Anda di halaman 1dari 1

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Kekuatan tekan beton dapat diuji dalam dua cara, destruktif dan non destruktif.
Cara destruktif adalah pengujian yang sifatnya merusak benda uji, sampel ditekan
sampai pecah, dari situ diperoleh data kekuatan tekan beton yang sifatnya aktual.
Tetapi dalam beberapa hal, cara ini dipandang kurang praktis, sebab
pelaksanaannya harus dilakukan di laboratorium, sehingga cocok digunakan untuk
sampel beton baru yang dibuat waktu pekerjaan pengecoran. Untuk bangunan
yang telah berdiri maupun bangunan lama, sampel diperoleh dari pemboran inti
(coring), kemudian hasilnya dibawa ke laboratorium untuk diuji tekan, oleh sebab
itu dipandang kurang praktis, dan lebih praktis jika menggunakan cara non
destruktif. Pengujian cara non destruktif dilakukan tanpa merusak benda uji,
pelaksanaannya dapat dilakukan di tempat kerja (insitu), hasilnya berupa data
kekuatan beton yang bersifat perkiraan; metode yang umum dipakai, (1) hammer
test dan (2) tes UPV.(Hannachi dan Guetteche, 2012). Hammer test sudah lazim
dilakukan di Indonesia, tetapi tes UPV (Ultrasonic Pulse Velocity) masih jarang
dilakukan, sebab beayanya mahal. Tes UPV adalah cara untuk memperkirakan
kekerasan beton, yang didasarkan pada hubungan kecepatan gelombang UPV
melalui media beton, dengan kekuatan tekan beton itu. (International Atomic
Energy Agency,2002). Di negara lain, misalnya India dan Turki, tes ini banyak
digunakan, kemungkinan di masa mendatang tes UPV juga banyak dilakukan di
Indonesia. Penelitian ini merupakan upaya awal untuk mengetahui perbandingan
perkiraan kekuatan beton dari tes UPV, dengan hasil uji

Anda mungkin juga menyukai