Anda di halaman 1dari 14

Puji syukur kita ucapkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah Nya

sehingga saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ Sistem muskuloskletal “.

Adapun harapan saya kepada para pembacamakalah ini yaitu dapat menambah wawasan /
pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari.

Namun saya menyadari bahwa makalah inimasih jauh dari kata kesempurnaan yang
disebabkan karena terbatasnya kemampuan yang saya miliki. Oleh karena itu, saya
mengharapkan partisipasi dalam penyempurnaannya dengan memberikan kritik dan saran
agar makalah ini dapat lebh terkonsep dengan baik.

Saya sangat mengharapkan makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Kritik dan saran
dosen & teman-teman sangat saya harapkan dalam penyempurnaan makalah ini.

Sekian & terima kasih

Rabu, 15 Agustus 2019

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sistem Pengendalian Intern Pemerintah atau disingkat menjadi SPIP adalah sebuah
proses yang terintegrasi dilaksanakan oleh seluruh unsur dalam suatu lembaga yaitu
pimpinan beserta seluruh pegawainya dengan konsisten dan terus menerus dengan tujuan
memberikan keyakinan yang memadai atas berjalannya kegiatan organisasi dengan
efektif dan efisien, memiliki laporan keuangan yang dapat diandalkan, adanya sistem
pengamanan aset yang memadai, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan
yang berlaku. SPIP hendaknya dilaksanakan oleh organisasi pemerintah baik pusat
maupun daerah. Keandalan penyajian suatu laporan keuangan pemerintah dapat terwujud
dengan menyelenggarakan SPIP dengan baik misalnya dengan menerapkan prosedur
rekonsiliasi antara dua data transaksi keuangan yang dibuat oleh pengguna anggaran atau
kuasa pengguna anggaran dengan yang dibuat oleh Bendahara Umum Negara ataupun
daerah. Terbitnya Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 60 tahun 2008 yang mengatur
tentang SPIP mempertegas bahwa setiap entitas pelaporan dan akuntansi memiliki
kewajiban untuk menyelenggarakan pengendalian intern. PP tersebut mengacu pada
Konsep dari Comitte of 2 Sponsoring Organizations (COSO) dalam mengatur kewajiban
penyelenggaraan Pengendalian Internal. Definisi SPIP sesuai peraturan diatas adalah
sistem pengendalian intern yang wajib untuk diselenggarakan secara masif dan
terintergrasi di lingkungan pemerintah pusat dan pemerintah daerah.

Unsur-unsur SPIP terdiri atas lima bagian yang semuanya saling terhubung yaitu
Lingkungan Pengendalian yang kondusif, Penilaian Risiko yang cukup dan memadai,
Kegiatan Pengendalian untuk menghilangkan dampak atas risiko yang ada, Informasi dan
Komunikasi antar elemen pelaksana kegiatan pengendalian serta Pemantauan
Pengendalian oleh supervisor atau pimpinan entitas. Salah satu komponen penting dari
unsur lingkungan pengendalian yang wajib ada dan harus dipelihara sehingga dapat
menimbulkan perilaku positif dan kondusif adalah dengan adanya peran Aparat
Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) yang efektif. Wujud nyata dari peran APIP yang
efektif yaitu dengan adanya dukungan dari APIP tersebut bahwa instansi pemerintah
dapat melaksanakan kegiatan dengan mengutamakan asas ketaatan, kehematan, efisiensi,
dan efektivitas. APIP juga harus berperan nyata yaitu dengan mmengingatkan dan
memberikan peringatan dini apabila ada risiko yang sekiranya dapat menghambat
efektivitas penyelenggaraan kegiatan suatu instansi pemerintah serta dapat meningkatkan
dan memelihara kualitas tata kelola fungsi dari instansi pemerintah tersebut terutama
berkaitan dalam hal perwujudan transparansi pengelolaan keuangan daerah.

1. SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH (SPIP)

Pemerintah telah banyak mengeluarkan berbagai bentuk sistem yang seluruhnya


berakhir pada tujuan untuk mewujudkan tata kelola penyelenggaraan pemerintahan yang
baik. Penyelenggaraan pemerintahan tentu memiliki kegiatan yang cukup banyak dan
sangat luas, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pertanggungjawaban, pengawasan
hingga evaluasi. Maka untuk dapat mewujudkan tata kelola penyenggaraan pemerintah
yang baik tersebut pemerintah membentuk suatu sistem yang dapat mengendalikan
seluruh kegiatan penyelenggaraan pemerintahan. Sistem dimaksud adalah Sistem
Pengendalian Intern Pemerintah atau sering disingkat dengan SPIP.

Sistem Pengendalian Intern Pemerintah merupakan salah satu sistem pengendalian


pemerintah. Disamping itu terdapat Sistem lainnya adalah Sistem pengendalian Ekstern
Pemerintah. Sistem Pengendalian Intern Pemerintah dilaksanakan oleh Badan
Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) dan Inspektorat melalui Aparat
Pengawasan Intern Pemerintah/ Sedangkan Sistem Pengendalian Ekstern pemerintah
dilaksanakan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), DPR/DPRD, Kepolisian,
Kejaksaan, Komisi Pemberantasan Korupsi dan lembaga peradilan lainnya. Menurut
Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern
Pemerintah adalah

Dengan adanya SPIP tersebut diharapkan dapat menciptakan kondisi pengawasan


terhadap seluruh organisasi dan kegiatan sehingga dapat mendeteksi terjadinya sejak dini
kemungkinan penyimpangan serta meminimalisir terjadinya tindakan yang dapat
merugikan negara.

Unsur-Unsur Sistem Pengendalian Intern Pemerintah


Unsur SPIP mengacu pada konsep Sistem Pengendalian Intern yang dikemukakan
oleh The Committee of Sponsoring Organization of the Treadway Commission (COSO),
yaitu meliputi:

