Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

KEPEMIMPINAN PANCASILA
“Di ajukan untuk memenuhi salah satu
tugas Mata Kuliah Wawasan Kebangsaan”

Disusun oleh :
Nama & NIM :

JURUSAN S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL
“VETERAN” JAKARTA
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
hidayah-Nya sehingga penyusunan makalah ini dapat diselesaikan.
Makalah ini kami susun sebagai tugas dari mata kuliah Wawasan Kebangsaan dengan
judul “Pembangunan Pancasila“.
Terima kasih kami sampaikan kepada Bapak Kayus Kayowuan Lewoleba, SH,MH.
selaku dosen mata kuliah Wawasan Kebangsaan yang telah membimbing dan memberikan
kuliah demi lancarnya terselesaikan tugas makalah ini.
Demikianlah tugas ini kami susun semoga bermanfaat dan dapat memenuhi tugas mata
kuliah Wawasan Kebangsaan dan penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi diri
kami dan khususnya untuk pembaca. Tak ada gading yang tak retak, begitulah adanya makalah
ini. Dengan segala kerendahan hati, saran-saran dan kritik yang konstruktif dan membangun
sangat kami harapkan dari para pembaca guna peningkatan pembuatan makalah pada tugas yang
lain dan pada waktu mendatang.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Kepemimpinan Pancasila
B. Konsep Kepemimpinan Pancasila
C. Kepemimpinan Menurut Sila-Sila Pancasila
D. Pemimpin Yang Berjiwa Pancasila
E. Azas-Azas Kepemimpinan Pancasila
F. Sumber, Landasan dan Perspektif Kepemimpinan Pancasila

BAB III CONTOH KASUS

BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Studi tentang kepemimpinan sudah sangat tua dan melahirkan begitu banyak teori, mulai
dari the great men theory yang menganggap bahwa pemimpin itu dilahirkan, kemudian dilanjutkan
dengan teori sifat yang mencoba menidentifikasi kepemimpinan berdasarkan sifat-sifat yang
melekat pada pemimpin yang berhasil, kemudian lahir teori prilaku yang menganalisis
kepemimpinan yang berhasil itu ditentukan oleh prilaku-prilaku tertentu, dan teori kontingensi
yang menganalisis bahwa kepemimpinan itu harus didasarkan pada situasi dan kondisi dimana
kepemimpinan itu dijalankan. Inilah garis besar teori kepemimpinan yang berkembang selama ini.

Namun, pada tataran teori ini tidak satupun teori yang bisa menjelaskan konsep teori apa
yang cocok untuk situasi kondisi yang ada di indonesia sebagaimana yang dijelaskan oleh teori
situasional atau kontingensi. Ada suatu konsep yang dikemukankan dari teori lokal yang
berdasarkan falsafah hidup bangsa Indonesia yaitu pancasila.

Pancasila merupakan falsafah hidup bangsa Indonesia, dimana pola hidup masyarakatnya
selalu berdasarkan pada nilai-nilai yang terkandung pada pancasila. Kepemimpinan pancasila
adalah kepemimpinan yang unsur-unsur nilainya memiliki nilai universal.
B. RUMUSAN MASALAH

Dalam makalah ini penulis mengidentifikasi masalah sebagai berikut:

 Pengertian Kepemimpinan Pancasila


 Konsep Kepemimpinan Pancasila
 Kepemimpinan Menurut Sila-Sila Pancasila
 Pemimpin Yang Berjiwa Pancasila
 Azas-Azas Kepemimpinan Pancasila
 Sumber, Landasan, dan Perspektif Kepemimpinan Pancasila

C. TUJUAN PENULISAN

Tujuan dari penulisan makalah ini antara lain:


 Menjelaskan Pengertian Kepemimpinan Pancasila
 Menjelaskan Konsep Kepemimpinan Pancasila
 Menjelaskan Kepemimpinan Menurut Sila-Sila Pancasila
 Mengetahui Pemimpin Yang Berjiwa Pancasila
 Menjelaskan Azas-Azas Kepemimpinan Pancasila
 Menjelaskan Sumber, Landasan, dan Perspektif Kepemimpinan Pancasila
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN KEPEMIMPINAN PANCASILA

