A. LATAR BELAKANG
Dalam rangka mewujudkan world class bureaucracy diperlukan sosok pemimpin
strategis yang dapat memobilisasi seluruh potensi pemerintah dan masyarakat, guna
meningkatkan daya saing bangsa dan percepatan pembangunan nasional secara adil
dan merata. Birokrasi kelas dunia ini merupakan tuntutan jaman yang tak terbendung
lagi dimana sebuah organisasi tidak lagi merupakan wahana mekanistis belaka namun
harus mampu menyesuaikan dengan lingkungan sebagaimana organisme bertahan
dan menjadi pemenang dalam lingkungan yang penuh dengan perubahan. Organisasi
yang mampu bertahan (adaptif) memerlukan tenaga-tenaga yang handal dan lincah
(agile). PKN Tingkat II ini menjadi sebuah titik krusial untuk menjawab semua
tantangan tersebut. Berdasarkan Pasal 104 ayat (2) huruf c Peraturan Pemerintah
Nomor 11 Tahun 2017 tentang Manajemen Pegawai Negeri Sipil, pemimpin strategis
harus memiliki kompetensi untuk menjamin akuntabilitas jabatan Pimpinan Tinggi
Pratama yang meliputi:
Pertama, Ing ngarso sung tulodho (di depan memberikan contoh atau teladan).
Ajaran ini mengandung arti bahwa seorang pemimpin harus dapat memberikan
teladan bagi para anak buah dan bawahannya. Yaitu dengan berprilaku jujur,
disiplin, amanah, adil dan toleransi kepada sesama. Salah satu cara paling mudah
untuk memberikan teladan adalah adanya keselarasan antara perkataan dan
perbuatan atau tindakan dalam diri seorang pemimpin.
Bahkan hal itu bisa dikatakan sebagai modal utama dalam memberikan
keteladanan. Bahasa kerennya adalah “Practice what you preach”. Yaitu seorang
pemimpin akan lebih excellent jika ia mampu mempraktekan apa yang dikatakan
dan dinasehatkan, sebelum menyuruh atau menginstruksikan perintah kepada
anggotanya. Jangan sampai seorang pemimpin hanya bisa menyuruh saja
sedangkan ia sendiri enggan untuk melaksanakannya. Jika seorang pemimpin
senantiasa memberikan keteladanan maka tidak usah disuruhpun anggotanya
akan menaruh hormat, kemudian secara otomatis mengikuti atau menjadi follower
setianya.
Kedua, Ing madyo mangun karso (di tengah membakar semangat dan
mengembangkan motivasi). Seorang pemimpin harus mampu berkerja sama
dengan anak buahnya. Keberadaan seorang pemimpin di tengah anggotanya juga
harus bisa membangun dan membangkitkan motivasi dan semangat juang. Di
tengah kesibukannya, ia juga dituntut memberikan inovasi dan menciptakan iklim
kerja yang baik. Sehingga dari situ akan tercipta sebuah team solid yang dipenuhi
dengan keoptimisan untuk meraih kesuksesan.
Mata Pelatihan : Energi Kepemimpinan
Peserta : Sutrisno (58)
A. LATAR BELAKANG
Dalam rangka mewujudkan world class bureaucracy diperlukan sosok pemimpin
strategis yang dapat memobilisasi seluruh potensi pemerintah dan masyarakat, guna
meningkatkan daya saing bangsa dan percepatan pembangunan nasional secara adil
dan merata. Birokrasi kelas dunia ini merupakan tuntutan jaman yang tak terbendung
lagi dimana sebuah organisasi tidak lagi merupakan wahana mekanistis belaka namun
harus mampu menyesuaikan dengan lingkungan sebagaimana organisme bertahan
dan menjadi pemenang dalam lingkungan yang penuh dengan perubahan. Organisasi
yang mampu bertahan (adaptif) memerlukan tenaga-tenaga yang handal dan lincah
(agile). PKN Tingkat II ini menjadi sebuah titik krusial untuk menjawab semua
tantangan tersebut. Berdasarkan Pasal 104 ayat (2) huruf c Peraturan Pemerintah
Nomor 11 Tahun 2017 tentang Manajemen Pegawai Negeri Sipil, pemimpin strategis
harus memiliki kompetensi untuk menjamin akuntabilitas jabatan Pimpinan Tinggi
Pratama yang meliputi:
A. LATAR BELAKANG
Dalam rangka mewujudkan world class bureaucracy diperlukan sosok pemimpin
strategis yang dapat memobilisasi seluruh potensi pemerintah dan masyarakat, guna
meningkatkan daya saing bangsa dan percepatan pembangunan nasional secara adil
dan merata. Birokrasi kelas dunia ini merupakan tuntutan jaman yang tak terbendung
lagi dimana sebuah organisasi tidak lagi merupakan wahana mekanistis belaka namun
harus mampu menyesuaikan dengan lingkungan sebagaimana organisme bertahan
dan menjadi pemenang dalam lingkungan yang penuh dengan perubahan. Organisasi
yang mampu bertahan (adaptif) memerlukan tenaga-tenaga yang handal dan lincah
(agile). PKN Tingkat II ini menjadi sebuah titik krusial untuk menjawab semua
tantangan tersebut. Berdasarkan Pasal 104 ayat (2) huruf c Peraturan Pemerintah
Nomor 11 Tahun 2017 tentang Manajemen Pegawai Negeri Sipil, pemimpin strategis
harus memiliki kompetensi untuk menjamin akuntabilitas jabatan Pimpinan Tinggi
Pratama yang meliputi:
2. Refleksi Materi
Organisasi adaptif adalah merupakan organisasi yang memiliki kemampuan
untuk merespon perubahan lingkungan dan mengikuti harapan stakeholder
dengan cepat dan flexible .
