Anda di halaman 1dari 10

PANCA YAMA BRATA SEBAGAI LANDASAN KEPEMIMPINAN KELIHAN DESA

ADAT DESA PECATU KECAMATAN KUTA SELATAN KABUPATEN BADUNG

Oleh :

I Nyoman Sulastra

ABSTRAK

Di dalam suatu negara manapun yang ada di belahan dunia ini tetap memerlukan
seorang pemimpin untuk menggerakan suatu tatanan kehidupan. Kepemimpinan
merupakan pola untuk menggerakan setiap individu untuk bisa hidup saling bekerja
sama dan mentaati norma-norma agar keberlangsungan suatu organisasi tetap berjalan
sesuai harapan atau kehendak masyarakat.
Mahendra (2001) menyebutkan bahwa kepemimpinan adalah seni menggerakan
orang lain guna mencapai tujuan tertentu atau tujuan bersama. Senada dengan defenisi
ini, Cahyono (1983) menyatakan bahwa kepemimpinan sebagai seni (art) untuk
menciptakan kepatuhan orang lain pada pemimpin. Kepatuhan orang lain yang
dimaksud adalah kepatuhan bawahan/staf atau anggota suatu kelompok, tentu atas
pengaruh, arahan atau panutan yang diberikan oleh pemimpin itu sendiri.
Belakangan ini banyak fenomena yang terjadi seorang politikus merangkap
sebagai Kelihan Desa Adat. Dari segi politik seseorang mungkin dapat menggerakan
agung krama melalui kebijakan yang mengarah sosial, ekonomi, politik untuk
mencapai suatu tujuan. Disisi lain rencana kerja yang harus di jalankan lebih banyak
mengenai sosial, budaya dan agama. Kondisi yang mendua akan sangat sulit bagi
seorang Kelihan Desa Adat untuk melaksanakan kepemimpinan yang berkeadilan.
Kebijakan-kebijakan yang dilaksanakan oleh Kelihan Desa Adat tentang
agama, adat dan budaya tetap kena imbas oleh ranah politik. Padahal seorang pemimpin
Desa Adat dituntut untuk bersikap adil sesuai dengan ajaran Yama Brata yaitu seorang
pemimpin (Kelihan Desa Adat) harus mampu berlaku adil dan tegas, memberi sanksi
kepada yang bersalah dan memberi penghargaan kepada yang berprestasi.
Panca Yama Brata Merupakan landasan dan pengendalian bagi setiap agung
krama (Kelihan Desa Adat dan prajuru) agar mampu melaksanakan segala
swadarmanya yang bertalian dengan Tri Hita Karana. Ajaran ini meminimalisir
penyalahgunaan wewenang bagi pemimpin dan mampu membangun kehidupan yang
harmonis antara Kelihan Desa Adat dengan Tuhan, anatara Kelihan Desa Adat dengan
agung krama, antara Kelihan Desa Adat dengan palemahan (lingkungan)

ABSTRACT
In any country in this part of the world, we still need a leader to drive a life
order. Leadership is a pattern to move each individual to be able to live in collaboration
with one another and obey norms so that the sustainability of an organization continues
according to the expectations or wishes of the community.
Mahendra (2001) states that leadership is the art of moving other people to
achieve certain goals or common goals. In line with this definition, Cahyono (1983)
states that leadership is an art to create the obedience of others to the leader. Other

73
people's compliance is the obedience of subordinates / staff or members of a group, of
course with the influence, direction or role models given by the leader himself.
Recently, there have been many phenomena that have occurred as a politician
who doubles as the Kelihan Desa Adat. From a political point of view, someone may
be able to move the agung krama through policies that lead social, economic, and
political to achieve a goal. On the other hand, the work plan that must be carried out is
more social, cultural and religious. The ambiguous condition will be very difficult for
an Kelihan Desa Adat to carry out a just leadership.
The policies implemented by the Kelihan Desa Adat regarding religion, customs
and culture are still affected by the political realm. Where as a traditional village leader
is required to be fair in accordance with the teachings of Yama Brata, namely that a
leader (Kelihan Desa Adat) must be able to act fairly and firmly, give sanctions to the
guilty and reward those who excel.
Panca Yama Brata Is the foundation and control for every agung krama
(Kelihan Desa Adat and prajuru) so that they are able to carry out all their self-help
related to Tri Hita Karana. This teaching minimizes abuse of authority for leaders and
is able to build a harmonious life between Kelihan Desa Adat and God, between
Kelihan Desa Adat and agung krama, between Kelihan Desa Adat and Palemahan
(environment).

