Anda di halaman 1dari 10

Etika Ilmuan Dalam Kegiatan Mengajar

DISUSUN OLEH :

M irwansyah Harahap (0104232107)


Rangga Rantis (0104232122)
Zumhrotul Husna (0104232115)

DOSEN PENGAMPU : Ainul Mardiyah, M.Psi

PRODI MANEJEMEN DAKWAH


FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA MEDAN
TA. 2024/2025
PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah swt yang maha kuasa karena
dengan rahmat serta karunianya, penulis dapat menyelesaikan makalah Etika
Ilmuan Dalam Kegiatan Mengajar dengan baik meskipun dalam pembuatan
makalah ini masih terdapat banyak kekurangan. Dalam makalah ini disajikan
beberapa penjelasan singkat mengenai Etika ilmuan dalam kegiatan mengajar
disertai dengan tambahan beberapa jurnal nasional sebagai referensi dan
pendukung bagi penulis dalam membuat makalah ini. Terima kasih saya ucapkan
kepada teman-teman seperjuangan yang telah mendukung kami sehingga saya
dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu. Meski telah disusun secara
maksimal, kami sebagai manusia biasa menyadari bahwa makalah ini masih jauh
dari kata sempurna. Karna itu kami mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca sekalian. Besar harapan saya, makalah ini dapat
menjadi sarana untuk membantu para pembaca. Demikian apa yang bisa kami
sampaikan, semoga pembaca dapat mengambil manfaat dari makalah ini.

Medan, 15 April 2024

Kelompok 4

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Etika adalah konsep penilaian sifat kebenaran atau kebaikan dari tindakan sosial
berdasarkan kepada tradisi yang dimiliki oleh individu maupun kelompok. Pembentukan etika
melalui proses filsafat sehingga etika merupakan bagian dari filsafat. Unsur utama yang
membentuk etika adalah moral. Kata 'etika' berasal dari bahasa Yunani Kuno yaitu ethos.
Secara umum, artinya kebiasaan atau kehendak baik yang bersifat tetap. Sedangkan dalam
bentuk tunggal, kata ini juga memiliki beberapa arti yang berkaitan dengan tempat atau
pemikiran. Tujuan etika bersifat deskriptif sekaligus preskiptif. Deskriptif berarti bahwa etika
menyajikan pengamatan tentang karakteristik individu. Sementara, preskriptif berarti bahwa
etika bertujuan untuk mengevaluasi tindakan manusia dan memberikan rekomendasi atau
persetujuan atas tindakan manusia.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penulisan makalah ini adalah :

1. Apa itu pengertian etika dan ilmuan ?

2. Apa itu pengertian etika mengajar?

3. Apa saja Prinsip Prinsip Etika Ilmuan dalam kegiatan mengajar?

C. Tujuan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah :

1. Untuk mengetahui Apa Itu etika dan ilmuan

2. Untuk mengetahui apa itu etika mengajar

3. Untuk mengetahui Prinsip Prinsip Etika Ilmuan Dalam dalam kegiatan mengajar

2
BAB II
PEMBAHASAN

Pengertian Etika dan Mengajar Serta Prinsip Prinsip

Etika Dalam Kegiatan Mengajar

A. Pengertian Etika

Kata etika berasal dari kata ethos (Yunani) yang berarti karakter, watak, kesusilaan atau adat.
Sebagai suatu subjek, etika berkaitan dengan konsep yang dimiliki individu ataupun kelompok
untuk menilai apakah tindakan-tindakan yang telah dikerjakannya itu salah atau benar,buruk
atau baik. Adapula yang mengatakan bahwa etika berasal dari Bahasa Inggris yang disebut
Ethic (Singular) yang berarti a system of moral principles or rules of behavior, atau suatu
sistem, prinsip moral, aturan atau cara berprilaku. Istilah etika berasal dari kata latin ethic (us)
dalam bahasa gerik: ethikos A body of moral principles or values. Ethic = arti sebenarnya ialah
kebiasaan. Jadi, dalam pengertian aslinya apa yang disebutkan baik itu ialah yang sesuai
dengan kebiasaan masyarakat (dewasa itu). Lambatlaun pengertian etika itu berubah seperti
pengertian sekarang: etika ialah suatu ilmu yang membicarakan masalah perbuatan atau
tingkah laku manusia, mana yang dapat dinilai baik dan mana yang jahat. Pengertian Etika
memiliki kesamaan dengan beberapa istilah yang titik singgungnya saling memiliki kedekatan.
Penyebutan istilah ini sangat sering kita dengar dalam berkehidupan di lingkungan kita, Seperti
Ahlak, Moral, Budi Pekerti, Karakter Dan Adab

