang
secara formal diselenggarakan oleh Sekolah fokus dalam melakukan tugasnya di sekolah,
Menengah Atas (SMA) atau Madrasah pencapaian tujuan sekolah tersebut kurang
Aliyah (MA). Pendidikan Menengah Umum optimal.
dikelompokkan dalam program studi sesuai Meskipun demikian, optimalisasi kinerja
dengan kebutuhan untuk belajar lebih lanjut di guru selain didorong oleh kesadaran pribadi
PT. Pendidikan Menengah terdiri atas 3 (tiga), tentu saja akan sangat tergantung kepada
antara lain: Pendidikan Menengah Kejuruan pemimpin, dalam hal ini kepala sekolah.
(SMK), Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK) dan Sehubungan dengan hal tersebut, sebenarnya
Pendidikan Menengah Atas (SMA). Pendidikan Pemerintah telah membuat Peraturan Menteri
Menengah Kejuruan dikelompokkan dalam Pendidikan Nasional nomor 28 tahun 2010
bidang kejuruan berdasarkan pada perkem­ tentang Penugasan Guru sebagai kepala sekolah
bangan Ilmu Pengetahuan, teknologi, seni, bertugas memimpin dan mengelola sekolah
industri/usaha. Adapun satuan unsur-unsur dalam upaya meningkatkan pendidikan,
yang bertugas sebagai penyelenggara adalah: yakni dalam Peraturan Menteri Pendidikan
Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Nasional No. 53 Tahun 2010 memuat tentang
Aliyah (MA), Sekolah Menengah Kejuruan penugasan guru sebagai kepala sekolah antara
(SMK), Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK), lain: kepala sekolah adalah guru yang diberi
Program Paket C, dan Pendidikan Diniyah tugas tambahan untuk memimpin sekolah
Menengah Atas (http://id.wikipedia.org/ mulai dari Pendidikan Taman Kanak-Kanak
wiki/Pendidikan_menengah). (TK) Hingga Pendidikan Menengah. Guru
adalah pendidik profesional dengan tugas
utama mendidik, mengajar, membimbing,

187
Vol. 4, No. 2, Desember 2014

melatih, menilai dan mengevaluasi peserta Kepemimpinan Pendidikan Menengah


didik. meliputi:
Sedang Peraturan Menteri No. 53 Tahun a. disiplin,
2010 memuat peraturan bahwa guru sebagai b. mempunyai wawasan luas tentang seni dan
Kepala Sekolah harus disiplin. Peraturan budaya Indonesia sehingga dapat, menge­
Pemerintah No. 17 Tahun 2010 tentang nalkan dan mengangkat citra Indonesia di
Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan. tengah-tengah pergaulan internasional,
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional c. mampu berkomunikasi dalam bahasa
tentang penugasan guru sebagai kepala sekolah Inggris dan bahasa negara tempat yang
dalam Bab I yakni Ketentuan Umum. Dalam bersangkutan bertugas,
Peraturan Menteri tersebut yang dimaksud d. memiliki prestasi istimewa baik di
kepala sekolah adalah guru yang diberi tugas kabupaten/kota/provinsi/nasional,
tambahan untuk memimpin taman kanak- e. kepala sekolah berkewajiban melaksanakan
kanak/raudhotul athfal (TK/RA), taman proses pembelajaran atau bimbingan dan
kanak-kanak luar biasa (TKLB), sekolah konseling sesuai dengan ketentuan,
dasar/madrasah ibtidaiyah (SD/MI), sekolah f. mampu mengambangkan keprofesian
dasar luar biasa (SDLB), sekolah menengah ber­kelanjutan meliputi pengembangan
pertama/madrasah tsanawiyah (SMP/MTs), pengetahuan keterampilan, sikap pada
sekolah menengah pertama luar biasa (SMPLB), dimensi-dimensi kompetensi kepribadian,
sekolah menengah atas/madrasah aliyah manajerial, kewirausahaan supervisi dan
(SMA/MA), sekolah menengah kejuruan/ sosial,
madrasah aliyah kejuruan (SMK/MAK), atau g. mampu mengembangkan keprofesian
sekolah menengah atas luar biasa (SMALB) berke­lanjutan dilaksanakan melalui
yang bukan sekolah bertaraf internasional pengem­bangan diri, publikasi ilmiah, dan/
(SBI) atau yang tidak dikembangkan menjadi atau karya inovatif.
sekolah bertaraf internasional (SBI).
Regulasi tersebut memberikan ketetapan
Guru adalah pendidik profesional dengan
yang mengharuskan kepala sekolah untuk
tugas utama mendidik, mengajar, mem­
dapat menjalankan tugas dan tanggung
bimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan
jawabnya secara profesional dan efektif.
meng­evaluasi peserta didik pada pendidikan
kepala sekolah yang efektif memiliki beberapa
anak usia dini jalur pendidikan formal,
karakteristik yang didasarkan pada sikap,
pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
harapan dan perilaku nyata yang ditunjukkan
kepala sekolah adalah pengetahuan sikap
dalam pengelolaan sekolah sehari-hari. Setiap
dan keterampilan pada dimensi-dimensi
pemimpin suatu lembaga/organisasi semesti­
kompetensi kepribadian, manajerial, kewira­
nya selalu ingin menumbuhkan motivasi kerja
usahaan, supervisi dan sosial.kinerja adalah
kepada setiap staf/bawahannya. Tujuannya
suatu proses menentukan nilai kinerja Kepala
tentu saja agar terciptanya motivasi kerja yang
Sekolah dengan menggunakan patokan-
tinggi akan dapat menghasilkan prestasi yang
patokan tertentu. Pengembangan keprofesian
unggul dan bermutu.
berkelanjutan adalah proses dan kegiatan yang
dirancang untuk meningkatkan pengetahuan, 3. Kepala Sekolah Pemimpin Tertinggi
keterampilan dan sikap profesional kepala
Kepala sekolah adalah pemimpin tertinggi
sekolah yang dilaksanakan berjenjang, ber­tahap
organisasi di sekolah. Pola kepemimpinannya
dan berkesinambungan dalam mening­katkan
sangat berpengaruh bahkan sangat menentukan
manajemen dan kepemimpinan sekolah.
kemajuan sekolah. Jika pada saat menjadi guru
Peraturan-peraturan ini dapat ditunjukkan
tugas pokoknya adalah mengajar dan men­
bahwa untuk menjadi kepala sekolah atau
didik siswa mempelajari mata pelajaran, ketika