Menurut Ary Murty, Kepemimpinan Pancasila adalah kepemimpinan yang berasas,


berjiwa, dan beramal pancasila. Sebagai keterpaduan antara penguasaan nilai-nilai luhur yang
berakar pada budaya Nusantara dengan penguasaan nilai-nilai kemajuan universal. Adapun nilai-
nilai budaya Nusantara meliputi keterjalinan hidup manusia dengan tuhannya, keserasian hidup
antara sesama manusia serta lingkungan alam, kerukunan dan mempertemukan cita-cita hidup di
dunia dan akhirat. Nilai-nilai kemajuan universal meliputi pendayagunaan Sains dan Teknologi
secara efektif dan efisien dalam rangka meningkatkan kemampuan dan ketangguhan bangsa
disegala aspek kehidupan.
Menurut Wahjosumidjo, Kepemimpinan Pancasila adalah bentuk kepemimpinan modern
yang selalu menyumberkan diri pada nilai-nilai dan norma-norma pancasila.
Kepemimpinan Pancasila, satu potensi atau kekuatan yang mampu memberdayakan segala
daya sumber masyarakat dan lingkungan yang dijiwai oleh sila-sila Pancasila mencapai untuk
tujuan nasional.
Kepemimpinan Pancasila adalah suatu perpaduan dari kepemimpinan yang bersifat
universal dengan kepemimpinan indonesia, sehingga dalam kapemimpinan pancasila menonjolkan
dua unsur, yaitu “Rasionalitas” dan “semangat kekeluargaan”.
Agar mampu melaksanakan tugas kewajibannya, pemimpin harus dapat menjaga
kewibawaannya. Ia harus memiliki kelebihan-kelebihan tertentu bila dibanding dengan kualitas
orang-orang yang dipimpinnya. Kelebihan ini terutama meliputi segi teknis, moral, dan semangat
juangnya. Beberapa kelebihan tersebut antara lain adalah sebagai berikut :
1. Sehat jasmaninya, dengan energi yang berlimpah-limpah, dan keuletan tinggi.
2. Memiliki integritas kepribadian, sehingga dia matang, dewasa, bertanggung jawab, dan susila.
3. Rela bekerja atas dasar pengabdian dan prinsip kebaikan, serta loyal terhadap kelompoknya.
4. Memiliki inteligensi tinggi untuk menanggapi situasi dan kondisi dengan cermat, efisien-
efektif, memiliki kemampuan persuasi, dan mampu memberikan motivasi yang baik kepada
bawahan.
5. Mampu menilai dan membedakan aspek yang positif dari yang negative dari setiap pribadi
dan situasi, agar mendapatkan cara yang paling efisien untuk bertindak.