I. PENDAHULUAN merosot menjadi bawahan. Agar lama dapat bertahan


1.1 Latar Belakang di kursi pemimpin, maka pemimpin itu harus selalu
belajar, mendalami sifat-sifat atau dasar yang
Di dalam suatu negara manapun yang
menjadi landasan kepemimpinan, rajin membaca dan
ada di belahan dunia ini tetap memerlukan
menambah ilmu pengetahuan (wiratmaja, 1995 : 21).
seorang pemimpin untuk menggerakan suatu
Menurut Oka Mahendra dalam Werdinaya (2005).
tatanan kehidupan. Kepemimpinan merupakan
Sebagai pemimpin, tugas adalah kewajiban
pola untuk menggerakan setiap individu untuk
untuk melaksanakan aturan itu. Tugas harus
bisa hidup saling bekerja sama dan mentaati
didahulukan daripada wewenang, sebab hal ini
norma-norma agar keberlangsungan suatu
lebih edukatif. Dengan demikian pemimpin lebih
organisasi tetap berjalan sesuai harapan atau
diingatkan kepada tugasnya dan kemudian baru
kehendak masyarakat.
berhak menggunakan wewenangnya. Seorang
Seorang pemimpin, harus memiliki kelebihan
pemimpin akan tetap menjadi pemimpin, apabila
daripada orang yang dipimpin, seperti kelebihan
ia tetap mempertahankan kelebihannya, kelebihan
menggunakan pikirannya, rohania dan badaniah.
terhadap orang lain seperti memiliki keluhuran
Seseorang selalu bisa menjadi pemimpin, dengan
budi pekerti, moral yang baik, kesederhanaan,
kata lain predikat sebagi pemimpin tidaklah langgeng
keuletan dan sebagainya. Pemimpin merupakan
(suatu saat akan mengalami perubahan atau
jabatan profesionalisme bagi seorang yang dalam
pergantian). Sebab ia selalu harus berhubungan
status sosial dapat mengangkat harkat dan
dengan orang lain atau bawahannya. Ketika
martabatnya. Sehingga banyak orang
bawahaannya itu berganti, maka ada kemungkinan ia
mendambakannya sebab jabatan itu menjanjikan
tidak lagi menjadi pemimpin, bahkan kemungkinan