188
Kearifan Lokal dalam Institusi Publik: Studi Gaya Kepemimpinan Jawa Hastabrata pada Sekolah Menengah di Kabupaten Jember
Asri Sundari

memegang jabatan sebagai kepala sekolah, Rutherford (1985) telah menyederhanakan


tugas pokoknya adalah memimpin dan daftar kompleksitas karakteristik menjadi
menge­lola segala aspek yang ada di sekolah, tiga perilaku yang dapat berguna untuk
meliputi pengelolaan kesiswaan, pengelolaan membedakan kepala sekolah dari yang kurang
pembelajaran, pengelolaan sarana, prasarana, efektif, yakni: (1) Memiliki kejelasan, visi dan
fasilitas, pengelolaan SDM, dan pengelolaan misi mengenai apa yang mereka ingin capai, (2)
kekuasaan yang bermuara pada pencapaian memiliki kemampuan untuk menerjemahkan
tujuan sekolah. Berdasarkan pada Peraturan dan mengimplementasikan visi dan misi
Menteri nomor 28 tahun 2010 tersebut di tersebut menjadi tujuan bagi sekolah mereka
atas, jelas bahwa tugas/peran kepala sekolah dan harapan bagi para guru mereka, siswa,
yakni sebagai pemimpin tertinggi di lembaga dan staf (3) Pantang mundur dan tidak sekedar
sekolah dan pola kepemimpinannya sangat menunggu untuk hal-hal terjadi, tetapi terus
berpengaruh bahkan sangat menentukan menerus memonitor kemajuan.
terhadap kemajuan sekolah. Kenyataan di lapangan jika dicermati
Peran kepala sekolah dalam meningkatkan dengan baik, menunjukkan bahwa peran
profesonalisme guru diakui sebagai salah satu penting kepala sekolah nampaknya belum
faktor yang sangat penting dalam organisasi diimbangi dengan kemampuan profesional
sekolah, selain tentunya tanggung jawabnya yang memadai. Dalam kondisi seperti ini,
yang lain yaitu meningkatkan mutu dan capai­ kepala sekolah cenderung tampil sebagai
an proses pembelajaran di sekolah (Gorton penata laksana sekolah daripada sebagai
& Schneider, 1991 dalam Muliati). Beberapa pemimpin yang menahkodai sekolah sebagai
pendapat menunjukkan bahwa sekolah lembaga yang bermisi menjemput masa depan
unggul merupakan hasil dari kepemimpinan (Joni, 1998 dalam Muliati).
kepala sekolah yang cakap. Oleh karena itu, Perilaku pemimpin yang positif dapat
tercapainya predikat sekolah unggul pada men­dorong kelompok dan memotivasi
hakikatnya mensyaratkan kepemimpinan yang individu untuk bekerjasama dalam kelompok
tangguh (strong instructional leadership) dari dalam rangka mencapai tujuan sekolah/
kepala sekolahnya, di samping karakteristik- institusi. Tugas utama yang diemban oleh
karakteristik lainnya, seperti harapan yang seorang kepala sekolah adalah memimpin
tinggi atas prestasi murid, iklim akademik yang jalannya proses belajar mengajar di sekolah
kondusif bagi kegiatan belajar mengajar dan menuju pencapaian hasil belajar yang
monitoring kemajuan belajar mengajar yang maksimal. Sebagai pemimpin, kepala sekolah
berkelanjutan (Davis & Tomas, 1989, Smith & bertanggung jawab atas prestasi atau hasil
Andrew, 1989). Beberapa hasil penelitian juga belajar siswa di sekolah yang dipimpinnya.
mengindikasikan bahwa munculnya sekolah Dalam kajian mengenai sekolah yang efektif,
berprestasi, yang juga sering disebut sebagai tanggung jawab langsung untuk memajukan
sekolah yang berhasil (successful schools)atau dan meningkatkan pembelajaran di sekolah
sekolah unggul, tidak dapat dipisahkan dari adalah kepala sekolah.
peran kepala sekolah sebagai pemimpin di Tujuh langkah kepemimpinan pembelajar­
institusi pendidikan. an yang efektif menurut McEwan (2002) dengan
Kepala sekolah sebagai pemimpin di mengembangkan konsep kepemimpinan pem­
institusi pendidikan sebaiknya senantiasa belajaran yang lebih operasional dengan tujuh
melakukan instropeksi atau evaluasi diri langkah kepemimpinan pembelajaran lengkap
apakah mereka sudah memiliki sikap dengan indikator berikut.
dan kemam­puan yang digambarkan oleh a. Menetapkan tujuan pembelajaran dengan
kepemim­pinan efektif, yakni memiliki jelas, seperti: melibatkan guru-guru dalam
sikap dan kemampuan yang profesional. mengembangkan dan menerapkan tujuan

