Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

“ Hubungan Kepribadian Manusia Dengan Karakter”

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah

Pendidikan Karakter dan Nilai Ilahiyah

Dosen Pengampu

Mujibur Rahman, S. Ag. MM

Di susun Oleh :

Kelompol I

- Muhammad Dahyar Najmi - Nurul Sa’dah


- Lisda Windari - Pansyah
- Mirojiah - Radiyati Atiq
- Muhammad Sabar Ibrahim - Rahmawati
- Muhammad Sultan Ariefudin

SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH (STIT)

DARUL ULUM KOTABARU

1443 H / 2021
KATA PENGANTAR

‫بسم هللا الرحمن الرحيم‬


‫ اشهد ان ال‬،‫الحمدهللا رب العلمين و الصّالة والسّالم على سيّدنا وحبيبنا وموالنا مح ّمد صلّي هللا عليه وسلّم‬
‫اله‬.
Puji dan syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun
makalah ini dengan baik dan benar, serta tepat pada waktunya. Dalam makalah ini
kami akan membahas mengenai “Hubungan Kepribadian Dengan Karakter”.

Dalam pembuatan makalah ini kami telah berusaha dengan mengumpulkan


referensi-referensi melalui buku dan internet sesuai dengan kemampuan yang
kami miliki, tetapi karena adanya berbagai keterbatasan maka tidak menutup
kemungkinan dalam makalah ini terdapat kesalahan. Oleh karena itu penulis
mengharapkan saran perbaikan penulisan untuk mencapai kesempurnaan.

Dalam penulisan makalah ini kami menyampaikan ucapan terimakasih yang


sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan
makalah ini, khususnya kepada dosen kami yang telah memberikan tugas dan
petunjuk kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada


makalah ini. Oleh karena itu, kami mengharap pembaca untuk memberikan saran
serta kritik yang dapat membangun kami dari pembaca sangat kami harapkan
untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.

Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Kotabaru, September 2021

Kelompok 2

i
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penentu utama tingkah laku dewasa yang masak adalah seperangkat sifat
yang terorganisir dan seimbang yang mengawali dan membimbing tingkah
laku sesuai dengan psinsip otonomi fungsional. Tidak semua orang dewasa
mencapai kematangan penuh. Ada individu-individu yang sudah dewasa
namun motivasi-motivasinya masih bersifat kekanak-kanakan. Rupanya tidak
semua orang dewasa bertingkah laku mengikuti prinsip-prinsip yang jelas dan
rasional. Akan tetapi sejauh mana mereka menghindari motivasi-motivasi
yang tidak disadari dan sejauh mana sifat-sifat mereka tidak lagi berhubungan
dengan sumber-sumber yang berasal dari masa kanak-kanak memang bisa
dijadikan ukuran normalitas dan kematangan mereka. Hanya dalam diri
individu yang sangat tergantung kita menemukan orang dewasa yang
bertingkah laku tanpa menyadari apa sebabnya ia bertingkah laku demikian,
yang tingkah lakunya lebih erat berhubungan dengan peristiwa-peristiwa
yang terjadi pada masa kanak-kanak daripada dengan peristiwa-peristiwa
yang terjadi kini atau pada masa yang akan datang.
Nabi Muhammad SAW, merupakan pribadi yang memiliki karakter yang
perlu diteladani. Bahkan Allah SWT, menetapkan bahwa Nabi Muhammad
SAW, sebagai suri teladan yang baik:

‫لَقَ ْد َكانَ لَ ُك ْم فِي َرسُو ِل هَّللا ِ أُس َْوةٌ َح َسنَةٌ لِ َم ْن َكانَ يَرْ جُو هَّللا َ َو ْاليَوْ َم اآل ِخ َر َو َذ َك َر هَّللا َ َكثِيرًا‬

Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik
bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan)
hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. (Q.S. Al-Ahzab (33) : 21)
  Bung Karno sebagai salah satu bapak pendiri bangsa (founding fathers)
dalam berbagai kesempatan mengingatkan bangsa Indonesia akan pentingnya
Kepribadian dan karakter. Pembangunan watak bangsa sangat diperlukan,
tidak hanya bersifat horizontal tetapi juga bersifat vertikal.