B. Pengertian Ilmuan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, ilmuwan adalah, ”Orang yang ahli atau banyak
pengetahuannya mengenai suatu ilmu; orang yang berkecimpung dalam ilmu pengetahuan.
Mengacu ke definisi ini maka seorang ilmuwan itu adalah orang yang pengetahuannya luas di
atas pengetahuan masyarakat pada umumnya. Luasnya pengetahuan itu dimungkinkan karena
seorang ilmuwan itu selalu belajar, membaca, meneliti, mereproduksi dan mengembangkan
ilmu pengetahuan. Keseriusan berkecimpung dalam bidang ilmu yang ditekuni menjadikannya
seorang ahli dengan wawasan pengetahuan yang mendalam Sejarah perkembangan peradaban
manusia sangat dipengaruhi oleh sosok ilmuwan. Jumlah ilmuwan sesungguhnya sangat kecil
dibandingkan dengan jumlah masyarakat pada umumnya. Namun karena kekuatan gagasan,
konsep dan pemikirannya, jumlah yang sedikit tersebut justru mengendalikan jumlah yang
banyak. Kaum ilmuwan yang dalam realitasnya justru menentukan perjalanan sejarah. Dalam
perkembangannya, ilmu merupakan bagian yang tidak terpisah dari aktivitas manusia. Hal ini
terjadi semenjak zaman Yunani Kuno sampai era sekarang ini. Kegiatan ilmu ini berlangsung

3
secara dinamis sesuai dengan konteks sosial budaya yang ada. Masyarakat yang perkembangan
ilmunya produktif biasanya maju dan cepat berkembang. Sementara masyarakat yang
perkembangan ilmunya lambat biasanya tertinggal. Kunci penting yang menentukan
perkembangan ilmu adalah ilmuwan. Ilmuwan itu memiliki karakteristik unik. Bisa jadi antara
satu ilmuwan dengan ilmuwan yang lainnya memiliki karakteristik yang tidak sama.
Orientasinya bisa jadi juga berbeda. Titik pokok aktivitasnya memang dunia ilmu, tetapi ilmu
tersebut bisa digunakan sesuai dengan kepentingan ilmuwan. Ada yang menggunakannya
untuk kepentingan idealis berupa pengembangan ilmu, namun ada juga yang menggunakannya
untuk kepentingan yang lain, seperti eksistensi diri, ekonomi, budaya, dan bahkan politik.

C. Hubungan Antara Etik Dan Ilmuan

Menurut Raziel Abelson dalam Suparman Syukur Etika Religi menjelaskan bahwa istilah etika
juga sering digunakan dalam tiga perbedaan yang saling terkait, pertama merupakan pola
umum atau jalan hidup, kedua seperangkat aturan atau “kode moral”, dan ketiga penyelidikan
tentang jalan hidup dan aturan-aturan perilaku, Berbicara tentang etika dalam Islam tidak dapat
lepas dari ilmu akhlak sebagai salah satu cabang ilmu pengetahuan agama islam.

Oleh karena itu etika dalam Islam dapat dikatakan identik dengan ilmu akhlak, yaitu ilmu
tentang keutamaan-keutamaan dan bagaimana cara mendapatkannya agar manusia berhias
dengannya, dan ilmu tentang hal-hal yang hina dan bagaimana cara menjauhinya agar manusia
terbebas darinya. Oleh karena itu etika dalam Islam juga sering disebut sebagai Falsafah
Akhlaqiyyah. Selain kata akhlak, dalam Islam etika juga sering disebut dengan kata adab yang
berarti perilaku atau sopan santun, atau juga disebut “kehalusan dan kebaikan budi pekerti atau
kesopanan dan akhlak Adab sendiri juga berarti pengetahuan yang mencegah manusia dari
kesalahan-kesalahan penilaian.

Oleh karena itu etika dalam Islam juga sering disebut sebagai Falsafah Akhlaqiyyah. Selain
kata akhlak, dalam Islam etika juga sering disebut dengan kata adab yang berarti perilaku atau
sopan santun, atau juga disebut kehalusan dan kebaikan budi pekerti atau kesopanan dan akhlak
Adab sendiri juga berarti pengetahuan yang mencegah manusia dari kesalahan-kesalahan
penilaian. Namun secara substantive, sebenarnya apa yang disebut dengan etika, moral, akhlak
dan adab mempunyai arti dan makna yang sama, yaitu sebagai jiwa (ruh) suatu tindakan,
dengan tindakan itu perbuatan akan dinilai, karena setiap perbuatan pasti dalam prakteknya
akan diberi predikat-predikat sesuai dengan nilai yang terkandung dalam perbuatan itu sendiri,
baik predikat right (benar) dan predikat wrong (salah). Adapun hal yang membedakan antara
etika, moral, akhlak dan adab, yaitu terletak pada sumber yang dijadikan patokan untuk
menentukan baik buruk. Jika dalam etika penilaian baik buruk berdasarkan akal pikiran, moral
berdasarkan kebiasaan umum yang berlaku umum dimasyarakat, maka pada akhlak dan adab
ukuran yang digunakan untuk menentukan baik buruk adalah Al-Qur’an dan Hadis