74
berbagai macam kenikmatan. (Oka melalui kebijakan yang mengarah sosial,
Mahendra,2001) ekonomi, politik untuk mencapai suatu tujuan.
Disisi lain rencana kerja yang harus di jalankan
Terkait dengan uraian diatas, etika dalam
lebih banyak mengenai sosial, budaya dan
hal ini ajaran Panca Yama Brata merupakan
agama. Kondisi yang mendua akan sangat sulit
rambu-rambu yang dapat menuntun karakter
bagi seorang Kelihan Desa Adat untuk
manusia menjadi anggota masyarakat yang
melaksanakan kepemimpinan yang
santun, menjadi bangsa yang mulia, juga
berkeadilan.
menuntun seseorang mempersatukan dirinya
dengan makhluk sesamanya dan akhirnya Kebijakan-kebijakan yang dilaksanakan
menuntun mereka menjadi kesatuan jiwatman oleh Kelihan Desa Adat tentang agama, adat
dengan paramatma, Subagiastha dalam dan budaya tetap kena imbas oleh ranah politik.
Sulastra (2018). Etika Hindu (Panca Yama Padahal seorang pemimpin Desa Adat dituntut
Brata) memiliki nilai yang esensial untuk bersikap adil sesuai dengan ajaran Yama
kepemimpinan dalam menuntun setiap manusia Brata yaitu seorang pemimpin (Kelihan Desa
agar hidup saling rendah hati, saling Adat) harus mampu berlaku adil dan tegas,
mengingatkan dan saling menghormati. Ajaran memberi sanksi kepada yang bersalah dan
Panca Yama Brata merupakan rambu-rambu memberi penghargaan kepada yang berprestasi.
yang sangat luhur dan masih relevan dengan
Karena begitu penting esensi ajaran
perkembangan zaman yang digunakan oleh
Panca Yama Brata sebagai landasan
setiap pemimpin sebagai landasan dalam
kepemimpinan bagi Kelihan Desa Adat maka
mengatur suatu organisasi, seperti Banjar, Desa
ajaran ini perlu untuk dikaji dengan judul :
Adat, Sekaa Taruna-Taruni.
Panca Yama Brata sebagai landasan
Keberhasilan suatu organisasi seperti kepemimpinan bagi Kelihan Desa Adat di Desa
yang penulis sebutkan diatas, lebih banyak Pecatu Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten
ditentukan oleh kemampuan seorang Badung. Pengkajian ini tidak semata-mata
pemimpin. Pemimpin dapat digambarkan bertitik tolak dari Panca Yama Brata sebagai
sebagai seorang nahkoda kapal. Kemampuan landasan kepemimpinan Kelihan Desa Adat,
seorang nahkoda untuk membawa seluruh crew hal ini dilatarbelakangi untuk mendorong
kapal sampai ke tempat tujuan ditentukan agung karma Desa Adat Pecatu agar setiap
kecermatan, kecepatan dan ketepatan dalam tindakannya dilandasi oleh nilai-nilai Panca
mengarahkan kapalnya sampai ke tempat Yama Brata (Suadnyana, 2020).
tujuan yang telah ditentukan (Susila & Karmini,
II. PEMBAHASAN
2019). Belakangan ini banyak fenomena yang
terjadi seorang politikus merangkap sebagai 2.1 Konsepsi Kepemimpinan Hindu
Kelihan Desa Adat. Dari segi politik seseorang Kepemimpinan merupakan
mungkin dapat menggerakan agung krama kemampuan seseorang untuk memplaning dan
75
mengkoordinasikan serta mengarahkan suatu bahwa kepemimpinan adalah kemampuan
organisasi untuk mencapai tujuan yang untuk mengkoordinasikan dan menggerakan
diharapkan. Ada mengintepretasikan beberapa orang serta golongan. Dengan
kepemimpinan itu sebagai seni, dan ada pula demikian pemimpin itu harus mempunyai
yang memandang serta menekankan kemampuan untuk merencanakan,
kepemimpinan itu sebagai kemampuan mengkoordinasikan, mampu menggerakan
seseorang di dalam memimpin suatu kelompok orang lain serta dapat melakukan pengawasan
masyarakat atau suatu lembaga organisasi (Hadriani, 2020).
tertentu (Wibawa, 2020).
Selanjutnya yang dimaksud
Triguna (2003) mengemukakan bahwa Kepemimpinan Hindu menurut Triguna (2003)
kepemimpinan (leadership) memiliki sifat adalah kepemimpinan yang mampu
universal, artinya ditemukan dan diperlukan mengoperasionalkan prinsip-prinsip kehalusan
dalam setiap kegiatan atau usaha bersama. budi dalam mengendalikan pengikutnya.
Kepemimpinan akan ditemukan dalam Seorang pemimpin Hindu harus tetap
berbagai kesatuan sosial. Kepemimpinan menjunjung tinggi konsepsi Tri warga yaitu
terkait dengan kualitas kemampuan individu dharma, arta dan kama. Dalam kepemimpinan
