Anda di halaman 1dari 10

PERBEDAAN ASUHAN KEBIDANAN SEBELUM DAN SESUDAH

PANDEMI COVID-19

Disusun Oleh :

PUJA LESTARI (190211011)

Dosen Pengampu :

JUNERIS ARITONANG, M.KEB

FAKULTAS FARMASI DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS SARI


MUTIARA INDONESIA MEDAN

T/A : 2020-2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI………………………………………………………………………………........

KATA PENGANTAR……………………………………………………………………..........

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………….........

A. LATAR BELAKANG……………………………………………………………...........
B. RUMUSAN MASALAH…………………………………………………………...........

BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………………...........

A. MASA NIFAS………………………………………………….…………………...........
B. SEBELUM PANDEMIK…………………………………………………………...........
C. STELAH PANDEMIK
D. ASUHAN KEBIDANAN………………………………………………………...............
E. PROGRAM KEBIDANAN DIMASA
PANDEMIK……………………………………………………………………................

BAB III PENUTUP………………………………………………………………………............

KESIMPULAN………………………………………………………………………….............

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………............
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada tuhan yang maha esa saya limpahkan rahmat dan
karunianya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul :“PERBEDAAN
ASUHAN KEBIDANAN SEBELUM DAN SESUDAH PANDEMI”

Saya juga mengucapkan trima kasih yang sebesar-besarnya kepada ibu Juneris Aritonang
selaku dosen mata kuliah, yang sudah memberi kepercayaan kepada saya untuk menyelesaikan
tugas ini.

Saya sangat berharap makalah ini dapat bermamfaat dalam rangka menambah
pengetahuan juga wawasan tentang “PERBEDAAN ASUHAN KEBIDANAN SEBELUM DAN
SESUDAH PANDEMI”.

Saya pun menyadari bahwa dalam makalah ini masih terdapat banyak kekurangan dan
jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu saya mengharapkan adanya kritik dan saran demi
perbaikan makalah yang saya buat dimasa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang
sempurna tanpa saran yang membangun.

Mudah-mudahan makalah sederhana ini dapat dipahami oleh semua orang khusus nya
bagi para pembaca.Saya mohon maaf yang sebesar-besarnya jika terdapat kata-kata yang kurang
berkenan.

Kutacane, 15 Februari 2021

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan ibu dan anak saat ini masih menjadi indikator tingkat kesejahteran
masyarakatyang ada di seluruh negara. Didalam siklus kehidupan hampir semua perempuan
mengalami proses kehamilan, persalinan, nifas, dan sampai ibu memutuskan untuk
menggunakan alat kontrasepsi (KB).Kehamilan membutuhkan kesiapan secara fisik dan mental.
Covid-19 pertama kali dideteksi di inndonesia pada 2 maret 2020 hingga saat ini Indonesia telah
melaporkan 1.223.930 kasus positif, dengan 33.367 kematian.

Di masa pandemi covid-19 ibu hamil merasa semakin cemas apalagi untuk ibu hamil
trimester lll yang akan segera melahirkan. Kecemasan ibu didasari oleh bagaimana penyebaran
virus ini, yaitu melalui droplet pada saat bersin, batuk atau berbicara. Droplet dapat menempel
pada benda dan permukaan seperti meja, gagang pintu,dll. Seseorang dapat terinfeksi virus ini
apabila menyentuh benda atau permukaan benda tersebut yang kemudian menyentuh mata,
hidung dan mulut tanpa mencuci tangan.

Corona virus belum memiliki efek tertentu bagi kehamilan.Di inggris 472 ibu hamil dirawat
dirumah sakit dengan corona virus dengan bayinya selama masa pandemi.Virus ini belum ada
bukti yang menunjukkan peningkatan resiko keguguran.Namun ada bukti yang menunjukkan
bahwa penularan dari ibu kebayi mungkin terjadi selama kehamilan atau kelahiran.

