Anda di halaman 1dari 5

RINGKASAN MATERI

Etika Pemimpin Jawa, Kategori Pemimpin Jawa, Kualifikasi Pemimpin


Jawa, dan Prinsip Hastabrata

Disusun Oleh :

NO NAMA NIM
1 Afikah Aenurohmah 222100938
2 Amira Shofiana Azzahra 222100942
3 Annisa Urohmah 222100946
4 Ceci Lia 222200191
5 Suparti 222200197
4.

SEMESTER 2

Ringkasan materi ini dibuat untuk menambah ilmu bagi mahasiswa, pengetahuan,dan
memperkaya referensi materi, serta untuk memenuhi tugas mata kuliah Etika Dan
Budaya Jawa.

Dosen : Lastri Khasanah, M.Pd

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM SUFYAN TSAURI


JL. KH. Sufyan Tsauri Telp (0280) 623562 Majenang 53257 Cilacap
TAHUN 2022/2023
ETIKA KEPEMIMPINAN JAWA

1. Etika Pemimpin Jawa

Kehidupan manusia senantiasa dipengaruhi oleh kondisi geografis lingkungan di mana


ia tinggal sebagai bentuk respon dan usaha untuk bertahan hidup. Hubungan antara manusia
dengan lingkungan tersebut membentuk cara pandang yang khas terhadap segala bentuk
kebudayaan. Cara pandang tersebut mengendap dan berpola dalam dasar kebudayan yang
diwujudkannya.

Manusia Jawa hidup dalam lingkungan dengan kondisi alam dataran rendah yang subur.
Lingkungan tersebut menimbulkan respon kebudayaan berupa usaha pengolahan tanah dengan
bercocok tanam padi lahan basah atau sawah. Pola pengolahan tanah dengan bersawah inilah
yang berlangsung dalam waktu yang lama akhirnya membentuk pola kebudayaan tersendiri
yaitu pola kebudayaan pesawah termasuk diantaranya adalah pembentukan konsep ruang atau
lingkungannya.

Sistem penanaman padi basah membutuhkan air dalam jumlah yang banyak. Oleh
karena itu lahan persawahan tersebar diantara aliran-aliran sungai. Hunian atau pemukiman
menyebar di kanan dan kiri sungai. Jika ditarik garis berlawanan maka terdapat titik simpul
pemukiman di arah kanan-kiri sungai dan hulu-hilir sungai dengan pemukiman pusat sebagai
aksis sumbunya. Pola inilah yang disebut pola lima orang pesawahan. Dalam tradisi Jawa
pembagian lima ini disebut mancapat kalimo pancer atau papat kiblat limo pancer (pengaruh
Islam). Sedangkan mancapat merupakan konsep mandala pada zaman Hindu Jawa. Namun
konsep pembagian lima ini diduga telah ada sebelum agama Hindu dan Islam masuk pulau
Jawa.

2. Kategori Pemimpin Jawa

Selain pola etika yang berdasarkan pada konsep Hindu “mandala” terdapat konsep etika
yang berkembang dengan delapan arah mata angin yang dikenal dengan astagina. Delapan arah
tersebut masing-masing dijaga seorang Dewa. Dewa-dewa tersebut adalah Agni (penjaga arah
tenggara), Yama (penjaga arah selatan), Nirrti (penjaga arah barat daya), Varuna (penjaga arah
barat), Vayu (penjaga arah barat laut), Kuvera (penjaga arah utara), Isana (penjaga arah timur
laut), dan Indra (penjaga arah timur). Dewa Indra dianggap sebagai pemimpin dari dewa-dewa
lainnya.Empat dewa yang berada pada empat arah utama (timur, selatan, barat, utara) disebut
Lokapala, sedangkan empat dewa yang berada di empat arah tengahnya ( tenggara, barat daya,
barat laut, timur laut) disebut Dikpala.

Konsep ini berkembang menjadi piwulang atau etika kepemimpinan di masa Mataram
Islam yang disebut dengan Astabrata atau Delapan Kewajiban Negarawan. Delapan kewajiban
ini bersifat akumulatif dan berjalan secara sinergis (berlaku seluruhnya secara bersama-sama).

3. Kualifikasi Pemimpin Jawa

Pemimpin Jawa Dengan "3 er"

Kata BENER, PINTER dan KOBER, ketiga kata yang semuanya berakhir dengan huruf
ER itu sangat familiar bagi masyarakat jawa, kata-katanya renyah untuk didengar dan mudah
guna dihapal. namun jika dicerna lebih dalam mengandung syarat makna dan mempunyai
filosofi yang sangat tinggi.

Lebih jauh, ketiga kata tersebut bila dikaji lebih dalam akan tergambar sosok pemimpin
yang ideal, meski penyampaiannya hanya level rukun tetangga, namun masih sangat relevan
bila dikaitkan dengan kepemimpinan yang berskala lebih besar, baik level kepala Kantor,
kepala Daerah dan kepala Negara sekalipun.

Kata yang pertama: BENER (jawa) mempunyai arti bahasa Indonesia BENAR, dan
mengandung makna : sesuai aturan, amanah, bersih, jujur, panutan, mempunyai integritas dan
makna sepadan lainnya. Bersikap benar suatu kemutlakan bagi pimpinan / pemimpin; benar
dalam berpikir dan benar dalam bertindak. Ucapan dan perbuatan harus sesuai dengan norma
hukum, norma etika, norma moral dan norma-norma lainnya.

