)
Dalam Berbagai Jenis Kemasan dan Suhu Penyimpanan Pada
Simulasi Transportasi
Oleh :
YOLIVIA ASTRIANIEZ SEESAR
F14053159
2009
DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
Umur Simpan Dan Mutu Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) Dalam
Berbagai Jenis Kemasan dan Suhu Penyimpanan Pada Simulasi
Transportasi
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN
Pada Departemen Teknik Pertanian
Fakultas Teknologi Pertanian
Institut Pertanian Bogor
Oleh :
YOLIVIA ASTRIANIEZ SEESAR
F14053159
Dilahirkan pada tanggal 23 Juli 1987
Di Surabaya
Tanggal lulus :
Bogor, Juni 2009
Menyetujui,
Pembimbing Akademik,
Mengetahui,
RINGKASAN
Produk hortikultura pada umumnya sangat mudah rusak dan membusuk baik
pada saat panen maupun setelah panen. Hal tersebut yang menyebabkan produk
hortikultura memiliki daya simpan yang relatif rendah. Mutu produk hortikultura
setelah panen dapat dipertahankan dengan penanganan pasca panen yang baik.
Hal ini dilakukan dengan harapan meningkatkan nilai jual produk hortikultura
tersebut dipasaran. Salah satu kegiatan dari penanganan pasca panen, yaitu
pengemasan. Pengemasan dilakukan dengan baik bertujuan untuk mempermudah
kegiatan transportasi produk hortikultura hingga sampai ke tangan konsumen dan
melindungi serta mempertahankan mutu produk hortikultura. Hal ini disebabkan,
selama transportasi terjadi beberapa kerusakan mekanis yang dapat menurunkan
mutu dan daya simpan produk hotikultura.
Buah manggis (Garcinia mangostana L.) merupakan salah satu komoditas
buah-buahan yang memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi dan nilai gizi yang
tidak kalah pentingnya dengan buah-buahan lainnya, serta dapat dikembangkan
untuk orientasi agribisnis. Permintaan ekspor buah manggis dari Indonesia terus
meningkat. Pada tahun 2002 sebesar 6513 ton mengalami peningkatan menjadi
9305 ton pada tahun 2003 atau mengalami peningkatan sebesar 42.8%.
Penelitian bertujuan untuk menentukan bahan pengemasan untuk
mengurangi kerusakan selama transportasi buah manggis (Garcinia mangostana
L.), menentukan suhu penyimpanan yang baik bagi buah manggis (Garcinia
mangostana L.), menentukan umur simpan buah manggis (Garcinia mangostana
L.) dan menentukan mutu buah manggis (Garcinia mangostana L.) berdasarkan
beberapa parameter yang terdiri dari kerusakan mekanis, susut bobot, kekerasan,
laju respirasi, total padatan terlarut dan uji organoleptik.
Dalam penelitian ini menggunakan dua perlakuan, yaitu buah manggis yang
dikemas dengan peti kayu bersekat styrofoam (K1) dan keranjang plastik bersekat
styrofoam (K2). Kemudian kedua kemasan tersebut diletakkan di atas meja
simulator transportasi dan digetarkan selama 2 jam dengan frekuensi 3.3 Hz dan
amplitudo 3.7 cm. Penggetaran ini setara dengan goncangan yang dialami buah
manggis selama transportasi dengan jarak tempuh 127 km untuk perjalanan luar
kota. Pasca simulasi transportasi, kerusakan mekanis buah manggis yang
mendapat perlakuan K1 sebesar 5.2 % sedangkan yang mendapat perlakuan K2
sebesar 3.57 %. Selanjutnya buah yang tidak mengalami kerusakan mekanis
disimpan di lemari pendingin pada tiga tingkat suhu yang berbeda, yaitu 8 oC, 13
o
C dan 20 oC. Selama penyimpanan dilakukan pengamatan terhadap beberapa
parameter mutu, yaitu susut bobot, kekerasan, total padatan terlarut, laju respirasi,
uji organoleptik dan uji warna.
Persentase susut bobot tertinggi yang dialami oleh buah manggis dengan
perlakuan K1 sebesar 2.20 % pada suhu penyimpanan 20 oC dan pada perlakuan
K2 sebesar 1.80 % pada suhu penyimpanan 20 oC. Tingkat kekerasan tertinggi
yang dialami oleh buah manggis pada perlakuan K1 sebesar 4.38 kgf pada suhu
penyimpanan 8 oC dan pada perlakuan K2 sebesar 3.99 kgf pada suhu
penyimpanan 8 oC. Total padatan terlarut buah manggis pada kedua kemasan
cenderung tetap hingga pada akhir penyimpanan terjadi penurunan total padatan
terlarut. Laju respirasi CO2 dan O2 pada kedua kemasan cenderung sama, tetapi
pada ketiga suhu penyimpanan yang menunjukkan perubahan laju respirasi CO2
dan O2 tertinggi adalah suhu penyimpanan 20 oC.
Dalam uji organoleptik menggunakan 5 parameter, yaitu warna kulit,
kesegaran kelopak, kekerasan, warna daging buah dan rasa buah manggis. Dari
kelima parameter dalam uji organoleptik hampir semua panelis lebih menyukai
buah manggis yang dikemas dengan keranjang plastik bersekat styrofoam.
Sedangkan dalam uji warna, buah manggis yang dikemas baik dengan
menggunakan kemasan peti kayu bersekat styrofoam maupun keranjang plastik
bersekat styrofoam selama penyimpanan berubah dari hijau menjadi ungu, dimana
perubahan buah manggis pada suhu penyimpanan yang lebih rendah lebih lambat
bila dibandingkan dengan suhu penyimpanan pada suhu yang lebih tinggi.
Kedua jenis kemasan yang digunakan dalam penelitian ini masih berpotensi
untuk digunakan sebagai kemasan dalam distribusi buah manggis. Serta diantara
ketiga suhu penyimpanan, yang menunjukkan suhu penyimpanan yang baik
adalah suhu penyimpanan 13 oC. Hal ini didasarkan pada suhu penyimpanan 13
o
C bernilai baik, yaitu untuk nilai kekerasan (terendah) dan nilai dari keseluruhan
parameter uji organoleptik menunjukkan bahwa panelis lebih menyukai buah
manggis yang disimpan pada suhu tersebut.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis haturkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
segala nikmat dan karunia-Nya sehingga penulis berhasil menyelesaikan
penyusunan tugas akhir yang berjudul “Umur Simpan Dan Mutu Buah Manggis
(Garcinia mangostana L.) Dalam Berbagai Jenis Kemasan dan Suhu
Penyimpanan Pada Simulasi Transportasi”. Skripsi ini berisi informasi tentang
bahan pengemasan yang dapat mengurangi kerusakan mekanis dan suhu
penyimpanan yang baik bagi buah manggis untuk memperpanjang masa simpan
buah manggis.
Penulis mengucapkan banyak terima kasih atas segala bantuan dan
bimbingannya kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam penyelesaian
penelitian dan skipsi. Ucapan terima kasih penulis haturkan kepada :
1. Dr. Ir. Sutrisno, MAgr. sebagai dosen pembimbing akademik yang selalu
memberikan perhatian dan bimbingannya.
2. Sugiyono, STP, MSi. atas semua arahan dan bimbingannya.
3. Bapak Sulyaden, Ibu Ros, Ibu Emar, dan karyawan Departemen Teknik
Pertanian lainnya yang telah memberikan bantuan.
4. Papa, Mama, Bang Doni dan Bang Yurie beserta keluarga besar tercinta yang
banyak memanjatkan doa demi lancar dan sukses anak-anaknya.
5. Teman-temanku ”Penghuni Kosan SAS” yang telah memberikan dukungan,
semangat, dan doa.
6. Teman-teman seperjuangan di TEP 42 yang memberi support yang tidak akan
dapat tergantikan dengan apapun.
7. Dan seluruh pihak yang telah membantu, baik dari segi moral maupun
material, yang tidak tertuliskan di atas.
Penulis menyadari penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan dan
kesalahan. Oleh karena itu, penulis mohon kritik dan saran agar dapat
memperbaiki kekurangan yang ada. Semoga koreksi tersebut dapat membangun
dan menjadikan skripsi ini dapat bermanfaat bagi yang memerlukan.
Bogor, Mei 2009
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
7. Total Padatan Terlarut .................................................................. 25
E. Kesetaraan Simulasi Transportasi ...................................................... 26
F. Rancangan Percobaan ........................................................................ 27
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................ 29
A. Pengemasan Buah Manggis ............................................................... 29
B. Tingkat Kerusakan Mekanis .............................................................. 30
C. Kesetaraan Simulasi Transportasi ...................................................... 33
D. Susut Bobot ........................................................................................ 34
E. Kekerasan ........................................................................................... 36
F. Total Padatan Terlarut ........................................................................ 38
G. Laju Respirasi .................................................................................... 40
H. Uji Organoleptik ................................................................................ 44
1. Warna kulit ................................................................................... 44
2. Kesegaran kelopak ....................................................................... 45
3. Kekerasan ..................................................................................... 47
4. Warna daging buah ...................................................................... 49
5. Rasa .............................................................................................. 50
I. Perubahan Warna ............................................................................... 52
J. Pendugaan Umur Simpan ................................................................... 58
V. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 60
A. Kesimpulan ........................................................................................ 60
B. Saran ................................................................................................... 61
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 62
LAMPIRAN ................................................................................................... 65
iii
DAFTAR TABEL
iv
DAFTAR GAMBAR
v
Gambar 21. Diagram tingkat penerimaan konsumen terhadap kesegaran kelopak
buah manggis selama penyimpanan pada perlakuan K1 ............... 46
Gambar 22. Diagram tingkat penerimaan konsumen terhadap kesegaran kelopak
buah manggis selama penyimpanan pada perlakuan K2 ............... 47
Gambar 23. Diagram tingkat penerimaan konsumen terhadap kekerasan buah
manggis selama penyimpanan pada perlakuan K1 ....................... 48
Gambar 24. Diagram tingkat penerimaan konsumen terhadap kekerasan buah
manggis selama penyimpanan pada perlakuan K2 ........................ 48
Gambar 25. Diagram tingkat penerimaan konsumen terhadap warna daging buah
manggis selama penyimpanan pada perlakuan K1 ...................... 49
Gambar 26. Diagram tingkat penerimaan konsumen terhadap warna daging buah
manggis selama penyimpanan pada perlakuan K2 ....................... 49
Gambar 27. Diagram tingkat penerimaan konsumen terhadap rasa buah manggis
selama penyimpanan pada perlakuan K1 ...................................... 51
Gambar 28. Diagram tingkat penerimaan konsumen terhadap rasa buah manggis
selama penyimpanan pada perlakuan K2 ...................................... 51
Gambar 29. Grafik perubahan nilai L buah manggis selama penyimpanan pada
perlakuan K1 ................................................................................. 53
Gambar 30. Grafik perubahan nilai L buah manggis selama penyimpanan pada
perlakuan K2 .................................................................................. 53
Gambar 31. Grafik perubahan nilai a buah manggis selama penyimpanan pada
perlakuan K1 ................................................................................. 55
Gambar 32. Grafik perubahan nilai a buah manggis selama penyimpanan pada
perlakuan K2 .................................................................................. 55
Gambar 33. Grafik perubahan nilai b buah manggis selama penyimpanan pada
perlakuan K1. ................................................................................. 56
Gambar 34. Grafik perubahan nilai b buah manggis selama penyimpanan pada
perlakuan K2 .................................................................................. 56
Gambar 35. Warna buah manggis ...................................................................... 57
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vii
Lampiran 13. Hasil uji organoleptik tingkat kesukaan terhadap kekerasan
buah manggis pada perlakuan dua jenis kemasan selama
penyimpanan ............................................................................... 100
Lampiran 14. Hasil uji organoleptik tingkat kesukaan terhadap warna daging
buah manggis pada perlakuan dua jenis kemasan selama
penyimpanan ............................................................................... 102
Lampiran 15. Hasil uji organoleptik tingkat kesukaan terhadap rasa
buah manggis pada perlakuan dua jenis kemasan selama
penyimpanan ............................................................................... 104
Lampiran 16. Analisis ragam hasil nilai rata-rata keseluruhan
uji organoleptik buah manggis pada perlakuan dua jenis kemasan
selama penyimpanan ................................................................... 106
Lampiran 17. Data sinyal merah (R), hijau (G) dan biru (B) hasil dari image
processing dan warna Hunter Lab buah manggis pada perlakuan
dua jenis kemasan selama penyimpanan .................................... 107
Lampiran 18. Analisis ragam perubahan nilai L buah manggis pada perlakuan
dua jenis kemasan selama penyimpanan .................................... 119
Lampiran 19. Analisis ragam perubahan nilai a buah manggis pada perlakuan
dua jenis kemasan selama penyimpanan .................................... 120
Lampiran 20. Analisis ragam perubahan nilai b buah manggis pada perlakuan
dua jenis kemasan selama penyimpanan .................................... 121
Lampiran 21. Grafik perhitungan pendugaan umur simpan buah manggis pada
perlakuan dua jenis kemasan selama penyimpanan ................... 122
viii
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Buah-buahan merupakan salah satu produk hortikultura yang mudah
rusak dan membusuk pada saat panen maupun setelah panen. Kerusakan buah-
buahan diawali dengan adanya proses fisiologi lanjutan yang tidak terkendali
diikuti dengan kerusakan yang disebabkan oleh mikroorganisme yang
mengakibatkan umur simpan buah menjadi terbatas. Buah-buahan setelah
dipanen tetap melakukan proses metabolisme yang menyebabkan terjadinya
perubahan fisik maupun kimia. Perubahan nyata secara fisik maupun kimia
yang dapat diamati umumnya terdiri dari perubahan warna, tekstur, kandungan
pati, protein dan asam-asam organik.
Mutu dari produk hortikultura harus dipertahankan untuk meningkatkan
keberhasilkan produk hortikultura tersebut dipasaran. Dalam menjaga mutu
produk hortikuktura maka penanganan pasca panen menjadi sangat penting
dalam mempertahankan produk tersebut dipasaran. Dimana tujuan dari
penanganan pasca panen sendiri antara lain untuk menjamin mutu produk,
menghambat laju proses metabolisme dan memperpanjang umur simpan.
Saluran distribusi buah – buahan memiliki rantai yang panjang sehingga
sangat mempengaruhi mutu komoditas pada saat sampai di tujuan karena sifat
dari produk pertanian yang mudah rusak. Ada tiga tahap utama jalur
transportasi produk pertanian, yaitu : 1) Dari lahan ke packing house, 2) dari
packing house ke pasar dan 3) dari pasar ke konsumen.
Kesalahan dalam transportasi produk buah – buahan pada lingkungan
tropis seperti Indonesia menimbulkan kerugian yang cukup besar, yang
disebabkan antara lain : kerusakan fisiologis, kerusakan fisik karena pemuatan
dan pembongkaran yang kurang hati-hati, penggunaan wadah transportasi
yang kurang memadai dan terjadi keterlambatan pada jalur transportasi.
Kerusakan mekanis pada buah – buahan dapat terjadi pada saat pemetikan,
sortasi dan transportasi. Kerusakan mekanis selama transportasi dapat
disebabkan oleh getaran atau goncangan karena tumpukan dalam kemasan.
1
Buah manggis (Garcinia mangostana L.) merupakan salah satu
komoditas buah-buahan yang memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi dan
nilai gizi yang tidak kalah pentingnya dengan buah-buahan lainnya, serta
dapat dikembangkan untuk orientasi agribisnis. Permintaan buah manggis dari
dalam maupun ke beberapa negara, seperti Jepang, Hongkong, Arab Saudi,
Belanda dan beberapa negara lainnya terus menigkat dari tahun ke tahun.
Sebagai contoh volume ekspor manggis dari Indonesia pada tahun 2002
sebesar 6513 ton mengalami peningkatan menjadi 9305 ton pada tahun 2003
atau mengalami peningkatan sebesar 42.8%. Di Indonesia tanaman manggis
tersebar hampir di semua kepulauan. Luas panen dari tahun ke tahun
meningkat terus, terbukti dari tahun 2002 luas panen 8051 ha mengalami
peningkatan menjadi 9354 ha pada tahun 2003 atau mengalami peningkatan
sebesar 16%. Begitu pula dengan produksi manggis yang terus mengalami
peningkatan dari 62055 ton pada tahun 2002 menjadi 79073 ton pada tahun
2003 atau meningkat menjadi 27% (http://anekaplanta.wordpress.com). Data
volume ekspor buah manggis pada tahun 1991-2003 berdasarkan data
statistik dari Biro Pusat Statistik tahun 2003 dapat dilihat pada Tabel 1.
2
Permintaan buah manggis dari Indonesia yang terus meningkat, maka
diperlukan suatu penanganan pasca panen yang baik. Penanganan pasca panen
untuk mempertahankan mutu buah manggis antara lain penyimpanan,
pengemasan dan pengangkutan. Pada penelitian ini dilakukan dua perlakuan
kemasan, yaitu kemasan dengan menggunakan peti kayu dan keranjang plastik.
Dimana pada kedua kemasan tersebut diberi sekat yang berasal dari styrofoam.
Kemudian kedua kemasan tersebut dilakukan simulasi transportasi. Pasca
simulasi transpotasi dilakukan penyimpanan pada tiga tingkat suhu yang
berbeda dengan tujuan memperpanjang masa simpan buah manggis,
sedangkan di lapangan penyimpanan yang dilakukan oleh petani buah
manggis hanya bersifat sementara tanpa disertai tujuan untuk memperpanjang
masa simpan buah manggis. Selain itu pengemasan dan pengangkutan buah
manggis di lapangan terdapat beberapa permasalahan, yaitu jumlah kerusakan
mekanis yang terjadi pada buah manggis (luka gores, kelopak patah dan
tangkai patah) yang dikemas dengan menggunakan keranjang plastik selama
transpotasi dari pengumpul kecil ke pengumpul besar (supplier) cukup besar.
Kerusakan mekanis tersebut terjadi akibat dari penanganan buah manggis
yang akan dimasukkan ke dalam kemasan yang kurang hati-hati, gesekan
antara buah manggis dengan buah manggis dan benturan buah manggis
dengan kemasan. Oleh karena itu, perlu dilakukan perbaikan dalam hal teknik
pengemasan.
B. Tujuan
Tujuan dilaksanakannya peneltian ini adalah :
1. Menentukan bahan pengepakan untuk mengurangi kerusakan selama
transportasi buah manggis (Garcinia mangostana L.).
2. Menentukan suhu penyimpanan yang baik bagi buah manggis (Garcinia
mangostana L.).
3. Menentukan umur simpan dan mutu buah manggis (Garcinia mangostana
L.) berdasarkan beberapa parameter yang terdiri dari kerusakan mekanis,
susut bobot, kekerasan, laju respirasi, total padatan terlarut, uji warna dan
uji organoleptik.
3
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tanaman Manggis
Buah manggis (Garcinia mangostana L.) yaitu buah buni yang
mempunyai kulit buah tebal dan mudah pecah serta memiliki biji berlapis
daging yang mempunyai rasa manis asam (Pantastico, 1986 dalam Mahmudah,
2008). Buah manggis berbentuk bulat dan berjuring. Pada waktu masih muda
permukaan kulitnya berwarna hijau muda pupus. Warna ini perlahan-lahan
berubah sesuai dengan bertambah tuanya buah menjadi hijau keabu-abuan,
coklat muda, coklat kemerahan, merah dan akhirnya menjadi ungu kehitaman.
Kulit buah mengandung substansi pahit karena sebagian besar terdiri dari
tannin dan xantonin. Buahnya bulat dengan diameter sekitar 6 cm dan pada
bagian dalam terdapat daging buah sebanyak 4 hingga 7 juring dengan ukuran
yang berbeda-beda.
Di Indonesia tanaman manggis ditanam di daerah mulai dari dataran
rendah dengan ketinggian <500-600 mdpl dan di dataran tinggi dengan
ketinggian <1000 mdpl. Tanaman manggis dibudidayakan di daerah yang
memiliki curah hujan tahunan 1500-2500 mm/tahun dengan distribusi yang
merata sepanjang tahun. Temperatur udara yang ideal untuk petumbuhan buah
manggis bekisar 22-32oC dengan kelembaban sekitar 80% dan intensitas
cahaya antara 40%-70%. Menurut Timor (2008), dalam tatanama tumbuhan
atau sistematika (taksonomi) tumbuhan, tanaman manggis diklasifikasikan
sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta (Tumbuhan berbiji)
Sub Divisi : Angiospermae (Berbiji tertutup)
Kelas : Dicotyledonae (Biji berkeping dua)
Ordo : Theales
Famili : Guttiferae/Clusiaceae
Genus : Garcinia
Spesies : Garcinia mangostana L
4
Kulit
Kelopak
buah
Daging buah
5
Hampir seluruh bagian tanamannya dapat dimanfaatkan, mulai dari
daging buah, kulit luar, daun, batang hingga akar. Berdasarkan karakteristik
buahnya, manggis dapat diolah menjadi berbagai produk olahan seperti
(http://dukuh.blogspot.com):
1. Juice atau sari buah dari buah manggis dibuktikan berdasarkan riset dapat
menjaga kesehatan tubuh, memperkuat sistem kekebalan tubuh,
menetralisir radikal bebas, membantu sistem pernafasan
2. Sirop buah
3. Bahan pewarna
4. Secara tradisional buah manggis adalah obat sariawan, wasir dan luka.
5. Kulit buah dimanfaatkan sebagai pewarna termasuk untuk tekstil.
Buah manggis memiliki kalori yang dapat dimakan sebesar 63%,
sebagian besar berasal dari karbohidrat yang dikandungnya. Komponen
protein dan lemak yang dikandung sangat kecil, dapat dilihat pada Tabel 3
.
Tabel 3. Komponen dan nilai zat gizi buah manggis per 100 g
Kandungan Jumlah
Kalori 63 (kal)
Protein 0.6 (g)
Lemak 0.6 (g)
Karbohidrat 15.6 (g)
Kalsium 8 (mg)
Fosfor 12 (mg)
Besi 0.8 (mg)
Vitamin A 14 (S.I)
Vitamin B1 0.03 (mg)
Vitamin C 2 (mg)
Air 83 (g)
Sumber : Departemen kesehatan RI (1990)
B. Pemanenan
Mutu buah-buahan yang akan dipanen sangat dipengaruhi oleh tingkat
ketuaan panen. Selain itu, daya simpan dan kandungan kimia atau zat gizi ikut
berpengaruh. Mutu yang baik akan diperoleh apabila pemanenan dilakukan
pada tingkat ketuaan yang tepat. Buah yang dipanen terlalu muda walaupun
daya simpannya lama, tetapi rasanya kurang enak. Sedangkan buah yang
6
dipanen terlalu tua walaupun rasanya enak tetapi daya simpannya rendah.
(Satuhu, 1993)
Buah manggis akan matang setelah berumur 100-120 hari setelah bunga
mekar (SBM) (Ashari, 1995). Satuhu (1997) menyatakan bahwa buah manggis
mulai dapat dipanen setelah berumur 104 hari SBM, kulitnya berwarna hijau
dengan setitik noda ungu dan bertekstur keras, sedangkan pada umur panen
114 hari SBM warna kulit buah ungu merah 100%. Umur panen dan ciri fisik
buah manggis siap panen dapat dilihat pada Tabel 4.
7
Indeks Warna Deskripsi
1
Warna kulit buah hijau kekuningan. Buah belum tua
dan getah masih banyak. Isi buah masih sulit
dipisahkan dari daging. Buah belum siap dipanen.
2
Warna kulit buah kuning kemerahan dan bercak
merah hampir merata buah hampir tua dan getah
mulai berkurang. Isi daging buah masih sulit
dipisahkan dari daging buah. Buah dapat dipetik
untuk tujuan ekspor.
3
Warna kulit buah merah kecokelatan pada seluruh
permukaan kulit. Masih bergetah isi daging buah dan
sudah dapat dipisahkan dari kulit. Buah tepat dipetik
untuk tujuan ekspor.