B. Rumusan Masalah
1. kecemasan ibu nifas dimasa pandemic covid-19
2. Upaya menghadapi kecemasan ibu nifas
BAB II

PEMBAHASAN

A. Masa Nifas

Wanita yang baru selesai melahirkan akan langsung memasuki masa nifas. Masa ini dimulai
ketika wanita telah mengeluarkan plasenta dan berlanjut hingga beberapa minggu kemudian.
Masa nifas pada umumnya berlangsung sampai enam minggu setelah melahirkan.
Dalam enam minggu tersebut, tubuh wanita akan mengalami perubahan, yaitu adaptasi dari masa
kehamilan dan melahirkan, sampai berangsur-angsur kembali lagi ke keadaan seperti sebelum
hamil.
Sebagian besar wanita tidak mengetahui proses pemulihan yang dialami tubuhnya selama masa
nifas. Padahal, ini penting diketahui agar dapat melakukan perawatan yang tepat setelah
melahirkan.

B. Sebelum Pandemi Covid-19


Menurut Kemenkes (2019), untuk pelayanan ibu nifas sebelum pandemik covid-19, yaitu
pelayanan pasca persalinan / nifas dilaksanakan minimal 4 kali dengan waktu kunjungan ibu dan
bayi baru lahir bersamaan :
a. Pelayanan pertama (Kf I) dilakukan pada waktu 2-48 jam setalah persalinan
b. Pelayanan ke dua (Kf II) dilakukan pada waktu 3-7 hari pasca persalinan
c. Pelayanan ke tiga (Kf III) dilakukan pada waktu 8-28 hari setelah persalinan
d. Pelayanan ke empat (Kf IV) dilakukan pada waktu 29-42 hari pasca persalinan
e. Setelah Pandemi Covid-19
Menurut Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 (2020), pelayanan ibu nifas
setelah adanya pandemik covid-19 perlu dilakukan persiapan dan perubahan yang sesuai dengan
protokol kesehatan, seperti :
a. Kesiapan fasilitas pelayanan kesehatan Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP),
seperti :Puskesmas direkomendasikan untuk mengatur ulang fasilitas layanan KIA agar terpisah
dengan Gedung Utama Puskesmas sehingga Pasien KIA tidak bercampur dengan Pasien Umum.

b. Jika Puskesmas tidak mempunyai ruang KIA yang terpisah dari Gedung Puskesmas, maka
dapat disiapkan fasilitas layanan darurat, misalnya,memanfaatkan sarana gedung pelatihan,
penginapan, gedung olah raga, dll, dengan mengupayakan prasarana minimal terpenuhi (sumber
air bersih, listrik, kamar mandi dll). Sedapat mungkin tidak menggunakan sekolah untuk
memastikan anak-anak dapat kembali bersekolah secepatnya. 

c. Jika layanan KIA tidak mungkin dilakukan di Puskesmas, maka bisa disepakati Bidan Praktik
Mandiri (BPM) dalam satu regional untuk dipergunakan secara kolektif oleh beberapa bidan di
sekitarnya.

d. Menerapkan triase dan alur tatalaksana layanan ibu hamil, ibu bersalin dan bayi baru lahir. 

e. Memenuhi kebutuhan Rapid Test dan Alat Pelindung Diri (APD) level-1 dan level-2

Pelayanan ibu setelah melahirkan atau ibu nifas di FKTP, yaitu :

1. FKTP memberikan pelayanan KB (diutamakan metode kontrasepsi jangka panjang) segera


setelah persalinan. Jika ibu tidak bersedia, maka dilakukan konseling KB serta nasihat untuk
mendapatkan layanan KB pasca bersalinan.

2. Bayi yang dilahirkan dari ibu yang bukan ODP, PDP atau terkonfirmasi COVID-19 pada 0-6
jam pertama, tetap mendapatkan: perawatan tali pusat, inisiasi menyusui dini, injeksi vitamin K1,
pemberian salep/tetes mata antibiotik dan pemberian imunisasi hepatitis B dan  HbIg (Hepatitis
B immunoglobulin).

3. Ibu dan keluarga mendapat nasihat dan edukasi tentang perawatan bayi baru lahir termasuk
ASI ekslusif dan tanda bahaya jika ada penyulit pada bayi baru lahir dan jika terjadi infeksi masa
nifas.

4. Tenaga kesehatan mengambil sampel skrining hipotiroid kongenital (SHK) pada bayi yang
dilakukan setelah 24 jam persalinan, sebelum ibu dan bayi pulang dari fasilitas kesehatan.

