Asri Sundari
Fakultas Sastra Universitas Jember;
Pos-el: asrisundari6@gmail.com;
Abstrak
Penelitian ini bertujuan memahami proses konstruksi sosial kearifan lokal kepemimpinan
Jawa hastabrata pada kepala sekolah yang telah mengacu pada kepemimpinan legal formal
Peraturan Menteri No 28 tahun 2010. Hasil penelitian menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan
para kepala sekolah yang hanya berdasarkan peraturan legal formal Peraturan Menteri No 28
tahun 2010 tidak membuahkan hasil kinerja. Ketika para kepala sekolah menerapkan kearifan
lokal hastabrata membuahkan hasil kinerja seperti ajaran moralitas, budi pekerti, etika seperti
terdapat dalam 8 (delapan) ajaran hastabrata, yaitu watak dan sifat alam dalam simbol bumi,
angin, air, bulan, matahari, langit, api, dan bintang. Oleh karena itu, kepempinan yang
mendasarkan pada kearifan lokal hastabrata dapat diaplikasikan terkait pengelolaan sumber
daya manusia, yakni hubungan dengan atasan, bawahan, internal, atau eksternal satuan kerja
karena dalam kepemimpinan modern dituntut untuk menguasai IPTEK, Iman, dan Taqwa
(Agama dan emosional).
Abstract
This study aims to understand the process of social construction of hastabrata’s leadership
local wisdoms on school principals that has referred to the formal legal leadership stipulated
on Ministerial Decree No. 28 of 2010. The research results reveal that the leadership style of
the principals who have only based on formal legal rules Ministerial Decree No. 28 of 2010
give poor performance. When the principals apply local knowledge of hastabrata give results
in the forms of morality, manners, ethics as contained in 8 hastabrata teachings, namely the
character and nature of the symbols of earth, wind, water, moon, sun, sky, fire, and star.
Therefore, leadership basing on local knowledge of hastabrata can be applied in relation to
the management of human resources, including the relationship with superiors, subordinates,
internal or external work units because the modern leadership requires the mastering of science
and technology, faith, and obedience.
184
Kearifan Lokal dalam Institusi Publik: Studi Gaya Kepemimpinan Jawa Hastabrata pada Sekolah Menengah di Kabupaten Jember
Asri Sundari
185
Vol. 4, No. 2, Desember 2014
memendam segala kemampuan, kelebihan kekuatan inti dalam organisasi yang akan
dan potensinya berada dalam kandungan air menggerakkan orang lain yang dipimpinnya
yang dalam. untuk menunaikan misi, tugas, dan tujuan serta
Watak samudra menggambarkan jalma mengarahkan organisasi yang dipimpinnya
tan kena kinira, orang yang tampak bersahaja, agar lebih kohesif dan koheren. Dalam kenya
tidak norak, tidak dapat disangka-sangka taannya jenis, orientasi tujuan dan besar
sesungguhnya ia menyimpan potensi yang kecilnya organisasi akan berpengaruh pada
besar di berbagai bidang, namun tabiatnya tipe atau gaya kepemimpinan yang dibutuhkan
sungguh jauh dari sifat takabur, atau sikap oleh organisasi tersebut. Mengingat peran
menyombongkan diri. Mengambil sisi positif penting seorang pemimpin, pengemban
dari watak air selalu rendah hati dalam tanggung jawab tugas dan jabatan ini tentu
perilaku badan (solah) dan perilaku batin harus senantiasa berusaha mengelola segenap
(bawa) atau andhap ashor. Air mengalir sampai sumber daya yang ada guna terlaksananya
jauh dari tempat yang tinggi ke tempat yang tugas pokok secara efektif, efisien, dan berhasil
rendah. Meskipun wadahnya berbeda-beda, guna.
air selalu mempunyai permukaan yang datar.