4
Asep Umar Fahruddin dalam bukunya menjadi guru favorit, memberi makna “guru merupakan
profesi atau jabatan yang memerlukan keahlian khusus”. Ini berarti guru bertanggung jawab
sesuai dengan profesi dan jabatan dalam membimbing anak untuk mencapai kedewasaannya.
Menurut Undang-undang Guru dan Dosen, “guru adalah pendidik profesional dengan tugas
utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi
peserta didik pada pendidikan anak usia dini lajur Pendidikan formal, pendidikan dasar dan
pendidikan menengah

D. Pengertian Mengajar

Mengajar pada dasarnya merupakan suatu usaha untuk menciptakan kondisi atau sistem
lingkungan yang mendukung dan memungkinkan untuk berlangsungnya proses belajar.
Mengajar adalah menyampaikan pengetahuan pada anak didik, menanamkan pengetahuan itu
kepada anak didik dengan suatu harapan terjadi proses pemahaman. Pendidik dalam Agama
Islam sering disebut dengan uztadz, murabbi, mu‟allim, mu‟addib, mudarris dan mursyid.
Menurut peristilahan mempunyai tempat tersendiri dan mempunyai tugas masing masing

a. Ustadz biasa digunakan untuk memanggil seorang professor. Yakni seorang guru yang
dituntut untuk berkomitmen terhadap profesionalisme dalam mengembangkan
tugasnya.
b. Murabbi berasal dari kata rabb. Tuhan adalah sebagai rabb al-amin dan rabb an-nas
yakni yang menciptakan, mengatur, memelihara alam seisinya termasuk manusia.
Yakni orang yang mendidik dan menyiapkan peserta didik agar mampu berkreasi serta
mampu mengatur, dan memelihara hasil kreasinya untuk tidak menimbulkan
malapetaka bagi dirinya, masyarakat dan alam sekitarnya
c. Muallim berasal dari kata „ilm yang berarti menangkap hakikat sesuatu, menurut
Abudin Nata, mu‟allim juga berarti guru, pelatih, dan pemandu. Yakni orang yang
menguasai ilmu dan mampu mengembangkannya serta menjelaskan fungsinya dalam
kehidupan, menjelaskan dimensi teoretis dan praktisnya, sekaligus melakukan transfer
ilmu pengetahuan, internalisasi serta implementasi.
d. Mu‟addib berasal dari kata adab yang berarti moral, etika dan adab. Yakni orang yang
mampu menyiapkan peserta didik untuk3. Mengajar adalah usaha mengorganisasi
lingkungan sehingga menciptakan kondisi belajar bagi siswa. Perumusan ini dianggap
lebih maju daripada perumusan terdahulu, sebab menitikberatkan pada unsur siswa,
lingkungan dan proses belajar. Implikasi dari perumusan ini adalah Mengajar atau
mendidik itu adalah memberikan bimbingan belajar kepada murid. Pemberian
bimbingan mengajar menjadi kegiatan mengajar yang utama. Siswa sendiri yang
melakukan kegiatan belajar seperti mendengarkan ceramah, membaca buku, melihat
demonstrasi, menyaksikan pertandingan, mengarang dan sebagainya, dan peranan

5
guru mengarahkan, mempersiapkan, mengontrol dan memimpin sang anak agar
kegiatan belajarnya berhasil, Mengajar adalah kegiatan mempersiapkan siswa untuk
menjadi warga negara yang baik sesuai dengan tuntutan masyarakat. Rumusan ini
banyak didukung oleh para ahli yang menganut pandangan bahwa pendidikan itu
berorientasi kepada tuntutan masyarakat.

E. Prinsip Prinsip Etika Ilmuan Dalam Kegiatan Mengajar

lmuwan memiliki peran ganda, yaitu sebagai peneliti dan pengajar. Dalam kedua peran
tersebut, etika menjadi landasan fundamental yang memandu tindakan dan keputusan mereka.
Makalah ini membahas tentang etika ilmuwan dalam mengajar, dengan fokus pada prinsip-
prinsip utama, aplikasi dalam praktik mengajar, dan implikasinya bagi generasi penerus.
Etika ilmuwan dalam mengajar merupakan sebuah topik yang krusial, mengingat peran
penting ilmuwan dalam membentuk generasi penerus bangsa. Ilmuwan tidak hanya dituntut
untuk menyampaikan ilmu pengetahuan, tetapi juga menanamkan nilai-nilai moral dan etika
kepada para mahasiswanya.