5. FKTP memberikan layanan kunjungan pasca bersalin pada ibu bukan PDP atau tidak
terkonfirmasi COVID-19:

6. Pemeriksaan pada ibu nifas (sesuai SOP)

C.  Pelayanan ibu nifas setelah pandemic Covid-19


a. Pelaksanaan  kunjungan  nifas pertama  dilakukan  di  fasilitas pelayanan kesehatan.
Kunjungan nifas kedua, ketiga dan keempat dapat dilakukan dengan metodekunjungan  rumah 
oleh  tenaga  kesehatan  atau  pemantauan  menggunakan media  online (disesuaikan  dengan 
kondisi  daerah  terdampak  Covid-19), dengan melakukan upaya-upaya pencegahan penularan
Covid-19 baik dari petugas, ibu dan keluarga.
b. Periode kunjungan nifas (KF):
 KF  1  : pada  periode  6  (enam)  jam  sampai  dengan 2(dua)  hari pascapersalinan;
 KF  2  : pada  periode 3(tiga)  hari  sampai  dengan 7(tujuh)  hari  pascapersalinan;
 KF 3  :pada  periode 8(delapan)  hari  sampai  dengan 28(duapuluh delapan) hari
pascapersalinan;
 KF 4  :  pada  periode  29  (dua puluh sembilan)  sampai  dengan 42 (empat puluh dua)
hari pascapersalinan.

c. Pelayanan KB tetap dilaksanakan sesuai jadwal dengan membuat perjanjian dengan


petugas.Diutamakan menggunakan MKJP.

d. Ibu nifas dan keluarga harus memahami tanda bahaya dimasa nifas (lihat Buku KIA) jika
terdapat risiko/tanda bahaya, maka periksakan diri ke tenaga kesehatan.

  Menurut IBI (2020), permasalahan dalam pelayanan maternal dan neonatal  (ibu nifas)
selama pandemik covid-19 yaitu pandemic Covid-19 telah menyebabkan terjadi masalah
pemenuhan kebutuhan pelayanan kesehatan terutama pelayanan maternal-neonatal yang
disarankan untuk ditunda jika tidak ada kedaruratan medis dikarenakan ada peningkatan
kekhawatiran terhadap penularan Covid-19. Hal ini dikemudian hari dapat menimbulkan resiko
meningkatnya kematian ibu dan bayi baru lahir di Indonesia.

 Menurut Kemenkes RI (2020) permasalahan yang di hadapi program kesehatan ibu dan
bayi dalam masa pandemic Covid-19 yaitu :

a. Pengetahuan ibu dan keluarga terkait Covid-19 dan pelayanan kesehatan bagi ibu dan bayi
baru lahir di era pandemic,
b. Belum semua tenaga kesehatan tersosialisasi pedoman pelayanan ibu dan bayi baru lahir di
era pandemic,
c. Pelayanan regular puskesmas, Praktik Mandiri Bidan dan Posyandu masih dilaksanankan
secara biasa dibeberapa daerah,
d. Kebutuhan dan ketersediaan serta pemenuhan APD bagi penolong persalinan dan ibu
bersalin,
e. Tingginya kasus penderita Covid-19 yang dirawat di RS rujukan berpengaruh terhadap
keleluasaan penanganan pelayanan rujukan maternal dan neonatal.

D. Asuhan Kebidanan Dalam Penanganan Covid-9


WHO mengumumkan pada tanggal 30 Januari 2020 terjadinya wabah global pandemi Covid-
19.Hal tersebut menyebabkan resah seluruh dunia, termasuk masyarakat di
Indonesia.Merebaknya pandemi Covid-19 di Indonesia selain berdampak terhadap
perekonomian, pendidikan dan sosial masyarakat, juga berdampak terhadap kesehatan salah
satunya yaitu berdampak pada pelayanan kesehatan reproduksi perempuan.Pelayanan kesehatan
reproduksi bagi perempuan adalah bentuk keharusan atau tidak bisa ditunda.Adapun pelayanan
itu di antaranya pelayanan pada Ibu hamil, bersalin, Nifas dan pelayanan Keluarga Berencana
(KB).

