Dosen Pengampu
Di susun Oleh :
Kelompol I
1443 H / 2021
KATA PENGANTAR
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.
Kelompok 2
i
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penentu utama tingkah laku dewasa yang masak adalah seperangkat sifat
yang terorganisir dan seimbang yang mengawali dan membimbing tingkah
laku sesuai dengan psinsip otonomi fungsional. Tidak semua orang dewasa
mencapai kematangan penuh. Ada individu-individu yang sudah dewasa
namun motivasi-motivasinya masih bersifat kekanak-kanakan. Rupanya tidak
semua orang dewasa bertingkah laku mengikuti prinsip-prinsip yang jelas dan
rasional. Akan tetapi sejauh mana mereka menghindari motivasi-motivasi
yang tidak disadari dan sejauh mana sifat-sifat mereka tidak lagi berhubungan
dengan sumber-sumber yang berasal dari masa kanak-kanak memang bisa
dijadikan ukuran normalitas dan kematangan mereka. Hanya dalam diri
individu yang sangat tergantung kita menemukan orang dewasa yang
bertingkah laku tanpa menyadari apa sebabnya ia bertingkah laku demikian,
yang tingkah lakunya lebih erat berhubungan dengan peristiwa-peristiwa
yang terjadi pada masa kanak-kanak daripada dengan peristiwa-peristiwa
yang terjadi kini atau pada masa yang akan datang.
Nabi Muhammad SAW, merupakan pribadi yang memiliki karakter yang
perlu diteladani. Bahkan Allah SWT, menetapkan bahwa Nabi Muhammad
SAW, sebagai suri teladan yang baik:
لَقَ ْد َكانَ لَ ُك ْم فِي َرسُو ِل هَّللا ِ أُس َْوةٌ َح َسنَةٌ لِ َم ْن َكانَ يَرْ جُو هَّللا َ َو ْاليَوْ َم اآل ِخ َر َو َذ َك َر هَّللا َ َكثِيرًا
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik
bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan)
hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. (Q.S. Al-Ahzab (33) : 21)
Bung Karno sebagai salah satu bapak pendiri bangsa (founding fathers)
dalam berbagai kesempatan mengingatkan bangsa Indonesia akan pentingnya
Kepribadian dan karakter. Pembangunan watak bangsa sangat diperlukan,
tidak hanya bersifat horizontal tetapi juga bersifat vertikal.
2
Untuk menjawab pertanyaan itu maka kita akan bahas pada makalah
ini.
B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan hubungan kepribadian manusia dengan karakter?
2. Jelaskan dinamika kepribadian manusia?
3. Jelaskan kepribadian dan karakter manusia dalam perspektif pendidikan
islam?
4. Jelaskan tentang karakteristik sebagai pembentuk kepribadian manusia?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui hubungan kepribadian manusia dengan karakter.
2. Untuk mengetahui sikap, sifat, temperamen dan watak manusia.
3. Untuk mengetahui karakteristik manusia.
4. Untuk mengetahui Faktor yang mempengaruhi kepribadian manusia.
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
yang pertama kali dilihat orang. Meskipun citra, teknik, dan keterampilan
bergaul dapat mempengaruhi keberhasilan penampilan anda, bobot dari
efektivitas yang sesungguhnya terletak pada karakter yang baik. Karakter
dalam khasanah Islam sering disebut dengan tabiat, sedangkan kepribadian
dalam khasanah islam sering disebut juga akhlaq. Akhlaq menurut Al
Ghazali, terdiri dari empat tatanan. Tatanan pertama disebut
dengan kepandaian yaitu kondisi jiwa yang dengannya kebenaran dapat
dibedakan dari kesalahan. Kedua adalah keseimbangan yaitu suatu kondisi
jiwa peningkatan serta penurunan rasa marah dan syahwat yang dapat
dikendalikan dan membawanya pada putusan akal. Tatanan ketiga
adalah keberanian yang merupakan
induknya daya, sedangkan yang terakhir adalah kesederhanaan yaitu ter
disiplin nya daya syahwat oleh akal dan hukum.
B. DINAMIKA KEPRIBADIAN
1. Sikap
Sikap atau yang dalam bahasa inggris disebut attitude adalah suatu cara bereaksi
terhadap suatu perangsang. Suatu kecendrungan untuk bereaksi dengan cara
tertentu terhadap suatu situasi yang dihadapi. Bagaimana reaksi seseorang jika ia
terkena sesuatu rangsangan baik mengenai orang, benda-benda, ataupun situasi-
situasi yang mengenai dirinya. Jalaluddin Rakhmat ( 1992 : 39 ) mengemukakan 5
pengertian sikap, yaitu:
5
yang disukai, diharapkan, dan diinginkan, mengesampingkan apa
yang tidak diinginkan, apa yang harus dihindari.
c. Sikap lebih menetap. Berbagai studi menunjukkan sikap politik
kelompok cenderung dipertahankan dan jarang
mengalami pembahan.
d. Sikap mengandung aspek evaluatif: artinya mengandung nilai
menyenangkan atau tidak menyenangkan.
