KELOMPOK 8 :
1. Albert 1910411145
2. Alif Marino Kurnia Akbar 1910411143
3. Achmad Fauzi Prasetyo 1910411144
4. Echa Satriavi Antaresa 1910411122
5. Hafizh Irsyad Ananto 1910411137
6. Ananda Govinda 1910411139
7. Ahsanal Alpha Riyadil Jinan 1910411132
8. Mohammad Fachrul Roozy 1910411128
9. Nandika Al Pianda 1910411127
JAKARTA
Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan karunia-Nya
kami mendapatkan kesempatan untuk membuat dan menyelesaikan tugas makalah ini dalam
rangka tugas mata kuliah Pancasila.
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk menjelaskan betapa pentingnya Pancasila
untuk semua lapisan masyarakat, terlebih lagi dalam hal moral dan norma.
Kami berharap makalah ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi para
pembaca. Terlebih lagi kami ingin pembaca bisa menyadari pentingnya norma dan moral dalam
pengaplikasian pancasila. Namun terlepas dari itu, kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh
dari kata sempurna, oleh karena itu kami sangat mengaharapkan kritik dan saran dari para pembaca
agar kedepannya kami bisa berkembang dan menjadi lebih baik lagi.
Penyusun
i
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam upaya merespon kondisi tersebut, pemerintah perlu mengantisipasi agar tidak
menuju kearah keadaan yang lebih memprihatinkan. Salah satu solusi yang dilakukan oleh
pemerintah, dalam menjaga nilai-nilai panutan dalam berbangsa dan bernegara secara lebih
efektif yaitu melalui bidang pendidikan.
1
B. Tujuan Pembahasan
C. Rumusan Masalah
2
BAB II
PEMBAHASAN
1. Norma
Aturan atau ketentuan yang mengikat warga kelompok dalam masyarakat, dipakai sebagai
panduan, tatanan, dan pengendali tingkah laku yang sesuai dan diterima (KBBI)
Norma merupakan sesuatu yang fundamental bagi semua kelompok sosial baik yang
bersifat mekanik maupun organik (Durkheim) atau tradisional maupun rasional (Weber).
Dalam perspektif sosiologi, norma (Rose, et al., 1982:59) adalah 'rules' yang diharapkan diikuti
oleh masyarakat. Norma-norma ini pada umumnya tidak dinyatakan secara eksplisit seperti
dalam kitab undang-undang. Norma, biasanya diteruskan melalui proses sosialisasi tentang
bagaimana orang harus berperilaku secara wajar.
Hess, et al., (1988:66 s.d.77) mengklasifikasi norma dalam beberapa kategori, yaitu
Folkways
Adat yang diturunkan dari satu generasi ke generasi selanjutnya (Customs transmitted
from one generation to the next)
Sanctions
Merujuk pada tanggapan yang menunjukan/menyampaikan sikap setuju atau tidak
setuju atas suatu tindakan (Refer to reactions that convey approval or disapproval of
behavior)
Mores
Kebiasaan yang diperlukan (Folkways that have acquired a sense of necessity),
sekumpulan perbuatan yang mencerminkan sifat-sifat hidup dari sekelompok manusia
yang dilakukan secara sadar guna melaksanakan pengawasan oleh sekelompok
masyarakat terhadap anggota-anggotanya. Dalam tata kelakuan terdapat unsur
memaksa atau melarang suatu perbuatan
Laws
Norma yang mengatur perbuatan/tingkah laku dan dianggap pokok/sangat dibutuhkan
demi keberlangsungan kelompok (Norms that govern behavior and are considered
essential to group survival)
Values
3
Keyakinan utama sebuah kebudayaan yang menunjukkan standar bagaimana norma
dinilai (The central beliefs of a cultural that provide a standard by which norms are
judged)
Rituals
Rites of passage
Upacara yang menandakan perubahan penting pada posisi seseorang dalam sebuah kelompok
(The ceremonies marking important changes in a person's position in the group)
2. Pengertian Moral
Kata moral berasal dari kata mos dalam bahasa Latin, atau bentuk jamaknya mores,
yang dapat diartikan sebagai tata-cara atau adat-istiadat. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
(1989:592), moral dapat diterjemahkan sebagai sebagai budi pekerti,akhlak, atau susila. Secara
terminologis, terdapat berbagai rumusan pengertian moral, yang dari segi substantif
materiilnya tidak ada perbedaan, akan tetapi bentuk formalnya berbeda.