2
Untuk menjawab pertanyaan itu maka kita akan bahas pada makalah
ini.
B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan hubungan kepribadian manusia dengan karakter?
2. Jelaskan dinamika kepribadian manusia?
3. Jelaskan kepribadian dan karakter manusia dalam perspektif pendidikan
islam?
4. Jelaskan tentang karakteristik sebagai pembentuk kepribadian manusia?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui hubungan kepribadian manusia dengan karakter.
2. Untuk mengetahui sikap, sifat, temperamen dan watak manusia.
3. Untuk mengetahui karakteristik manusia.
4. Untuk mengetahui Faktor yang mempengaruhi kepribadian manusia.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. HUBUNGAN MANUSIA DENGAN KARAKTER


Hubungan kepribadian manusia dengan karakter kepribadian dalam
bahasa Inggris yaitu Personality "Kata personality" sendiri berasal dari
bahasa Latin yaitu Persona  yang berarti topeng yang digunakan oleh para
aktor dalam suatu permainan atau pertunjukan. Kepribadian menurut
Atkinson ialah pola perilaku dan cara berfikir yang khas yang menentukan
penyesuaian diri individu terhadap lingkungan, kepribadian mencakup
kepribadian umum yang dapat diamati oleh orang lain dan kepribadian dari
pikiran dan pengalaman yang jarang diungkapkan. Kepribadian sering
didefinisikan sebagai gabungan dari semua cara dimana individu bereaksi dan
berinteraksi dengan orang-orang lain (Robbins, 2008). Kepribadian menurut
kamus adalah sifat hakiki yang tercermin pada sikap seseorang atau suatu
bangsa yang membedakannya dari orang atau bangsa lain.
Karakter secara etimologis, kata karakter (Inggris: character) berasal dari
bahasa Yunani, yaitu charassein yang berarti to engrave (Ryan and Bohlin,
1999: 5). Klita to engrave bisa diterjemahkan mengukir, melukis,
memahatkan, atau menggoreskan, kata karakter diartikan dengan tabiat, sifat-
sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan
yang lain, dan watak. Dengan demikian, orang berkarakter berarti orang yang
berkepribadian, berperilaku,bersifat, bertabiat, atau berwatak. Dengan makna
seperti itu, berartikarakter identik dengan kepribadian atau akhlak.
Kepribadian merupakan ciri, karakteristik, atau sifat khas diri seseorang yang
bersumber dari bentukan-bentukan yang diterima dari lingkungan, seperti
keluarga pada masa kecil dan bawaan sejak lahir Karakter adalah nilai-nilai
yang khas-baik  (tahu nilai kebaikan, mau berbuat baik, nyata berkehidupan
baik, dan berdampak baik terhadap lingkungan) yang terpatri dalam diri dan
terwujud dalam prilaku. Karakter memancar dari hasil olah pikir, olah hati,
olahraga, serta olah rasa dan karsa seseorang atau sekelompok orang.
Hubungan antara kepribadian dan karakter dapat diilustrasikan sebagai
sebuah gunung es. Puncak gunung es (kepribadian) adalah apa

4
yang pertama kali dilihat orang. Meskipun citra, teknik, dan keterampilan
bergaul dapat mempengaruhi keberhasilan penampilan anda, bobot dari
efektivitas yang sesungguhnya terletak pada karakter yang baik. Karakter
dalam khasanah Islam sering disebut dengan tabiat, sedangkan kepribadian
dalam khasanah islam sering disebut juga akhlaq. Akhlaq menurut Al
Ghazali, terdiri dari empat tatanan. Tatanan pertama disebut
dengan kepandaian yaitu kondisi jiwa yang dengannya kebenaran dapat
dibedakan dari kesalahan. Kedua adalah keseimbangan  yaitu suatu kondisi
jiwa peningkatan serta penurunan rasa marah dan syahwat yang dapat
dikendalikan dan membawanya pada putusan akal. Tatanan ketiga
adalah keberanian yang merupakan
induknya daya, sedangkan yang terakhir adalah kesederhanaan yaitu ter
disiplin nya daya syahwat oleh akal dan hukum.

