Dari pendapat pendapat ahli di atas, inti penekananya pada kepemimpinan adalah
kemampuan seseorang untuk memimpin dan memberikan pengaruh kepada anggota–anggota
kelompok lainya, demi terwujudnya tujuan bersama. sedangkan moral berasal dari kata latin
Mos jamaknya Mores yang berarti adat atau cara hidup. Etika dan Moral sama artinya, tetapi
dalam penilaian sehari-hari terdapat sedikit perbedaan. Moral atau moralitas dipakai untuk
perbuatan yang sedang dinilai. Adapun etika dipakai untuk pengkajian sistem nilai yang ada.
Ajaran moral dapat diperoleh dalam bentuk ajaran, wejangan, khotbah, pedoman, dan
kumpulan peraturan lisan dan tertulis yang mengajarkan bagaimana manusia harus hidup dan
bertindak agar ia menjadi manusia yang baik, dan mempertanggung jawabkannya kepada
masyarakat yang sama-sama mengakui nilai-nilai tersebut, dan juga bertanggung jawab
kepada Tuhan yang telah memberikan ajaran sebagai sumber ajaran moral tersebut. Oleh
sebab itu moralitas merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia secara
individu maupun secara kelompok, untuk menjadi panduan dasar bagi manusia dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dalam rangka mewujudkan keteraturan
dan ketertiban. Apabila moralitas suatu bangsa buruk, maka yang terjadi adalah kekacauan-
kekacauan yang berujung pada terhentinya pembangunan. Bagi kita bangsa Indonesia sebagai
bangsa yang berbudaya luhur dan religius, maka sumber ajaran moral kita tentu saja
Pancasila yang merupakan kristalisasi dari keluhuran nilai-nilai budaya bangsa, dan ajaran
agama yang dianut. Maka indikator moral kepemimpinan yang baik itu adalah : kejujuran,
tanggung jawab, amanah, tidak mementingkan diri sendiri dan kelompok sendiri, namun
selalu berorientasi kepada kepentingan rakyat.
Aspek dasariah yang menyentuh inti moralitas adalah penghargaan dan penghormatan
terhadap pribadi manusia. Seorang pemimpin harus bertindak dalam tataran penghormatan
terhadap pribadi manusia, sebab hal itu merupakan hak dasariah atau hak asasi. Seorang
pemimpin tidak bisa menginjak-injak harkat dan martabat pribadi manusia. Dengan dasar ini,
seorang pemimpin akan bertindak melindungi harkat dan martabat manusia. Dengan kata
lain, dalam setiap keputusannya pemimpin dituntut memperhatikan harkat dan pribadi
manusia. Dia tidak bisa menggunakan kekuasaan dan kewenangannnya dengan cara
merendahkan martabat dan harkat pribadi manusia. Sehingga dengan demikian pula setiap
peimpin perlu menghormati hak pribadi manusia.
Pentingnya penerapan nilai-nilai luhur baik yang bersumber dari tradisi budaya,
ajaran agama dan kearifan lokal jelas membenarkan pandangan bahwa kepemimpinan yang
efektif selain mempunyai keahlian dan keterampilan, juga harus memiliki moral pemimpin
dan kepemimpinan, dengan menjalankan kepemimpinan yang lebih mengutamakan
kesejahteraan Rakyatnya, sehingga mereka akan dicintai dan dituruti oleh rakyatnya, dan
rakyatnya akan ikut dalam pembangunan. Dalam rangka mewujudkan kepemimpinan yang
baik, beberapa hal yang harus dihindari para pemimpin adalah :