1. Lingkungan pengendalian
Penyelenggaraan unsur lingkungan pengendalian yang baik akan
meningkatkan suasana lingkungan yang nyaman serta kan menimbulkan
kepedulian dan keikutsertaan seluruh pegawai. Untuk mewujudkan lingkungan
pengendalian yang demikian diperlukan komitmen bersama dalam
melaksanakannya. Komitmen ini juga merupakan hal yang amat penting bagi
terselenggaranya unsur-unsur SPIP lainnya.
Dalam PP Nomor 60 Tahun 2008 yang menjadi sub unsur pertama dari
lingkungan pengendalian adalah pembangunan integritas dan nilai etika (sub
unsur 1.1) organisasi dengan maksud agar seluruh pegawai mengetahui aturan
untuk berintegritas yang baik dan melaksanakan kegiatannya dengan sepenuh
hati dengan berlandaskan pada nilai etika yang berlaku untuk seluruh pegawai
tanpa terkecuali. Integritas dan nilai etika tersebut perlu dibudayakan,
sehingga akan menjadi suatu kebutuhan bukan keterpaksaan. Oleh karena itu,
budaya kerja yang baik pada instansi pemerintah perlu dilaksanakan secara
terus menerus tanpa henti.
Selanjutnya, dibuat pernyataan bersama untuk melaksanakan integritas
dan nilai etika tersebut dengan menuangkannya pada suatu pernyataan
komitmen untuk melaksanakan integritas. Pernyataan ini berupa pakta
(pernyataan tertulis) tentang integritas yang berisikan komitmen untuk
melaksanakannya. Selain itu, kompetensi (sub unsur 1.2) yang merupakan
kewajiban pegawai di bidangnya masing-masing.
Komitmen yang dilaksanakan secara periodik tersebut perlu dipantau
dan dalam pelaksanaannya perlu diimbangi dengan adanya kepemimpinan
yang kondusif (sub unsur 1.3) sebagai pemberi teladan untuk dituruti seluruh
pegawai. Agar dapat mendorong terwujudnya hal tersebut, maka diperlukan
aturan kepemimpinan yang baik. Aturan tersebut perlu disosialisasikan kepada
seluruh pegawai untuk diketahui bersama.
Demikian juga, struktur organisasi perlu dirancang sesuai dengan
kebutuhan (sub unsur 1.4) dengan pemberian tugas dan tanggung jawab
kepada pegawai dengan tepat (sub unsur 1.5). Terhadap struktur yang telah
ditetapkan, perlu dilakukan analisis secara berkala tentang bentuk struktur
yang tepat. Diperlukan pembinaan sumber daya manusia (sub unsur 1.6)
yang tepat sehingga tujuan organisasi tercapai. Disamping itu, keberadaan
aparat pengawasan intern pemerintah (APIP) (sub unsur 1.7) perlu
ditetapkan dan diberdayakan secara tepat agar dapat berperan secara efektif.
Hal lainnya yang perlu dibangun dalam penyelenggaraan lingkungan
pengendalian yang baik adalah menciptakan hubungan kerja sama yang
baik (sub unsur 1.8) diantara instansi pemerintah yang terkait.
Untuk membangun kondisi yang nyaman sebagaimana disebutkan di atas,
maka lingkungan pengendalian yang baik harus memiliki kepemimpinan yang
kondusif. Kepemimpinan yang kondusif diartikan sebagai situasi dimana
pemimpin selalu mengambil keputusan dengan mendasarkan pada data hasil
penilaian risiko. Berdasarkan kepemimpinan yang kondusif inilah, maka
muncul kewajiban bagi pimpinan untuk menyelenggarakan penilaian risiko di
instansinya.
2. Penilaian risiko
Penilaian risiko dengan dua sub unsurnya, dimulai dengan melihat
kesesuaian antara tujuan kegiatan yang dilaksanakan instansi pemerintah
dengan tujuan sasarannya, serta kesesuaian dengan tujuan strategik yang
ditetapkan pemerintah. Setelah penetapan tujuan, instansi pemerintah
melakukanidentifikasi risiko (sub unsur 2.1) atas risiko intern dan ekstern
yang dapat mempengaruhi keberhasilan pencapaian tujuan tersebut, kemudian
menganalisis risiko (sub unsur 2.2) yang memiliki probability kejadian dan
dampak yang sangat tinggi sampai dengan risiko yang sangat rendah.

3. Kegiatan pengendalian
Adalah tindakan yang diperlukan untuk mengatasi resiko serta penetapan dan
pelaksanaan kebijakan dan prosedur untuk memastikan bahwa tindakan
mengatasi resiko telah dilaksanakan secara efektif.

Pimpinan Instansi Pemerintah wajib menyelenggarakan kegiatan pengendalian


sesuai dengan ukuran, kompleksitas, dan sifat dari tugas dan fungsi Instansi
Pemerintah yang bersangkutan.

a. Karakteristik kegiatan Pengandalian


. kegiatan pengendalian diutamakan pada kegiatan pokok Instansi
Pemerintah;

b. kegiatan pengendalian harus dikaitkan dengan proses penilaian risiko;

c. kegiatan pengendalian yang dipilih disesuaikan dengan sifat khusus


Instansi Pemerintah;

d. kebijakan dan prosedur harus ditetapkan secara tertulis;

e. prosedur yang telah ditetapkan harus dilaksanakan sesuai yang


ditetapkan secara tertulis; dan
f. kegiatan pengendalian dievaluasi secara teratur untuk memastikan
bahwa kegiatan tersebut masih sesuai dan berfungsi seperti yang
diharapkan.

4. Informasi dan komunikasi


Informasi adalah data yang telah diolah yang dapat digunakan untuk
pengambilan keputusan dalam rangka penyelenggaraan tugas dan fungsi
Instansi Pemerintah. Sedangkan komunikasi adalah proses penyampaian pesan
atau informasi dengan menggunakan simbol atau lambang tertentu baik secara
langsung maupun tidak langsung untuk mendapatkan umpan balik.

