Dalam sebuah kepemimpinan tidak jarang terdapat hambatan. Sebab, dalam hidup
ini terdapat hal-hal yang pro dan kontra. Oleh karena itu, seorang pemimpin tidak
boleh mudah menyerah dalam semua keadaan. Selain itu seorang pemimpin di
dalam kepemimpinannya harus berhati-hati dalam segala tindakannya, sebab
kesalahan dalam bertindak dapat menyebabkan hal-hal buruk dan akan menimpa
orang banyak sebagai anggota dalam pimpinannya.
Sungguh tidak mudah menjadi seorang pemimpin dan memilih seorang pemimpin.
Budi yang luhur perlu dimiliki pemimpin dalam kepemimpinannya. Sebab jika
seorang dalam kepemimpinannya berlaku buruk akan menyengsarakan anggota
kepemimpinannya. Tidak jarang seorang pemimpin malah bertindak semena- mena
karena merasa dirinya memiliki posisi paling tinggi. Terkadang banyak pemimpin
yang memaksakan kehendaknya kepada orang lain, sehingga orang lain menuruti
kemauannya dengan rasa terpaksa.
Untuk itu, jika seseorang ingin jadi pemimpin hendaknya melatih diri untuk selalu
bersikap bijaksana, adil, jujur, peduli sosial dan sikap nilai karakter lainnya agar
dapat mengembangkan jiwa kepemimpinan. Selain itu pemimpin juga harus belajar
untuk mengasah pengetahuannya untuk menunjang kepemimpianannya. Sebab,
jika seseorang gagal memimpin, anggota kepemimpinannyalah yang menjadi
korban.
Bagi anggota pimpinan hendaknya juga belajar untuk lebih cermat dalam
mengambil keputusan memilih pemimpin. Sebab pemimpin yang memiliki jiwa
kepemimpinan yang unggul akan membawa kesejahteraan untuk anggotanya.
- Menurut Sondang P. Siagian (1994:75-76), bahwa seorang pemimpin itu harus memiliki ciri-
ciri ideal diantaranya :
1. Pengetahuan umum yang luas, daya ingat yang kuat, rasionalitas, obyektivitas,
pragmatisme, fleksibilitas, adaptabilitas, dan orientasi masa depan.
2. Sifat inkuisitif, rasa tepat waktu, rasa kohesi yang tinggi, naluri relevansi,
keteladanan, ketegasan, keberanian, sikap yang antisipatif, kesediaan menjadi
pendengar yang baik, kapasitas integratif.
1. Bagaikan surya
Menerangi dunia, memberi kehidupan, menjadi penerang, pembuat senang, arif, jujur, adil,
dan rajin bekerja sehingga negara aman sentausa.
2. Bagaiakan candra atau rembulan
Memberikan cahaya penerangan keteduhan pada hati yang tengah dalam kesulitan, bersifat
melindungi sehingga setiap orang dapat tekun menjalankan tugasnya masing-masing dan
memberi ketenangan.
3. Bagaikan kartika atau bintang
Menjadi pusat pandangan sebagai sumber kesusilaan, menjadi kiblat ketauladanan dan
menjadi sumber pedoman.
4. Bagaikan meja atau awan
Menciptakan kewibawaan, mengayomi meneduhi sehingga semua tindakan menimbulkan
ketaatan.
5. Bagaikan bumi
Teguh, kokoh pendiriannya dan bersahaja dalam ucapannya.
6. Bagaikan samudra
Luas pandangan, lebar dadanya, dan dapat membuat rakyat seia sekata.
7. Bagaikan hagni atau api
Adil, menghukum tanpa memandang bulu, yang salah menjalankan hukuman dan yang baik
mendapat pahala.
8. Bagaikan bayu atau angin
Adil, jujur, terbuka dan tidak ragu-ragu.
Dari penjelasan diatas, bahwa karakter istimewa yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin
mencakup karakter bawaan dan karakter yang diperoleh kemudian dikembangkan pada
kemudian.