B. DINAMIKA KEPRIBADIAN

1. Sikap

Sikap atau yang dalam bahasa inggris disebut attitude adalah suatu cara bereaksi
terhadap suatu perangsang. Suatu kecendrungan untuk bereaksi dengan cara
tertentu terhadap suatu situasi yang dihadapi. Bagaimana reaksi seseorang jika ia
terkena sesuatu rangsangan baik mengenai orang, benda-benda, ataupun situasi-
situasi yang mengenai dirinya. Jalaluddin Rakhmat ( 1992 : 39 ) mengemukakan 5
pengertian sikap, yaitu:

a. Sikap adalah kecenderungan bertindak, berpersepsi, berpikir, dan


merasa dalam menghadapi objek, ide, situasi, atau nilai. Sikap
bukan perilaku, tetapi merupakan kecenderungan untuk
berperilaku dengan cara-cara tertentu terhadap objek sikap. Objek
sikap boleh berupa benda, orang, tempat, gagasan atau situasi, atau
kelompok.
b. Sikap mempunyai daya penolong atau motivasi. Sikap bukan
sekedar rekaman masa lalu, tetapi juga menentukan apakah
orang harus pro atau kontra terhadap sesuatu; menentukan apa

5
yang disukai, diharapkan, dan diinginkan, mengesampingkan apa
yang tidak diinginkan, apa yang harus dihindari.
c. Sikap lebih menetap. Berbagai studi menunjukkan sikap politik
kelompok cenderung dipertahankan dan jarang
mengalami pembahan.
d. Sikap mengandung aspek evaluatif: artinya mengandung nilai
menyenangkan atau tidak menyenangkan.
5.Sikap timbul dari pengalaman: tidak dibawa sejak lahir, tetapi
merupakan hasil belajar. Karena itu sikap dapat diperteguh atau
diubah.
Dari beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
sikap adalah keadaan diri dalam manusia yang menggerakkan
untuk bertindak atau berbuat dalam kegiatan sosial dengan
perasaan tertentu di dalam menanggapi obyek situasi atau kondisi
di lingkungan sekitarnya. Selain itu sikap juga memberikan
kesiapan untuk merespon yang sifatnya positif atau negatif
terhadap obyek atau situasi.

2.  Sifat

Dalam Kamus Bahasa Indonesia, “Sifat” diartikan: Rupa dan keadaan yang


tampak pada suatu benda. Kata “sifat” dalam istilah psikologi, berarti ciri-ciri
tingkah laku yang tetap (hampir tetap) pada seseorang. Untuk mengetahui sifat-
sifat seseorang yang sebenarnya, memerlukan waktu dan proses pergaulan yang
lama, disamping pengetahuan psikologi sebagai dasarnya. Tergesa-gesa
menentukan sifat tertentu pada seseorang adalah suatu perbuatan yang ceroboh
dan sering kali menimbulkan salah terka. Secara sederhana, sifat merupakan ciri-
ciri tingkah laku atau perbuatan yang banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor dari
dalam diri seperti pembawaan, minat, konstitusi tubuh, dan cenderung bersifat
tetap/stabil.

3. Tempramen adalah gaya-prilaku karakteristik individu dalam merespon sesuatu


yang dipengaruhi oleh konstitusi tubuhnya, misalnya cairan darah. Ada 4
golongan menurut keadaan zat-zat cair yang ada dalam tubuh, yaitu:

6
a. Anguinisi (yang banyak darahnya), sifatnya periang, gembira,
optimis, lekas berubah-ubah stemming-nya.
b. Kolerisi (yang banyak empedu kuningnya), sifatnya garang, hebat,
lekas marah , agresif.
c. Flegmatisi (yang banyak lendirnya), sifatnya lamban, tenang, tidak
mudah berubah.
d. Melankolisi (banyak empedu hitamnya), sifatnya muram, tidak
gembira, pesimistis.
3. Watak
Watak adalah struktur batin manusia yang pada kelakuan dan
perbuatannya, yang tertentu dan tetap. Ia merupakan ciri khas dari
pribadi orang yang bersangkutan. Allport beranggapan
bahwa watak  dan kepribadian  adalah satu dan sama, akan
tetapi, dipandang dari segi yang berlainan. Kalau orang hendak
mengadakan penilaian (jadi mengenakan norma), maka lebih tepat
dipakai istilah “watak”; tapi kalau bermaksud menggambarkan
bagaimana adanya (jadi tidak melakukan penilaian) lebih tepat
dipakai istilah “kepribadian.” Kerchensteiner mengemukakan
sebagai berikut: “watak ialah keadaan jiwa yang tetap, tempat
semua perbuatan, kemauan ditetapkan/ditentukan oleh prinsip yang
ada dalam alam kejiwaan.” Jadi menurut Kerchensteiner watak
manusia terbukti dalam kemauan dan perbuatannya.
Kerchensteiner membagi watak manusi menjadi dua bagian, yakni
watak biologis dan watak intelijibel. Watak biologis mengandung
nafsu/dorongan insting yang rendah, yang terikat kepada
kejasmanian atau kehidupan biologisnya. Watak biologis ini tidak
dapat diubah dan dididik. Sedangkan watak intelijibel ialah yang
bertalian dengan  kesadaran dan intilijensi manusia. Watak ini
mengandung fungsi-fungsi jiwa yang tinggi, seperti: kekuatan
kemauan, kemauan membentuk pendapat atau berpikir, kehalusan
dan perasaan.

C.kepribadian dan karakter manusia dalam perspektif pendidikan islam?

7
Kepribadian manusia perspektif pendidikan Islam
Menurut Ahmad Tafsir, manusia adalah makhluk yang perkembangannya
dipengaruhi oleh pembawaan dan lingkungan. Lebih lanjut beliau
mengatakan bahwa manusia mempunyai banyak kecenderungan, ini
disebabkan oleh banykanya potensi yang dimiliki.
Dalam pribadi manusia terdapat segumpal dalrah yang sangat berpengaruh
dalam menentukan pribadinya. Sebagaimana sabda Nabi:

ِ ‫َت فَ َس„ َد ْال َج َس„ َد ُكلُّهُ أَاَل َو ِه َي ْالقَ ْل‬


...‫ب‬ ْ ‫ َوإِ َذا فَ َسد‬، ُ‫صلَ َح ْال َج َس َد ُكلُّه‬ َ ‫َوإِ َّن فِ ْي ْال َج َس ِد ُمضْ غَة إِ َذا‬
ْ ‫صلَ َح‬
َ ‫ت‬

Ketahuilah bahwa didalam jasad manusia ada segumpal daging, jika


segumpal daging itu baik, maka baiklah seluruh jasad, dan apabila daging
itu rusak, maka rusaklah seluruh jasad. Ketahuialah, bahwa sesungguhnya
itu adalah hati.[8] (HR Bukhari no. 52, Muslim no. 1599) Secara
implisit, Al-Qur’an menginformasikan bahwa manusia memiliki tiga aspek
pembentuk totalitas yang secara tegas dapat dibedakan, namun secara pasti
tidak dapat dipisahkan, ketiga aspek itu adalah:
1.      Jismiyah
2.      Ruhaniyah
3.      Nafsiyah
Dalam Al-Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 1-20 Allah menjelaskan tentang
kepribadian manusia, disini ada tiga kepribadian manusia yakni
kepribadian orang beriman, kepribadian orang kafir, dan kepribadian
orang munafik.
Karakter sebagai pembentuk kepribadian manusia
Sebagaimana yang telah kita ketahui, bahwa karakter dan kapribadian
adalah hal yang saling berkaitan antara yang satu dengan yang lain.
Pembentukan kepribadian pada hakikatnya merupakan bagian integral dari
pembangunan karakter bangsa. Pendidikan karakter yang diarahkan untuk
pencapaian tujuan pendidikan nasional (Pasal 3 Undang-Undang Nomor
20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional), yaitu untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,