Pemimpin merupakan pengendali suatu organisasi, institusi atau lembaga, sehingga


pemimpin memegang peranan penting dalam penegakan aturan baik secara hukum maupun
moral. Dengan wewenang yang diberikan kepada pemimpin, aturan hukum, job discription
adalah prinsip dasar yang harus dipegang dalam mewujudkan kepentingan dan tujuan bersama.

Pemimpin merupakan pengendali suatu organisasi, institusi atau lembaga, sehingga


pemimpin memegang peranan penting dalam penegakan aturan baik secara hukum maupun
moral. Dengan wewenang yang diberikan kepada pemimpin, aturan hukum, job discription
adalah prinsip dasar yang harus dipegang dalam mewujudkan kepentingan dan tujuan bersama.

Dalam upaya penegakkan aturan atau hukum yang berlaku, pemimpin yang baik tidak
akan melabrak hukum dengan mencari celah kelemahan hukum itu sendiri. Kewenangan
selayaknya tidak dipakai untuk memberlakukan aturan kepada bawahan dan tidak
memberlakukan kepada dirinya. perilaku yang demikian akan berdampak pada kewibawaan
pemimpin dimata bawahan. Dan perilaku buruk tersebut pada akhirnya akan diikuti oleh
bawahan atau orang yang dipimpinya.

Kata yang selanjutnya; PINTER mempunyai arti PINTAR yang padanannya adalah
cerdas, punya visi dan misi, mempunyai wawasan luas dan mempunyai kemampuan membaca
peluang demi tercapainya tujuan bersama. Sosok pemimpin yang pintar sangat dibutuhkan
demi keberlangsungan dan kemajuan organisasi ataupun lembaga.

Tantangan sebuah organisasi atau lembaga akan bisa diatasi dengan pemimpin yang
pintar dan mempunyai visi dan misi ke depan. Tidak ada lembaga atau institusi manapun yang
tidak menargetkan peningkatan atau mempertahankan keberhasilan dimasa yang akan datang.
Setiap kali pergantian pucuk pimpinan selalu dibarengi dengan harapan kemajuan lembaga
yang berganti pimpinan.

Pemimpin yang pintar tentu ada standar yang bisa diukur, dan paling sederhananya
ukuran tersebut adalah Managerial yang dibangun, bila kehadiran pemimpin tidak banyak
mempengaruhi keadaan lembaga berarti pemimpin itu tidak mempunyai managerial yang baik,
dalam bahasa sederhananya “ ada dan tidaknya dia (pemimpin) sama saja”.

Dan keberhasilan pemimpin yang pintar bisa diukur dengan keberhasilannya


membangun sistem kerja yang berwawasan kedepan melalui sistem kelola yang tidak
terpengaruh (ajeg) meskipun sumber daya manusia (staff atau pegawai)nya selalu berubah.

Kata yang terakhir; KOBER yang arti bahasa indonesianya SEMPAT, mengandung
makna; punya waktu untuk yang dipimpin, aspiratif, demokratis, inisiatif, mau berbagi, turlap,
Blusukan, Problem Solver dan lain sebagainya. Pemimpin yang kober sangat dibutuhkan oleh
lembaga, atau institusi, karena dapat mengurai / mengatasi permasalahan di lapangan yang
tidak terprediksi oleh rencana awal atau saat diprogramkan.

Dan dalam falsafah jawa juga terdapat penjelasan mengenai seorang pemimpin;
pemimpin itu pelayan rakyat ( abdi ). Siap melayani apa yang menjadi tujuan bersama.
pemimpin sudah selayaknya ikut merasakan kesusahan, kesempitan, kendala yang dihadapi
oleh bawahan. Mau menerima keadaan pahit lebih dahulu sebelum bawahan dan rela
merasakan kenikmatan setelah bawahan, atau setidaknya ikut bersama-sama dalam
keberhasilan maupun kegagalan.

4. Prinsip Hastabrata

Istilah ‘hastabrata’ berasal dari bahasa Jawa Kuno. Hasta(asta) berasal dari bahasa
Sanskerta, astha berarti “delapan”. Kata asta juga berarti membawa atau memegang. Dari
kata asta bisa dibentuk menjadi ngasta artinya memegang.

Sedangkan, brata merupakan kosa kata baru dari bahasa Jawa kuno, yang
berarti “laku”. Kata “laku” bisa juga disejajarkan dengan sikap, tindakan, atau sejenisnya. Kata
laku dapat juga disejajarkan dengan kata watak atau sifat.

Demikianlah, Astabrata bisa dimaknai sebagai “delapan laku” atau “delapan watak”
atau “delapan sifat”. Astabrata, bisa juga berarti tindakan atau laku memegang; di mana yang
dipegang ialah negara. Jadi, Astabrata bisa diartikan sebagai delapan syarat dalam memegang
negara atau pemerintahan

Hastabrata melambangkan kepemimpinan dalam delapan unsur alam yaitu bumi,


matahari, api, samudra, langit, angin, bulan, dan bintang. Tiap unsur Hastabrata mengartikan
tiap karakteristik ideal dari seorang pemimpin. Kepemimpinan memang memiliki keunikan
tersendiri untuk didiskusikan

Anda mungkin juga menyukai