B. KONSEP KEPEMIMPINAN PANCASILA

 Kepemimpinan menurut Pak Harto

Mantan presiden Soeharto menjelaskan tentang asas kepemimpinan Hasta Brata (delapan laku
kepemimpinan). Delapan laku tersebut antara lain:
 Lir Surya (matahari)
Dengan lambang ini diharapkan seorang pemimpin dapat berfungsi seperti matahari bagi yang
dipimpin. Dapat memberi semangat, memberi kekuatan dan daya hidup bagi orang-orang yang
dipimpinnya.
 Lir Candra (bulan)
Dengan lambang ini seorang pemimpin hadaknya berfungsi sebagai bulan, yakni membuat
senang bagi anggotanya dan memberi terang pada waktu gelap. Ketika dalam keadaan sulit, Sang
pemimpin mampu tampil untuk memberi jalan terang atau jalan keluar dari kesulitan.
 Lir Kartika (bintang)
Bintang adalah sebagai pedoman bagi pelaut atau pengarung samudra. Dengan lambang ini
pemimpin handaknya berteguh iman takwa, memiliki teguh pendirian sehingga menjadi pedoman
dan panutan bagi rakyatnya yang mungkin kehilagan arah.
 Lir Samirana (angin)
Dengan lambang ini, diharapkan seorang pemimpin bersifat seperti angin, teliti, tidak mudah
dihasut. Dia harus “manjing ajur ajer” bergaul dengan rakyat lapisan manapun, guna mencari
masukan untuk menetapakan kebijakan dan keputusan.
 Lir Mega mendung (awan hujan)
Mendung memberi kesan menakutkan, tapi apabila hujan turun akan bermanfaat bagi bumi.
Dengan lambang ini, pemimpin diharapkan dapat tampil berwibawa, namun keputusan dan
kebijakan yang diambilnya hemdaknya bermanfaat bagi yang dipimpinnya.
 Lir Dahana (api)
Dengan lambang ini, diharapkan seorang pemimpin tegas dan keras seperti api dalam
menegakkan disiplin dan keadilan.
 Lir Samudra (laut atau samudra)
Dengan lambang ini, diharapkan pemimpin berwawasan luas, sanggup menerima dan
mendengar persoalan, menyeringnya dan membuat suasana menjadi jernih kembali tanpa ada rasa
dendam.
 Lir Bantala (bumi)
Dengan lambang ini, diharapkan pemimpin tidak hanya mau berada diatas, tetapi juga bersedia
dibawah. Sang pemimpin seolah-olah menjadi tempat pijakan, sentosa budinya, jujur dan murah
hati bagi anak buahnya.

 Menurut BP-7 Pusat


Berikut disampaikan suatu pemikiran mengenai kepemimpinan yang selanjutnya diterapkan di
Indonesia:
Seorang pemimpin di Indonesia hendaknya memiliki sikap dan perilaku sesuai dengan nilai-
nilai luhur pancasila
Seorang pemimpin di Indonesia adalah seorang yang mampu menanggapi kemajuan IPTEK
dan kemajuan zaman
Seorang pemimpin hendaknya berwibawa, yakni timbulnya kepatuhan yang dipimpinnya,
bukan karena katakutan, tetapi karena kesadaran dan kerelaan
Seorang pemimpin bertanggung jawab atas segala tindakan dan perbuatan yang dipimpinnya.
Dengan demikian, pemimpin benar-benar bersifat “ing ngarsa sung tulada, Ing madya
mangun karsa, Tut wuri handayani”.

 Menurut Kartini Kartono


Kartini Kartono menjelaskan ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi oleh
kepemimpinan, yaitu:
Kepemimpinan di Era pembangunan Nasioanal harus bersumber pada falsafah negara, yakni
pancasila
Memahami benar makna dari perencanaan, pelaksanaan, dan tujuan pembangunan yang ingin
dicapai
Diharapkan agar Kepemimpinan Pancasila mampu menggali intisari dari nilai-nilai tradisional
yang luhur, untuk kemudian dipadukan dengan nilai-nilai positif dari modernisasi.

 Manurut Ary Murty


Menurut Ary Murty, Kepemimpinan Pancasila adalah kepamimpinan yang berasas, berjiwa,
dan beramal pancasila. Sebagai keterpaduan antara penguasaan nilai-nilai luhur yang berakar pada
budaya Nusantara dengan penguasaan nilai-nilai kemajuan universal.
Adapun nilai-nilai budaya Nusantara meliputi keterjalinan hidup manusia dengan tuhannya,
keserasian hidup antara sesama manusia serta lingkungan alam, kerukunan dan mempertemukan
cita-cita hidup di dunia dan akhirat.
Nilai-nilai kemajuan universal meliputi pendayagunaan Sains dan Teknologi secara efektif dan
efisien dalam rangka meningkatkan kemampuan dan ketangguhan bangsa disegala aspek
kehidupan.

