Annas Akmalul Huda, Alip Alfiandi RM, Difla Maya Ilfana, Maulana Ilham Nugroho, Melin
Nurullah, M. Nasrudin Baihaqi
Abstrak: Naskah Serat Wulang Reh hasil karya Paku Buwono X ini memiliki nilai-
nilai etika kepemimpinan yang dapat diadopsi sebagai bahan pedoman untuk
contoh menjadi seorang Pemimpin yang baik dan ideal. Nilai-nilai etika
kepemimpinan tersebut disajikan dalam sebuah pupuh atau tembang Jawa. Untuk
menunjukkan bahwa naskah ini memiliki Nilai-Nilai Etika Kepemimpinan maka
perlu dilakukan suatu analisis penelitian kepustakaan dengan pendekatan metode
hermeneutika Dhiltey. Oleh karena itu, penulis memilih Serat Wulang Reh ini
sebagai sumber data yang akan penulis kaji. Adapun tujuan dari penelitian ini
untuk menunjukkan bahwa dalam Serat Wulang Reh ini terdapat nilai-nilai etika
kepemimpinan yang baik dan ideal. Hasil dari penelitian ini meliputi deskripsi
singkat Serat Wulang Reh, nilai-nilai etika kepemimpinan yang terdiri dari etika
terhadap Tuhan, etika terhadap manusia atau bawahan, dan juga larangan
seorang pemimpin.
A. Pendahuluan
B. Metode
Penelitian tentang Serat Wulang Reh juga dilakukan oleh Sri Yulita
Pramulia Panani (2019) berjudul “Serat Wulang Reh: Ajaran Keutamaan
Moral Membangun Pribadi Yang Luhur”dalam Jurnal Filsafat Vol. 29, No
2, Tahun 2019, hlm. 275-299. Penelitian tersebut berusaha untuk
menjawab pertanyaan mengenai keutamaan moral yang terkandung
dalam Serat Wulang Reh dan menerapkan ajaran keutamaan moral
tersebut agar dapat membentuk manusia dengan kepribadian luhur.
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah kepustakaan (Library
Research) dan menggunakan metode interpretasi, idealisme, komparasi,
C. Pembahasan
raja yang saleh yang ia ekspresikan dalam bentuk karya sastra dengan
nasihat islami dan beberapa bangunan keagamaan.
1. Saleh
Pemimpin yang ideal dalam pandangan agama Islam maupun Jawa
adalah orang yang saleh. Pemimpin yang saleh menandakan bahwa ia
dekat dengan Tuhan dan kedekatan itu termanifestasi dalam tingkah
lakunya yang baik. Kesalehan merupakan etika terpenting dalam
Salah satu sifat pemimpin saleh menurut Wulang Reh adalah senantiasa
bersyukur, tidak hanya dengan lidah melainkan rasa syukur itu masuk
terserap ke dalam hati, serta tidak pernah berputus asa dari pertolongan
Tuhan.
Sebagaimana pendapat al-Mawardi, adil adalah merupakan
keteguhan seseorang dalam jalan kebaikan dan menghindari jalan
sebaliknya. Sifat saleh yang tercakup dalam keadilan bagi seorang
pemimpin dalam serat Wulang Reh dijelaskan dengan sikap syukur,
yaitu memanfaatkan segala pemberian Tuhan dengan semestinya. Rasa
syukur dari seorang pemimpin sangat penting ditinjau dari sisi agama
karena pada dasarnya bersyukur adalah untuk kelanggengan nikmat
yang telah diperoleh.11 Korelasinya dengan pemimpin adalah jika ia
J10
URNAL THEOLOGIA — Volume AB, No.C, MonthDEFG
NAME AUTHOR: Main Title of Article ... (don’t entry name author and main title of article).
Ujub, riya, takabbur atau sombong adalah penyakit hati yang bisa
menjangkiti siapa saja, terlebih lagi para pemimpin yang mempunyai
kekuasaan atas orang lain. Ujub dan riya mempunyai tingkah laku yang
sama, yaitu menampakkan kelebihan kepada orang lain dengan niat-niat
yang buruk. Sedangkan takabbur atau sombong adalah perasaan lebih
tinggi dari orang lain. Keduanya merupakan penghalang terbesar bagi
hubungan manusia dengan Tuhan dan sesama manusia. Dalam
pandangan Jawa, kekuasaan datang kepada seseorang ketika ia pantas
mendapatkannya, yaitu apabila ia telah menjalani latihan-latihan rohani
agar kekuasaan kosmik mengalir kepadanya. Hal itu mengharuskan agar
pemimpin menghilangkan ego atau nafsu-nafsu pribadinya agar
kekuasaan tidak lenyap dari dirinya.16
Salah satu pedoman yang disebutkan al-Ghazali kepada para
pemimpin adalah agar tidak mengikuti nafsu syahwat pribadi seperti
memakai pakaian yang mahal dan makan makanan enak dengan angkuh.