Widjaja (1985: 154) menyatakan bahwa moral adalah ajaran baik dan buruk tentang
perbuatan dan kelakuan (akhlak). Al-Ghazali (1994:31)mengemukakan pengertian akhlak,
sebagai padanan kata moral, sebagai perangai (watak, tabiat) yang menetap kuat dalam jiwa
manusia dan merupakan sumber timbulnya perbuatan tertentu dari dirinya secara mudah dan
ringan, tanpa perlu dipikirkan dan direncanakan sebelumnya. Sementara itu Wila Huky,
sebagaimana dikutip oleh Bambang Daroeso (1986: 22) merumuskan pengertian moral secara
lebih komprehensif rumusan formalnya sebagai berikut :
1. Moral sebagai perangkat ide-ide tentang tingkah laku hidup, dengan warna dasar tertentu
yang dipegang oleh sekelompok manusia di dalam lingkungan tertentu.
2. Moral adalah ajaran tentang laku hidup yang baik berdasarkan pandangan hidupatau agama
tertentu.
4
3. Moral sebagai tingkah laku hidup manusia, yang mendasarkan pada kesadaran, bahwa ia
terikat oleh keharusan untuk mencapai yang baik , sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku
dalam lingkungannya.
1. Maria Assumpta
Menurut Maria Assumpta, pengertian moral adalah aturan aturan (rule) mengenai sikap
(attitude) dan perilaku manusia (human behavior) sebagai manusia.
2. Russel Swanburg
Menurut Russel Swanburg, arti moral adalah suatu pernyataan dari pemikiran yang
berhubungan dengan keantusiasan seseorang dalam bekerja dimana hal itu dapat merangsang
perilaku seseorang tersebut.
3. Elizabeth B. Hurlock
Menurut Elizabeth B. Hurlock, pengertian moral adalah suatu kebiasaan, tata cara, dan adat
dari suatu peraturan perilaku yang telah menjadi kebiasaan bagi anggota suatu budaya dalam
masyarkat.
Secara umum, tujuan dan fungsi moral adalah untuk mewujudkan harkat dan martabat
kepribadian manusia melalui pengamalan nilai-nilai dan norma. Adapun beberapa tujuan dan
fungsi moral adalah sebagai berikut.
1. Untuk menjamin terwujudnya harkat dan martabat pribadi seseorang dan kemanusiaan.
2. Untuk memotivasi manusia agar bersikap dan bertindak dengan penuh kebaikan dan
kebajikan yang didasari atas kesadaran kewajiban yang dilandasi moral.
3. Untuk menjaga keharmonisan hubungan sosial antar manusia, karena moral menjadi
landasan rasa percaya terhadap sesama.
5
4. Membuat manusia lebih bahagia secara rohani dan jasmani karena menunaikan fungsi
moral sehingga tidak ada rasa menyesal, konflik batin, dan perasaan berdosa atau
kecewa.
5. Moral dapat memberikan wawasan masa depan kepada manusia, baik sanksi sosial
maupun konsekuensi dalam kehidupan sehingga manusia akan penuh pertimbangan
sebelum bertindak.
Moral dalam diri manusia juga dapat memberikan landasan kesabaran dalam bertahan dalam
setiap dorongan naluri dan keinginan/ nafsu yang mengancam harkat dan martabat pribadi.
