Anda di halaman 1dari 3

17.

Cara mencegah infeksi oportunistik pada penderita


HIV/AIDS :
Infeksi oportunistik dapat dideteksi melalui pemeriksaan kandungan CD4 di
dalam darah seseorang yang terinfeksi HIV. Cara terbaik untuk mencegah
infeksi oportunistik adalah dengan mematuhi pengobatan dan terapi sesuai
yang dianjurkan dokter.Pengobatan HIV dengan antiretroviral dapat menjadi
cara mencegah dan mengatasi gejala penyakit yang mengarah pada infeksi
oportunistik.

Sumber : https://hellosehat.com/seks/hivaids/infeksi-oportunistik-hiv-
aids/#gref . Diakses pada tanggal 12 Februari 2021

12. Infeksi yang sering dijumpai pada pasien


HIV/AIDS :
a. Infeksi Toksoplasma
Toxoplasma gondii adalah salah satu parasit yang dapat menyebabkan
infeksi sejak awal kelahiran seseorang (penyakit bawaan), sampai usia
dewasa. Jutaan orang telah terinfeksi toksoplasma, tapi hanya sedikit
yang menunjukkan gejala karena orang yang sehat sering kali memiliki
sistem imun yang cukup kuat untuk mengontrol parasit penyebab
penyakit. Namun, pada penderita HIV, sistem imun yang rendah
menyebabkan dirinya rentan terinfeksi toksoplasma dan menyebabkan
gejala pada berbagai organ yang berbeda. Gejala yang dapat timbul
tergantung dari organ yang terlibat, bisa berupa gangguan penglihatan,
diare, sampai penurunan kesadaran.
b. Tuberkolosis
Infeksi Tuberkulosis atau TB sering menyertai orang yang terinfeksi HIV
karena kekebalan tubuhnya menurun. Penderita HIV berisiko lebih tinggi
untuk terkena penyakit TB, terutama pada penderita HIV/AIDS yang
memiliki sel kekebalan tubuh CD4 di bawah 200. Kuman ini dapat
menyebabkan infeksi pada berbagai organ yang berbeda, seperti infeksi
paru kelenjar getah bening atau susunan saraf pusat. Kuman Tuberkulosis
memerlukan pengobatan dengan kombinasi obat khusus selama 6-9
bulan. Pengobatan yang tidak teratur menyebabkan peningkatan risiko
terjadinya kegagalan pengobatan, sehingga infeksi tidak teratasi.
c. Kriptokokosis
Kriptokokosis adalah infeksi yang disebabkan jamur Cryptococcus
neoformans. Infeksi ini jarang ditemui pada orang dengan sistem imun
yang baik, tapi umum ditemui pada penderita HIV. Infeksi ini dapat
menyebar ke manusia melalui kontak dengan kotoran hewan atau buah
mentah yang tidak dicuci. Jamur ini dapat menyerang ke berbagai organ,
tapi salah satu organ yang cukup dikhawatirkan adalah infeksi pada
sistem saraf pusat. Gejalanya antara lain penurunan kesadaran dan
kelemahan ekstremitas.
d. Pneumocystis Pneumonia (PCP)
Ini adalah infeksi serius yang menyebabkan peradangan pada paru-paru.
Terkadang diagnosis dari PCP sulit dilakukan karena gejala yang tidak
khas. Penyebab PCP adalah infeksi jamur Pneumocystis jiroveci yang
tersebar melalui udara. Walau jarang terjadi, infeksi PCP patut dicurigai
pada orang dengan penurunan sistem imun, seperti penderita HIV AIDS.
Penderita HIV/AIDS dengan jumlah CD4 di bawah 200 lebih sering
terinfeksi PCP. Pemberian obat pencegahan dapat diberikan, misalnya
kotrimoksasol.
e. Cytomegalovirus (CMV)
Pada penderita HIV/AIDS, CMV dapat menyebabkan infeksi serius
terutama jika jumlah CD4 di bawah 100. Infeksi cytomegalovirus
ditularkan melalui cairan tubuh, seperti ludah, darah, ASI, urine, dan
semen. Penularan melalui hubungan seksual juga dapat terjadi melalui
cairan semen ataupun lendir endoserviks. Penderita dapat mengalami
berbagai gejala yang berbeda karena infeksi ini dapat menyerang
berbagai organ yang berbeda. Infeksi mata serius yang disebut retinitis
dapat berujung pada kebutaan. Selain menyerang mata, infeksi CMV
juga dapat menyebabkan infeksi pada otak dan saluran pencernaan.

Sumber : https://www.klikdokter.com/info-sehat/read/3619128/kenali-5-
infeksi-mematikan-pada-penderita-hivaids . Diakses pada tanggal 12
Februari 2021

Anda mungkin juga menyukai