189
Vol. 4, No. 2, Desember 2014

dan sasaran pembelajaran sekolah, meng­ d. Mengomunikasikan visi dan misi


acu kurikulum yang telah ditetapkan oleh sekolah ke staf, antara lain: melakukan
pemerintah/sistem pendidikan dalam komu­nikasi dua arah secara sistimatis
mengem­bangkan program pembelajaran, dengan staf tentang tujuan dan sasaran
memastikan aktivitas sekolah dan kelas lembaga (sekolah), menetapkan, men­
konsisten dengan tujuan pembelajaran, dukung, dan melaksanakan aktivitas yang
mengevaluasi kemajuan pencapaian tujuan mengomunikasikan kepada siswa tentang
pembelajaran. nilai dan arti belajar, mengembangkan
b. Menjadi nara sumber bagi staf, seperti: dan gunakan saluran-saluran komunikasi
bekerjasama dengan guru untuk untuk dengan orang tua untuk menyampaikan
memperbaiki program pembelajaran di tujuan-tujuan sekolah yang telah
dalam kelas sesuai dengan kebutuhan ditetapkan.
siswa, membuat program pengembangan e. Mengondisikan staf untuk mencapai cita-
pem­belajaran yang didasarkan atas hasil cita profesional tinggi.
penelitian dan praktik yang baik, menerap­ f. Mengembangkan kemampuan profesional
kan prosedur formatif yang baik dalam guru, antara lain: membuat jadwal,
mengevaluasi program pembelajaran. rencana, atau fasilitasi berbagai rapat
c. Menciptakan budaya dan iklim sekolah (perencanaan, pemecahan masalah, peng­
yang kondusif bagi pembelajaran, seperti: ambilan keputusan, atau pelatihan dalam
men­ciptakan kelas-kelas inklusif yang jabatan) guru yang membicarakan isu-
memberi kesan bahwa di dalamnya semua isu pembelajaran, mem­beri kesempatan
siswa boleh belajar, menyediakan waktu guru untuk mengikuti pelatihan tentang
yang lebih panjang untuk belajar (dalam kolaborasi, membuat keputusan bersama,
kelas tersebut) bagi siswa-siswa yang coaching, mentoring, pengembangan
membutuhkannya, mendorong agar guru kurikulum, dan presentasi, memberi
berperilaku positif dalam kelas sehingga motivasi dan suberdaya pada guru untuk
membuat iklim pembelajaran baik dan berpartisipasi dalam aktivitas pengem­
tertib dalam kelas, menyampaikan pesan- bangan profesional.
pesan kepada siswa dengan berbagai g. Bersikap positif terhadap siswa, staf, dan
cara bahwa mereka bisa sukses, membuat orang tua, antara lain: melayani siswa dan
kebijakan yang berkaitan dengan kemajuan berkomunikasi dengan mereka mengenai
belajar siswa (pekerjaan rumah, penilaian, berbagai aspek kehidupan sekolah
pemantauan kemajuan belajar, remediasi, mereka, berkomunikasi dengan semua staf
laporan hasil belajar, kenaikan/tinggal) dilakukan secara terbuka dengan meng­
yang antara lain: menetapkan sasaran hormati perbedaan pendapat yang ada,
prestasi siswa yang akan dikomunikasikan menunjukan perhatian terhadap masalah-
secara langsung kepada siswa, guru dan masalah siswa, guru, dan staf dan libatkan
orang tua, menetapkan aturan yang jelas diri dalam peme­cahan masalah mereka
mengenai waktu penggunaan kelas untuk seperlunya, menun­jukkan kemampuan
pembelajaran dan memonitor waktu hubungan inter­personal dengan semua
efektif penggunaannya, dan menetapkan, pihak, selalu menjaga moral yang baik,
melaksanakan, dan mengevaluasi prosedur selalu tanggap terhadap apa yang
serta aturan untuk menangani dan mene­ menjadi perhatian staf, siswa, dan orang
gakkan masalah-masalah disiplin bersama tua, mengakui/memuji keberhasilan/
dengan guru dan siswa (sebagaimana kemampuan orang lain.
mestinya).