1. Peraturan Perundangan
Artinya, pemimpin harus berwatak adil dan
menjunjung kesamaan derajat dan kedudukan. Menurut Undang-Undang nomor 20
Air adalah gambaran kodrat Tuhan. Air tidak tahun 2003, pendidikan adalah usaha sadar
pernah melawan kodrat Tuhan. Orang yang dan terencana untuk mewujudkan suasana
berwatak air, perbuatanya selalu berada pada belajar dan proses pembelajaran agar peserta
kehendak Tuhan, jalan yang ditempuh selalu didik secara aktif mengembangkan potensi
diberkahi Gusti Kang Murbeng Dumadi. dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
Sehingga watak air akan membawa seseorang keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
menemph jalan kehidupan dengan irama yang kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan
paling mudah, dan pada akhirnya akan masuk yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa
kepada samodra anugrah Tuhan Yang Maha dan negara. Menurut John Dewey (Masyud,
Besar. 2012) pendidikan adalah proses pembentukan
kecakapan-kecakapan fundamental secara
C. Kepemimpinan Sekolah intelektual dan emosional kearah alam
Dalam kerangka keberhasilan keberhasilan dan sesama manusia. Sedangkan Ki Hajar
pelaksanaan tugas-tugas manajerial organisasi Dewantoro (Darmono, 2008) menjelaskan
tentu saja ditentukan oleh beberapa faktor, bahwa, pendidikan merupakan tuntutan di
salah satunya adalah faktor kepemimpinan. dalam hidup tumbuhnya anak-anak dalam
Terlepas dari faktor-faktor lain dan berangkat hal ini menuntun segala kekuatan kodrat
dari keunikan dari sistem birokrasi kerja sebuah yang ada pada anak-anak agar kelak sebagai
organisasi, siapapun pemimpin ataua calon manusia mampu mencapai keselamatan
pejabat seyogyanya berusaha mempelajari, dan kebahagiaan. Pendidikan sering terjadi
menganalisis dan mengambil keputusan terkait di bawah bimbingan orang lain, tetapi juga
pola kepemimpinan yang bagaimanakah yang memungkinkan secara otodidak (Dewey,
paling ideal diterapkan dalam pengelolaan 1916/1944). Sedangkan pendidikan terbagi
satuan kerja jabatan yang diembannya. menjadi tahap-tahap mulai Prasekolah, Sekolah
Setiap organisasi memerlukan dan pasti Dasar, Sekolah Menengah, Sekolah Menengah
memiliki seorang pemimpin yang harus men Atas dan kemudian Perguruan Tinggi.
jalankan fungsi kepemimpinan atau manager Selanjutnya Pendidikan Menengah atau
bagi keseluruhan aktivitas organisasi. sebelumnya dikenal dengan sebutan Sekolah
Pemimpin pada hakikatnya merupakan Lanjutan Tingkat Atas (SLTA), adalah jenjang
186
Kearifan Lokal dalam Institusi Publik: Studi Gaya Kepemimpinan Jawa Hastabrata pada Sekolah Menengah di Kabupaten Jember
Asri Sundari
187
Vol. 4, No. 2, Desember 2014
188
Kearifan Lokal dalam Institusi Publik: Studi Gaya Kepemimpinan Jawa Hastabrata pada Sekolah Menengah di Kabupaten Jember
Asri Sundari
189
Vol. 4, No. 2, Desember 2014
190
Kearifan Lokal dalam Institusi Publik: Studi Gaya Kepemimpinan Jawa Hastabrata pada Sekolah Menengah di Kabupaten Jember
Asri Sundari
191
Vol. 4, No. 2, Desember 2014
seperti SMAN 1 Pakusari, SMAN 2 Jember, tidak pernah terdengar terjadinya hubungan
SMAN Ambulu, SMAN Kencong, SMKN 1 seksual di luar nikah, tidak terdengar juga para
Jember, SMKN 4 Jember dan SMPN 3 Jember. siswa membolos (Sumber data: BP). Peristiwa-
Apabila dilihat dari aspek sosiopendidikan, peristiwa ini membuktikan bahwa kepala
SMAN 1 Pakusari terletak di pinggiran sekolah berhasil menerapkan suatu teori.