Menurut al-Ghazali, hal-hal demikian bertolak belakang dengan keadilan
atau kesalehan seorang pemimpin.17 Logikanya, pemimpin yang
menuruti nafsu syahwatnya tidak layak untuk memimpin rakyatnya,
sebab ia tidak bisa memimpin dirinya sendiri untuk tidak menuruti
nafsu syahwat.
Kesabaran yang diajarkan dalam serat Wulang Reh pasti berguna bagi
seorang pemimpin dalam menjalankan kekuasaannya.
J12
URNAL THEOLOGIA — Volume AB, No.C, MonthDEFG
NAME AUTHOR: Main Title of Article ... (don’t entry name author and main title of article).
1
Nasruddin Anshoriy, Neo Patriotisme: Etika Kekuasaan dalam Kebudayaan
Jawa, (Yogyakarta: LkiS, 2008), hlm. 8.
2
Ken Blanchard, Hati Seorang Pemimpin, (Jakarta: Erlangga, 2005), hlm.
138.
3
Elok Noor Farida & Kusrini, Studi Islam Pendekatan Hermeneutik, dalam
Jurnal Penelitian, vol. 7, no. 2, Agustus (2013), hlm. 388.
4
Soedjipto Abimanyu, Kitab Terlengkao Sejarah Mataram. (Yogyakarta:
Saufa, 2015), hlm. 338.
5
Simuh, Sufisme Jawa, (Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia, 2019), hlm.
152.
6
K. Bertens, Etika, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1997), hlm. 6.
7
Pandangan Deontologi Kant bahwa etika murni adalah apriori tanpa
didasarkan atas pengalaman empiris. Manusia dengan sendirinya
mengetahui apa yang baik dan buruk. Simon Petrus L. Tjahjadi, Petualangan
Intelektual, (Yogyakarta: Kanisius, 2020), hlm. 286.
8
Franz Magnis-Suseno, Etika Jawa, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,
1984), hlm. 100.
9
Nurcholish Madjid, Islam Doktrin Dan Peradaban, (Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama, 2020), hlm. 71.
10
Abu Hasan al-Mawardi, Ahkam as-Sulthaniyyah, ed. Ahmad Jad, (Kairo: Dar
al-Hadits, 2006), hlm. 19.
11
Abu Hasan al-Mawardi, Adab ad-Din wa ad-Dunya, (Beirut: Dar al-Minhaj,
2013), hlm. 331.
12
Franz Magnis-Suseno, Op. Cit., hlm. 39.
13
Ahmad Daudy, Kuliah Filsafat Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1989), hlm.
51.
14
Suwardi Endaswara, Mistik Kejawen, (Yogyakarta: Narasi, 2022), hlm. 142.
15
Ahmad Daudy, Loc. Cit., hlm. 51.
16
Franz Magnis-Suseno, Op. Cit., hlm. 106.
17
Al-Ghazali, At-Tibr al-Masbuk fi Nasihah al-Muluk, (Beirut: Dar al-Kutub
al-‘Ilmiyyah, 1988), hlm. 27.
18
Abu Hasan al-Mawardi, Op.Cit., hlm. 361-367.
J14
URNAL THEOLOGIA — Volume AB, No.C, MonthDEFG
NAME AUTHOR: Main Title of Article ... (don’t entry name author and main title of article).
22
Ibid., hlm. 205-206.
J16
URNAL THEOLOGIA — Volume AB, No.C, MonthDEFG
NAME AUTHOR: Main Title of Article ... (don’t entry name author and main title of article).
1. Tegas
https://widyagama.ac.id/iwan-nugroho/wp-content/uploads/2012/01/MC
W-Etika-Kepemimpinan-jabatan-publik-feb-2013.pdf.