190
Kearifan Lokal dalam Institusi Publik: Studi Gaya Kepemimpinan Jawa Hastabrata pada Sekolah Menengah di Kabupaten Jember
Asri Sundari

Semua ini merupakan tindakan yang garan penggunaan wewenang melakukan


dilakukan (kepala sekolah) dengan maksud pungutan sekolah (Sumber: http: //www.
mengembangkan lingkungan kerja yang tempo.co/read/news/2009/07/16/079187413) atau
produktif dan memuaskan bagi guru, serta mendesain nilai dalam pelaksanaan ujian
pada akhirnya mampu menciptakan kondisi nasional agar menguntungkan nilai siswanya
belajar siswa yang kondusif (Eggen & Kauchak (Sumber: http: //daftarsnmptnsbmptn.blogspot.
2004). Secara implisit definisi ini mengandung com/2014/02/panitia-seleksi-snmptn-blacklist-
maksud bahwa kepemimpinan pembelajaran 10sekolah.html). Di samping itu, temuan kasus
merupakan tindakan yang mengarah pada terjadinya hubungan seksual di luar nikah
terciptanya iklim sekolah yang mampu pada siswa pendidikan menengah juga tidak
mendorong terjadinya proses pembelajaran bisa dipisahkan dari tanggung jawab kepala
yang optimal. sekolah. Pelanggaran etik moral tersebut
Saat ini, Indonesia dan juga negara- tidak hanya terjadi pada siswa, melainkan
negara tujuan pencari kerja menginginkan juga terjadi pada guru. Pendidikan budi
agar para pencari kerja dilengkapi dengan pekerti yang kurang berhasil sudah demikian
kompetensi dan keahlian lebih dari sekedar memprihatinkan sehingga fenomena pelang­
yang diperoleh dari Pendidikan Dasar. Oleh garan berupa minum-minuman keras di
karena itu, pemerintah mulai meningkatkan kalangan siswa (Sumber: Data Polres Jember),
mutu Pendidikan Menengah sehingga terjadinya budaya konvoi dan corat-coret baju
lulusannya akan mendapat, setidaknya, bekal dilakukan oleh semua siswa SMP dan SMA
minimal untuk mendapatkan pekerjaan. Jadi, pada saat setelah pengumuman hasil ujian,
pendidikan Menengah penting dalam sistem dan tawuran siswa antar sekolah menjadi
pendidikan karena Pendidikan Menengah pemandangan yang umum. Terjadinya
bukan hanya untuk melanjutkan ke Perguruan tindakan kriminal berupa pembunuhan yang
Tinggi, tetapi juga menghubungkan sistem dilakukan oleh pelajar SMA dari Jember
sekolah dengan dunia kerja. Pendidikan terhadap sesama teman SMA (Sumber Data:
Menengah sebagai bekal minimum untuk Jawa Pos, 2 Januari 2015).
melengkapi anak-anak muda dengan penge­ Fakta-fakta tersebut setidaknya merupakan
tahuan dan keterampilan yang dapat membuat serangkaian bukti bahwa peristiwa tersebut
mereka siap hidup dalam persaingan global. menjadi tanggung jawab kepala sekolah.
Selain itu, pendidikan menengah yang Jika selama ini dalam melaksanakan tugas­
berkualitas akan mampu mengatasi persoalan nya kepala sekolah sudah mengacu pada
sosial di masyarakat. Peraturan Menteri nomor 28 tahun 2010
namun belum membuahkan kinerja yang baik
D. Upaya Peningkatan Mutu tentu ada masalah di balik capaian tersebut.
Berbagai upaya untuk meningkatkan Sebaliknya, ternyata ada beberapa sekolah di
mutu sekolah menengah di Jember memang Kabupaten Jember yang sudah mengacu pada
sudah banyak dilakukan, baik oleh pemerintah Peraturan Menteri No. 28 tahun 2010, kepala
melalui berbagai regulasi yang diterbitkan sekolah tampak membuahkan kinerja. Setelah
mau­pun penyelenggaraan pelatihan kepala penulis teliti ternyata, kepala sekolah tersebut
sekolah oleh Dinas Pendidikan Kabupaten. di samping menerapkan kepemimpinan legal
Akan tetapi observasi awal yang telah formal dalam Peraturan Menteri No 28 tahun
dilakukan ternyata mendapati adanya temuan 2010, mereka juga menerapkan kepemimpinan
bahwa ternyata lembaga pendidikan sekolah kearifan lokal dalam kepemimpinan Jawa
menengah di Jember masih didera cukup hastabrata.
banyak permasalahan. Permasalahan tersebut Fenomena ini bisa dilihat pada beberapa
antara lain: kepala sekolah melakukan pelang­ Sekolah Menengah di Kabupaten Jember