kota Jember cukup mewakili untuk dikaji, Kepala sekolah mampu merepresentasikan
SMAN Ambulu, SMAN Kencong terletak di sosok pribadi yang nJawani di tengah-tengah
perbatasan pedesaan, SMAN 2 Jember, SMKN masyarakat yang didominasi etnis Madura
1 Jember, SMKN 4 Jember, SMPN 3 Jember karena pada faktanya tidak banyak pemimpin
terletak di tengah kota. yang berasal dari etnis lain mampu mengelola
Dalam realitanya para kepala sekolah kepemimpinan secara baik. Contoh realitanya:
tersebut mau merepresentasikan sosok kepala sekolah bersifat bapakisme, simpati,
pemimpin yang mbapaki, ngayomi dan sisi ngayomi kepada para siswa yakni para siswa
menariknya terletak pada kepribadiannya yang dari Papua yang tertinggal dan oleh Pemerintah
manjing ajur ajer, momot lan kamot, asah, asih, dikirim ke Indonesia untuk menuntut ilmu di
asuh, njawani di tengah-tengah masyarakat yang antaranya di SMA Negeri 1 Pakusari. Ternyata
didominasi oleh etis Madura. pada faktanya tidak kepala sekolah tersebut memperhatikan
banyak pemimpin yang berasal dari etnis lain kebutuhan sehari-hari seperti sabun, sandal,
yang mampu mengelola kepemimpinannya sepatu, buku, tas dan mencukupi kebutuhan
secara baik. makan, mengecek kesehatannya setiap hari,
Hal ini bisa dilihat pada realitas perilaku kepala sekolah terjun langsung mengajari
para siswa di SMAN 1 Pakusari dan SMAN mandi, mengajari memakai sendok karena
2 Jember dengan konsep hastabrata. Pada anak Papua biasa memakan ubi-ubian, jika
realitanya para siswa di sekolah tersebut sekolahan libur kepala sekolah mengambil
belum pernah terdengar tentang tawuran siswa itu untuk dititipkan kepada guru, supaya
antarsekolah, tidak pernah terlihat budaya terjaga keamanannya (Hasil wawancara
konvoi dan corat-coret baju yang dilakukan Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Pakusari
oleh para siswa pada saat setelah hasil tanggal 20 Desember 2014). Kepala sekolah
pengumuman ujian. Fakta ini bisa terlaksana tersebut merupakan seorang pemimpin yang
sebuah realita model kepemimpinan kepala patut dijadikan acuan dalam memimpin
sekolah memberikan aturan bahwa semua sebuah organisasi pendidikan. Hal ini terlihat
baju seragam sekolah sebelum pengumuman pada keadaan SMAN 1 Pakusari yang terletak
kelulusan harus dikumpulkan, sedangkan di pinggiran kota Jember yang mempunyai
pengumuman ujian dipecah beberapa tempat unsur kultur budaya Madura. SMA tersebut
di rumah para guru wali perkelas. ternyata mampu menjadi sorotan masyarakat
Gaya kepemimpinan yang diterapkan di Kabupaten Jember karena melahirkan
kepala sekolah tersebut terbukti menghasilkan seorang kepala sekolah yang piawai dan andal
sebuah fakta para siswa tidak melakukan dengan hastabrata (Sumber data: Guru ‘R’ di
corat-coret setelah hasil pengumuman ujian SMA Negeri 1 Pakusari).
(Hasil wawancara Kepala Sekolah SMA Kepribadian kepala sekolah tersebut ter
Negeri 1 Pakusari, tanggal 20 Desember efleksi juga pada kepala sekolah di sekolah-
2014), tidak terdengar pelanggaran mabuk- sekolah yang lain. Hal ini terdapat pada
mabukan/minuman keras (di Polres tidak ada fenomena SMAN 2 Jember, kepala sekolah
data terjadinya peristiwa mabuk-mabukan. memberi kesejahteraan dalam bentuk
minuman keras di SMA Negeri 1 Pakusari) refreshing kepada para guru dan karyawan
seperti pada kejadian SMA di Lumajang, pada ke tempat rekreasi setelah semuanya menye
berita Radar Semeru tanggal 16 Desember 2014, lesaikan tugas-tugas sekolah (Sumber: Out
192
Kearifan Lokal dalam Institusi Publik: Studi Gaya Kepemimpinan Jawa Hastabrata pada Sekolah Menengah di Kabupaten Jember
Asri Sundari
193
Vol. 4, No. 2, Desember 2014
moral, hati nurani karena hanya formalitas. Barnett and John McCormick. 2002. “Vision,
Sedangkan dengan menerapkan konsep relationshipps and teacher Motivation: a
kearifan lokal kepemimpinan Jawa Hastabrata case study, of Educational Administration”.
ada upaya upaya-upaya untuk menanamkan Vol.41 No. 1 2003. http://www.
nilai keluhuran, nilai moral, nilai budi pekerti. emeraldinsight.com.