dalam menciptakan hubungan harmonis antara Hindu ditegaskan pentingnya seorang
pemimpin dengan pengikutnya. pemimpin memiliki pengetahuan filsafat
(anviksiki), pengetahuan Veda (trayi), ekonomi
Mahendra (2001) menyebutkan bahwa
(varta) dan politik (dandaniti). Pengetahuan
kepemimpinan adalah seni menggerakan orang
filsafat dan Veda membantu menajamkan dan
lain guna mencapai tujuan tertentu atau tujuan
menyehatkan pikiran pemimpin, sehingga
bersama. Senada dengan defenisi ini, Cahyono
mampu membuat kebijakan menyenangkan
(1983) menyatakan bahwa kepemimpinan
hati rakyat. Sedangkan pengetahuan ekonomi
sebagai seni (art) untuk menciptakan kepatuhan
(varta) dan politik (dandaniti) akan
orang lain pada pemimpin. Kepatuhan orang
memberikan landasan kesejahteraan dan
lain yang dimaksud adalah kepatuhan
berbagai metode yang relevan untuk mencapai
bawahan/staf atau anggota suatu kelompok,
kesejahteraan itu.
tentu atas pengaruh, arahan atau panutan yang
diberikan oleh pemimpin itu sendiri (Kemenuh, Kepemimpinan Hindu adalah seni atau
2020). proses mempengaruhi orang lain atau
kelompok orang agar mau bekerja sama dalam
Kepemimpnan juga berarti proses
rangka mewujudkan suatu tujuan yang
mendorong dan membantu orang lain untuk
dilandasi dengan prinsip-prinsip ajaran Hindu.
bekerja sama antusias untuk mencapai tujuan
Ajaran Hindu yang dimaksud adalah
yang telah ditentukan (Gunadha, 2000).
pengetahuan filsafat (anviksiki) atau tattwa
Menurut Wiratmaja dalam Werdinaya (2005)
jnana, pengetahuan Veda (Veda Trayi, Catur
76
Veda, Pancama Veda), pengetahuan ekonomi Satya namanya tidak berkata bohong,
(varta), pengetahuan politik hukum (Nitisastra Astainyam namanya tidak mencuri,
atau Dandaniti). Itu semua harus dipelajari oleh
Awyamaharikam tidak beselisih
seorang pemimpin Hindu. Menurut Kautilya
Wrhaspatitattwa dalam Sumawa
dalam Triguna (2003) bahwa seorang
(1995)
pemimpin Hindu harus mampu memandang
Ajaran Panca Yama Brata merupakan
jabatan yang diduduki itu bersifat manusiawi
pengendali atau rambu-rambu bagi seorang
dan bukan sebagai lembaga yang bersifat ilahi.
kelihan Desa Adat dalam merealisasikan
Kepemimpinan Hindu harus mendasarkan diri
seluruh janji-janjinya sebelum memangku
pada dasar-dasar nilai-nilai kemanusiaan.
jabatannya. Jabatan sebagai kelihan Desa Adat
Kautilya juga menekankan bahwa seorang
merupkan kedudukan yang sangat mulia.
pemimpin Hindu hendaknya mencari
Ajaran Panca Yama Brata dapat dipilah yakni :
kebahagiaan dan kemakmuran dalam
kebahagiaan dan kemakmuran rakyatnya. 1. Ahimsa
Seorang pemimpin Hindu hendaknya
Ahimsa artinya tidak membunuh atau
melakukan kebijakan bukan pada hal-hal yang
menyakiti. Ahimsa adalah salah satu ajaran
disenangi pemimpin, tapi lebih baik berpihak
kesusilaan yang sangat mulia sebagai dasar bagi
pada hal-hal yang merupakan harapan rakyat
setiap pemimpin baik dari tingkat organisasi
(Ningrum, 2020).
banjar, sekaa sampai tingkat agung krama
Dalam upaya untuk melakukan Desa Adat agar segala swadharmanya selalu
swadharma dan memenuhi kehendak agung ada di jalan dharma. Ahimsa tidak semata-mata
krama Desa Adat, maka sorang kelihan Desa tidak membunuh atau menyakiti makhluk
Adat sebagai moncol Desa. Ajaran Panca Yama hidup, tetapi yang lebih utama adalah
Brata yang merupakan salah satu ajaran etika pemimpin dalam hal ini seorang Kelihan Desa
dapat dijadikan sesuluh. Ajaran Panca Yama Adat melakukan kewajiban tidak
Brata dimuat dalam sastra Hindu seperti dalam menginterpensi keberlangsungan kehidupan
kutipan berikut : sosial, Seperti ketika menjelang datangnya
perhelatan politik lima tahunan seorang
Ahimsa brahmacaryam ca,
Kelihan Desa Adat tidak memaksa agung
Satyam awyawaharikam,
krama agar memilih salah satu peserta pemilu
Astainyam ite panca ite,
(salah satu partai politik). Ajaran ahimsa
Yama Rudrana bhasitah. merupakan ajaran kasih sayang atau welas asih
Artinya : antara Kelihan Desa Adat dengan agung krama
Ahimsa namnya tidak membunuh, yang dipimpinnya. Kelihan Desa Adat