191
Vol. 4, No. 2, Desember 2014

seperti SMAN 1 Pakusari, SMAN 2 Jember, tidak pernah terdengar terjadinya hubungan
SMAN Ambulu, SMAN Kencong, SMKN 1 seksual di luar nikah, tidak terdengar juga para
Jember, SMKN 4 Jember dan SMPN 3 Jember. siswa membolos (Sumber data: BP). Peristiwa-
Apabila dilihat dari aspek sosiopendidikan, peristiwa ini membuktikan bahwa kepala
SMAN 1 Pakusari terletak di pinggiran sekolah berhasil menerapkan suatu teori.
kota Jember cukup mewakili untuk dikaji, Kepala sekolah mampu merepresentasikan
SMAN Ambulu, SMAN Kencong terletak di sosok pribadi yang nJawani di tengah-tengah
perbatasan pedesaan, SMAN 2 Jember, SMKN masyarakat yang didominasi etnis Madura
1 Jember, SMKN 4 Jember, SMPN 3 Jember karena pada faktanya tidak banyak pemimpin
terletak di tengah kota. yang berasal dari etnis lain mampu mengelola
Dalam realitanya para kepala sekolah kepemimpinan secara baik. Contoh realitanya:
tersebut mau merepresentasikan sosok kepala sekolah bersifat bapakisme, simpati,
pemimpin yang mbapaki, ngayomi dan sisi ngayomi kepada para siswa yakni para siswa
menariknya terletak pada kepribadiannya yang dari Papua yang tertinggal dan oleh Pemerintah
manjing ajur ajer, momot lan kamot, asah, asih, dikirim ke Indonesia untuk menuntut ilmu di
asuh, njawani di tengah-tengah masyarakat yang antaranya di SMA Negeri 1 Pakusari. Ternyata
didominasi oleh etis Madura. pada faktanya tidak kepala sekolah tersebut memperhatikan
banyak pemimpin yang berasal dari etnis lain kebutuhan sehari-hari seperti sabun, sandal,
yang mampu mengelola kepemimpinannya sepatu, buku, tas dan mencukupi kebutuhan
secara baik. makan, mengecek kesehatannya setiap hari,
Hal ini bisa dilihat pada realitas perilaku kepala sekolah terjun langsung mengajari
para siswa di SMAN 1 Pakusari dan SMAN mandi, mengajari memakai sendok karena
2 Jember dengan konsep hastabrata. Pada anak Papua biasa memakan ubi-ubian, jika
realitanya para siswa di sekolah tersebut sekolahan libur kepala sekolah mengambil
belum pernah terdengar tentang tawuran siswa itu untuk dititipkan kepada guru, supaya
antarsekolah, tidak pernah terlihat budaya terjaga keamanannya (Hasil wawancara
konvoi dan corat-coret baju yang dilakukan Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Pakusari
oleh para siswa pada saat setelah hasil tanggal 20 Desember 2014). Kepala sekolah
pengumuman ujian. Fakta ini bisa terlaksana tersebut merupakan seorang pemimpin yang
sebuah realita model kepemimpinan kepala patut dijadikan acuan dalam memimpin
sekolah memberikan aturan bahwa semua sebuah organisasi pendidikan. Hal ini terlihat
baju seragam sekolah sebelum pengumuman pada keadaan SMAN 1 Pakusari yang terletak
kelulusan harus dikumpulkan, sedangkan di pinggiran kota Jember yang mempunyai
pengumuman ujian dipecah beberapa tempat unsur kultur budaya Madura. SMA tersebut
di rumah para guru wali perkelas. ternyata mampu menjadi sorotan masyarakat
Gaya kepemimpinan yang diterapkan di Kabupaten Jember karena melahirkan
kepala sekolah tersebut terbukti menghasilkan seorang kepala sekolah yang piawai dan andal
sebuah fakta para siswa tidak melakukan dengan hastabrata (Sumber data: Guru ‘R’ di
corat-coret setelah hasil pengumuman ujian SMA Negeri 1 Pakusari).
(Hasil wawancara Kepala Sekolah SMA Kepribadian kepala sekolah tersebut ter­
Negeri 1 Pakusari, tanggal 20 Desember efleksi juga pada kepala sekolah di sekolah-
2014), tidak terdengar pelanggaran mabuk- sekolah yang lain. Hal ini terdapat pada
mabukan/minuman keras (di Polres tidak ada fenomena SMAN 2 Jember, kepala sekolah
data terjadinya peristiwa mabuk-mabukan. memberi kesejahteraan dalam bentuk
minuman keras di SMA Negeri 1 Pakusari) refreshing kepada para guru dan karyawan
seperti pada kejadian SMA di Lumajang, pada ke tempat rekreasi setelah semuanya menye­
berita Radar Semeru tanggal 16 Desember 2014, lesaikan tugas-tugas sekolah (Sumber: Out