8
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang
demokratis serta bertanggung jawab. Keberhasilan pembentukan
kepribadian dalam pendidikan karakter perlu didukung oleh (1) komitmen
dari seluruh pemangku kepentingan dalam menyukseskan
penyelenggaraan pendidikan karakter; (2) konsistensi kebijakan dan
pelaksanaan kebijakan pendidikan karakter; (3) keterpaduan dan
keberlanjutan sIstem pengembangan program dan kegiatan pendidikan
karakter; (4) pengarusutamaan pendidikan karakter dalam system
pendidikan nasional; dan (5) penjaminan mutu pendidikan karakter; dan
(6) peran serta masyarakat dan dunia usaha secara aktif dalam pendidikan
karakter.
D. karakteristik sebagai pembentuk kepribadian manusia
a. Karakteristik Personal
Kartini Kartono (2000:82-83), mengemukakan empat ciri-ciri khas
pribadi yang bermental sehat meliputi:
1.      Ada koordinasi dari segenap usaha dan potensinya, sehingga
orang mudah melakukan adaptasi terhadap tuntutan lingkungan,
standar, dan norma sosial serta perubahan social yang serba cepat.
2.      Memiliki integrasi dan regulasi terhadap struktur kepribadian
sendiri sehingga mampu memberikan partisipasi aktif kepada
masyarakat.
3.      Dia senantiasa giat melaksanakan proses realisasi diri (yaitu
mengembangkan secara riil segenap bakat dan potensi), memiliki
tujuan hidup, dan selalu mengarah pada transendensi diri, berusaha
melebihi keadaan yang sekarang.
4.      Sehat lahir dan batinnya, tenang harmonis kepribadiannya,
efisien dalam setiap tindakannya, serta mampu menghayati
kenikmatan dan kepuasan dalam pemenuhan kebutuhannya.
Selain itu, karakteristik personal dari kesehatan mental adalah
memiliki fisik yang sehat. Diakatakan sehat bila secara fisiologis
(fisik) terlihat normal tidak cacat, tidak mudah sakit, tidak
kekurangan sesuatu apapun. Kemampuan fisik adalah kemampuan
tugas-tugas yang menuntut stamina keterampilan, kekuatan, dan

9
karakteristik serupa. Penelitian terhadap berbagai persyaratan yang
dibutuhkan dalam ratusan pekerjaan telah mengidentifikasi
sembilan kemampuan dasar yang tercakup dalam kinerja dari
tugas-tugas fisik. Setiap individu memiliki kemampuan dasar
tersebut berbeda-beda.

b.  Karakteristik Intelektual

Karakteristik intelektual ini berkaitan erat dengan kemampuan


individu untuk memanfaatkan potensi yang dimilikinya dalam
kegiatankegiatan yang positif dan konstruktif bagi pengembangan
kualitas diri manusia. Pemanfaatan itu seperti dalam kegiatan —
kegiatan belajar, bekerja, berorganisasi, pengembangan hobi dan
berolahraga.

Menurut Syamsu Yusuf (1987); Kartini Kartono dan Jenny Andari


(1989); WHO dari segi Intelektual karakteristik kesehatan mental
itu adalah:

1.      Mampu berpikir realistik dan objektif

2.      Bersifat kreatif dan inovatif

3.      Bersifat terbuka dan fleksible, tidak difensif.

4.      Memiliki kemampuan belajar dari pengalaman hidup.

c.  Karakteristik Sosial

Sehat secara sosial dapat dikatakan mereka yang bisa berinteraksi


dan berhubungan baik dengan sekitarnya. Mampu untuk bekerja
sama. Dalam hal ini individu diharapkan secara aktif berupaya

10
memenuhi hakhak pribadi tanpa melupakan atau melanggar hak-
hak orang lain. Segala aktivitasnya ditunjukkan untuk mencapai
kebahagiaan bersama. Dalam hal ini manusia harus memegang
prinsip bahwa tidak akan mengorbankan hak-hak orang lain demi
kepentingannya sendiri di atas kerugian orang lain.

d.     Karakteristik Emosional

Menurut Goleman emosional merupakan hasil campur dari rasa


takut, gelisah, marah, sedih dan senang. Emosi menurut
kebanyakan orang adalah keadaan seseorang yang sedang marah,
padahal sebenarnya emosi itu tidak hanya pada saat seseorang
marah saat bahagia pun itu juga disebut emosi. Kemarahan bisa
juga disebut emosi negatif sedangkan senang bisa disebut emosi
positif.