Kalau tak berhenti ketika dimarahi dari sifat malas, segera jatuhkan
tindakan. Sepantasnya dengan kesalahannya. Yang kuat (dalam
mendidik) agar menjadi teladan. (Wulang Reh, Pocung, bait ke-10,
hlm. 269).
25
Muhammad Iqbal & Amin Husein Nasution, Pemikiran Politik Islam,
(Jakarta: PRENADAMEDIA GROUP, 2015), hlm. 37.
J18
URNAL THEOLOGIA — Volume AB, No.C, MonthDEFG
NAME AUTHOR: Main Title of Article ... (don’t entry name author and main title of article).
2. Tenang
26
Franz Magnis-Suseno, Op. Cit., hlm. 102.
pintar dalam semua perbuatan. ( Wulang Reh, Mijil, bait ke-1, hlm.
284)
3. Adil
J20
URNAL THEOLOGIA — Volume AB, No.C, MonthDEFG
NAME AUTHOR: Main Title of Article ... (don’t entry name author and main title of article).
Pemimpin harus memiliki sikap adil dan keadilan, dua kata yang
berasal dari kata yang sama namun memiliki perbedaan dalam
penafsiran termasuk dalam masalah kepemimpinan. Keadilan bukan
hanya berarti menempatkan sesuatu secara proporsional. Adil juga
mencakup penyamarataan perlakuan, atau dalam konteks pemimpin
c. Larangan Pemimpin
29
Ibid., hlm. 60.
J22
URNAL THEOLOGIA — Volume AB, No.C, MonthDEFG
NAME AUTHOR: Main Title of Article ... (don’t entry name author and main title of article).
Jangan sampai kau terlanjur dengan tingkah polah yang tidak jujur,
jika sudah terlanjur akan mencelakakan, dan hal itu tidak baik.
(Wulang Reh, Pupuh Gambuh, bait ke-2, hlm. 67)
Salah satu larangan pemimpin adalah brsikap tidak jujur karena hal
itu akan membawa manusia ke dalam hal merugikan. Bukan hanya
untuk dirinya sendiri tetapi juga kepada orang lain.
Kejujuran bagi seseorang membawa banyak manfaat. Sebaliknya
kedustaan membawa banyak petaka dan hal buruk lain. Premis ini lebih
30
Suparman Syukur, Etika Religius, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004),
hlm. 274
J24
URNAL THEOLOGIA — Volume AB, No.C, MonthDEFG
NAME AUTHOR: Main Title of Article ... (don’t entry name author and main title of article).
oleh watak yang tak pantas bagi (orang) yng berbudi. Watak kotor
yang tak dibenarkan, jika bersatu dengan diri manusia. (Wulang Reh,
Pupuh Pangkur, bait ke 12-13, hlm. 124-126)
Dari bait diatas telah dijelaskan beberapa sikap yang tidak boleh
dimiliki oleh para pemimpin. Jikalau seorang pemimpin memiliki sikap
yang disebutkan diatas maka rakyat yang dipimpinnya tidak akan
pernah bisa merasa makmur. Hal ini disebabkan karena sikap yang
dimiliki pemimpin tersebut melenceng jauh dari ciri seorang pemimpin
yang ideal.
4. Jangan Bersikap Sombong
Kebanyakan dari beberapa orang yang sukses menjadi pemimpin
biasanya lupa dengan masa lalu yang menjadikannya seperti sekarang.
Kesalahan saat menjadi pemimpin adalah memiliki sikap sombong,
dimana sikap sombong dalam Islam maupun Jawa ini sangat tidak
disukai. Dengan ini, salah satu larangan bagi pemimpin adalah tidak
boleh memiliki sikap sombong, baik dengan bawahan ataupun dengan
masyarakatnya.
Menjadi pemimpin yang baik adalah tidak memiliki salah satu sikap
jelek, yaitu sombong. Sikap sombong merupakan penyakit hati yang
berbahaya, sebenarnya orang yang memiliki sikap sombong ini akan
dikutuk di sisi Allah. Bahaya yang disebabkan dari kesombongan kepada
orang yang bersifat dengannya ada empat hal, yaitu: Pertama,
terhalangnya kebenaran dan buta hati akan paham dari ayat-ayat suci
Al-Qur,an. Kedua, mendapat murka dari Allah. Ketiga, kehinaan di dunia
dan akhirat. Keempat, mendapat neraka dan azab di akhirat kelak. Maka
alangkah baikya manusia yang memiliki akal tidak bersikap sombong
dan perlu memperbaiki dirinya serta selalu berlindung kepada Allah
SWT.31
J26
URNAL THEOLOGIA — Volume AB, No.C, MonthDEFG
NAME AUTHOR: Main Title of Article ... (don’t entry name author and main title of article).