 Menurut Wahjosumidjo
Menurut Wahjosumidjo, Kepemimpinan Pancasila adalah bentuk kepemimpinan modern yang
selalu menyumberkan diri pada nilai-nilai dan norma-norma pancasila.
Kepemimpinan Pancasila, satu potensi atau kekuatan yang mampu memberdayakan segala
daya sumber masyarakat dan lingkungan yang dijiwai oleh sila-sila Pancasila mencapai untuk
tujuan nasional.
Kepemimpinan Pancasila adalah suatu perpaduan dari kepemimpinan yang bersifat universal
dengan kepemimpinan indonesia, sehingga dalam kapemimpinan pancasila menonjolkan dua
unsur, yaitu “Rasionalitas” dan “semangat kekeluargaan”.
C. KEPEMIMPINAN MENURUT SILA-SILA PANCASILA

1. Ketuhanan yang maha esa.


Pemimpin harus percaya dan takwa kepada Tuhan yang maha Esa dan menghargai orang
lain yang berbeda agama atau kepercayaan. Jadi ada sikap hormat menghormati dan kerukunan
hidup beragama dan ada kebebasan beribadah tanpa paksaan.
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab.
Tidak sewenang-wenang, dan bisa tepa salira, mencintai sesama manusia. Tanpa ada
diskriminasi, dan sama hak serta kewajiban asasi pelaku manusia. Toleran terhadap sesama,
saling menghormati, mampu melakukan kegiatan-kegiatan manusiawi dan kerja sama dengan
bangsa-bangsa lain.
3. Persatuan Indonesia.
Cinta tanah air, menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi,
memiliki sikap patriotisme dan nasionalisme. Menempatkan persatuan dan kesatuan bangsa di
atas kepentingan golongan, atas dasar Bhineka Tunggal Ika.
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan.
Bersifat demokratis, bersemangat gotong royong (kooperatif, kolektif) dan kekeluargaan,
juga patuh pada putusan rakyat yang sah atas pertimbangan akal sehat dan hati nurani luhur.
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Hidup sederhana, tidak boros, mengamalkan kelebihan untuk menolong orang lain,
menghargai kerja yang bermanfaat, dan ada keadilan yang lebih merata di segala bidang
kehidupan.

D. PEMIMPIN YANG BERJIWA PANCASILA

Bagi suatu organisasi apapun, baik itu Negara, Partai Politik, LSM, Ormawa, OKP, dll yang
ingin memperoleh kemajuan dalam bidang usahanya, maka kepemimpinan yang baik mutlak
dibutuhkan bagi organisasi itu terutama keahlian dalam bidang tersebut, Dalam suatu organisasi
dalam mencapai tujuannya, maka seorang pemimpin harus dapat mengelola dan mengarahkan
elemen-elemen yang ada secara baik dan teratur. Seorang pemimpin harus dapat menciptakan
suatu kerjasama yang harmonis di antara pimpinan dan bawahan. Kepemimpinan Pancasila adalah
Kepemimpinan yang membawa masyarakat dalam kesadaran bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara berdasarkan Pancasila dan UUD’45. Keyakinan pemimpin pancasila :
1. Semangat Nasionalisme
2. Semangat Kekeluargaan
3. Semangat Gotong Royong
4. Pembangunan Isi Kemerdekaan
5. Pembangunan Falsafah Negara Pancasila
6. Pembangunan Amalan Pancasila
7. Pembangunan Fungsi Manajemen
8. Pembangunan Memadu Budaya Tradisi dan Modernisasi
9. Pembangunan Berazas Persatuan, Kebersamaan, Kesatuan

E. AZAS-AZAS KEPEMIMPINAN PANCASILA

Dalam kepemimpinan Pancasila keterpaduan pola pikir modern dengan pola pikir Pancasila
bertumpu pada azas-azas sebagai berikut:

1. Azas Kebersamaan
Menurut azas kebersamaan, dalam Kepemimpinan Pancasila hendaknya:
a. Pemimpin dan yang dipimpin merupakan kesatuan organisasi
b. Pemimpin tidak terpisah dengan yang dipimpin
c. Pemimpin dan yang dipimpin saling pengaruh mempengaruhi
d. Pemimpin dan yang dipimpin bukan unsur yang saling bertentangan sehingga tidak terjadi
dualisme
e. Masing-masing unsur yang terlibat dalam kegiatan mempunyai tempat dan kewajiban hidup
(dharma) sendiri-sendiri dan merupakan suatu golongan yang paling kuat, tetapi juga tidak
menganggap kepentingan seseorang sebagai pusat
f. Tanpa ada yang dipimpin tidak mungkin ada pemimpin