Organisasi adaptif adalah proses pertumbuhan, perkembangan dan klimaks
serta anti klimaks dalam sebuah daur hidup. Organisasi yang mampu mengelola
evolusi adalah organisasi yang adaptif terhadap perubahan.
Untuk itu organisasi harus mengarahkan seluruh sumber dayanya untuk
mengikuti harapan-haapan dari lingkunganya. Organsasi adaptif mampu
mendesain organisasi dan dapat mengakomadasi perubahan dengan dengan
cepat dan mudah. Konsep Adaptif Organisasi muncul bukan karena kebetulan,
tetapi merupakan tuntutan kepada organisasi untuk melakukan perubahan dalam
lima area perubahan seperti People, Proses, strategi, struktur organisasi dan
teknologi. perubahan yang terjadi merupakan suatu yang alami.
Pandemi Coronavirus Disease (Covid-19) menunjukkan tentang perlunya
keluar dari rutinitas bagi para penyelenggara negara, serta menerapkan pola serta
cara baru yang lebih adaptif. Hal itu relevan dengan pesan Presiden RI Joko
Widodo pada awal terpilihnya di periode kedua. Presiden Jokowi mengingatkan
pentingnya perubahan birokrasi agar memiliki kemampuan adaptasi dengan
berbagai kondisi, termasuk pandemi.
A. LATAR BELAKANG
Dalam rangka mewujudkan world class bureaucracy diperlukan sosok pemimpin
strategis yang dapat memobilisasi seluruh potensi pemerintah dan masyarakat, guna
meningkatkan daya saing bangsa dan percepatan pembangunan nasional secara adil
dan merata. Birokrasi kelas dunia ini merupakan tuntutan jaman yang tak terbendung
lagi dimana sebuah organisasi tidak lagi merupakan wahana mekanistis belaka namun
harus mampu menyesuaikan dengan lingkungan sebagaimana organisme bertahan
dan menjadi pemenang dalam lingkungan yang penuh dengan perubahan. Organisasi
yang mampu bertahan (adaptif) memerlukan tenaga-tenaga yang handal dan lincah
(agile). PKN Tingkat II ini menjadi sebuah titik krusial untuk menjawab semua
tantangan tersebut. Berdasarkan Pasal 104 ayat (2) huruf c Peraturan Pemerintah
Nomor 11 Tahun 2017 tentang Manajemen Pegawai Negeri Sipil, pemimpin strategis
harus memiliki kompetensi untuk menjamin akuntabilitas jabatan Pimpinan Tinggi
Pratama yang meliputi:
2. Refleksi Materi
Salah satu hal yang menarik saat ini untuk menjadi terobosan baru didalam
lingkup birokrasi pemerintahan adalah bagaimana penerapan kepemimpinan
kewirausahaan dalam Birokrasi pemerintahan atau bagaimana mentransfer
kesuksesan para CEO-CEO perusahan sukses di dunia mampu direplikasi pada
birokrasi Pemerintahan demi tercapainya pelayanan publik yang setara dengan
layanan swasta, istilah kepemimpinan kewirausahaan sudah lama dikenal dalam
dunia usaha hampir semua perusahaan-perusahaan besar didunia ini yang
memilii omzet triliunan pasti memiliki pemimpin yang andal dan memiliki andil
besar dalam memajukan perusahaannya tersebut karena itu kepemimpinan
tersebut dikenal secara umum sebagai Enterpreneurial Leadership.
A. LATAR BELAKANG
Dalam rangka mewujudkan world class bureaucracy diperlukan sosok pemimpin
strategis yang dapat memobilisasi seluruh potensi pemerintah dan masyarakat, guna
meningkatkan daya saing bangsa dan percepatan pembangunan nasional secara adil
dan merata. Birokrasi kelas dunia ini merupakan tuntutan jaman yang tak terbendung
lagi dimana sebuah organisasi tidak lagi merupakan wahana mekanistis belaka namun
harus mampu menyesuaikan dengan lingkungan sebagaimana organisme bertahan
dan menjadi pemenang dalam lingkungan yang penuh dengan perubahan. Organisasi
yang mampu bertahan (adaptif) memerlukan tenaga-tenaga yang handal dan lincah
(agile). PKN Tingkat II ini menjadi sebuah titik krusial untuk menjawab semua
tantangan tersebut. Berdasarkan Pasal 104 ayat (2) huruf c Peraturan Pemerintah
Nomor 11 Tahun 2017 tentang Manajemen Pegawai Negeri Sipil, pemimpin strategis
harus memiliki kompetensi untuk menjamin akuntabilitas jabatan Pimpinan Tinggi
Pratama yang meliputi:
2. Refleksi Materi
Ketiga, learning from the past experience, di mana organisasi belajar untuk
melakukan reviu atas keberhasilan dan kegagalannya dengan melakukan
pembandingan dengan capaian organisasi di masa lalu. Proses pembelajaran ini
harus dilakukan secara terbuka dan hasilnya juga harus dapat diakses oleh
seluruh pegawai.
