Anda di halaman 1dari 3

Judulnya kepemimpinan dan moralitas

Oleh : Muhammad Shafary Akbary

kepemimpinan adalah kemampuan seorang pemimpin untuk mengendalikan,


memimpin, mempengaruhi fikiran, perasaan atau tingkah laku orang lain untuk mencapai
tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Kepemimpinan merupakan suatu keterampilan dan
kemampuan seseorang mempengaruhi perilaku orang lain, baik yang kedudukannya lebih
tinggi maupun lebih lebih rendah daripada nya dalam berfikir dan bertindak agar perilaku
yang semula mungkin individualistik dan egosentrik berubah menjadi perilaku
organisasional. Menurut Ishak Arep dan Tanjung bahwa kepemimpinan (leadership) adalah
kemampuan seseorang untuk menguasai atau mempengaruhi orang lain atau masyarakat yang
berbeda-beda manuju pencapaian tertentu.

Dari pendapat pendapat ahli di atas, inti penekananya pada kepemimpinan adalah
kemampuan seseorang untuk memimpin dan memberikan pengaruh kepada anggota–anggota
kelompok lainya, demi terwujudnya tujuan bersama. sedangkan moral berasal dari kata latin
Mos jamaknya Mores yang berarti adat atau cara hidup. Etika dan Moral sama artinya, tetapi
dalam penilaian sehari-hari terdapat sedikit perbedaan. Moral atau moralitas dipakai untuk
perbuatan yang sedang dinilai. Adapun etika dipakai untuk pengkajian sistem nilai yang ada.

Ajaran moral dapat diperoleh dalam bentuk ajaran, wejangan, khotbah, pedoman, dan
kumpulan peraturan lisan dan tertulis yang mengajarkan bagaimana manusia harus hidup dan
bertindak agar ia menjadi manusia yang baik, dan mempertanggung jawabkannya kepada
masyarakat yang sama-sama mengakui nilai-nilai tersebut, dan juga bertanggung jawab
kepada Tuhan yang telah memberikan ajaran sebagai sumber ajaran moral tersebut. Oleh
sebab itu moralitas merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia secara
individu maupun secara kelompok, untuk menjadi panduan dasar bagi manusia dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dalam rangka mewujudkan keteraturan
dan ketertiban. Apabila moralitas suatu bangsa buruk, maka yang terjadi adalah kekacauan-
kekacauan yang berujung pada terhentinya pembangunan. Bagi kita bangsa Indonesia sebagai
bangsa yang berbudaya luhur dan religius, maka sumber ajaran moral kita tentu saja
Pancasila yang merupakan kristalisasi dari keluhuran nilai-nilai budaya bangsa, dan ajaran
agama yang dianut. Maka indikator moral kepemimpinan yang baik itu adalah : kejujuran,
tanggung jawab, amanah, tidak mementingkan diri sendiri dan kelompok sendiri, namun
selalu berorientasi kepada kepentingan rakyat.

Moral Kepemimpinan sangat strategis, karena sangat menentukan keberhasilan atau


kegagalan dalam mencapai tujuan. Seringkali orang merduksi moralitas pada moralitas
seksual belaka. padahal moralitas itu mengandung pengertian yang lebih luas. Moralitas
pertama-tama mengandung arti kemampuan untuk membedakan mana yang baik dan mana
yang buruk. Ini berarti kalau pemimpin mengambil sebuah keputusan tentang
kehidupan banyak orang, dia harus memperhitungkan baik dan buruknya. Jika keputusan itu
membawa kebaikan bagi banayak orang, maka secara otomatis kebijakan yang diambil itu
tidak bertentangan dengan moral. Sebaliknya jika keputusan itu merugikan banyak orang,
berarti pemimpin dalam mengambil suatu keputusan kurang memperhatikan aspek-aspek
moral.

Memperhatikan aspek moral, bagi seorang pemimpin adalah sebuah keharusan.