Beberapa prinsip utama etika ilmuwan dalam mengajar meliputi:

Kejujuran dan Objektivitas: Ilmuwan harus menyampaikan informasi secara jujur dan
objektif, tanpa memihak atau menyembunyikan fakta. Hal ini penting untuk membangun
kepercayaan dan kredibilitas di mata mahasiswa.

Keadilan dan Kesetaraan: Ilmuwan harus memperlakukan semua mahasiswa dengan adil dan
setara, tanpa diskriminasi berdasarkan ras, gender, agama, atau latar belakang lainnya.

Kejelasan dan Ketelitian: Ilmuwan harus menyampaikan materi pelajaran dengan jelas,
akurat, dan mudah dipahami oleh mahasiswa. Hal ini dapat dicapai dengan menggunakan
bahasa yang lugas, contoh yang relevan, dan metode pengajaran yang efektif.

Tanggung Jawab dan Akuntabilitas: Ilmuwan harus bertanggung jawab atas apa yang mereka
ajarkan kepada mahasiswa. Hal ini berarti mereka harus siap untuk menjawab pertanyaan,
memberikan klarifikasi, dan menerima kritik dengan lapang dada.

Profesionalisme: Ilmuwan harus menjunjung tinggi profesionalisme dalam mengajar, dengan


menunjukkan sikap disiplin, tepat waktu, dan berpakaian rapi. Aplikasi Etika Ilmuwan dalam
Praktik Mengajar

Prinsip-prinsip etika ilmuwan dalam mengajar dapat diaplikasikan dalam berbagai aspek
praktik mengajar, seperti:

Penyusunan materi kuliah: Ilmuwan harus menyusun materi kuliah yang sesuai dengan
kurikulum dan relevan dengan kebutuhan mahasiswa. Materi tersebut harus memuat
informasi terbaru dan terkini dalam bidangnya.

6
Metode pengajaran: Ilmuwan harus memilih metode pengajaran yang tepat dan efektif untuk
menyampaikan materi kepada mahasiswa. Metode tersebut harus disesuaikan dengan gaya
belajar dan tingkat pemahaman mahasiswa.

Penilaian: Ilmuwan harus menggunakan sistem penilaian yang adil dan transparan. Kriteria
penilaian harus dijelaskan dengan jelas kepada mahasiswa sebelum dimulainya perkuliahan.

Interaksi dengan mahasiswa: Ilmuwan harus membangun interaksi yang positif dengan
mahasiswa. Hal ini dapat dilakukan dengan menciptakan suasana kelas yang kondusif,
menghargai pendapat mahasiswa, dan memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk
bertanya dan berdiskusi.

Pembimbingan: Ilmuwan harus memberikan bimbingan dan dukungan kepada mahasiswa


dalam proses belajar mereka. Hal ini dapat dilakukan dengan menyediakan waktu konsultasi,
memberikan masukan dan saran, dan membantu mahasiswa dalam menyelesaikan tugas-tugas
mereka.

Implikasi bagi Generasi Penerus.

Etika ilmuwan dalam mengajar memiliki implikasi yang signifikan bagi generasi penerus
bangsa. Generasi penerus yang dididik oleh ilmuwan yang berintegritas dan beretika tinggi
akan memiliki bekal yang kuat untuk menjadi individu yang berilmu pengetahuan dan
bermoral.

7
BAB lll

PENUTUP

A . Kesimpulan

Murid dan guru, belajar dan mengajar kedua objek ini masing- masingmempunyai etika yang
wajib dipatuhi. Karena yang dikehendaki dalam Islam,bukan hanya ahli dalam ilmu tertentu.
Tetapi juga mampu memiliki keutamaandiri. Anggun dalam moral unggul dalam Intelektual.
Kedua hal ini ibarat sisi koinyang tidak terpisahkan. Seseorang yang dalam kondisi belajar,
menyerap ilmudari guru yang megajarkan. Selayaknya menampilkan sikap hormat
danmemuliakan gurunya. Bersikap lembut dan kasih sayang murid kepada gurumenjadi hal
yang terelakkan

B. SARAN

Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna , kedepannya kami akan lebih
fokus dan detail dalam menyajikan materi tentang makalah ini dengan sumber sumber yang
lebih banyak tentunya dan dapat dipertanggung jawabkan

8
DAFTAR PUSTAKA
American Association of University Professors. (2004). Ethical Guidelines for
College Teaching.

Muhammad Ali 2007 Guru dalam Proses Belajar dan mengajar, Bandung: Sinar
Baru Algesindo

Hariyanto, Edi Etika Guru dalam Proses Belajar Mengajar Agama Islam Menurut
KH. Hasyim Asy’ari Dalam Kitab Adabul Alim wal Muta’allim. (thesis, I AIN Wali
Songo, 2011

Bertens, K. Etika. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2007.

Anda mungkin juga menyukai