Brahmacari namanya tidak mau memberikan kebebasan berdemokrasi bagi


beristri, setiap anggota masyarakat melalui undang-

77
undang yang telah ditetapkan dengan batas- sebagai seorang pemimpin yang ideal.
batas tertentu (Srilaksmi, 2020). Pemimpin yang ideal adalah pemimpin yang
mapu menjadi dan memberikan keteladanan,
Bagi seorang Kelihan Desa Adat
selalu mengusahakan kesejahteraan bagi agung
memancarkan welas asih kepada setiap agung
krama (sukanikang rat), dan menghindari
krama tanpa memandang perbedaan tingkat
bentuk kesenangan pribadi (agawe sukaning
sosial lapisan masyarakat, hal ini akan mampu
awak) secara berlebihan.
mewujudkan kehidupan yang harmonis antara
agung krama dengan sesamanya, dengan seisi 2. Satya
alam. Pahalanya bagi seorang Kelihan Desa
Satya merupakan salah satu ajaran
Adat melakukan swadharma dengan dilandasi
etika yang artinya kesetiaan dan kejujuran.
oleh ajaran ahimsa begitu juga bagi agung
Setia kepada kewajiban, setia kepada teman
krama segala yang diingini, semua tujuannya,
termasuk setia kepada masyarakat akan
segala yang dipikirkan dengan mudah akan
memberikan kebahagiaan bagi seseorang yang
tercapai. Hal ini telah ditegaskan di dalam Kitab
melakukan. Terkait dengan kepemimpinan bagi
Sarasamuscaya XI.149 sebagai berikut :
kelihan Desa Adat, seorang kelihan adat harus
Orang yang ahimsa ia akan mendapat pahala menepati janji-janjinya yang telah dirancang
kecantikan, sedemikian rupa agar agung krama hidupnya
Keindahan, kesempurnaan yang tanpa cacat, menjadi harmonis. Ingkar terhadap janji-
panjang usia, janjinya merupakan perbuatan adharma maka
Kepandaian, keberhasilan, kesaktian maupun dari itu harus dihindari. Dalam memimpin
ingatan yang tajam.
agung krama, Kelihan Desa Adat harus selalu
Melakukan swadharma dengan menunjukkan solidaritas antara sesame prajuru
landasan kasih sayang, saling menghargai (pengurus) dengan masyarakat yang mengarah
diantara sesama pasemetonan, kesempurnaan kepada keberlangsungan pembangunan yang
dalam kerja dan langkah-langkah yang ada terpolakan kedalam ajaran Tri Hita Karana.
kaitannya dengan Desa Adat akan dapat Pembangunan dalam konteks ajaran agama
tercapai. Begitu pula rasa hormat agung krama Hindu menyangkut pembangunan dalam
dengan pemimpinnya semakin menebal. bidang fisik dan pembangunan dalam bidang

