OLEH KELOMPOK 4 :
T.A 2020-2021
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur ke hadirat tuhan YME, sehingga saya dapat menyelesaikan penulisan ma
kalah tentang “Pemantauan Dasar Hemodinamik Pada Pasien Dewasa” dengan baik.
Makalah ini disusun sebagai tugas Keperawatan Kritis. Adapun makalah ini saya susun b
erdasarkan pengamatan saya dari yang ada kaitannya dengan makalah yang saya buat. Dalam pe
nyusunan makalah ini tentunya tidak lepas dari adanya bantuan dari pihak tertentu, oleh karena it
u kami tidak lupa mengucapkan banyak terima kasih. Dalam penyusunan makalah ini saya meny
adari masih banyak kekurangan dan kelemahannya. Oleh karena itu saya mengharapkan kritik da
n saran yang bersifat membangun untuk menyempurnakan makalah ini. Semoga makalah ini ber
manfaat untuk para pembaca.
September 2021
Kelompok 4
BAB I
PENDAHULUAN
Hemodinamik adalah aliran darah dalam sistem peredaran tubuh, baik melalui sirkulasi
magna (sirkulasi besar) maupun sirkulasi parva (sirkulasi dalam paru paru). Dalam kondisi
normal, hemodinamik akan selalu dipertahankan dalam kondisi yang fisiologis dengan control
neurohormonal. Namun, pada pasien-pasien kritis mekanisme control tidak melakukan fungsinya
secara normal sehingga status hemodinamik tidak akan stabil. Monitoring hemodinamik menjadi
komponen yang sangat dalam perawatan pasien-pasien kritis karena status hemodinamik yang
dapat berubah dengan sangat cepat.
1. Deteksi dini: identifikasi dan intervensi terhadap klinis seperti : gagal jantung dan
tamponade.
2. Evaluasi segera dari respon pasien terhadap suatu intervensi seperti obat-obatan dan
dukungan mekanik.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Pengertian
Tekanan darah arteri adalah tekanan darah yang dihasilkan oleh ejeksi ventrikel
kiri ke aorta dan ke arteri sistemik.
1. Tekanan sistolik adalah tekanan darah maksimal ketika darah dipompakan dari ve
ntrikel kiri. Range normal berkisar 100- 130 mmHg
2. Tekanan diastolik adalah tekanan darah pada saat jantung relaksasi, tekanan diast
olik menggambarkan tahanan pembuluh darah yang harus dihadapi oleh jantung.
Range normal berkisar 60-90 mmHg
3. Mean Arterial Pressure atau tekanan arteri rata-rata selama siklus jantung. MAP d
apat diformulasikan dengan rumus : Sistolik + 2. Diastolik x 1/3. MAP menggam
barkan perfusi aliran darah ke jaringan Pengukuran tekanan darah arteri secara in
vasif dilakukan dengan memasukkan kateter ke lumen pembuluh darah arteri dan
disambungkan ke sistem transducer. Tekanan intra arteri melalui kateter akan dik
onversi menjadi sinyal elektrik oleh tranducer lalu disebar dan diteruskan pada
osciloskope, kemudian diubah menjadi gelombang dan nilai digital yang tertera
pada layar monitor
Indikasi
1. Monitor tekanan darah invasif diperlukan pada pasien dengan kondisi kritis atau
pada pasien yang akan dilakukan prosedur operasi bedah mayor sehingga apabila
ada perubahan tekanan darah yang terjadi mendadak dapat secepatnya dideteksi
dan diintervensi, atau untuk evaluasi efek dari terapi obat-obat yang telah
diberikan.
a. prosedur operasi bedah mayor seperti: CABG, bedah thorax, bedah saraf,
bedah laparotomy, bedah vascular
e. secara rutin
3. Penusukan kanulasi arteri kontraindikasi relatif pada area yang mudah terjadi
infeksi, seperti area kulit yang lembab, mudah berkeringat, atau pada area
yang sebelumnya pernah dilakukan bedah vascular
2.1.3 Persiapan alat
Cairan NaCl 0,9% 500 ml yang sudah diberi heparin 500 UI (perbandingan NaCl
0,9% dengan heparin 1:1), masukkan dalam pressure bag dan diberi tekanan 300
mmHg.