Sedangkan di peraturan legal formal tidak Bungin, H.M.Burhan. 2012. Penelitian Kualitatif.
ada nilai-nilai moral, budi pekerti, etika dan Jakarta: Kencana.
sebagainya. Pada Kepemimpinan kearifan Darmoyo, Sri Bagus. 2008. “Model Kepemimpinan
lokal masalah ini menjadi tuntutan hati nurani, Pendidikan Perspektif Kepemimpinan Ki
tuntutan moral, tuntutan budaya sehingga Hajar Dewantoro”. http://gurupinilih.
para pemimpin berusaha menengok kembali blogspot.com/2008/05/model-
kepemimpinan-pendidikan.html.
ke akar budaya bangsa (kearifan lokal, satu-
satunya adalah menerapkan kepemimpinan Davis, Gary A. & Thomas, Margaret A. 1989.
Jawa dalam ajaran hastabrata). Effective Schools and Effective Teachers.
Massachusetts: Ally and Bacon.
Selain itu, kepemimpinan para kepala
sekolah yang hanya berdasarkan peraturan Denzin, Norman K. 2009. Handbook Of Qualitative
legal formal Peraturan Menteri No 28 tahun Research. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
2010 tidak membuahkan hasil kinerja. Ketika Frederickson, George. 2003. Administrasi Negara
para kepala sekolah menerapkan kearifan lokal Baru. Jakarta: LP3ES.
hastabrata membuahkan hasil kinerja seperti Gorton, Richard A. 1983. Supervision: A Guide to
ajaran moralitas, budi pekerti, etika seperti Intructional Leadership. Charles C. Thomas
terdapat dalam 8 (delapan) ajaran hastabrata, Publisher.
yaitu watak dan sifat alam dalam simbol bumi, Hasbullah. 2005. Dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta:
angin, air, bulan, matahari, langit, api, dan PT Raja Grasindo Persada.
bintang. Oleh karena itu, Kepempinan yang Henry, Nicholas. 1995. Administrasi Negara dan
mendasarkan pada kearifan lokal hastabrata Masalah-Masalah Publik. Jakarta: PT Raja
dapat diaplikasikan terkait pengelolaan sumber Grafindo Perkasa.
daya manusia, yakni hubungan dengan atasan, Kusmanto, B. 2013. “Kepemimpinan Demokratis
bawahan, internal, atau eksternal satuan kerja Kepala Sekolah Berbasis Ketamansiswaan”.
karena dalam kepemimpinan modern dituntut (Jurnal Manajemen Pendidikan, Vol.8,
untuk menguasai IPTEK, Iman, dan Taqwa. No.2). Yogyakarta: Program Studi
Pendidikan Matematika JPMIPA FKIP
Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa
Daftar Pustaka Yogyakarta.
Keban, Yeremias T., 2004. Enam Dimensi Strategis
Aaron, Laura S. 2005. “Responsibilities and Administrasi Publik: Konsep, Teori, dan Isu.
Leadership Styles of Radiologic Technology Yogyakarta: Gama Media.
Program Directors Implications for
Mastuti, Fauziyah. 2009. Pola Kepemimpinan
Leadership Development”. Louisiana State
Organisasi Pendidikan di Jawa Tengah Ditinjau
University and Agricultural and Mechanical
dari Filsafat Pendidikan Menurut Kaplan.
College. Dissertation, Unpublished.
Semarang: Universitas Diponegoro.
Agus, Erwan dan Dyah. 2011. Metode Penelitian
Masyhud, Sulthon. 2012. Membangun Semangat
Kuantitatif. Yogyakarta: Gava Media.
Kerja Guru. Yogyakarta: Laksbang
Anonymous. 2002. Women and Leadership:Voice Pressindo.
for Security and Development. Canada: South
Mubarokah, Fajriyah. 2009. Kepemimpinan
Asia Partnership Society Asiatique Des
Kepala Sekolah SMA Muhammadiyah 2
Partenaires.
Yogyakarta (Studi Rintisan SBI). Yogyakarta:
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga.
194
Kearifan Lokal dalam Institusi Publik: Studi Gaya Kepemimpinan Jawa Hastabrata pada Sekolah Menengah di Kabupaten Jember
Asri Sundari
195