2. Azas Kekeluargaan dan Kegotong-royongan


Ciri-ciri kekeluargaan dan Kepemimpinan Pancasila, di antaranya:
a. Timbul kerjasama yang akrab
b. Kesejahteraan dan kebahagiaan bersama yang menjadi titik tumpu
c. Berlandaskan kasih sayang dan pengorbanan

3. Azas Persatuan dan Kesatuan dalam Kebhinekaan


Kita semua sadar akan kebhinekaan Bangsa Indonesia, baik dari segi suku, bangsa, adat
istiadat, agama, aliran dan sebagainya. Namun keanekaragaman itu, masing-masing diakui
keberadaannya sendiri-sendiri dan ciri-ciri kepribadiannya dalam persatuan dan kesatuan ibarat
bunga setaman dalam satu jambangan, terdiri dari jenis bunga mawar, melati dan
kenanga. Masing-masing tetap dikenal sebagai jenis bunga, tetapi baru akan dinamakan bunga
setaman bila ketiga-ketiganya ada dalam jambangan tersebut, sehingga bunga setaman ini
merupakan suatu kesatuan. Melati tidak mengharapkan agar mawar dan kenanga berubah menjadi
melati semua. Sebaliknya mawar pun tidak akan memaksa melati supaya berubah menjadi mawar.
Bila tidak demikian, maka tidak akan berbentuk bunga setaman.

4. Azas Selaras, Serasi dan Seimbang


Semua azas tersebut di atas harus dijiwai dan disemangati oleh azas keselarasan, keserasian
dan keseimbangan, azas yang tidak mencari menangnya sendiri, adu kekuatan, atau timbul
kontradiksi, konflik dan pertentangan. Adanya perbedaan keanekaragaman adalah mencerminkan
kodrat alam yang masing-masing memiliki tempat. Kedudukan dan kewajiban serta fungsinya
sendiri-sendiri. Dengan adanya berbagai warna seperti biru, hijau, merah, kuning, jingga dan
sebagainya akan memberikan kesan yang indah apabila tersusun secara tepat. Komposisi warna
yang tepat akan menimbulkan suasana indah yang akan menumbuhkan ketentraman batin. Di
negara Indonesia, setiap warga negara diharapkan bersikap dan bertingkah laku sesuai dengan
nilai-nilai dan norma yang terkandung dalam Pancasila. Seorang pemimpin diharapkan menjadi
contoh teladan serta panutan orang-orang yang dipimpinnya, mau tidak mau harus bersikap dan
bertingkah laku sesuai dengan Pancasila. Ia harus melaksanakan butir-butir yang merupakan nilai-
nilai dan norma-norma Pancasila dalam kehidupan sehari-hari yang nyata. Perbuatannya tidak
boleh bertentangan dengan nilai-nilai tersebut.
F. SUMBER, LANDASAN, DAN PERSPEKTIF KEPEMIMPINAN PANCASILA

Ada tiga sumber pokok Kepemimpinan Pancasila, yaitu:


1. Pancasila, UUD 1945, dan GBHN
2. Nilai-nilai kepemimpinan universal
3. Nilai-nilai spiritual nenek moyang.

Hal-hal yang dapat dianggap sebagai sumber kepemimpinan Pancasila antara lain berupa:
a. Nilai-nilai positif dari modernisme
b. Intisari dari warisan pusaka berupa nilai-nilai dan norma-norma kepemimpinan yang ditulis
oleh para nenek moyang.
c. Refleksi dan kontemplasi mengenai hakikat hidup dan tujuan hidup bangsa pada era
pembangunan dan zaman modern, sekaligus juga refleksi mengenai pribadi selaku ”manusia utuh”
yang mandiri dan bertanggung jawab dengan misi hidupnya masing-masing.