Demikian sekelumit penjelasan tentang kepemimpinan. Semoga tulisan ini bisa bermanfaat
bagi kita semua. Ameen
Essay Kepemimpinan
Kepemimpinan berasal dari kata “Pimpin” yang berarti tuntun, bina atau bimbing. Pimpin
dapat pula berarti menunjukan jalan yang baik atau benar, tetapi dapat pula berarti
mengepalai pekerjaan atau kegiatan. Dengan demikian, kepemimpinan adalah hal yang
berhubungan dengan proses menggerakkan, memberikan tuntutan, binaan dan bimbingan,
menunjukkan jalan, memberi keteladanan, mengambil resiko, mempengaruhi dan
meyakinkan pihak lain, atau suatu proses mempengaruhi aktivitas orag lain atau sekelompok
orang untuk bekerjasama mencapai tujuan tertentu.
Kepemimpinan diri sendiri juga sangat berkaitan dengan penegakkan disiplin atas diri sendiri.
Tidak semua orang bisa mendisiplinkan diri sendiri. Karena dengan mendisiplinkan diri
sendiri berarti harus berani mengakui kesalahan diri sendiri. Pada dasarnya orang akan lebih
mudah mencari kesalahan orang lain, tetapi kesalahan diri sendiri selalu ditutup-tutupi.
Ujung-ujungnya berusaha mencari pembenaran agar lebih mudah memaafkan kesalahan diri
sendiri. Padahal hanya dengan memaafkan kesalahan tanpa melakukan perubahan sebagai
bentuk penghukuman tidak akan merubah sesuatu menjadi lebih baik. Dan ketika seseorang
sudah dapat memimpin diri sendiri, berarti dirinya telah dapat mengembangkan kemampuan
untuk mengelola hubungan dengan orang lain.
Salah satu manfaat yang diperoleh dari keberhasilan memimpin diri sendiri adalah
munculnya keberanian untuk memiliki mimpi yang besar, berani melangkah, dan berani
untuk menghadapi segala risiko yang akan menghadang. Memang tidak ada salahnya bagi
seseorang memiliki mimpi dan berusaha untuk mewujudkan mimpinya, hanya untuk meraih
keberhasilan dan kebahagiaan. Tetapi seringkali yang ada adalah orang yang mencapai
keberhasilan, tetapi sebagian besar diperoleh dengan memendam rasa takut kehilangan apa
yang telah dicapai sekarang dan apa yang akan dicapainya di masa mendatang. Memang rasa
ketakutan dapat memotivasi seseorang untuk meningkatkan kinerjanya, tetapi hal itu tidak
akan dapat berlangsung lama. Pada suatu saat seseorang juga akan merasakan kejenuhan.
Oleh sebab itu, agar dapat mencapai kinerja puncak yang berkelanjutan, pelajari dan ubah
motivasi dari takut kehilangan menjadi senang mengerjakan sesuatu.
Jadi kepemimpinan lebih baik jika dimulai dari diri sendiri. Memang hal itu tidaklah mudah
tetapi kita harus mengupayakannya. Dengan keberhasilan memimpin diri sendiri sekaligus
dapat mengatasi rintangan dalam memimpin diri sendiri akan membuka jalan bagi
keberhasilan dalam kepemimpinan-kepemimpinan lainnya yang melibatkan orang lain.
Fungsi kepemimpinan adalah menggerakkan orang yang dipimpin menuju tercapainya tujuan.
Agar dapat menanamkan kepercayaan pada orang yang dipimpinnya dan menyadarkan bahwa
mereka mampu berbuat sesuatu dengan baik. Disamping itu, pemimpin harus memiliki
pikiran, tenaga dan kepribadian yang dapat menimbulkan kegiatan dalam hubungan antar
manusia.
Seorang pemimpin yang baik, harus memiliki persyaratan yang dapat di kelompokkan
menjadi tiga, yaitu sifat, sikap/perilaku dan kemampuan.
1. Sifat
Sifat-sifat yang harus dimiliki seorang pemimpin pada umumnya ialah bijaksana, cerdas,
rasional, tegas, adil, kritis, jujur, sabar, bertanggung jawab dan sebagainya.