5.Sikap timbul dari pengalaman: tidak dibawa sejak lahir, tetapi
merupakan hasil belajar. Karena itu sikap dapat diperteguh atau
diubah.
Dari beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
sikap adalah keadaan diri dalam manusia yang menggerakkan
untuk bertindak atau berbuat dalam kegiatan sosial dengan
perasaan tertentu di dalam menanggapi obyek situasi atau kondisi
di lingkungan sekitarnya. Selain itu sikap juga memberikan
kesiapan untuk merespon yang sifatnya positif atau negatif
terhadap obyek atau situasi.
2. Sifat
6
a. Anguinisi (yang banyak darahnya), sifatnya periang, gembira,
optimis, lekas berubah-ubah stemming-nya.
b. Kolerisi (yang banyak empedu kuningnya), sifatnya garang, hebat,
lekas marah , agresif.
c. Flegmatisi (yang banyak lendirnya), sifatnya lamban, tenang, tidak
mudah berubah.
d. Melankolisi (banyak empedu hitamnya), sifatnya muram, tidak
gembira, pesimistis.
3. Watak
Watak adalah struktur batin manusia yang pada kelakuan dan
perbuatannya, yang tertentu dan tetap. Ia merupakan ciri khas dari
pribadi orang yang bersangkutan. Allport beranggapan
bahwa watak dan kepribadian adalah satu dan sama, akan
tetapi, dipandang dari segi yang berlainan. Kalau orang hendak
mengadakan penilaian (jadi mengenakan norma), maka lebih tepat
dipakai istilah “watak”; tapi kalau bermaksud menggambarkan
bagaimana adanya (jadi tidak melakukan penilaian) lebih tepat
dipakai istilah “kepribadian.” Kerchensteiner mengemukakan
sebagai berikut: “watak ialah keadaan jiwa yang tetap, tempat
semua perbuatan, kemauan ditetapkan/ditentukan oleh prinsip yang
ada dalam alam kejiwaan.” Jadi menurut Kerchensteiner watak
manusia terbukti dalam kemauan dan perbuatannya.
Kerchensteiner membagi watak manusi menjadi dua bagian, yakni
watak biologis dan watak intelijibel. Watak biologis mengandung
nafsu/dorongan insting yang rendah, yang terikat kepada
kejasmanian atau kehidupan biologisnya. Watak biologis ini tidak
dapat diubah dan dididik. Sedangkan watak intelijibel ialah yang
bertalian dengan kesadaran dan intilijensi manusia. Watak ini
mengandung fungsi-fungsi jiwa yang tinggi, seperti: kekuatan
kemauan, kemauan membentuk pendapat atau berpikir, kehalusan
dan perasaan.
7
Kepribadian manusia perspektif pendidikan Islam
Menurut Ahmad Tafsir, manusia adalah makhluk yang perkembangannya
dipengaruhi oleh pembawaan dan lingkungan. Lebih lanjut beliau
mengatakan bahwa manusia mempunyai banyak kecenderungan, ini
disebabkan oleh banykanya potensi yang dimiliki.
Dalam pribadi manusia terdapat segumpal dalrah yang sangat berpengaruh
dalam menentukan pribadinya. Sebagaimana sabda Nabi:
8
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang
demokratis serta bertanggung jawab. Keberhasilan pembentukan
kepribadian dalam pendidikan karakter perlu didukung oleh (1) komitmen
dari seluruh pemangku kepentingan dalam menyukseskan
penyelenggaraan pendidikan karakter; (2) konsistensi kebijakan dan
pelaksanaan kebijakan pendidikan karakter; (3) keterpaduan dan
keberlanjutan sIstem pengembangan program dan kegiatan pendidikan
karakter; (4) pengarusutamaan pendidikan karakter dalam system
pendidikan nasional; dan (5) penjaminan mutu pendidikan karakter; dan
(6) peran serta masyarakat dan dunia usaha secara aktif dalam pendidikan
karakter.
D. karakteristik sebagai pembentuk kepribadian manusia
a. Karakteristik Personal
Kartini Kartono (2000:82-83), mengemukakan empat ciri-ciri khas
pribadi yang bermental sehat meliputi:
1. Ada koordinasi dari segenap usaha dan potensinya, sehingga
orang mudah melakukan adaptasi terhadap tuntutan lingkungan,
standar, dan norma sosial serta perubahan social yang serba cepat.
2. Memiliki integrasi dan regulasi terhadap struktur kepribadian
sendiri sehingga mampu memberikan partisipasi aktif kepada
masyarakat.
3. Dia senantiasa giat melaksanakan proses realisasi diri (yaitu
mengembangkan secara riil segenap bakat dan potensi), memiliki
tujuan hidup, dan selalu mengarah pada transendensi diri, berusaha
melebihi keadaan yang sekarang.