Karena pemimpin akan berhadapan dengan berbagai persoalan dan akan memutuskan sebuah
kebijakan umum yang menyangkut kepentingan banyak orang. Di sini seorang pemimpin
dituntut memberikan pertanggungjawaban atas seluruh keputusan yang diambilnya.
Tanggung jawab untuk memajukan kebaikan bersama.

Aspek dasariah yang menyentuh inti moralitas adalah penghargaan dan penghormatan
terhadap pribadi manusia. Seorang pemimpin harus bertindak dalam tataran penghormatan
terhadap pribadi manusia, sebab hal itu merupakan hak dasariah atau hak asasi. Seorang
pemimpin tidak bisa menginjak-injak harkat dan martabat pribadi manusia. Dengan dasar ini,
seorang pemimpin akan bertindak melindungi harkat dan martabat manusia. Dengan kata
lain, dalam setiap keputusannya pemimpin dituntut memperhatikan harkat dan pribadi
manusia. Dia tidak bisa menggunakan kekuasaan dan kewenangannnya dengan cara
merendahkan martabat dan harkat pribadi manusia. Sehingga dengan demikian pula setiap
peimpin perlu menghormati hak pribadi manusia.

Pentingnya penerapan nilai-nilai luhur baik yang bersumber dari tradisi budaya,
ajaran agama dan kearifan lokal jelas membenarkan pandangan bahwa kepemimpinan yang
efektif selain mempunyai keahlian dan keterampilan, juga harus memiliki moral pemimpin
dan kepemimpinan, dengan menjalankan kepemimpinan yang lebih mengutamakan
kesejahteraan Rakyatnya, sehingga mereka akan dicintai dan dituruti oleh rakyatnya, dan
rakyatnya akan ikut dalam pembangunan. Dalam rangka mewujudkan kepemimpinan yang
baik, beberapa hal yang harus dihindari para pemimpin adalah :

 Menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan.


Demi tercapainya tujuan pribadi atau kelompok, banyak elit politik yang
menggunakan cara yang bertentangan dengan moral. Akibatnya banyak kepentingan
rakyat terabaikan. Hal ini dapat dilihat pada kegiatan Pilakada, Pemilu, dan lain-lain
dimana money politics terjadi.
 Berkembangnya budaya kekerasan.
Dalam menyelesaikan permasalahan yang sering dilakukan dengan menggunakan
kekerasan. Praktek kekerasan tersebut muncul dalam kehidupan keluarga, masyarakat
bahkan terjadi dalam memperjuang aspirasi yang seharusnya dilakukan dengan cara
yang mengedepankan moralitas.
 Korupsi semakin merajalela.
Dengan adanya reformasi, diharapkan budaya KKN dihilangkan sesuai dengan
tuntutan Reformasi. Namun pada kenyataannya, pada era Reformasi ini KKN masih
harus diperjuangkan dengan sungguh-sungguh untuk menghilangkannya. Moralitas
kepemimpian sangat diperlukan untuk keberhasilan pembangunan nasional, sehingga
harus dilaksanakan pembenahan moralitas bangsa sebagai bagian dari pembangunan
yang berkesinambungan, teratarah, terpadu.
Jadi, persiapkanlah dirimu sebaik mungkin untuk menjadi pemimpin ideal bangsa ini.
Tidak peduli siapa engkau, dan darimana engkau berasal. Karena ketika kita berpedoman
pada Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika, semua orang di bumi Nusantara akan memiliki
hak dan kewajiban yang sama tanpa memandang agama dan suku. Namun, bila suatu saat
engkau terjatuh, segeralah bangkit kembali. Karena orang yang bisa berlari adalah orang yang
pernah merangkak. Bahkan kupu–kupu pun pernah jatuh dan melata ketika menjadi ulat,
sebelum akhirnya ia mampu terbang tinggi. Bersemangatlah wahai generasi muda bangsa
Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai