Anda di halaman 1dari 25

89

LAPORAN

ILMU BEDAH KHUSUS

PREOPERASI DAN SIMULASI

Nama : Inna Fatma Anisa Setiani Wibowo


NIM : 185130107111033
Kelas : 2018D
Kelompok : D4
Asisten : Novi Aprilia Shania Putri

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2021
PEMBAGIAN TUGAS DALAM OPERASI

Pembagian tugas dalam operasi terdiri dari operator, asisten operator, anastheolog, dan
asisten kotor. Berdasarkan jurnal yang terlampir pada vlm, semua personel yang melakukan
anestesi dan pembedahan harus dilatih dengan tepat. Principal Investigator (PI) bertanggung
jawab untuk memastikan bahwa personel peneliti menerima pelatihan dan sertifikasi yang
sesuai sebelum melakukan prosedur apapun. Ahli bedah baru akan dilatih dan diawasi oleh PI,
atau personel yang ditunjuk sampai mereka kompeten untuk melakukan prosedur secara
mandiri. Semua ahli bedah baru, termasuk PI, harus dipatuhi oleh staf veteriner OLAC dan
kompetensi mereka disertifikasi untuk ACUC sebelum bekerja secara mandiri. Office of
Laboratory Animal Care (OLAC) staf veteriner dan pelatihan tersedia untuk memberikan
bantuan atau pelatihan dalam teknik aseptik, pembedahan dan pemberian anestesi, analgesia,
dan eutanasia.

Menurut Fossum (2013), tugas dan fungsi pembagian tim bedah yaitu sebagai berikut:
1. Operator
Operator bertugas sebagai penanggung jawab dalam mengkoordinasi seluruh
anggota kelompok selama berjalannya operasi dan melaksanakan kegiatan operasi dari
awal sampai akhir.
2. Asisten operator
Menjalankan fungsi yang membantu ahli bedah atau operator dalam melakukan
operasi yang aman, termasuk mengembangkan pengetahuan kerja dari prosedur yang
dilakukan, memberikan pencabutan dan hemostasis, dan memanipulasi instrumentasi
dan jaringan ke posisi yang tepat untuk menyelesaikan tugas bedah.
3. Anasthesiolog
Anasthesiolog bertugas untuk memantau dan menyesuaikan status fisiologis pasien
dengan cermat selama operasi berlangsung. Anasthesiolog dilatih untuk membuat
perawatan segera dalam krisis fisiologis.
4. Asisten kotor
Asisten kotor bertugas untuk membantu seluruh kegiatan operasi dalam kawasan
non aseptik.
PROSEDUR MENCUCI TANGAN

Berdasarkan video yang terlampir pada vlm prosedur mencuci tangan sebelum operasi
dilakukan selama 5 menit dengan tujuan untuk mengurangi bakteri flora yang berada di
tangan kita.
No. Gambar Keterangan
1. Membasahi kedua tangan dengan air mengalir dimulai
dari ujung jari hingga siku dengan posisi tangan seperti
pada gambar, kemudian dilanjutkan dengan melakukan
general hand wash menggunakan sabun. Apabila
menggunakan scrub dengan lengan panjang, maka
scrub harus dilipat 3-4 inci dari siku.
2. Membersihkan kuku menggunakan nail pick.

3. Meratakan zat antiseptik menggunakan spons pada


permukaan kuku hingga siku di kedua tangan.

4. Sebelum melakukan scrubbing pada permukaan jari


tangan dan lengan, terlebih dahulu diatur waktu selama
5 menit. Scrubbing permukaan jari tangan dan lengan
pada 4 bagian yaitu sisi kiri, kanan, depan dan
belakang. Setiap bagian, digosok menggunakan spons
sebanyak 20 kali. Apabila waktu scrubbing permukaan
jari tangan dan lengan tangan sudah selesai sebelum 5
menit, maka dapat dilakukan scrubbing kembali pada
kedua tangan.
5. Membilas dengan air mengalir dari permukaan jari
hingga siku tanpa menyentuh benda apapun. Lalu,
mengeringkan permukaan jari hingga siku
menggunakan handuk .

Prosedur mencuci tangan dapat dikerjakan menggunakan hand rub atau sabun cair di
bawah air mengalir. Saat menggunakan hand rub, cuci tangan dilakukan selama 20-30 detik
sedangkan di bawah air mengalir selama 40-60 detik. Teknik mencuci tangan dengan enam
langkah bertujuan agar seluruh permukaan tangan berkontak dengan zat antiseptik dan dengan
demikian akan membunuh kuman secara maksimal (Mawuntu et al, 2018).

Saat meratakan sabun cair atau hand rub, telapak tangan berada dalam posisi menghadap
ke atas agar zat antiseptik tidak tumpah. Sabun cair diambil secukupnya sehingga menutupi
seluruh permukaan tangan dan hand rub sebanyak 2-3 ml atau seukuran uang logam. Saat
membersihkan punggung tangan dan sela-sela jari, telapak tangan kanan menggosok
punggung tangan kiri dengan jari-jari tangan kanan menggosok pangkal dan pinggiran jari-jari
tangan kiri lalu dilakukan sebaliknya. Saat membersihkan sela-sela jari & telapak tangan,
telapak tangan kiri menggosok ke telapak tangan kanan dan jari-jari kedua tangan saling
menjalin. Jari-jari kedua tangan berada dalam posisi saling mengunci lalu saling menggosok
saat membersihkan punggung jari-jari. Untuk membersihkan ibu jari, ibu jari tangan kiri
digenggam oleh keempat jari tangan kanan lalu jari-jari tangan kanan bergerak memutar ke
belakang dan kerjakan bergantian. Saat membersihkan ujung-ujung kuku, ujung-ujung jari
salah satu tangan saling menguncup dan digosokkan ke telapak tangan sebelahnya
membentuk gerakan spiral dari luar ke dalam dan dilakukan bergantian (Mawuntu et al,
2018).

Sebagai tambahan, ujung-ujung kuku harus terpotong pendek. Akesoris seperti cincin,
gelang, dan jam tangan dilepaskan sebelum mencuci tangan. Jika tangan terlihat cukup bersih
gunakan hand rub tetapi jika kelihatan kotor gunakan sabun (Mawuntu et al, 2018).
Gambar prosedur mencuci tangan (Mawuntu et al, 2018).
Menurut Hafsan (2014), prosedur mencuci tangan yang benar yaitu :
1. Basahi tangan setinggi pertengahan lengan bawah dengan air mengalir,
2. Gunakan sabun di bagian telapak tangan yang telah basah,
3. Digosok telapak tangan ke telapak tangan, sehingga menghasikan busa secukupnya
selama 15-20 detik,
4. Bilas kembali dengan air bersih,
5. Tutup kran dengan siku atau tissue
6. 6.Keringkan tangan dengan tissu/handuk kertas,

Hindarkan menyentuh benda disekitarnya setelah mencuci tangan.

PROSEDUR MEMAKAI SURGICAL GOWN

Berdasarkan video yang terlampir pada vlm, prosedur memakai surgical gown antara lain.

No. Gambar Keterangan


1. Membuka lipatan surgical gown dan masukkan tangan
ke surgical gown. Posisi saat menggunakan surgical
gown yaitu bagian dalam harus menghadap ke arah
operator.
2. Dalam pemasangan surgical gown dapat dibantu oleh
asisten dan pastikan bahwa bagian depan surgical
gown tidak menyentuh apapun.

Menurut Yarsa et al (2019), prosedur pemasangan surgical gown antara lain :

1. Angkat gaun steril dari pembungkus sterilnya


2. Pindah ke area di mana gaun bisa dibuka tanpa kontaminasi
3. Pegang gaun itu menjauh dari tubuh dan buka lipatannya sehingga bagian dalam
menghadap tubuh
4. Selipkan tangan ke lengan gaun sambil menjauhkannya dari tubuh. jaga tangan
agar tetap setinggi bahu
5. Jika teknik gaun tertutup dilakukan, angkat tangan ke atas lengan gaun sampai
mencapai cuff. jangan memasukkan tangan ke dalam cuff karena ini tidak
memungkinkan untuk melakukan teknik glove tertutup. asisten yang tidak steril
akan membantu menarik gaun itu ke atas bahu dan mengencangkan leher gown.
6. Setelah glove bedah dipasang, gaun itu dapat diikat.

Gambar cara memasang surgical gown (Yarsa et al, 2019).

HANDLING SERTA RESTRAIN PASIEN SEBELUM DILAKUKAN OPERASI

Berdasarkan video yang terlampir pada vlm, handling dan restrain pasien sebelum
melakukan operasi sangatlah penting karena handling dan restrain yang buruk akan
menyebabkan stress pada hewan dan berpotensi mencelakai orang yang menangani hewan
tersebut. Salah satu restrain yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan bantuan
handuk.

Restrain menggunakan handuk


Handling merupakan suatu metode penanganan pada hewan yang membuat hewan
terbatasi geraknya sehingga mudah untuk dikendalikan baik dengan menggunakan bantuan
alat bantu ataupun dengan hanya menggunakan tangan (Awaludin et al, 2017).

Menurut Chapman (2017), teknik handling antara lain :

1. Teknik Standing

2. Teknik Sternal Recumbency

3. Sitting

4. Lateral Recumbency
Restrain atau pengekangan adalah suatu metode dalam penanganan hewan yang
bertujuan untuk membatasi atau membuat hewan tidak bisa bergerak dalam keadaan hewan
sadar (Awaludin et al, 2017). Restrain pada hewan dapat dilakukan secara fisik dan kimiawi.
Restrain secara fisik dapat dilakukan dengan bantuan alat atau menggunakan fisik hewan itu
sendiri sebagai sarana. Sedangkan restrain secara kimiawi dapat dilakukan dengan
menggunakan bahan-bahan kimia, misalnya yang tergolong dalam sedativa dan traquilizer.
Yang perlu diperhatikan dalam pemberian restrain secara kimiawi, karena ada kemungkinan
obat-obatan yang digunakan bisa berpengaruh fatal terhadap pasien karena oat yang
digunakan merupakan kontraindikasi (Sudisma, 2016).

Restrain menggunakan handuk (Chapman, 2017).

Restrain menggunakan Muzzles (Aspinal, 2014).

PROSEDUR PREPARASI PADA PASIEN

Berdasarkan video yang terlampir pada vlm, prosedur preparasi pada pasien antara lain.

No. Gambar Keterangan


1. Melakukan pencukuran rambut atau bulu dari
lokasi pembedahan untuk menghilangkan semua
sumber bakteri. Kemudian rambut yang tercuku
dibersihkan menggunakan vaccum.
2. Menggosok kulit menggunakan Chlorhexidine
pada area pembedahan dari tengah ke pinggir
tanpa menyentuh rambut

3. Mengoleskan Isoprofyl alcohol 70% pada area


pembedahan dari tengah ke pinggir tanpa
menyentuh rambut

4. Mengoleskan Germi-Stat Prep Gel Paint pada area


pembedahan dari tengah ke pinggir tanpa
menyentuh rambut

5. Melakukan drapping dan operasi dapat mulai


dilakukan.

Tahapan preparasi pasien sebelum pelaksanaan pembedahan meliputi dietary


restrictions (pembatasan makanan/ hewan dipuasakan terlebih dahulu sebelum pembedahan),
ekskresi (hewan telah melakukan defekasi dan urinasi sebelum pembedahan), treatment of
hair (pencukuran rambut hewan pada lokasi yang ingin di bedah), positioning (tahap
pemosisian pasien dii meja bedah), steril skin preparation, dan draping. Pada hewan dewasa
biasanya dipuasakan terlebih dahulu 6-12 jam sebelum induksi anestesi, hal ini bertujuan
untuk menghindari intraoperatif atau emesis pasca operasi dan pneumonia aspirasi, namun
tetap diberikan minum. Setelah itu hewan yang akan dioperasi dipastikan telah melakukan
defekasi dan urinasi. Kemudian melakukan pencukuran terhadap rambut hewan untuk
memudahkan proses pembedahan (Fossum, 2013).
Preparasi pasien (Fossum, 2013).

JENIS-JENIS ANESTESI DAN PENERAPANNYA PADA OPERASI

Berdasarkan jurnal yang terlampir pada vlm, anestesi berfungsi mengilangkan rasa
sakit yang reversibel dan sangat penting untuk semua prosedur bedah. Pada pembedahan
hewan coba biasanya menggunakan anestesi umum, yang dapat membuat hewan tidak sadar
dan tidak bergerak. Teknik anestesi lokal atau regional sering digunakan untuk mengurangi
kebutuhan anestesi umum dan analgesik pasca operasi dalam prosedur bedah mayor. Agen
anestesi untuk operasi eksperimental dapat diberikan melalui injeksi atau inhalasi. Teknik
anestesi dengan menggabungkan dua atau lebih obat penenang, hipnotik, dan analgesik lebih
efektif dibandingkan hanya menggunakan agen tuggal karena dapat mengurangi efek samping
dan meningkatkan stabilitas fisiologis dan analgesia.