2. Sikap/Perilaku
Disamping itu, pemimpin yang baik perlu juga menentukan/memilih sikap atau perilaku yang
sesuai dengan keadaan,
Dalam pandangan beliau Nabi Muhammad SAW dapat dijadikan sebagai saritauladan
bagi kita. Nabi adalah sosok manusia yang memiliki sikap kesabaran dan istiqamah yang
kuat. Melalui dua sikap ini, nabi mampu membangun masyarakat Makkah dan Madinah yang
pada saat itu masih dalam keterpurukan. Budaya jahiliyah berkembang dengan kuatnya.
Perempuan dianggap sebagai mahluk yang tak berharga. Egaliterianisme dan emansipasi di
tingkat masyarakat tidak terjewantahkan.
Namun melalui kegigihan Nabi, serta tekad yang kuat tanpa mengenal putus asa, akhirnya
sanggup merubah semua itu. Egaliterianisme diberlakukan. Tidak ada yang membedakan
antara miskin dan kaya, laki-laki dan perempuan. Yang membedakan hanyalah kadar kualitas
ketaqwaanyadihadapan Allah SWT.
Itulah kesuksesan Nabi sebagai sosok seorang pemimpin yang mampu mengubah kondisi
masyarakat menuju tingkat kesejahteraan, dan berkeadilan sosial. Karena bagimana pun juga,
kehidupan bermasyarakat adalkah prioritas dalam Islam. Seperti yang dikatakan oleh KH Ali
Yafie, ciri utama manusia menurut Islam adalah hidup bermasyarakat, yakni hidup yang
diselenggarakan bersama seperti yang diungkapkan oleh Allah dalam Al-Qur’an, “Hai
manusia, sesungguhnya kami menciptakan kalian dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan, dan kami menjadikan kalian berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kalian
saling mengenal. (QS Al-Hujarat: 3)
Teori kepemimpinan
a. Teori sifat kepemimpinan
Teori ini mengatakan bahwa seseorang itu dilahirkan membawa atau tidak membawa sifat-
sifat yang diperlukan bagi pimpinan atau tidak membawa sifat-sifat yang diperlukan bagi
pimpinan atau dengan individu yang lahir telah membawa ciri-ciri tertentu yang
memungkinkan dia menjadi seorang pemimpin.
b. Teori Path – Goal
Teori ini merupakan pengembangan yang wajar sebab kepemimpinan erat hubungannya
dengan motivasi di satu pihak dan kekuasaan di pihak lain. Teori Path – Goal ini menganalisa
pengaruh kepemimpinan terhadap motivasi bawahan, kepuasan dan pelaksanaan kerja.
c. Teori sifat
Teori ini merupakan analisa ilmiah tentang kepemimpinan, dimiliki dengan memusatkan
perhatian pada pemimpin itu sendiri. Ada beberapa faktor yang bisa diteliti dari
kepemimpinan yaitu: kecerdasan, perasaan humor, kejujuran, simpati, dan percaya diri.
d. Teori kelompok
Teori beranggapan bahwa kelompok bisa mencapai tujuannya dengan melalui pertukaran
positif antara pimpinan dan bawahan.
2. Pendekatan kepemimpinan
Berbagai studi tentang kepemimpinan mengelompokkan pendekatan kepemimpinan menjadi
tiga pendekatan yaitu :
a. Pendekatan atas traits
Yaitu pendekatan berdasarkan sifat, perangai atau kualitas yang diperlukan seseorang untuk
menjadi pimpinan.
b. Pendekatan behavior (perilaku)
Yaitu pendekatan yang mempelajari perilaku yang diperlukan untuk menjadi pemimpin yang
efektif.
c. Pendekatan contingency
Yaitu pendekatan berdasarkan atas faktor-faktor situasional, untuk menentukan gaya
kepemimpinan efektif.