Jadi emosi dapat dikatan bentuk pengekpresikan diri dimana


seseorang dapat mengendalikan situasi secara emosional baik itu
positif maupun negative tergantntung individu itu menghadapi
masalah. Bila individu itu dapat dengan baik mengendalikan emosi
itu secara positive maka secara langsung perkembangan kesehatan
mentalnya dapat dikatakan dengan baik.

Kesadaran emosi (emotional literacy) yang bertujuan membangun


rasa percaya diri pribadi melalui pengenalan emosi yang dialami
dan kejujuran terjadap emosi yang dirasakan. Kesadaran emosi
yang baik terhadap diri sendiri dan orang lain, sekaligus
kemampuan untuk mengelola emosi yang dikenalnya, membuat
seseorang dapat menyalurkan energi emosinya ke reaksi yang tepat
dan konstruktif.

Kebugaran emosi (emotional fitness) yang bertujuan mempertegas

11
antusiasme dan ketangguhan untuk menghadapi tantangan dan
perubahan. Hal ini mencakup kemampuan untuk mempercayai
orang lain serta mengelola konflik dan mengatasi kekecewaan
dengan cara yang paling konstruktif.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa Orang yang sehat


secara emosi dapat terlihat dari kestabilan dan kemampuannya
mengontrol dan mengekspresikan perasaan (marah, sedih atau
senang) secara tidak berlebihan. Mampu mengendalikan diri

e. Karakteristik Moral Keagamaan


Menurut Syamsu Yusuf (1987) dari segi keagamaan, karakteristik
kesehatan mental itu diantaranya:
1.      Beriman kepada Allah dan taat mengamalkan ajaran-Nya
2.      Jujur, amanah (bertanggung jawab) dan ikhlas dalam beramal

3.      Berusaha untuk mengembangkan potensi dirinya secara


positif karena ia sadar hal tersebut merupakan anugrah dari Tuhan
4.      Menanamkan moralitas dan rasa adil dalam diri serta
memberikan manfaat bagi sekelilingnya
Faktor Yang Mempengaruhi Kepribadian Manusia
Perubahan pada kepribadian manusia tidak bisa terjadi secara
spontan. Menurut (Daniel dan Lawrence 2011) Kepribadian
seseorang berkembang melalui
interaksi diantara banyak faktor. Faktor yang mempengaruhi
kepribadian manusia dibedakan menjadi 2, yaitu : Faktor Penentu
Genetis dan Faktor Penentu lingkungan. Adapun penjelasannya
sebagai berikut :
1. Faktor Penentu Genetis
Faktor-faktor genetis sangan berkontribusi terhadap kerpibadian
dan

12
perbedaan antar individu. Sejak faktor-faktor genetis berkontribusi
pada perkembangan otak, tipe analisis ini membuka kesempatan
pada para psikolog kepribadian untuk memahami kaitan dari gen
terhadap sistem biogis hingga khirnya pada perilaku melalui suatu
cara yang akurat. Para peneliti analisis evolusioner memilih untuk
mencari dasar genetis yang dimiliki oleh keseluruhan manusia pada
manusia, yaitu hal-hal psikologis yang dimiliki oleh semua orang
secara umum.
2. Faktor Lingkungan
Seseorang yang tidak tumbuh dalam suatu lingkungan social
dengan orang lain, maka ia tidak akan menjadi seseorang dalam
suatu lingkungan social dengan orang lain. Beberapa penentu dari
lingkungan membuat orang-orang terlihat mirip satu sama lain,
sekaligus berkontribusi terhadap perbedaan individual dan
keunikan individual. Penentu-penentu dari lingkungan yang telah
terbukti penting dalam penelitian mengenai perkembangan
kepribadian ini, meliputi (Daniel dan Lawrence 2011) :
1. Budaya
Budaya dapat memberikan suatu pengaruh pada kepribadian secara
terselubung. Budaya diaman kita tinggal menentukan kebutuhan
kita
dan makna yang kita rasakan dalam pemuasan terhadap kebutuhan-
kebutuhan kita dan makna yang kita rasakan.
2. Kelas Sosial
Banyak aspek dari kepribadian seorang individu hanya dapat
dipahami dengan mengacu kepada kelompok tempat orang tersebut
berada. Beberapa faktor mempunyai peran bagi para individu
dalam bagaimana memandang diri mereka dan bagaimana mereka
memandang anggota
dari kelas social lain sebagaimana mereka mencari uang dan
menghabiskannya.
3. Keluarga