Memberikan perintah kepada agung rohani, hal ini sejalan dengan arah

krama diakukan dengan sikap welas asih, dan pembangunan nasional yaitu membangun

bagaimana memberi perintah kepada bawahan manusia Indonesia seutuhnya. Kesetiaan

agar bawahan tidak merasa diperintah tetapi terhadap swadharma yang dilakukan oleh

bawahan telah menyadari apapun Kelihan Desa Adat dalam membangun agung

diperintahkan, itu merupakan suatu kewajiban krama yang sejahtera memiliki sinergisitas
dengan sastra agama Hindu yakni:
dan tanggung jawab yang harus diselesaikan

78
Yan ring janma manusa brahma sira lwih, Kelihan Desa Adat wajib menjadi panutan bagi
para yowana, dan para yowana wajib Anjali
Kunang ring teja Sang Hyang Aditya sira lwih,
dengan parajuru. Kedua, paras-paros
Yan ring awayawa yan panipadadi hulu ikang sarpanaya, sagalak-sagilik-saguluk salunglung
wisesa, sabayantaka, yang direalisasikan dalam pola

Yapwan ring dharma nghing ksatyan wisesa. hidup, kebersamaan dalam mencapai
kedamaian dan ketentraman baik dalam

Sarasamuscaya,130. suasana suka dan dukha. Ketiga, agawe


sukaning len yang tercermin dalam pola hidup
Artinya :
selalu hormat dan ramah dengan orang lain
Kalau diantara manusia, Brahmana itu utama, serta tidak membuat orang lain tersinggung, Jro
Suadnyana (Dalam jurnal Pariksa Volume IV,
Diantara semua bersinar, matahari yang utama,
No 1 April 2020).
Diantara semua anggota badan, seperti tangan,
Pandangan kehidupan masyarakat bali
kaki, dan lain-lainnya kepala itulah yang utama,
diatas wajib dilaukan Kelihan Desa Adat
Jika mengenai dharma maka satya yang
bersama agung krama untuk memperkuat
mengatasi segala-galanya.
kerukunan hidup beragama dengan
Berdasarkan isi kitab Sarasamuscaya mengedepankan filosofi manyama braya,
bahwa kesetiaan merupakan landasan yang merajut kembali nilai-nilai tradisional yang
paling pundamental bagi Kelihan Desa Adat telah berakar dengan tidak mengubur kearifan
yang harus dilakukan dalam upaya mengisi dan lokal dengan budaya kurang relevan dengan
menjawab semua harapan agung krama. tradisi setempat akhirnya mengubah pandangan
Kesetiaan terhadap pikiran (hrdaya), kesetiaan agung krama yang sudah bersatu baik dalam
terhadap warga (satya mitra), kesetiaan suka dan dukha menjadi tidak pragmatis. Nilai-
terhadap kata-kata (satya wecana), kesetiaan nilai kearifan lokal merupakan perekat yang
terhadap janji (satya semaya), kesetiaan sangat esensial dalam menjaga budaya
terhadap perbuatan (satya laksana) merupakan setempat dan memfilter budaya asing.
kunci sukses dalam melaksanakan semua
3. Asteya atau Astenya
program pembangunan. Falsafah kehidupan
dalam masyarakat adat Bali sangat membantu Asteya artinya tidak mencuri milik orang lain
Kelihan Desa Adat bersama seluruh prajuru atau tidak memperkosa milik orang lain. Asteya
dalam upaya menciptakan kehidupan yang dalam kaitannya dengan kepemimpinan baik
jagadhita diantaranya : pertama, asah-asih- sebagi pimpinan organisasi tradisional seperti
asuh direalisasikan melalui sifat yang saling Desa Adat merupakan ajaran yang melarang
membina, saling tresna dan saling kepada setiap pemimpin untuk tidak
mengingatkan antara sesama agung krama. menyalahgunakan wewenangnya. Fakta

