ISLAM DALAM
KEHIDUPAN BERPOLITIK
OLEH :
Secara Bahasa
Kata siyasah ي اسة politik diambil dari kata س اس saasa yang artinya memimpin,
memerintah, mengatur, dan melatih.
Dikatakan س اسا لقوم saasa al qauma artiya dia memimpin, memerintah, mengatur
dan melatih sebuah kaum. (Lihat: Al Munawwir, Hal. 677. Pustaka Progresif)
Siyasah sendiri berarti manajemen/administrasi (Ibid, hal. 688)
Dikatakan:
ْ ً سة
أمرتُها ونَ َه ْيتُها ِ َستُ ال َّر ِعيَّة
َ سيا ْ س
ُ و
“Aku telah mengatur rakyat baik dengan perintah atau larangan.” (Syaikh
Fairuzzabadi, Al Qamus Al Muhith, 2/89. Mawqi’ Al Warraq)
Secara Istilah
Imam Abul Wafa Ibnu ‘Aqil Al Hambali berkata:
يَتَ َولَّ ْو َن أُ ُموره ْم َك َما تَ ْف َعل اأْل ُ َم َراء َوا ْل ُواَل ة بِال َّر ِعيَّ ِة
“Para nabi menguasakan urusan mereka sebagaimana yang dilakukan para pemimpin dan penguasa
terhadap rakyatnya.” (Al Minhaj Syarh Shahih Muslim, Ibid).
III. PARADIGMA SISTEM POLITIK ISLAM
Dalam wacana kontemporer, paradigma sitem politik Islam
setidaknya berpusat pada 3 pokok pikiran, yakni :
1. Kelompok pertama berpendapat bahwa Islam
adalah agama yang serba lengkap yang bukan hanya
mengatur urusan ibadah manusia dengan Tuhan, melaikan
juga mengajarkan pada urusan keduniawian. Dalam hal ini,
sistem politik dan ketatanegaraan dalam Islam adalah bagian
yang tidak terpisahkan dalam ajaran Islam yang wajib untuk
diteladani sebagaimana Rasulullah mencontohkan di
Madinah. Beberapa tokoh yang mendukung gagasan ini
seperti, Abu A’la al Maududi.
2. Kelompok kedua, sebagai anti tesa terhadap gagasan
kelompok pertama berpendapat bahwa Agama Islam
dengan urusan politik dan ketatanegaraan adalah tidak
ada hubungannya sama sekali. Oleh karena itu,
permasalahan politik dan ketatanegaraan adalah murni
hasil pemikiran manusia bukan dari ajaran agama Islam.
3. Kelompok ketiga, sebagai golongan yang mencoba
mengakomodir pertentangan antara kelompok pertama
dengan kelompok kedua, berpandangan bahwa Islam
adalah agama yang serba lengkap yang didalamnya
terdapat sistem kehidupan termasuk politik dan
ketatanegaraan, namun hanya dalam bentuk seperangkat
etika dalam membangun kehidupan politik dan
bernegara.
IV. PRINSIP-PRINSIP POLITIK ISLAM
Beberapa prinsip pokok yang melatar belakangi praktek politik Islam
dapat dijabarkan sebagai berikiut :
1. Kewajiban mewujudkan persatuan dan kesatuan umat. Hal ini
dijelaskan dalam al-Qur’an S. Al hujurat 10
َ صلِ ُحوا بَ ْي َن أَ َخ َو ْي ُك ْم ۚ َواتَّقُوا هَّللا َ لَ َعلَّ ُك ْم تُ ْر َح ُم
ون ْ َ ون إِ ْخ َوةٌ فَأ
َ ُإِنَّ َما ا ْل ُم ْؤ ِمن
2. Kewajiban bermusyawarah dalam mengambil keputusan. Hal ini
dijelaskan dalam al-Qur’an s. as-Syuara:38
صاَل ةَ َوأَ ْم ُر„ ُه ْم شُو َر ٰى بَ ْينَ ُه ْم َو ِم َّما
َّ ستَ َجابُوا لِ َربِّ ِه ْم َوأَقَا ُموا ال َ َوالَّ ِذ
ْ ين ا
َ َُر َز ْقنَا ُه ْم يُ ْنفِق
ون
3. Amanah dan menjunjung keadilan
4. Kewajiban mentaati Allah, Rasul dan ulil amri. Hal ini
sebagaimana dijelaskan dalam al-Qur’an s. an-Nisa’:59
ُول َوأُولِي اأْل َ ْم ِر ِم ْن ُك ْم
َ ين آ َمنُوا أَ ِطيعُوا هَّللا َ َوأَ ِطيعُوا ال َّرس
َ ۖ يَا أَيُّهَا الَّ ِذ
................ LANJUTAN
5. Prinsip keadilan (QS. Al-Maidah ayat 8),
ُ شنَآنُ قَ ْو ٍم َعلَىٰ أَاَّل تَ ْع ِدلُوا ۚ ا ْع ِدلُوا هُ َو أَ ْق َر
ب َ يَ ْج ِر َمنَّ ُك ْم س ِط ۖ َواَل ْ ِش َه َدا َء بِا ْلق
ُ ِ ين هَّلِل َ يَا أَيُّ َها الَّ ِذ
َ ين آ َمنُوا ُكونُوا قَ َّوا ِم
َ ُهَّللا َ َخبِي ٌر بِ َما تَ ْع َمل
ون َّلِلتَّ ْق َو ٰى ۖ َواتَّقُوا هَّللا َ ۚ إِن
Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan
(kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu
terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil
itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
6. Pemerataan Ekonomi (QS. Al-Hasyr ayat 7),
يل َك ْي اَل ِ ِين َوا ْب ِن ال َّسب ِ َما أَفَا َء هَّللا ُ َعلَ ٰى َرسُولِ ِه ِم ْن أَ ْه ِل ْالقُ َر ٰى فَلِلَّ ِه َولِل َّرسُو ِل َولِ ِذي ْالقُرْ بَ ٰى َو ْاليَتَا َم ٰى َو ْال َم َسا ِك
ِ ون ُدولَةً بَي َْن اأْل َ ْغنِيَا ِء ِم ْن ُك ْم ۚ َو َما آتَا ُك ُم ال َّرسُو ُل فَ ُخ ُذوهُ َو َما نَهَا ُك ْم َع ْنهُ فَا ْنتَهُوا ۚ َواتَّقُوا هَّللا َ ۖ إِ َّن هَّللا َ َش ِدي ُد ْال ِعقَا
ب َ يَ ُك
Apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada Rasul-Nya (dari harta benda) yang berasal dari
penduduk kota-kota maka adalah untuk Allah, untuk Rasul, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang
miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan, supaya harta itu jangan beredar di antara orang-orang kaya
saja di antara kamu. Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya
bagimu, maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya.
................ LANJUTAN
7. Pertahanan (QS. Al-Anfal ayat 60), dan sebagainya