4. Manometer line
5. 3 way
6. Abocath no. 22 – 18
Gelombang tekanan arteri dihasilkan dari mulainya usaha untuk membuka katup
aorta, kemudian diikuti dengan peningkatan tekanan arteri sampai tekanan puncak
(maksimum ejeksi ventrikel) tercapai. Tekanan di ventrikel turun secara cepat sehingga
tekanan aorta menjadi lebih tinggi dari tekanan ventrikel kiri. Perbedaan tekanan tersebut
mengakibatkan katup aorta tertutup, penutupan katup aorta menghasilkan “dicrotic notch”
pada gelombang tekanan arteri.
Gelombang tekanan arteri sistolik digambarkan naik turun, hal ini menyatakan
dimulainya usaha pembukaan katup aorta diikuti ejeksi cepat darah dari ventrikel,
kemudian gambaran menurun kebawah, karena adanya penurunan tekanan sehingga
katup aorta tertutup sehingga terbentuk “dicrotic notch”. Periode diastolik yaitu saat
jantung relaksasi digambarkan dengan penurunan untuk dimulai periode awal sistolik
1. Cuci tangan
4. Lakukan kalibrasi
5. Membaca nilai yang tertera di layar monitor, pastikan morfologi gelombang tidak
underdamped atau overdamped
6. Mengkorelasi nilai yang tertera pada monitor dengan kondisi klinis pasien
7. Dokumentasikan nilai tekanan dan laporkan bila ada trend perubahaan hemodinamik
2.1.7 Komplikasi
1. Hematoma
2. Perdarahan
3. Gangguan neurovaskuler
5. Emboli
6. Insuffisiensi vaskuler
7. Infeksi
2.1.8 Troubleshooting monitoring tekanan arteri
2.2.1 Definisi
Tekanan vena sentral merupakan tekanan pada vena besar thorak yang
menggambarkan aliran darah ke jantung. Tekanan vena sentral merefleksikan tekanan
darah di atrium kanan atau vena kava. Pada umumnya jika venous return turun, CVP
turun, dan jika venous return naik, CVP meningkat3,5
Indikasi
Pengukuran CVP secara langsung mengukur tekanan atrium kanan (RA) dan
tekanan end diastolic ventrikel kanan. Pada pasien dengan susunan jantung dan
paru normal, CVP juga berhubungan dengan tekanan end diastolic ventrikel kiri.
Pengukuran CVP dapat digunakan untuk memeriksa dan mengatur status volume
intravaskuler karena tekanan pada vena besar thorak ini berhubungan dengan
volume venous return.
Pemberian cairan hipertonik seperti KCL lebih dari 40 mEq/L melalui vena perifer
dapat menyebabkan iritasi vena, nyeri, dan phlebitis. Hal ini disebabkan kecepatan
aliran vena perifer relatif lambat dan sebagai akibatnya penundaan pengenceran
cairan IV. Akan tetapi, aliran darah pada vena besar cepat dan mengencerkan
segera cairan IV masuk ke sirkulasi. Kateter CVP dapat digunakan untuk
memberikan obat vasoaktif maupun cairan elektrolit berkonsentrasi tinggi.
Sementara.
1. Sistem flushing: cairan NaCl 0,9% 500 ml yang sudah diberi heparin 500 UI
(perbandingan cairan dengan heparin 1:1), masukkan dalam pressure bag dan beri
tekanan 300 mmHg.
2. Instrumen CVP set (pinset anatomi dan cirurghis, naufooder,duk lubang, gunting),
CVP set (1 – 5 lumen)
4. Manometer line
5. Tranduser
6. 3way
8. Sarung tangan steril, gaun steril, tutup kepala, masker, kassa, betadhin,
Penempatann kateter vena sentral melalui vena jugularis interna, vena subklavia,
vena jugularis eksternal, dan vena femoralis. Pada umumnya pemantauan dilakukan
melalui vena subklavia
Gelombang CVP normal yang tertangkap pada monitor merupakan refleksi dari
setiap peristiwa kontraksi jantung. Kateter CVP menunjukkan variasi tekanan yang
terjadi selama siklus jantung dan ditransmisi sebagai bentuk gelombang yang
karakteristik. Pada gelombang CVP terdapat tiga gelombang positif (a, c, dan v) yang
berkaitan dengan tiga peristiwa dalam siklus mekanis meningkatkan tekanan atrium
dan dua gelombang (x dan y) yang dihubungkan dengan berbagai fase yang berbeda
dari siklus jantung dan sesuai dengan gambaran EKG normal.