Dasar Hukum

• Berdasarkan UU No. 4 Tahun 2019 tentang kebidanan

• Kini praktik profesi bidan telah berkembangan pesat sejalan dengan tuntutan pentingnya
perlindungan dan kepastian hukum.

• Bidan dituntut memberikan pelayanan yang humanis, cerdas dan inovatif mempromosikan
kesehatan, mencegah penyakit, pengobatan dan rehabilitasi tanpa diskriminasi.

Ditengah pandemi global Covid -19, termasuk di Indonesia sangat di butuhkan sinergitas
seluruh tenaga kesehatan termasuk peran bidan dan perawat yang merupakan profesi yang mulia.
Peran bidan melaksanakan beberapa aksi inovasi, melakukan edukasi dalam memutus mata
rantai perjalanan penularan dengan memberikan informasi pola hidup bersih ,rajin mencuci
tangan, jaga jarak, menjauhi kerumunan dan melakukan penyemprotan disinfektan. Peran bidan
sebagai salah satu tenaga kesehatan digarda terdepan tentu diharapkan tetap semangat tanpa
pamrih memberikan “ASUHAN KEBIDANAN YANG BERKUALITAS “ namun harus lebih
hatihati dan waspada terhadap “ High Risk “ terpapar nya penularan covid -19 karena di era new
normal bukan berarti bebas resiko penularan covid -19

• Metode kunjungan rumah oleh tenaga kesehatan atau pemantauan menggunakan media online
(disesuaikan dengan kondisi daerah terdampak Covid-19), dengan melakukan upaya-upaya
pencegahan penularan Covid-19 baik dari petugas, ibu dan keluarga.
E. Program- program yang mampu mendukung asuhan kebidanan pada
masa pandemic covid-19.
Menurut saya, program yang mampu mendukung asuhan kebidanan pada masa pandemic
ini diantaranya :
1. Pada pelayanan imunisasi
 untuk layanan imuninasi jangan dilakukan dipuskes tetapi kader/petugas
kesehatan berkolaborasi dengan perangkat desa untuk pelaksanaan layanan
imunisasi di adakan di balai desa.
 Lalu para kader/petugas kesehatan mengatur jadwal pelaksanaan layanan
imunisasi setidaknya 1 bulan sekali.
 Protocol kesehatan harus diterapkan seperti alat pelindung diri (APD) lengkap.
 Memastikan ruang/tempat pelayanan imunisasi yang bersih dan sirkulasi udara
yang baik.
 Tetap menyelenggarakan di setiap pengunjung untuk menjaga jarak 1-2 meter.
 Sebelum memasuki area pelayanan imunisasi diwajibkan pengunjung untuk
mencuci tangan dan memakai masker.
 Diharapkan juga bagi Para tenaga kesehatan untuk menyediakan makanan bergizi
tambahan pada anak dan ibu.
2. Kesehatan Keluarga (Sesuai Siklus Hidup)
a) Ibu hamil
 Menurut saya, pada pemeriksaan kehamilan pada trimester kedua ibu
hamil baiknya jangan ditunda tetapi tetap dilakukan ketika sudah usia
kehamilan 20minggu
 untuk pemeriksaan jangan ke rumah sakit baiknya melakukan kunjungan
kedokter 1x dengan pemeriksaan USG tujuannya untuk memastikan saja
bagaimana kondisi organ-organ bayi dan plasenta.
 Membuat sebuah aplikasi kelas kehamilan online ataupun sebuah virtual
bagi ibu hamil yang mampu mengajarkan cara menjaga dan mengawasi
kehamilannya secara mandiri dirumah.
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Kepada ibu hamil dan Petugas Kesehatan. Agar Tetap menjaga kesehatan dan tetap mematuhi
Protokol kesehatan dari pemerintah dan mengikuti himbauan yang sudah ditetapkan dari
pemerintah agar terhindar dari pandemik covid-19 ini dan semua kembali normal.

DAFTAR PUSTAKA
https://jurnal.syedzasaintika.ac.id/index.php/abdimas/article/view/810
http://journal.fk.unpad.ac.id/index.php/mkb/article/view/2043/pdfJ

Anda mungkin juga menyukai