192
Kearifan Lokal dalam Institusi Publik: Studi Gaya Kepemimpinan Jawa Hastabrata pada Sekolah Menengah di Kabupaten Jember
Asri Sundari

Bound SMAN 2 Jember tanggal 14 Desember telah menggunakan konsep hastabrata,


2014). Konsep ini masuk dalam Laku termuat dalam artikel berjudul Falsafah
Hambeging Samirono/Bayu, yaitu kepala Kepemimpinan hastabrata Mengantarkan
sekolah mampu mengaplikasikan teori yakni 2 SMK Negeri di Jember Meraih Sertifikat
memberikan kesejukan kepada bawahannya; Sistem Manajemen ISO 9000 Dan Satu Predikat
dan Laku Hambeging Kismo yaitu kepala SMK RSBI, Sunyoto, S.Sos, M.Pd, http://
sekolah mampu mengaplikasikan teori yakni purisadewo.blogspot.com/2012/12/artikel-
memberikan kemakmuran, kesejahteraan kepemimpinan-sekolah.html).
kepada bawahannya. Fenomena yang lain Kepemimpinan berkaitan dengan realitas
seperti SMA Negeri Ambulu, hal ini terealitas bahwa Kabupaten Jember dihuni 2 (dua)
pada pernyataan kepala sekolah bahwa suku dominan, Jawa dan Madura. Suku Jawa
dalam memimpin, beliau memakai konsep merupakan suku mayoritas (Jauhari, 2010). Di
hastabrata. Hal ini untuk mengangkat derajat sisi lain, sejarah menunjukkan bahwa Kerajaan
lembaga, karena konsep hastabrata yang berisi besar yang pernah menguasai sebagian besar
8 (delapan) sifat alam, seperti: api, tanah/ wilayah yang sekarang dikuasai Negara
bumi, angin, matahari, langit, laut, bulan, Republik Indonesia berkedudukan di Jawa.
bintang merupakan konsep Budaya Jawa yang Keadaan itu memengaruhi kompleksitas
mengandung panutan. Oleh karena itu, Kepala hubungan antara pemimpin, pengikut
Sekolah berusaha merepresentasikan wejangan dan situasi dalam konsepsi dan penerapan
konsep hastabrata melalui pendidikan dalam kepemimpinan di Indonesia secara
Pagelaran Wayang Kulit (setiap perpisahan keseluruhan, baik pada masa lalu maupun
kelulusan siswa sekolah), setiap pembinaan pada masa sekarang. Pemahaman mengenai
Guru dan Siswa, juga dilakukan dalam setiap konsepsi kepemimpinan Jawa barangkali bisa
upacara bendera hari Senin (Sumber Data: membantu memahami konsepsi kepemim­
Pernyataan kepala sekolah). pinan Indonesia. Melihat fakta di negara
Kepribadian kepala sekolah ini juga Indonesia saat ini, menyebabkan penulis
terefleksi pada SMA Negeri Wonorejo, tertarik meneliti fenomena pemerintahan
Kencong. Yang mana, Kepala Sekolah dalam Kabupaten Jember tersebut untuk dikaitkan
mem­bina guru dan siswa dengan menerapkan dengan kepemimpinan dalam budaya Jawa
ajaran hastabrata di antaranya, pemimpin yang menerapkan konsep hastabrata yang
harus Laku Hambeging Candra maksudnya isinya tentang ajaran gaya perilaku seorang
pemimpin harus bisa disenangi dan pemimpin. Konsep hastabrata tersebut men­
menyenangi, dan Laku Hambeging Kartika dekati gaya kepemimpinan sekarang/modern,
yakni kepala sekolah mampu menjadi panutan yakni menekankan IPTEK, Iman, Taqwa
kepada Para Siswa, Guru seperti mengangkat (agama dan emosional).
prestasi sekolah dengan mengadakan lomba-
lomba seni Jawa (antara lain: berpidato, seni E. Simpulan
tari, seni mocopat antar sekolah), yang isinya Pada akhirnya dapat disimpulkan dalam
mendidik etik moral melalui karya-karya kepemimpinan legal formal Peraturan Menteri
tersebut (Sumber Data: informan Guru Seni No 28 tahun 2010. Respons yang muncul dari
Praktik SMAN Wonorejo “Bapak Sukarno”, bawahan bersifat formal, Misalnya aturan-
wawancara). aturan yang diperlakukan sifatnya normatif,
Realitas lain juga terjadi pada kepala berstandar operasional, prosedur resmi.
sekolah SMK Negeri 1 Jember dan SMK Negeri Respons bawahan hanya memenuhi prasyarat
4 Jember, yang telah merepresentasikan formal sehingga mengganggap tidak ada
kepemimpinan hastabrata sehingga sekolah masalah. Padahal di balik hal tersebut, ada
tersebut mendapatkan penghargaan karena masalah yang bertentangan dengan etika