Poskan Komentar
Pemimpin dan kepemimpinan adalah kata – kata yang sudah lazim didengar oleh
kita semua, terutama di era reformasi ini, dimana media massa dan pers sering
menyinggung tentang pemimpin ideal di masa ini. Reformasi memang mampu
menurunkan mantan presiden Alm. Soeharto dari jabatannya, dan membuat Demokrasi
bisa bernafas bebas, namun pertanyaanya adalah siapa yang mampu memimpin kita
setelah reformasi berlangsung. Pertanyaan ini diperkuat lagi dengan berbagai kasus
korupsi dan lainnya yang dilakukan oleh pemimpin – pemimpin sekarang, sehingga
pemerintah mengalami krisis kepercayaan yang begitu nyata dari rakyatnya. Sedangkan
generasi penerus bangsa yang sekiranya diharapkan menjadi pemimpin di kemudian hari
juga terlihat lesu dan ragu – ragu untuk tampil, ditambah pencitraan negatif yang
mendominasi reputasi mereka akhir – akhir ini. Masalah ini, harus diperhatikan segenap
elemen dari bangsa ini, sehingga diharapkan regenerasi pemimpin dan kepemimpinan
kedepannya tetap berjalan dengan baik.
Aktivitas kepemimpinan sebenarnya telah dilakukan oleh kita semua, lintas
generasi dan gender. Mulai dari masa kanak - kanak, seorang anak kecil yang memimpin
teman –temannya bermain di tingkat TK, kemudian ada sebagai ketua kelas dalam
keseharian anak – anak SD, dilanjutkan dengan mulai adanya ketua OSIS di tingkat
SMP, kemudian semakin ke atas tanggung jawab dan tingkat kepemimpinannya semakin
kompleks serta luas.
Begitu juga dengan pengajaran materi pemimpin dan kepemimpinan, diberikan
oleh banyak mata pelajaran yang di dapat oleh generasi muda dalam pendidikan jalur
formal, diantaranya pendidikan agama, sejarah, PPKn, dan ilmu sosial.
Dalam ilmu agama, semua agama di Indonesia mengajarkan umatnya untuk
menjadi pemimpin yang baik. Di dalam Islam, seorang pemimpin haruslah mempunyai
sifat diantaranya :
Siddiq, artinya jujur, benar, ber integritas tinggi, dan terjaga dari kesalahan
Fathonah artinya cerdas, memiliki intelektualitas tinggi dan profesional
Amanah, artinya dapat dipercaya, memiliki legitimasi dan dapat dipercaya.
Tabligh, artinya senantiasa menyampaikan risalah kebenaran, tidak pernah
menyembunyikan apa yang disampaikan dan komunikatif. (www.kepemimpinan-
fisipuh.blogspot.com)
Contoh pemimpin islam yang mengaplikasikan sifat – sifat ini ke dalam
kesehariannya adalah Salahuddin Al – Ayubi (Saladin), dan tidak berlebihan juga kita
menyebut Ir. Soekarno sebagai salah satu pemimpin terbaik yang pernah ada.
Di dalam agama Hindu, dalam menjalankan tugasnya seorang pemimpin
hendaknya selalu berpedoman pada beberapa ajaran di bawah ini :
1. Panca Dasa Pramiteng Prabu, yaitu 15 ajaran yang dilakukan dalam keseharian
Mahapatih Gadjah Mada ketika memimpin kerajaan Majapahit, hingga Majapahit mampu
menjadi kerajaan terbesar di Asia Tenggara.
2. Catur Kotamaning Nrepati, yang artinya 4 sifat dasar seorang pemimpin.
3. Asta Brata, yaitu ajaran kepemimpinan yang diberikan oleh Sri Rama kepada Wibisana,
ketika Wibisana hendak menjadi raja di Alengka Pura.