13
Menurut (Park, 2004), salah satu faktor penentu lingkungan yang
paling penting adalah pngaruh keluarga. Setiap pola perilaku orag
tua mempengaruhi perkembangan kepribadian dari sang anak.
4. Teman Sebaya
Beberapa psikolog memandang pengaruh teman sebaya sebagai hal
yang lebih penting bagi perkembangan kepribadian dibandingkan
dengan pengalaman keluarga. Kelompok teman sebaya melakukan
sosialisasi peraturan-peraturan perilaku yang baru terhadap
individu.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Hubungan antara kepribadian dan karakter
dapat diilustrasikan sebagai sebuah gunung es. Puncak gunung es
(kepribadian) adalah apa yang pertama kali dilihat orang.

Didalam diri manusia terdapat segumpal daging, yang sangat


berpengaruh terhadap kepribadian manusia itu sendiri.

Lebih lanjut, disebutkan bahwa manusia terdiri dari tiga aspek


yang sangat berpengaruh dalam kehidupan manusia, yaitu jasmani,
rohani dan nafsi.
B. Saran

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembacanya, dan bernilai ibadah
bagi penulis/penyusunnya. Selanjutnya, saya menyadari bahwa manusia
tidak terlepas dari khilaf dan salah, dan saya juga menyadari bahwa banyak
kekurangan dalam menyusun makalah yang sederhana ini karena
keterbatasan ilmu dan materi yang kami miliki. Untuk itu, kritik dan saran

14
sangat saya harapkan agar kami bisa lebih baik dalam menyusun makalah.

DAFTARPUSTAKA

Departemen Agama RI. (2008) Al-Qur’an dan Terjemahannya,  Bandung:


CV. Penerbit Diponegoro

Nawawi, Hadits Arba’in, (2013)Semarang: Pustaka Nuun.

Handoyo ,Iko dan Tijan (2010) . Model Pendidikan Karakter , Semarang :


Widya Karya Press.

Syamsu Yusuf, (2007), Teori Kepribadian, Bandung:  Remaja Rosdakarya.

Anas Salahudin, (2013), Pendidikan Karakter, Bandung: Pustaka Setia

Fahmi Idrus, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Surabaya: Greisinda Pres)

Kartini Kartono (2000), Hygiene Mental, Bandung: CV. Mandar Maju

Ahmad Tafsir, (2005) Ilmu Pendidikan Islam Perspektif Islam, (Bandung:


PT. Remaja Rosdakarya, 2005, hlm. 34

[1]  Handoyo ,Iko dan Tijan. 2010 . Model Pendidikan


Karakter (Semarang : Widya Karya Press, 2010, hlm. 1

[2]  Syamsu Yusuf, Teori Kepribadian, (Bandung:  Remaja Rosdakarya,

15
2007), hlm. 3

[3]  Anas Salahudin, Pendidikan Karakter, (Bandung: Pustaka Setia, 2013),


hlm. 42

[4]  Op. Cit . hlm. 161

[5]  Fahmi Idrus, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Surabaya: Greisinda


Pres), hlm. 155

[6] Kartini Kartono, Hygiene Mental (Bandung: CV. Mandar Maju, 2000)


hlm. 82

[7]  Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Islam Perspektif Islam, (Bandung: PT.


Remaja Rosdakarya, 2005) hlm. 34

[8]  Nawawi, Hadits Arba’in, (Semarang: Pustaka Nuun, 2013) hlm. 10

16

Anda mungkin juga menyukai