Dalam Serat Wulang Reh dijelaskan pada bait ke 6-7. Pada Pupuh
Durma yang berbunyi:
Maka dari itu, kesombongan tidak boleh dimiliki oleh setiap orang,
lebih-lebih seorang pemimpin. Pemimpin yang sombong sangat
menyengsarakan rakyatnya. Sejarah mencatat bagaimana akhir cerita
dari pemimpin-pemimpin yang sombong.
32
Suparman Syukur, Op. Cit., hlm. 270.
J28
URNAL THEOLOGIA — Volume AB, No.C, MonthDEFG
NAME AUTHOR: Main Title of Article ... (don’t entry name author and main title of article).
Maksud dari bait di atas adalah siapapun itu, baik muda atau tua
perlu menjaga perkataannya, tidak boleh berkata kasar seperti
mengumpat dan mencela. Kalaupun orang lain melakukan kesalahan
maka cukup untuk menegur dan membenarkan saja tanpa harus
menjatuhkan harga diri orang gtersebut.
Selain dari pada itu, seorang pemimpin harus memiliki sikap yang
tegas dan tidak mudah tersinggung, tidak boleh menyia-nyiakan waktu
287.
34
Hadari Nawawi, Kepemimpinan Menurut Islam, (Yogyakarta: Gajah Mada
University Press, 1993), hal. 27
35
Sondang P. Siagian, Organisasi, Kepemimpinan dan Perilaku Adsministrasi,
(Jakarta: Haji Masa Agung, 1991), hal. 24.
J30
URNAL THEOLOGIA — Volume AB, No.C, MonthDEFG
NAME AUTHOR: Main Title of Article ... (don’t entry name author and main title of article).
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Ab, Muhammad. 2014. Penyakit Hati & Pengobatannya. Banda Aceh: PeNa.
Abimanyu, Soedjipto. 2015. Kitab Terlengkap Sejarah Mataram. Yogyakarta:
Saufa.
Al-Ghazali. 1998. At-Tibr al-Masbuk fi Nasihah al-Muluk. Beirut: Dar al-Kutub
al-‘Ilmiyyah.
Al-Mawardi, Abu Hasan. 2006. Ahkam as-Sulthaniyyah. Kairo: Dar al-Hadits.
Al-Mawardi, Abu Hasan. 2013. Adab ad-Din wa ad-Dunya. Beirut: Dar al-
Minhaj, 2013.
Anshoriy, Nasruddin. 2008. Neo Patriotisme: Etika Kekuasaan dalam
Kebudayaan Jawa. Yogyakarta: LkiS.
Blanchard, Ken. 2005. Hati Seorang Pemimpin. Jakarta: Erlangga.
Bertens, Kees. 1997. Etika. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Daudy, Ahmad. 1989. Kuliah Filsafat Islam. Jakarta: Bulan Bintang.
Endaswara, Suwardi. 2022. Mistik Kejawen. Yogyakarta: Narasi.
Engineer, Asghar Ali. 2021. Islam Dan Teologi Pembebasan. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Handoyo, Eko. 2013. Pendidikan Antikorupsi. Yogyakarta: Penerbit Ombak.
Iqbal, Muhammad & Amin Husein Nasution. 2015. Pemikiran Politik Islam,
Jakarta: PRENADAMEDIA GROUP.
Madjid, Nurcholish. 2020. Islam Doktrin Dan Peradaban. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
Nawawi, Hadari. 1993. Kepemimpinan Menurut Islam. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press.
Siagian, Sondang P. 1991. Organisasi, Kepemimpinan dan Perilaku Adsministrasi,
Jakarta: Haji Masa Agung.
Simuh. 2019. Sufisme Jawa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Suseno, Franz Magnis. 1984. Etika Jawa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Syarifuddin, Amir. 2003. Garis-Garis Besar Fiqh. Jakarta: Kencana.
Syukur, Amin. 2004. Zuhud Di Abad Modern. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
J32
URNAL THEOLOGIA — Volume AB, No.C, MonthDEFG
NAME AUTHOR: Main Title of Article ... (don’t entry name author and main title of article).