Wawasan dan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila telah lama berakar serta
hidup dalam hati nurani, sanubari, watak, kepribadian dan pergaulan hidup bangsa Indonesia
yang tercermin dalam adat-istiadat, kebiasaan, perilaku serta lembaga-lembaga masyarakat.
Kelima nilai dasar yang tercakup dalam Pancasila merupakan inti hidup dalam kebudayaan
bangsa, sekaligus menjadi tuntutan dan tujuan hidupnya, serta menjadi ukuran dasar seluruh
perikehidupan bangsa Indonesia. Dengan kata lain, pada hakikatnya adalah moral, moral
bangsa Indonesia yang mengikat seluruh warga masyarakat, baik sebagai perorangan maupun
sebagai kesatuan bangsa.
Pancasila adalah etika dan moral bangsa Indonesia dalam arti merupakan inti bersama
dari pelbagai moral yang secara nyata terdapat di Indonesia. Bangsa Indonesia mempunyai
berbagai moral yang berasal dari agama-agama, kepercayaan, dan adat istiadat. Masing-masing
moral itu mempunyai coraknya sendiri, berbeda satu sama lain dan hanya berlaku bagi
kelompok yang bersangkutan. Namun demikian, dalam moral-moral itu terdapat unsur-unsur
bersama yang bersifat umum dan mengatasi segala paham golongan. Dengan demikian,
nampaklah bahwa moral Pancasila mengatasi segala golongan dan bersifat nasional. Pancasila
adalah lima asas moral yang relevan untuk ditetapkan menjadi dasar negara. Karena itu, nilai-
nilai Pancasila yang juga memiliki ilmu pengetahuan dari aspek ontologi, epistemologi, dan
aksiologi itu harus mampu dijadikan landasan dasar dalam upaya mengembangkan Pancasila
dan mengatasi persoalan bangsa Indonesia saat ini.
6
4. Fungsi Pancasila Sebagai Moral Bangsa
Dewasa ini kualitas moral bangsa Indonesia semakin merosot, kriminalitas terjadi
dimana-mana, semakin Kurangnya toleransi antar umat beragama, perbuatan curang dalam
kegiatan berpolitik, dan meningkatnya cybercrime merupakan salah satu bukti bahwa saat ini
bangsa Indonesia sedang mengalami krisis moral.
Nilai-nilai Pancasila, meskipun merupakan kristalisasi nilai yang hidup dalam realita sosial,
keagamaan, maupun adat kebudayaan bangsa Indonesia, namun sebenarnya juga nilai-nilai
yang bersifat universal dapat diterima oleh siapa pun dan kapan pun. Etika Pancasila berbicara
tentang nilai-nilai yang sangat mendasar dalam kehidupan manusia.
Etika juga merupakan suatu pemikiran kritis dan mendasar tentang ajaran-ajaran dan
pandangan-pandangan moral. Etika adalah suatu ilmu yang membahas tentang bagaimana dan
mengapa kita mengikuti suatu ajaran moral tertentu, atau bagaimana kita harus mengambil
sikap yang bertanggung jawab berhadapan dengan berbagai ajaran moral.
Pancasila sebagai dasar filsafat negara serta sebagai filsafat hidup bangsa Indonesia
pada hakikatnya merupakan suatu nilai-nilai yang bersifat sistematis. Oleh karena itu sebagai
7
suatu dasar filsafat maka sila-sila pancasila merupakan suatu kesatuan yang bulat, hierarkhis
dan sistematis. Pancasila memberikan dasar-dasar yang bersifat fundamental dan universal
bagi manusia baik dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
8
BAB III
B. Saran
9
DAFTAR PUSTAKA
Jurnal Filsafat Vol.21, Nomor 2, Agustus 2011, FILSAFAT ILMU DAN ARAH
PENGEMBANGAN PANCASILA: RELEVANSINYA DALAM MENGATASI
PERSOALAN KEBANGSAAN oleh Syahrul Kirom.
https://kbbi.kemdikbud.go.id
10