Dalam hal ini pimpinan Instansi Pemerintah wajib mengidentifikasi,


mencatat, dan mengkomunikasikan informasi dalam bentuk dan waktu yang
tepat. Berkaitan dengan pengkomunikasian informasi, wajib diselenggarakan
secara efektif, dengan cara sebagai berikut:

a. Menyediakan dan memanfaatkan berbagai bentuk dan sarana


komunikasi; dan
b. Mengelola, mengembangkan, dan memperbarui sistem informasi
secara terus menerus.

5. Pemantauan pengendalian intern


Adalah proses penilaian atas mutu kinerja Sistem Pengendalian Intern
dan proses yang memberikan keyakinan bahwa temuan audit dan evaluasi
lainnya segera ditindaklanjuti.

Pimpinan Instansi Pemerintah wajib melakukan pemantauan


Sistem Pengendalian Intern, melalui : a.Pemantauan Berkelanjutan,
b. Evaluasi Terpisah, dan
c. Tindak lanjut rekomendasi hasil audit dan review lainnya.

Pimpinan instansi/organisasi harus dapat menjadikan penerapan Sistem


Pengendalian Intern Pemerintah menjadi tanggung jawab bersama, tidak hanya pada
unit kerja terkecil tapi hingga kepada masing-masing individu.
SPIP bukan hanya upaya membentuk mekanisme administratif saja tetapi juga
upaya melakukan perubahan sikap dan perilaku (soft factor). Peraturan yang ada
bukan merupakan akhir namun merupakan

awal dari langkah perbaikan. Oleh Karena itu, implementasi SPIP sangat bergantung
kepada komitmen, teladan pimpinan dan niat baik dari seluruh elemen dan pejabat dan
pegawai instansi pemerintah.

2. PEMBANGUNAN ZONA INTEGRITAS

ZONA INTEGRITAS predikat yang diberikan kepada instansi pemerintah yang


pimpinan dan jajarannya mempunyai komitmen untuk mewujudkan WBK/WBBM
melalui reformasi birokrasi, khususnya dalam hal pencegahan korupsi dan
peningkatan kualitas pelayanan publik. Zona integritas merupakan sebutan atau
predikat yang diberikan kepada K/L dan Pemda yang pimpinan dan jajarannya
mempunyai niat (komitmen) untuk mewujudkan WBK dan WBBM melalui upaya
pencegahan korupsi, reformasi birokrasi dan peningkatan kualitas pelayanan publik.
K/L dan Pemda yang telah mencanangkan sebagai ZI mengusulkan salah satu unit
kerjanya untuk menjadi Wilayah Bebas dari Korupsi.

1. Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK) adalah predikat yang diberikan kepada
suatu unit kerja yang memenuhi sebagian besar manajemen perubahan, penataan
tatalaksana, penataan sistem manajemen SDM, penguatan pengawasan, dan
penguatan akuntabilitas kinerja.

2. Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani (WBBM) adalah predikat yang


diberikan kepada suatu unit kerja yang memenuhi sebagian besar manajemen
perubahan, penataan tatalaksana, penataan sistem manajemen SDM, penguatan
pengawasan, penguatan akuntabilitas kinerja, dan penguatan kualitas pelayanan
publik

3. Unit kerja

adalah unit/satuan kerja di lingkunganK/L/P serendah-rendahnya eselon III


yangmenyelenggarakan fungsi pelayanan kepadamasyarakat.
4. Maladministrasi

adalah perilaku atau perbuatan melawanhukum, melampaui wewenang,


menggunakan wewenang untuktujuan lain dari yang menjadi tujuan wewenang
tersebut,termasuk kelalaian atau pengabaian kewajiban hukum
dalampenyelenggaraan pelayanan publik yang dilakukan olehpenyelenggara
negara dan pemerintahan yang menimbulkankerugian materiil dan/atau immateriil
bagi masyarakat danorang perseorangan.6.