Dari semua rangkaian materi yang kita dapatkan dalam pendidikan formal,
sekiranya semua itu sudah sangat lebih dari cukup untuk memenuhi aspek teoritis untuk
mejadi seorang pemimpin bangsa. Tinggal penataan pada aspek praktek yang perlu
dibenahi. Kewibawaan pemerintah yang merosot di mata rakyat, memerlukan tindakan
tegas dan nyata dari pemerintah untuk segera mengubah bahkan menghapus pencitraan
tersebut. Pemerintah harus berani menindak segala pelanggaran yang dilakukan oleh
oknum – oknum yang tidak bertanggung jawab, utamanya yang menjadi sorotan
terbesar adalah kasus korupsi. Pemberantasan korupsi yang identik dengan KPK (Komisi
Pemberantasan Korupsi) harus didukung sepenuhnya oleh pemerintah juga rakyat
Indonesia. Selain untuk menghukum para tersangka, di harapkan ketegasan ini mampu
membuat efek jera, dan sebagai tindakan preventif agar kasus korupsi bisa terus
ditekan. Ketegasan pidato Presiden tentang kasus korupsi simulator SIM yang banyak
mendapat simpati dari rakyat, hingga munculnya tokoh – tokoh seperti Dahlan Iskan
yang memimpin kementrian BUMN, dan yang terakhir adalah Jokowi yang menjabat
sebagai Gubernur DKI Jakarta, diharapkan mampu menjadi momentum perbaikan citra
pemimpin dan pemerintah di mata rakyat. Memang tidak mudah dan tidak secepat
mengerdipkan mata perubahan itu bisa terjadi, tetapi setidaknya rakyat bisa mengingat
bahwa pemerintahan sekarang adalah pioneer dan perintis perubahan menuju arah yang
positif. Dan apabila pemerintah mampu untuk memulai perubahan, maka generasi muda
seyogyanya akan gayung bersambut untuk meneruskan apa yang telah di mulai oleh
generasi sebelumnya.
Generasi muda, sebagai penerus tonggak kepemimpinan bangsa ini, sebagai
kaum intelektual dan agent of change harus segera sadar dan bangkit mengenai
permasalahan yang ada di negeri ini. Sebagai penerus tonggak kepemimpinan bangsa
harus kita mulai dengan memimpin diri kita sendiri. Kita harus mampu memimpin diri
untuk berdisiplin terhadap tugas dan kewajiban – kewajiban kita. Kita juga mampu
mempengaruhi diri untuk tetap menjaga moral, kejujuran, aspek sosial serta yang
terpenting tetap berpedoman pada Pancasila. Setelah kita mampu memimpin diri sendiri,
kemudian kita siap untuk memimpin orang lain dan organisasi yang ada dilingkungan
sehari – hari.
Dalam sudut sebagai kaum intelektual, tentu saja kita harus terus belajar dan
berprestasi, kemenangan dalam berbagai kejuaraan dan olimpiade hingga tingkat
Internasional harus terus ditingkatkan. Begitu juga dengan inovasi, dan inspirasi serta
ide – ide kreatif harus tetap di galakkan, dan tindakan – tindakan anarkisme yang
merebak belakangan ini, harus di hentikan, kaum intelektual adalah orang – orang yang
mengutamakan kegunaan otak dalam menyelesaikan masalah, bukan dengan otot dan
kekerasan yang sama sekali tidak mencerminkan identitas prilaku sebagai kaum
terpelajar.
Mampu memimpin diri sendiri yang berlandaskan pada Pancasila, kemudian
memimpin organisasi sekitar kita, serta memiliki wawasan dan prestasi yang
membanggakan, akan menjadi jaminan terbesar bagi masyarakat untuk percaya kepada
kita sebagai agent of change. Rakyat akan menaruh harapan besar kepada kita untuk
mampu melanjutkan tonggak kepemimpinan, dan memimpin bangsa ini menuju cita –
cita perjuangan dan proklamasi kemerdekaan Indonesia.
Jadi, persiapkanlah dirimu sebaik mungkin untuk menjadi pemimpin ideal bangsa
ini. Tidak peduli siapa engkau, dan darimana engkau berasal. Karena ketika kita
berpedoman pada Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika, semua orang di bumi Nusantara
akan memiliki hak dan kewajiban yang sama tanpa memandang agama dan suku.
Namun, bila suatu saat engkau terjatuh, segeralah bangkit kembali. Karena orang yang
bisa berlari adalah orang yang pernah merangkak. Bahkan kupu – kupu pun pernah
jatuh dan melata ketika menjadi ulat, sebelum akhirnya ia mampu terbang tinggi.
Bersemangatlah wahai generasi muda bangsa Indonesia.