193
Vol. 4, No. 2, Desember 2014

moral, hati nurani karena hanya formalitas. Barnett and John McCormick. 2002. “Vision,
Sedangkan dengan menerapkan konsep relationshipps and teacher Motivation: a
kearifan lokal kepemimpinan Jawa Hastabrata case study, of Educational Administration”.
ada upaya upaya-upaya untuk menanamkan Vol.41 No. 1 2003. http://www.
nilai keluhuran, nilai moral, nilai budi pekerti. emeraldinsight.com.
Sedangkan di peraturan legal formal tidak Bungin, H.M.Burhan. 2012. Penelitian Kualitatif.
ada nilai-nilai moral, budi pekerti, etika dan Jakarta: Kencana.
sebagainya. Pada Kepemimpinan kearifan Darmoyo, Sri Bagus. 2008. “Model Kepemimpinan
lokal masalah ini menjadi tuntutan hati nurani, Pendidikan Perspektif Kepemimpinan Ki
tuntutan moral, tuntutan budaya sehingga Hajar Dewantoro”. http://gurupinilih.
para pemimpin berusaha menengok kembali blogspot.com/2008/05/model-
kepemimpinan-pendidikan.html.
ke akar budaya bangsa (kearifan lokal, satu-
satunya adalah menerapkan kepemimpinan Davis, Gary A. & Thomas, Margaret A. 1989.
Jawa dalam ajaran hastabrata). Effective Schools and Effective Teachers.
Massachusetts: Ally and Bacon.
Selain itu, kepemimpinan para kepala
sekolah yang hanya berdasarkan peraturan Denzin, Norman K. 2009. Handbook Of Qualitative
legal formal Peraturan Menteri No 28 tahun Research. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
2010 tidak membuahkan hasil kinerja. Ketika Frederickson, George. 2003. Administrasi Negara
para kepala sekolah menerapkan kearifan lokal Baru. Jakarta: LP3ES.
hastabrata membuahkan hasil kinerja seperti Gorton, Richard A. 1983. Supervision: A Guide to
ajaran moralitas, budi pekerti, etika seperti Intructional Leadership. Charles C. Thomas
terdapat dalam 8 (delapan) ajaran hastabrata, Publisher.
yaitu watak dan sifat alam dalam simbol bumi, Hasbullah. 2005. Dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta:
angin, air, bulan, matahari, langit, api, dan PT Raja Grasindo Persada.
bintang. Oleh karena itu, Kepempinan yang Henry, Nicholas. 1995. Administrasi Negara dan
mendasarkan pada kearifan lokal hastabrata Masalah-Masalah Publik. Jakarta: PT Raja
dapat diaplikasikan terkait pengelolaan sumber Grafindo Perkasa.
daya manusia, yakni hubungan dengan atasan, Kusmanto, B. 2013. “Kepemimpinan Demokratis
bawahan, internal, atau eksternal satuan kerja Kepala Sekolah Berbasis Ketamansiswaan”.
karena dalam kepemimpinan modern dituntut (Jurnal Manajemen Pendidikan, Vol.8,
untuk menguasai IPTEK, Iman, dan Taqwa. No.2). Yogyakarta: Program Studi
Pendidikan Matematika JPMIPA FKIP
Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa
Daftar Pustaka Yogyakarta.
Keban, Yeremias T., 2004. Enam Dimensi Strategis
Aaron, Laura S. 2005. “Responsibilities and Administrasi Publik: Konsep, Teori, dan Isu.
Leadership Styles of Radiologic Technology Yogyakarta: Gama Media.
Program Directors Implications for
Mastuti, Fauziyah. 2009. Pola Kepemimpinan
Leadership Development”. Louisiana State
Organisasi Pendidikan di Jawa Tengah Ditinjau
University and Agricultural and Mechanical
dari Filsafat Pendidikan Menurut Kaplan.
College. Dissertation, Unpublished.
Semarang: Universitas Diponegoro.
Agus, Erwan dan Dyah. 2011. Metode Penelitian
Masyhud, Sulthon. 2012. Membangun Semangat
Kuantitatif. Yogyakarta: Gava Media.
Kerja Guru. Yogyakarta: Laksbang
Anonymous. 2002. Women and Leadership:Voice Pressindo.
for Security and Development. Canada: South
Mubarokah, Fajriyah. 2009. Kepemimpinan
Asia Partnership Society Asiatique Des
Kepala Sekolah SMA Muhammadiyah 2
Partenaires.
Yogyakarta (Studi Rintisan SBI). Yogyakarta:
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga.