79
menunjukkan sudah banyak kepala daerah Utamakan benar-benar dharma yang
(Gubernur, Bupati) ataupun anggota DPR yang melindungi dunia ini,
sudah sering keluar masuk jeruji besi akibat
Turutilah kehendak orang budiman, yang tidak
dari menggunakan wewenang yang lepas dari
suka akan artha,nafsu dan kemasyuran,
landasan hukumnya. Bagi seorang Kelihan
Desa Adat beserta pengurusnya melakukan Kesaktian orang budiman ialah sebagai

swadharma dengan landasan asteya, hal ini pelindung dharma.

sudah bekerja sesuai dharma. Dharma dapat Melaksanakan dharma untuk menjaga
sebagai rambu-rambu bagi pemimpin kedamaian masyarakat adat, sifat cinta akan
bagaimana selayaknya seorang Kelihan Desa Desa Adat dan sifat mengutamakan
Adat bekerja atas dasar bhakti (cinta) dan kepentingan agung krama (kepentingan umum)
lascarya (Untara, 2020) menuntun manah untuk tidak melakukan
Setiap rencana kerja sesuai dengan korupsi dan akan mempertebal sifat-sifat utama
tupoksinya sebelum direalisasikan, terlebih dan mengarahkan setiap pikiran kelihan Desa

dahulu disampaikan dihadapan agung krama. Adat menuju brahman.

Program kerja harus mendapatkan persetujuan Seorang pimpinan yang memiliki


agung krama melalui pasangkepan Desa Adat. pikiran cinta terhadap Desa Adatnya,
Bagi pimpinan Desa Adat, melakukan mengutamakan kebajikan untuk kesejahteraan
swadharma dengan mengacu kepada ajaran umum, pikirannya akan berkembang lebih
asteya maka korupsi, penyalahgunaan besar lagi. Sungguh bahagianya suatu Desa
wewenang semakin dapat dikubur dalam- Adat mempunyai pemimpin memiliki sifat
dalam. Kinerja yang subhakarma menuntun bhakti (cinta) akan Desa Adat nya dan
setiap moncol Desa Adat ke jalan yang mempunyai jiwa pengabdi.
merupakan harapan agung krama. Hal ini
Sebaliknya pemimpin yang hanya
sesuai dengan isi Kekawin Ramayana Sarga
mengutamakan kepentingan sendiri yang
XXIV sair 18 :
dinamakan agawe sukaning awak jiwa dan
Prehen temen dharma dhumaranang sarat, nama besarnya akan runtuh di mata masyarakat
Saraga sang sadhu sireka tutana, adat. Hal ini sesuai dengan isi kitab manu
smrti,IV,170 :
Tan artha tan kama pidonya tan yasa,
Adharmiko naro yo hi,
Ya sakti sang sajjana dharma raksaka.
Yasya capyanrtam dhanam,
(Mantra. Ida Bagus, 2002 : 22)
Hingsaratacamyohnityam,
Artinya :
Nehasan sukhamedhate.

80
Artinya : Darmodiharjo, Darji dan Shidarta. 2004.
Pokok-pokok Filsafat Hukum.
Seorang yang tidak menjalankan dharma atau
Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
orang yang mendapat kekayaan dengan jalan
curang dan orang yang suka menyakiti makhluk Kajeng, Inyoman DKK. 2005 Sarasamuscaya
Denagn Teks Bahasa Sanskerta dan Jawa kuna.
lain tidak pernah berbahagia di dunia ini. Surabaya. Pramita.
Jiwa seorang pemimpin mengabdi demi Keraf, A. Sony. 2002. Etika Lingkungan.
memperkaya diri dengan mengambil druwen Jakarta. Penerbit Bukuku Kompas