Landasan Kepemimpinan Pancasila dibagi menjadi:


1. Landasan diplomasi (bersumber pada ajaran almarhum Dr. R. Sosrokartono ):

a) Sugih tanpa banda (kaya tanpa harta benda)

b) Nglurung tanpa bala (melurug tanpa balatentara)

c) Menang tanpa ngasorake (menang tanpa mengalahkan)

d) Weweh tanpa kelangan (memberi tanpa merasa kehilangan)

2. Landasan Kepemimpinan

a) Sifat ratu/raja: bijaksana, adil, ambeg paramarta, konsekuen dalam janjinya.

b) Sifat pandita: membelakangi kemewahan dunia, tidak punya interest-interest, dapat


melihat jauh ke depan

c) Sifat petani: jujur, sederhana, tekun, ulet, blaka

d) Sifat guru : memberikan teladan baik.

3. Landasan Pengabdian (Sri Mangkunegara 1)


a) Ruwangsa handarbeni (merasa ikut memiliki negara)

b) Wajib melu angrungkebi (wajib ikut bela negara)

c) Mulat Sarira hangrasa wani (mawas diri untuk bersikap berani)

Kepemimpinan pancasila mengisyaratkan bahwa seorang pemimpin yang baik adalah


pemimpin yang mengamalkan nilai-nilai pancasila dalam kepemimpinanya, baik itu nilai
keTuhanan, nilai kemanusiaan, nilai persatuan, nilai kerakyatan, dan nilai keadilan. Secara lebih
terperinci akan dijelaskan sebagai berikut:

1. Kepemimpinan Thesis atau yang berke-Tuhanan Yang Maha Esa


Kepemimpinan Thesis adalah kepemimpinan yang religius dan melaksanakan hal-hal yang
harus diperbuat yang diperintahkan Tuhannya, dan menjauhkan diri dari setiap larangan Tuhan
dan agamanya. Kepemimipinan ini didasarkan pada sila pertama yaitu ke-Tuhanan Yang Maha
Esa. Kepemimpinan tipe thesis ini biasanya dimainkan oleh tokoh-tokoh agama, tokoh-tokoh
religius dan pemimpin yang taat pada aturan agamanya. Ajaran-ajaran agama menjadi tolak ukur
setiap tindakan yang diambil oleh pemimpin yang seperti ini. Konsep kepemimpinan thesis ini
sangat susah diterapkan karena merupakan konsep ideal suatu kepemimpinan, dan merupakan das
sein namun das sollennya tidak semua pemimpin mampu mewujudkannya. Kepemimpinan tipe ini
sangat dipengaruhi oleh ajaran agama yang dianutnya, misalnya Islam dengan gaya nabi
panutannya yaitu Nabi Muhammad, kemudian Kristen dengan tokoh panutannya yaitu Jesust Crist,
serta Hindu dan Budha dengan Dewa yang mereka yakini sebagai tokoh panutan dalam bertindak.

2. Kepemimpinan yang humanis


Kepemimpinan model ini berdasarkan sila ke-2 pancasila kita yaitu kemanusiaan yang adil
dan beradab. Maka setiap tindakan kepemimpinan harus berdasarkan perikemanusiaan,
perikeadaban dan perikeadilan. Perikemanusiaan diartikan sebagai suatu tindakan yang didasarkan
nilai-niali kemanusiaan yang menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia. Perikeadaban dimaksudkan
sebagai nilai-nilai manusia yang beradab, yang memiliki etika sosial yang kuat dan menjunjung
tinggi kebersamaan yang harmonis. Kemudian perikeadilan dianggap sebagai prilaku pemimpin
yang adil kepada setiap orang yang dipimpinnya, adil bukan berarti sama rata, namun adil sesuai
dengan hak dan kewajibannya atau sesuai dengan porsinya. Praktek kepemimpinan model ini juga
tidak gampang, perlu pembelajaran dan penghayatan yang mendalam dan harus tertanam dalam
sikap dan tingkah laku sehari-hari para pemimpin model ini.

3. Kepemimpinan yang unitaris atau nasionalis


Kepemimpinan yang mengacu pada sila ke-3 ini yaitu persatuan indonesia tidak boleh
melepaskan diri dari nasionalisme yang sehat. Nasionalisme diartikan sebagai kesetiaan tertinggi
dari setiap inividu ditujukan kepada kepribadian bangsa.