5. Unit Penggerak Integritas (UPI)

adalah unit kerja yangditugasi untuk memberikan dorongan dan


dukunganadministratif dan teknis kepada unit kerja dalam melaksanakankegiatan
pencegahan korupsi. Tugas UPI secara ex-officiodilaksanakan oleh Aparat
Pengawas Intern Pemerintah (APIP)pada masing-masing K/L/dan Pemda.

6. Tim Penilai Internal (TPI)

adalah tim yang dibentukoleh pimpinan K/L/dan Pemda yang mempunyai


tugasmelakukan penilaian unit kerja dalam rangka memperolehpredikat
WBK/WBBM.8.

7. Tim Penilai Nasional (TPN)

adalah tim yang dibentukoleh Menteri yang mempunyai tugas melakukan


penilaianunit kerja dalam rangka memperoleh predikat WBK/WBBM.

Latar belakang

1. Kejahatan korupsi merupakan kejahatan yang luar biasa,


yang menjadi penghambatutama tercapainya tujuan pembangunan
nasional, yaitu terwujudn ya Indonesia yang adil;
2. Upaya penindakan korupsi harus diimbangi dengan upaya pencegahannya;
3. Pemerintah telah berupaya melakukan upaya pencegahan yang
dituangkandalam Instruksi Presiden dan Peraturan Presiden;

Untuk mensinergikan kegiatan pencegahan korupsi, reformasi birokrasi,


danpeningkatan kualitas pelayanan publik, maka ditetapkan
kebijakanpembangunan ZI, yang sekaligus merupakan tindak lanjut
daripenandatanganan Pakta Integritas oleh seluruh PNS yang
merupakankomitmen untuk tidak melakukan korupsi;5. Sebagai tolok ukur
keberhasilan pembangunan ZI, ditetapkan suatu indikator,dengan pemberian
penghargaan berupa predikat WBK dan WBBM ;6. Diharapkan nilai IPK
Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun.

Penerapan program pencegahan korupsi

1. Penandatanganan dokumen Pakta Integritas;

2. Pemenuhan kewajiban LHKPN;

3. Pemenuhan Akuntabilitas Kinerja;

4. Pemenuhan kewajiban Pelaporan keuangan;

5. Penerapan disiplin PNS

;6. Penerapan kode etik khusus;

7. Penerapan kebijakan pelayanan publik;

8. Penerapan Whistleblower system tipikor;

9. Pengendalian gratifikasi;

10.Penanganan benturan kepentingan


Penandatanganan Pakta Integritas

1. Dilakukan oleh pimpinan dan seluruh pegawaiK/L/danPemda secara serentak


sesuai Permen PAN danRB, No. 49 Tahun 2011, sebagai pelaksanaan
InstruksiPresiden, No. 17 Tahun 2011;

2. Dilakukan juga pada saat pelantikan sebagai CPNS, PNS,dan mutasi kepegawaian
horizontan maupun vertikal;

3. Penandatanganan PI sebagai unsur indikator utamapenilaian WBK/WBBM.

Di lingkungan Kementerian Keuangan, Pencanangan pembangunan Zona


Integritas Menuju WBK/WBBM telah dideklarasikan. Pada tahun 2012
pendeklarasian ini dilaksanakan bersama seluruh unit Eselon I di lingkungan
Kementerian Keuangan yang disaksikan oleh Kementerian Pendayagunaan Aparatur
Negara dan Reformasi Birokrasi serta Ombudsman RI. Salah satu unit Eselon I di
lingkungan Kementerian Keuangan khususnya Direktorat Jenderal Perbendaharaan
secara proaktif sangat mendukung terlaksananya program pembangunan Zona
Integritas Menuju WBK/WBBM. Mulai Tahun 2013 beberapa KPPN telah mengikuti
program Pembangunan Zona Intergritas tersebut dengan menghasilkan prestasi yang
baik, mendapatkan predikat Wilayah Bebas Korupsi (WBK) dan Wilayah Birokrasi
Bersih dan Melayani (WBBM) dari KemenPan- RB.