4
Warna kulit merah keunguan pada seluruh
permukaan, siap dikonsumsi dan isi mudah lepas dari
kulit, tidak ada getah pada kulit. Isi buah sudah dapat
dipisahkan dari daging kulit dan buah dapat
dikonsumsi. Buah tepat dipetik untuk tujuan ekspor.
5
Warna kulit buah ungu kemerahan pada seluruh
permukaan kulit. Buah masak dan siap dikonsumsi.
Buah sudah masak sesuai untuk pasar domestik.
6
Warna kulit buah ungu gelap atau kehitaman pada
seluruh permukaan kulit. Buah sudah masak sesuai
untuk pasar domestik dan siap saji.
8
oleh eksportir. Salah satu syarat buah manggis kualitas ekspor adalah jumlah
cupat yang hilang maksimal hanya satu buah. Untuk meminimalisir
kehilangan cupat, maka sebagian besar petani memanen buah manggis dengan
cara dipetik tangan.
Cara panen memiliki pengaruh terhadap mutu buah pasca panen
khususnya dalam keseragaman cupat buah. Pemetikan buah langsung dengan
mengikutsertakan tangkai buah dapat meningkatkan daya tahan buah manggis
selama 2-3 minggu setelah panen (www.situshijau.co.id). Berdasarkan
penelitian Numuco (1999) menyatakan bahwa cara panen buah manggis dapat
dipetik langsung dengan tangan atau dengan menggunakan galah.
9
Respirasi dikelompokkan dalam tiga tingkatan, yaitu pemecahan
polisakarida menjadi gula sederhana, oksidasi gula menjadi asam piruvat dan
transformasi piruvat dan asam-asam organik lainnya secara aerobik menjadi
CO2, air dan energi. Faktor-faktor yang mempengaruhi respirasi dibedakan
menjadi faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal antara lain tingkat
perkembangan organ, susunan kimiawi jaringan, ukuran produk, pelapis alami
dan jenis jaringan. Sedangkan faktor eksternal meliputi suhu, etilen, oksigen,
karbondioksida, zat-zat pengatur tumbuh dan adanya kerusakan pada buah
(Pantastico, 1986).
Berdasarkan pola respirasi, buah dapat digolongkan menjadi buah
klimaterik dan buah non-klimaterik. Buah klimaterik merupakan buah yang
memperlihatkan kenaikan laju respirasi atau kenaikan produksi CO2 dan etilen
yang besar dan cepat selama pemasakan, sedangkan buah non-klimaterik tidak
menunjukkan adanya perubahan laju respirasi atau produksi CO2 dan etilen
saat pemasakan. Klasifikasi dan laju respirasi buah tropis dapat dilihat pada
Tabel 6.
10
D. Kerusakan Mekanis
Secara umum buah manggis akan mengalami kerusakan jika terjadi
kesalahan penanganan dalam salah satu atau beberapa tahapan dari mulai
pemanenan sampai pengangkutan. Selain disebabkan penanganan atau
tindakan manusia, kerusakan buah manggis biasa terjadi karena penyakit-
penyakit yang merusak manggis tersebut.
Kerusakan yang disebabkan tindakan manusia umumnya berupa
kerusakan mekanik, seperti pecah, retak, memar dan sebagainya. Kerusakan-
kerusakan tersebut karena peristiwa tumbukan, gesekan, getaran, retakan,
tekanan, pembebanan atau kejadian lainnya.
Penggunaan peralatan mekanis pada berbagai kegiatan pertanian
menimbulkan terjadinya kerusakan pada produk yang diproses. Sebagai
akibatnya, mutu produk menjadi menurun dan dalam banyak kasus terjadinya
kerusakan mekanis diikuti dengan pembusukan yang berlangsung cepat
sehingga pada akhirnya bahan menjadi rusak total. Penyimpanan dalam waktu
yang lama dengan adanya salah satu produk yang membusuk dapat
mengakibatkan produk lainnya ikut membusuk.