Menurut Sari (2017), jenis- jenis anestesi antara lain :

a. Anestesi umum
Anestesi umum melibatkan hilangnya kesadaran secara penuh. Anestesi umum
dapat diberikan kepada pasien dengan injeksi intravena atau melalui inhalasi.
Keuntungan dari penggunaan anestesi ini adalah dapat mencegah terjadinya
kesadaran intraoperasi; efek relaksasi otot yang tepat dalam jangka waktu yang
lama; memungkinkan untuk pengontrolan jalan, sistem, dan sirkulasi penapasan;
dapat digunakan pada kasus pasien hipersensitif terhadap zat anestesi lokal; dapat
diberikan tanpa mengubah posisi supinasi pasien; dapat disesuaikan secara mudah
apabila waktu operasi perlu diperpanjang; dan dapat diberikan secara cepat dan
reversibel. Anestesi umum juga memiliki kerugian, yaitu membutuhkan perawatan
yang lebih rumit; membutuhkan persiapan pasien pra operasi; dapat menyebabkan
fluktuasi fisiologi yang membutuhkan intervensi aktif; berhubungan dengan
beberapa komplikasi seperti mual muntah, sakit tenggorokan, sakit kepala,
menggigil, dan terlambatnya pengembalian fungsi mental normal; serta
berhubungan dengan hipertermia maligna, kondisi otot yang jarang dan bersifat
keturunan apabila terpapar oleh anestesi umum dapat menyebabkan peningkatan
suhu tubuh akut dan berpotensi letal, hiperkarbia, asidosis metabolik dan
hiperkalemia (Sari, 2017). Commented [Ma1]: Contoh anestesi umum? Medetomidin?
Xylazin? Ketamine?
b. Anestesi regional
Anestesi regional memberikan efek mati rasa terhadap saraf yang menginervasi
beberapa bagian tubuh, melalui injeksi anestesi lokal pada spinal/epidural, pleksus,
atau secara Bier block. Anestesi regional memiliki keuntungan, diantaranya adalah
menghindari polifarmasi, alternatif yang efektif terhadap anestesi umum,
anesthesia yang dapat diperpanjang, pasient dapat tetap dalam keadaan sadar, dan
dapat dilakukan pemberian makanan atau minuman yang lebih dini. Tetapi, dalam
pemberian anestesi regional dapat terjadi komplikasi meskipun jarang sekali
terjadi, diantaranya sakit kepala pasca penyuntikan; sakit punggung; Transient
Neurological Symptomps (TNS); anastesi spinal total, hematoma spinal atau
epidural; abses epidural; meningitis; arachnoiditis; cardiac arrest; retensi urin; dan
keracunan (Sari, 2017).
c. Anestesi lokal

Anestesi lokal secara reversibel menghambat konduksi saraf di dekat


pemberian anestesi, sehingga menyebabkan mati rasa di daerah yang terbatas
secara sementara. Perbedaanya dengan anestesi regional adalah, anestesi lokal
hanya memblok sensasi di area dimana injeksi diberikan, tanpa mempengaruhi
daerah-daerah lain yang diinervasi oleh saraf tersebut (Sari, 2017). Commented [Ma2]: Contoh anestesi local? lidokain
DAFTAR PUSTAKA

Aspinal, Victoria. 2014. Clinical Procedures in Veterinary Nursing. USA: Elsevier Health
Sciences

Awaludin, A., Yudhi R.N., dan Suluh N. 2017. Teknik Handling dan Penyembelihan Hewan
Qurban. Jurnal Pengabdian Masyarakat Peternakan. Vol.2. No.2

Chapman, Stella J. 2017. Safe Handling and Restrain of Animal : A Comprehensive Guide.
Amerika: John Wiley & Sons

Fossum, Theresa Welch. 2013. Small Animal Surgery 4th Edition. USA: Elsevier

Hafsan. 2014. Mikrobiologi Analitik. Makassar: Alauddin University Press

Mawuntu, Arthur H.P., Janri Tumbal, Michelle P. dan Yanti M. 2018. Evaluasi Efektifitas
Prosedur Cuci Tangan pada Operator Pungsi Lumbal di Bagian Neurologi RSUP R.D.
Kandoumanado. Jurnal Sinaps. Vol. 1(1): 47-66

Sari, Nurmahida M. 2017. Tingkat Kepuasan Pasien Pasca Operasi dengan Anestesi Regonal
dan Anestesi Umum di RS PKU Muhammadiyah Gamping. Yogyakarta: UMY

Sudisma, I G. N. 2016. Ilmu BedahVeteriner dan Teknik Operasi. Bali: Universitas


UDAYANA

Yarsa, Kristanto Y., Betty Suryawati, Leli Saptawati, Warsito, dan Sigit Setyawan. 2019.
Buku Manual Keterampilan Klinik. Surakarta: UNS
.

Anda mungkin juga menyukai