194
Kearifan Lokal dalam Institusi Publik: Studi Gaya Kepemimpinan Jawa Hastabrata pada Sekolah Menengah di Kabupaten Jember
Asri Sundari

Muliati, A. “Kepemimpinan dalam Pembelajaran Konsep Kepemimpinan Jawa (Kajian


yang Efektif bagi Kepala Sekolah”. Filosofis Serat Jayabaya)”, dalam Kongres
http://www.lpmpsulsel.net/v2/ Bahasa Jawa IV Tahun 2006. Semarang.
attachments/201_Kepemimpinan%20 Soetriono. 2007. Filsafat Ilmu dan Metodologi
Pembelajaran%20yang%20efektif.pdf. Penelitian. Yogyakarta: Andi Yogyakarta.
Muslimatun. 2010. Kepemimpinan Transformasional Sudewa, Ivan Tri. 2013. Pengaruh Gaya
Bidang Pendidikan dalam Penerapan Kepemimpinan Kepala Sekolah terhadap
Manajemen Berbasis Sekolah pada SD Negeri Profesionalisme Guru di TK Lovely Lovita
Sudirman Kecamatan Ambarawa Kabupaten Tanjungpinang. Tanjungpinang: Universitas
Semarang. Semarang: IAIN Walisongo. Maritim Raja Ali Haji.
Nugroho, Ali. 2008. Pengembangan Pembelajaran Sukmawati, Meity. 2009. Gaya Kepemimpinan
Sains pada Anak Usia Dini. Jilsi Foundation. Kepala Sekolah SMA Muhammadiyah 3
Prajayanti. 2012. “Berkaca pada Filosofi Tepa Tangerang. Jakarta: Fakultas Psikologi
Selira ‘Sang Juragan Kayu’: Sebuah Universitas Gunadarma.
Konstruksi Sosial Kepemimpinan Jawa Suryaman. 2010. “Analisis Kepemimpinan
Joko Widodo”. http://eprints.undip. Multikultural di Sekolah Menengah dalam
ac.id/35924/1/SKRIPSI_PRAJAYANTI. Upaya Mencegah Fenomena Gegar Budaya:
pdf. Konteks Indonesia”. Sosiohumanika 3 (1).
Rozak, Abdul dan A. Ubaedillah. 2010. Demokrasi Surabaya
Hak Asasi Manusia dan Masyarakat Madani. Thoha, M. 1986. Dimensi-Dimensi Prima Ilmu
Jakarta: Prenada Media Group. Administrasi Negara. Jakarta: CV Rajawali.
Rutherford, W and M. Sharwood Smith. 1985. Yilmaz, Ensar. 2009. “Basic concepts with Erol
“Consciousness-raising and Universal Gungor: Nationalism, Culture Civilization,
Grammar”. Applied Linguistics. 6: 274-82. Cultural Shift and Intellectual of Political
Sadiman, Arief. dkk. 2009. Media Pendidikan: Sciences and Public Administration”.
Pengertian, Pengembangan, dan Faculty of Economics and Administrative
Pemanfaatannya. Jakarta: Raja Grafindo Sciences, Bartın University, Turkey.
Persada. Yukl, Gary A. 1989. Leadership in Organizations.
Siswoharsoyo, KI. 1963. “Pakem Pedalangan New Jersey: Prentice Hall, Inc.
Lampahan Makutharama”, Gondolayu Yukl, Gary A. 2015. Pelajar SMA Dibunuh Teman
Kulon Dj .VI/151, Ngajogyakarta. SMP. Jawa Pos, 2 Januari 2015.
Suwargono, Eko. 2006. “Semangat Membangun Zain, Emma & Sati, Djaka Dt. 1997. Ilmu Mendidik:
Keutuhan Nusantara (Indonesia) dalam Metode Pendidikan. Jakarta: Mutiara Sumber
Widya.

195

Anda mungkin juga menyukai