Saat ini, Direktorat Jenderal Perbendaharaan mempunyai 181 KPPN yang


tersebar di seluruh Indonesia. Keberadaan jumlah kantor vertikal ini mendorong
Direktorat Jenderal Perbendaharaan untuk meningkatkan pelayanannya kepada
stakeholders. Peningkatan pelayanan ini diberikan agar stakeholders tetap percaya
bahwa Kementerian Keuangan khususnya Direktorat Jenderal Perbendaharaan
akuntabel dan profesional dalam melaksanakan tugas-tugas perbendaharaan negara.
Selain itu Direktorat Jenderal Perbendaharaan juga tetap menjaga komitmen untuk
selalu menerapkan zero tolerance terhadap segala bentuk tindakan korupsi, kolusi dan
nepotisme (KKN) dalam pelaksanaan tugas termasuk pemberian layanan kepada
stakeholders.

Sebagai wujud nyata dari pelaksanaan kegiatan ini, dua KPPN telah
mendapatkan predikat Wilayah Bebas Koupsi (WBK) dan Wilayah Birokrasi Bersih
dan Melayani (WBBM) dari Kementerian PANRB, yaitu KPPN Kuningan dan KPPN
Amplapura.

Reformasi Birokrasi yang dilakukan oleh Kementerian Keuangan telah


memberikan dampak positif bagi peningkatan kinerja pelaksanaan tugas, peningkatan
pelayanan dan kepercayaan masyarakat, serta mendorong dan menginspirasi
Kementerian lainnya untuk melakukan hal yang sama. Keberhasilan kegiatan
pembangunan Zona Integritas Menuju WBK/WBBM memang bukan jaminan bagi
tercapainya institusi yang konsisten pada prinsip integritas dan melayani, namun ini
adalah awal bukti komitmen institusi pada prinsip-prinsip tersebut yang perlu terus
dijaga dan ditingkatkan kualitasnya.
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Sistem Pengendalian Intern Pemerintah atau disingkat menjadi SPIP adalah sebuah
proses yang terintegrasi dilaksanakan oleh seluruh unsur dalam suatu lembaga yaitu
pimpinan beserta seluruh pegawainya dengan konsisten dan terus menerus dengan tujuan
memberikan keyakinan yang memadai atas berjalannya kegiatan organisasi dengan efektif
dan efisien, memiliki laporan keuangan yang dapat diandalkan, adanya sistem pengamanan
aset yang memadai, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Zona integritas predikat yang diberikan kepada instansi pemerintah yang pimpinan
dan jajarannya mempunyai komitmen untuk mewujudkan WBK/WBBM melalui reformasi
birokrasi, khususnya dalam hal pencegahan korupsi dan peningkatan kualitas pelayanan
publik. Zona integritas merupakan sebutan atau predikat yang diberikan kepada K/L dan
Pemda yang pimpinan dan jajarannya mempunyai niat (komitmen) untuk mewujudkan
WBK dan WBBM melalui upaya pencegahan korupsi, reformasi birokrasi dan peningkatan
kualitas pelayanan publik. K/L dan Pemda yang telah mencanangkan sebagai ZI
mengusulkan salah satu unit kerjanya untuk menjadi Wilayah Bebas dari Korupsi.
DAFTAR PUSTAKA

http://www.djpk.depkeu.go.id/wp-content/uploads/2017/05/Slide-Paparan-
WBKWBBM.pdf

http://pemerintah.net/sistem-pengendalian-intern-pemerintah/

https://eprints.uns.ac.id/36281/1/F1315010_pendahuluan.pdf

https://kemenkeu.go.id/publikasi/artikel-dan-opini/urgensi-pembangunan-
zonaintegritas-menuju-wilayah-bebas-korupsi-dan-birokrasi-bersih-dan-melayani-
padaunit-instansi-di-kementerian-keuangan/

PEDOMAN_PEMBANGUNAN_ZONA_INTEGRITAS_menuju_WILAYAH_BEB
AS_DARI_KORUPSI_WBK_dan_WILAYAH_BIROKRASI_BERSIH_DAN_MEL
AYANI_WBBM

Anda mungkin juga menyukai