2.2.7 Komplikasi
Adapun komplikasi-komplikasi yang mungkin terjadi adalah:
1. Perdarahan
2. Erosi (pengikisan) vaskuler. Cirinya terjadi 1 sampai 7 hari setelah insersi kateter.
Cairan iv atau darah terakumulasi di mediastinum atau rongga pleura
3. Aritmia ventrikel atau supraventrikel
4. Infeksi local atau sistemik. Biasanya kebanyakan kontaminasi mikrooorganisme
seperti s. avirus, s. epidermidis, gram negative – positif basil, dan intrococcus.
5. Overload cairan.
6. Pneumothoraks
2.3.1 Definisi
Bentuk sederhana ukuran 5 Fr, terdiri dari dua lumen, satu untuk transmisi
tekanan dari ujung kateter dalam arteri pulmonal ke sistem tranduser tekanan,
yang lainnya untuk pengembangan balon.
Terletak pada ujung kateter: untuk mengukur PAP dan PWP, juga untuk
pengambilan sampel vena campuran. obat dan cairan hiperosmotik tidak
boleh diberikan melalui lumen ini karena dapat mengakibatkan reaksi lokal
vaskuler atau jaringan.
- Balon
Terletak kurang dari 1 cm dari ujung kateter. Inflasi balon dengan volume
balon 0.5 – 1 cc dan deflasi secara pasif.
Terletak pada 30cm dari ujung kateter . Lumen ini di RA bila ujung arteri
terletak pada ujung arteri pulmonal dapat digunan untuk monitoring RA,
pemberian cairan intravena, atau elektrolit atau obat-obatan, sampel darah
RA dan menerima cairan injeksi pada pengukuran curah jantung.
- Termistor
Seperti standar kateter termodilusi, hanya ada tambahan dua lumen fiber
optik. Berfungsi untuk memantau SVO2 secara terus menerus.
Indikasi
1. Pasien dalam resiko tinggi: EF rendah, gagal jantung akut, hipertensi pulmonal dan
instabilitas hemodinamik.
Kontraindikasi
3. Lokasi pemasangan kateter bisa melalui vena basilica atau vena brachialis
dilakukan secara cutdown.5,6
2.3.5 Interpretasi gelombang arteri pulmonal (PA)
Terdiri dari sistolik, diastolik dan nilai rata rata. Seiring usia, tekanan arteri
pulmonal meningkat. Usia lebih dari 60 tahun, nilai rata rata tekanan arteri (PA) = 16
•} 3 mmHg. Usia kurang dari 60 tahun nilai rata rata PA = 12 •} 2 mmHg. Sistolik PA
menggambarkan aliran darah dari ventrikel kanan (RV) ke PA dan selama diastole
katup mitral terbuka diikuti darah yang dari PA masuk ke LA dan LV. Gelombang
tekanan arteri pulmonal digunakan untuk diagnose berbagai kondisi jantung yang
abnormal.
1. Cuci tangan
2. Atur posisi yang nyaman saat pengukuran. Posisi sampai dengan posisi tidur lebih
tinggi 600. Pengukuran pada posisi duduk tidak dianjurkan. Pada posisi tidur
miring 300 - 900 dapat dilakukan selama prinsip sudut yang terbentuk dengan
posisi miring tersebut diperhatikan.
3. Yakinkan bahwa kateter yang terpasang tidak ada yang terlipat, cairan yang
masuk, berada pada posisi yang tepat.
4. Lakukan kalibrasi
5. Perhatikan nilai yang ada pada monitor dan dikorelasikan dengan morfologi
gelombang yang tampak pada monitor dengan klinis pasien.
6. Dokumentasikan data yang ada
7. Cuci tangan
2.3.7 Komplikasi
1. Kateter arteri pulmonal yang terpasang merupakan wadah yang baik untuk
mikroorganisme. Prinsip close sistem dan perawatan area tusukan serta steril harus
diperhatikan.
2. Kerusakan pembuluh darah oleh kateter yang keras, dan pemasangan yang lama
5. Tromboemboli oleh bekuan darah pada sebagaian atau seluruh kateter bermigrasi
ke tempat lain.
BAB III
SIMPULAN
1. Ramsingh et al. Does it matter which hemodynamic monitoring system is used?. Critical
Care 2013, 17:208
3. Boldt J. Hemodynamic monitoring in the intensive care unit. Critical Care 2002, 6: 6:52-
59
4. Scheer et al. Complications and risk factors of peripheral arterial catheters used for
haemodynamic monitoring in anaesthesia and intensive care medicine. Critical Care
2010, 6:198-204
6. Bridges EJ. Pulmonary artery pressure monitoring: when, how, and what else to use.
AACN Adv Crit Care. 2006 Jul-Sep;17(3):286-303.