desa (kekayaan agung krama), maka seseorang Mufid, Muhamad. 2009. Etika dan Filsafat
akan kedudukannya semakin merosot. Tidak Komunikasi. Jakarta : Kencana Pranda Media
Group.
hanya masyarakat adat saja yang dirugikan,
Pudja, G. 1985 Sarasamuscaya. Jakarta.
nilai-nilai sosial atau kearifan lokal akan ikut
Departemen Agama RI.
terancam seperti menyama braya, saling tikul
Pudja, G. 1998 Bhagavadgita (Pancama Veda).
timikul, saling sumbah dan lain sebagainya.
Surabaya. Pramita.
Padahal nilai-nilai sosial budaya yang
Severi, Wener J. Dan James W. Tankard, Jr.
dimaksud di atas merupakan pondasi yang
2011. Teori Komunikasi Sejarah, Metode, dan
sangat kokoh bagi kehidupan agung krama. Terapan di Dalam Media Masa. Jakarta.
Kencana Perdana Kencana Group.
III. KESIMPULAN
Subagiasta, I Ketut. 2009. Reformasi Agama
Panca Yama Brata Merupakan landasan dan Hindu Dalam Perubahan Sosial Di Bali 1950-
pengendalian bagi setiap agung krama (Kelihan 1959. Surabaya Pramita.

Desa Adat dan prajuru) agar mampu Triguna, I.B.Y. 2000. Teori Tentang Simbol.
melaksanakan segala swadarmanya yang Denpasar : Widya Darama.

bertalian dengan Tri Hita Karana. Ajaran ini Werdinaya, I Ketut,2005. Konsepsi
Kepemimpan Hindu Dalam kitab Ramayana
meminimalisir penyalahgunaan wewenang bagi
dan Implementasinya di Korem/163 Wirasatya
pemimpin dan mampu membangun kehidupan Denpasar
yang harmonis antara Kelihan Desa Adat
Hadriani, N. L. G. (2020). TRANSFORMASI
dengan Tuhan, anatara Kelihan Desa Adat HUKUM HINDU DALAM
dengan agung krama, antara Kelihan Desa Adat PEMBANGUNAN HUKUM NASIONAL DI
dengan palemahan (lingkungan). TENGAH DINAMIKA KEHIDUPAN
SOSIAL BUDAYA. Maha Widya Bhuwana:
DAFTAR PUSTAKA Jurnal Pendidikan, Agama dan Budaya, 2(2),
23-31.
Bhae tandes.2007 Astdasa kotamaning prabhu
Kemenuh, I. A. A. (2020). Ajaran Karma Phala
18 Rahasia sukses pemimpin
Sebagai Hukum Sebab Akibat Dalam Hindu.
Besar Nusantara Gajah Mada Ceo Agung Pariksa, 4(1), 22-29.
Majapahit. Jakarta. Gramedia Pustaka Utama
Ningrum, P. A. P. (2020). Penegakan Hukum
Terhadap Pelaku Tindak Pidana Pengancaman

81
Yang Ditujukkan Dengan Ucapan Dan Hinaan.
Pariksa, 4(1), 39-45.

Suadnyana, I. B. P. E. (2020). Pembelajaran


Abad 21 Dan Pengembangan Program Studi
Filsafat Hindu Di Stahn Mpu Kuturan
Singaraja. PINTU: Jurnal Penjaminan Mutu,
1(2).

Susila, I. N. A., & Karmini, N. N. (2019).


NILAI-NILAI PANCASILA DALAM
CERITA RAKYAT BALI SEBAGAI
PEMBELAJARAN DAN PENANAMAN
KARAKTER BANGSA. Suluh Pendidikan,
17(2), 101-114.

Srilaksmi, N. K. T. (2020). Fungsi Kebijakan


Dalam Negara Hukum. Pariksa, 4(1), 30-38.

Untara, I. M. G. S. (2020). Strategi


Pengelolaan Prodi Filsafat Hindu Stahn
Mpu Kuturan Singaraja Dalam
Meningkatkan Mutu Pembelajaran Daring
Pasca Covid 19. PINTU: Jurnal
Penjaminan Mutu, 1(2).

Wibawa, G. Y. S. (2020). URGENSI


PENGATURAN KEWENANGAN DESA
ADAT DALAM MENUNJANG ERA NEW
NORMAL KEPARIWISATAAN BUDAYA
BALI. VYAVAHARA DUTA, 15(2), 85-98

82

Anda mungkin juga menyukai