4. Kepemimpinan demokratik
Kepemimpinan administratif yang mengacu pada sila ke-4 yaitu kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan atau dengan kata lain
adalah kepemimpinan demokratis pancasila. Adapun ciri-ciri kepemimpinan yang demokratis
pancasila ini menurut Drs. Sukarna adalah sebagai berikut:
a. Kepemimpinan administartif tunduk dan taat kepada kehendak serta aspirasi-aspirasi rakyat di
dalam segala bidang baik yang menyangkut politik, ekonomi, sosial, dan budaya.
b. Kepemimpinan administratif selalu melaksanakan amanat rakyat yang tertuang dalam falsafah
hidupnya sendiri, UUD dan aturan lain yang ada dibawahnya yang merupakan aspirasi dan suara
rakyat
c. Kepemimpinan demokratik selalu menjunjung tinggi falsafah yang mendahulukan kepentingan
umum diatas kepentingan pribadi, buka ororiter atau tirani
d. Kepemimpinan demokratik harus menjunjung tinggi penegakan hukum, karena negara kita adalah
negara hukum
e. Kepemimpinan administratif mempunyai kewajiban untuk menegakan HAM
f. Kepemipinan yang demokratik pada dasarnya tidak memusatkan kekuasaan pada satu tangan,
namun meyerahkannya kepada pembagian yang proporsional.

5. Kepemimpinan social justice


Kepemimpinan yang didasarkan pada sila ke-5 yaitu keadilan sosial bagi seluruh rakyat
indonesia. Kepemimpinan berkeadilan itulah konsep dasar teori ini, adil dalam hal ini bukan sama
rata dan sama rasa, namu lebih pada adil yang sesuai dengan hak dan kewajibannya, harus
proporsional, oleh karena itu untuk menerapkan kepemimpinan ini perlu strategi yang tepat untuk
mengasah kemampuan membuat suatu kebijaksanaan yang benar-benar bijaksana. Pemimpin yang
menganut paham ini harus pandai membaca situasi, harus pandai mencari kearifan dan
menemukan hal-hal yang tidak pernah dikemukakan orang lain yang benar-benar sesuai dengan
kondisi masyarakat. Ada beberapa ciri-ciri kepemimpinan yang berkeadilan (Sukarna, 2006,75),
yaitu:
a. Kepemimpinan selalu mendahulukan kepentingan orang yang mengikutinya atau kepentingan
umum diatas kepentingan pribadi atau kelompok;
b. Tidak bersifat nepotisme atau mendahulukan orang-orang terdekat dalam setiap pengambilan;
c. Mampu menegakkan keadilan;
d. Tidak mungkin mewujudkan keadilan sosial jika dalam suatu negara atau suatu organisasi yang
pemimpinnya menganut paham otoriterisme, karena dalam konsep otoriterisme tidak meengenal
keadilan model ini;
e. Menempatkan pengikutnya diatas segalanya, karena dia sebagai pelayan pengikutnya.
BAB III
CONTOH KASUS
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Masyarakat indonesia adalah masyarakat majemuk, yang memiliki corak kebhinekaan,