4. Sehat lahir dan batinnya, tenang harmonis kepribadiannya,
efisien dalam setiap tindakannya, serta mampu menghayati
kenikmatan dan kepuasan dalam pemenuhan kebutuhannya.
Selain itu, karakteristik personal dari kesehatan mental adalah
memiliki fisik yang sehat. Diakatakan sehat bila secara fisiologis
(fisik) terlihat normal tidak cacat, tidak mudah sakit, tidak
kekurangan sesuatu apapun. Kemampuan fisik adalah kemampuan
tugas-tugas yang menuntut stamina keterampilan, kekuatan, dan
9
karakteristik serupa. Penelitian terhadap berbagai persyaratan yang
dibutuhkan dalam ratusan pekerjaan telah mengidentifikasi
sembilan kemampuan dasar yang tercakup dalam kinerja dari
tugas-tugas fisik. Setiap individu memiliki kemampuan dasar
tersebut berbeda-beda.
b. Karakteristik Intelektual
c. Karakteristik Sosial
10
memenuhi hakhak pribadi tanpa melupakan atau melanggar hak-
hak orang lain. Segala aktivitasnya ditunjukkan untuk mencapai
kebahagiaan bersama. Dalam hal ini manusia harus memegang
prinsip bahwa tidak akan mengorbankan hak-hak orang lain demi
kepentingannya sendiri di atas kerugian orang lain.
d. Karakteristik Emosional
11
antusiasme dan ketangguhan untuk menghadapi tantangan dan
perubahan. Hal ini mencakup kemampuan untuk mempercayai
orang lain serta mengelola konflik dan mengatasi kekecewaan
dengan cara yang paling konstruktif.
12
perbedaan antar individu. Sejak faktor-faktor genetis berkontribusi
pada perkembangan otak, tipe analisis ini membuka kesempatan
pada para psikolog kepribadian untuk memahami kaitan dari gen
terhadap sistem biogis hingga khirnya pada perilaku melalui suatu
cara yang akurat. Para peneliti analisis evolusioner memilih untuk
mencari dasar genetis yang dimiliki oleh keseluruhan manusia pada
manusia, yaitu hal-hal psikologis yang dimiliki oleh semua orang
secara umum.
2. Faktor Lingkungan
Seseorang yang tidak tumbuh dalam suatu lingkungan social
dengan orang lain, maka ia tidak akan menjadi seseorang dalam
suatu lingkungan social dengan orang lain. Beberapa penentu dari
lingkungan membuat orang-orang terlihat mirip satu sama lain,
sekaligus berkontribusi terhadap perbedaan individual dan
keunikan individual. Penentu-penentu dari lingkungan yang telah
terbukti penting dalam penelitian mengenai perkembangan
kepribadian ini, meliputi (Daniel dan Lawrence 2011) :
1. Budaya
Budaya dapat memberikan suatu pengaruh pada kepribadian secara
terselubung. Budaya diaman kita tinggal menentukan kebutuhan
kita
dan makna yang kita rasakan dalam pemuasan terhadap kebutuhan-
kebutuhan kita dan makna yang kita rasakan.
2. Kelas Sosial
Banyak aspek dari kepribadian seorang individu hanya dapat
dipahami dengan mengacu kepada kelompok tempat orang tersebut
berada. Beberapa faktor mempunyai peran bagi para individu
dalam bagaimana memandang diri mereka dan bagaimana mereka
memandang anggota
dari kelas social lain sebagaimana mereka mencari uang dan
menghabiskannya.
3. Keluarga
13
Menurut (Park, 2004), salah satu faktor penentu lingkungan yang
paling penting adalah pngaruh keluarga. Setiap pola perilaku orag
tua mempengaruhi perkembangan kepribadian dari sang anak.
4. Teman Sebaya
Beberapa psikolog memandang pengaruh teman sebaya sebagai hal
yang lebih penting bagi perkembangan kepribadian dibandingkan
dengan pengalaman keluarga. Kelompok teman sebaya melakukan
sosialisasi peraturan-peraturan perilaku yang baru terhadap
individu.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hubungan antara kepribadian dan karakter
dapat diilustrasikan sebagai sebuah gunung es. Puncak gunung es
(kepribadian) adalah apa yang pertama kali dilihat orang.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembacanya, dan bernilai ibadah
bagi penulis/penyusunnya. Selanjutnya, saya menyadari bahwa manusia
tidak terlepas dari khilaf dan salah, dan saya juga menyadari bahwa banyak
kekurangan dalam menyusun makalah yang sederhana ini karena
keterbatasan ilmu dan materi yang kami miliki. Untuk itu, kritik dan saran
14
sangat saya harapkan agar kami bisa lebih baik dalam menyusun makalah.
DAFTARPUSTAKA
15
2007), hlm. 3
16