Keempat, tak hanya belajar dari pengalaman di masa lalu, organisasi juga
harus bersedia melakukan learning from others, atau belajar dari organisasi lain.
A. LATAR BELAKANG
Dalam rangka mewujudkan world class bureaucracy diperlukan sosok pemimpin
strategis yang dapat memobilisasi seluruh potensi pemerintah dan masyarakat, guna
meningkatkan daya saing bangsa dan percepatan pembangunan nasional secara adil
dan merata. Birokrasi kelas dunia ini merupakan tuntutan jaman yang tak terbendung
lagi dimana sebuah organisasi tidak lagi merupakan wahana mekanistis belaka namun
harus mampu menyesuaikan dengan lingkungan sebagaimana organisme bertahan
dan menjadi pemenang dalam lingkungan yang penuh dengan perubahan. Organisasi
yang mampu bertahan (adaptif) memerlukan tenaga-tenaga yang handal dan lincah
(agile). PKN Tingkat II ini menjadi sebuah titik krusial untuk menjawab semua
tantangan tersebut. Berdasarkan Pasal 104 ayat (2) huruf c Peraturan Pemerintah
Nomor 11 Tahun 2017 tentang Manajemen Pegawai Negeri Sipil, pemimpin strategis
harus memiliki kompetensi untuk menjamin akuntabilitas jabatan Pimpinan Tinggi
Pratama yang meliputi:
2. Refleksi Materi
Mata Pelatihan : Dialog Strategis
Peserta : Sutrisno (58)
A. LATAR BELAKANG
Dalam rangka mewujudkan world class bureaucracy diperlukan sosok pemimpin
strategis yang dapat memobilisasi seluruh potensi pemerintah dan masyarakat, guna
meningkatkan daya saing bangsa dan percepatan pembangunan nasional secara adil
dan merata. Birokrasi kelas dunia ini merupakan tuntutan jaman yang tak terbendung
lagi dimana sebuah organisasi tidak lagi merupakan wahana mekanistis belaka namun
harus mampu menyesuaikan dengan lingkungan sebagaimana organisme bertahan
dan menjadi pemenang dalam lingkungan yang penuh dengan perubahan. Organisasi
yang mampu bertahan (adaptif) memerlukan tenaga-tenaga yang handal dan lincah
(agile). PKN Tingkat II ini menjadi sebuah titik krusial untuk menjawab semua
tantangan tersebut. Berdasarkan Pasal 104 ayat (2) huruf c Peraturan Pemerintah
Nomor 11 Tahun 2017 tentang Manajemen Pegawai Negeri Sipil, pemimpin strategis
harus memiliki kompetensi untuk menjamin akuntabilitas jabatan Pimpinan Tinggi
Pratama yang meliputi:
2. Refleksi Materi
. Tak bisa dipungkiri dalam duni usaha dan pelayanan peran marketing
memiliki posisi yang angat penting dan strategis dalam pemasaran, marketing
sektor publik bisa dikatakan merupakan sebuah upaya yang terukur mulai dari
proses aktivitas yang berusaha untuk menciptkan, mengkomunikasikan,
menyampaikan, tawaran yang bernilai bagi Costumer.
Marketing disektor publik tentunya sangat dibutuhkan saat ini, salah satu hal
yang mendasari karena dalam pelayanan publik sering kali berhadapan dengan
masyarakat yang membutuhkan sebuah pelayanan, kadang masyarakat umum
(costumer) merasakan ketidakpuasan terhadap suatu pelayanan disektor publik.
Kedua, Cost to the costumer, tak bisa dipungkri selama ini masih ada saja
layanan yang kadang harus berbayar namun beberapa daerah telah mampu
melakukan perubahan dan terobosan dalam birokrasi dengan menciptakan
layanan yang gratis bagi masyarakat.
Inilah 5 hal yang perlu menjadi perhatian saat membangun marketing di sektor
publik dan tak kalah pentingnya adalah bagaimana mengupayakan pelayanan
tersebut mampu melebih Espektasi dari suatu masyarakat pada saat datang untuk
mendapatkan layanan baik layanan administrasi, barang maupun jasa di instansi
pemerintahan.
Sebenarnya selain dari empat hal yang telah disebutkan, masih ada yang
harus dilakukan oleh pemerintah, yaitu evaluasi. Proses evaluasi akan penting
untuk mengukur keberhasilan penerapan strategi pemasaran. Jika baik, maka apa
yang harus ditingkatkan, namun jika buruk maka apa yang harus diperbaiki. Hal ini
akan sangat membantu pemerintah dalam menjalankan berbagai produk
kedepannya.
.