baik etnis, suku, budaya, maupun keragaman dalam polotik dan ekonomi. Karena hal itu, kerap
menimbulakan pola pikir yang mementingkan kelompok atau primordialisme.
Kondisi yang demikian menyebabkan masyarakat Indonesia secara umum, masih sulit
mengadakan penyesuaian terhadap hadirnya nilai-nilai baru. Oleh karena itu, diperlukan sosok
kepemimpinan yang dapat mengintegrasikan keragaman tersebut dan dapat memadukan atau
menggali inspirasi dari nilai-nilai luhur Nusantara dan nilai-nilai kamajuan universal, yang disebut
dengan Kepemimpinan Pancasila.
Kepemimpinan yang berjiwa pancasila adalah pemimpin dambaan semua masyarakat
indonesia. Pemimpin yang selalu mendahulukan kepentingan masyarakat atau kepentingan
bersama dari pada kepentingan lain atau kepentingan pribadi. Pimpinanlah yang merupakan motor
pergerakan dari suatu usaha atau kegitan, juga dalam pengambilan keputusan, dan kebijakan yang
dapat mempermudah pencapaian tujuan dari organisasi itu secara efktif dan efisien.
Kepemimpinan Pancasila adalah kepemimpinan yang dapat memancarkan watak pribadi dan sikap
untuk membina berkembangnya rasa persatuan, kebersaman dan sikap untuk membina
berkembangnya rasa persatuan, kebersamaan , keselarasan, keseimbangan dan keserasian hidup.
Arti Kepemimpinan Pancasila adalah Kepemimpinan yang membawa masyarakat dalam
kesadaran bermasyarakat, berbangsa dan bernegara berdasarkan Pancasila dan UUD’45.
Keyakinan pemimpin pancasila :
1. Semangat Nasionalisme
2. Semangat Kekeluargaan
3. Semangat Gotong Royong
4. Pembangunan Isi Kemerdekaan
5. Pembangunan Falsafah Negara Pancasila
6. Pembangunan Amalan Pancasila
7. Pembangunan Fungsi Manajemen
8. Pembangunan Memadu Budaya Tradisi dan Modernisasi
9. Pembangunan Berazas Persatuan, Kebersamaan, Kesatuan
Dalam kepemimpinan Pancasila keterpaduan pola pikir modern dengan dengan pola
pikir Pancasila bertumpu pada :
1. Azas Kebersamaan
2. Azas Kekeluargaan dan Kegotong-royongan
3. Azas Persatuan dan Kesatuan dalam Kebhinekaan
4. Azas Selaras, Serasi dan Seimbang
Ada tiga sumber pokok Kepemimpinan Pancasila, yaitu:
1. Pancasila, UUD 1945, dan GBHN
2. Nilai-nilai kepemimpinan universal
3. Nilai-nilai spiritual nenek moyang.

B. SARAN
Indonesia membutuhkan pemimpin yang memimpin, bukan pemimpin yang dipimpin.
Pemimpin yang independen, merdeka tanpa ada tekanan dari pihak-pihak yang mencari
keuntungan pribadi. Pemimpi yang kuat, tangguh, jika saja Indonesia memiliki pemimpin yang
sangat tangguh tentu akan menjadi luar biasa. Karena jatuh bangun kita tergantung pada pemimpin,
pemimpin memimpin, pengikut mengikuti. Jika pemimpin sudah tidak bisa memimpin dengan
baik, cirinya adalah pengikut tidak mau lagi mengikuti. Oleh karena itu kualitas kita tergantung
kualitas pemimpin kita. Makin kuat yang memimpin maka makin kuat pula yang dipimpin. Selain
itu juga menjadi seorang pemimpin itu adalah amanah, begitu juga dengan para elite politik yang
duduk di struktur formal pemerintahan, mereka memperoleh jabatan karena rakyat telah
memberikan kepercayaan. Maka sudah menjadi keharusan bagi mereka untuk menyingkirkan apa
saja yang akan membuat murka hati rakyat dan menjauhkan diri dari apa saja yang akan membuat
rakyat menaruh benci.Pemimpin itu harus merakyat dan tidak menaruh jarak dengan rakyat, karena
adanya jarak akan mempersempit pengetahuan tentang kondisi rakyat.
DAFTAR PUSTAKA

Muchji, H.Ahmad. Drs., MM. dkk.2007. ‘’Pendidikan Kewarganegaraan’’. Jakarta:


Universitas Gunadarma

Muchji, H.Ahmad. Drs., MM. dkk.2011 " Pengertian Kepemimpinan Menurut Para Ahli”
.Jakarta: Universitas Gunadarma

Ricky, Arnold Nggili. 2016. Structural or Non Structural Leadership. Jakarta: Guepedia

Sejati, Dwi Fajar. 2015. RPUL (Rangkuman Pengetahuan Umum Lengkap) SD Kelas 4,5,& 6.
Jakarta: Cmedia

Anda mungkin juga menyukai