Kerusakan pada produk pertanian bentuknya beragam, tergantung pada
sifat-sifat fisik dan biologi produk serta tipe beban yang bekerja. Produk
hortikultura, seperti buah-buahan mulai mengalami kerusakan pada saat
pemetikan secara mekanik dengan menggoyang-goyangkan pohon sehingga
dapat menyebabkan terjadinya benturan antar buah atau gesekan buah dengan
cabang pohon. Benturan dapat mengakibatkan deformasi pada jaringan di
bawah kulit buah dan jika deformasi tersebut melebihi biological yield point
maka jaringan akan mengalami reaksi pencoklatan (browning) dan dalam
waktu yang singkat akan terjadi pembusukan.
Pada umumnya produk-produk pertanian mengalami kerusakan jika
mendapat gaya-gaya eksternal statik maupun dinamik. Kerusakan mekanik
akibat gaya internal disebabkan oleh adanya variasi fisik yang ada pada buah,
seperti suhu, kadar air, serta variasi kondisi kimia dan biologi. Sebagai contoh,
buah manggis yang mengalami kerusakan seperti kulit buah yang pecah akan
11
menyebabkan penurunan mutu dan daya simpan buah manggis, sehingga
konsumen menjadi tidak tertarik.
E. Pengemasan
Pengemasan dilakukan untuk meningkatkan keamanan produk selama
transportasi dan melindungi produk dari pencemaran, susut mutu dan susut
bobot serta memudahkan dalam penggunaan produk. Secara umum,
keuntungan-keuntungan yang diperoleh dari kemasan adalah penanganan yang
efisien, unit penyimpanan yang mudah disimpan melindungi mutu dan
mengurangi pemborosan, memberikan pelayanan dan motivasi penjualan,
serta mengurangi biaya pengangkutan dan pemasaran (Hardenberg, 1986).
Buah yang akan diangkut dapat dikemas menggunakan berbagai jenis
pengemasan, seperti karung goni, kardus, keranjang plastik atau bambu,
keranjang plastik, plastik film dan peti kayu.
Terdapat beberapa macam bahan dan bentuk kemasan. Secara umum
menurut Satuhu (1993) ada 2 jenis kemasan yang digunakan, yaitu :
a. Kemasan langsung, yaitu kemasan utama yang langsung berhubungan
dengan buah yang dikemas. Contohnya berupa karung, plastik dan kertas.
b. Kemasan tidak langsung, yaitu kemasan kedua dari buah yang tidak
bersentuhan langsung. Maksudnya wadah kedua ini berguna untuk
melindungi bahan dari kerusakan fisik dan mekanis, terutama untuk
memudahkan pengaturan dalam gudang penyimpanan dan distribusi serta
memudahkan pengaturan dalam alat angkut.
Dalam menentukan jenis kemasan yang tepat harus diketahui terlebih
dahulu sifat-sifat bahan yang akan dikemas. Sifat buah dapat digolongkan
menjadi 2, yaitu buah lunak dan buah keras. Untuk buah lunak yang mudah
memar dan rusak, seperti buah strawberry maka kemasan langsung yang
cocok adalah semi rigit film dengan pembungkus selopan yang perlu ventilasi
dan kemasan tidak langsung yang cocok adalah peti karton yang beralas lunak
atau diselipi cabikan kertas. Sedangkan buah keras yang memiliki laju
respirasi pernafasan yang rendah, karenanya cukup tahan disimpan hingga
berminggu-minggu, seperti buah manggis, maka kemasan yang tepat
12
digunakan adalah peti kayu, peti karton, keranjang plastik dan keranjang
bambu.
G. Transportasi
Transportasi dapat diartikan sebagai pemindahan barang dan manusia
dari tempat asal ke tempat tujuan. Pekerjaan transportasi ini dilakukan pada
saat membawa produk pertanian dari lahan ke gudang penampungan dan dari
lokasi penampungan menuju ke konsumen. Di bawah kondisi tropika terjadi
kerugian-kerugian yang besar pada beberapa titik dalam urutan distribusi oleh
kerusakan komoditi, penanganan kasar, kelambatan-kelambatan yang tidak
dapat dihindarkan, penggunaan wadah-wadah untuk pengangkutan yang tidak
sesuai dan kondisi pengangkutan yang kurang memadai (Pantastico, 1986).
Transportasi melalui jalan darat adalah paling utama di negara-negara
berkembang di daerah tropika. Pelaksanaannya memungkinkan adanya
13
keluwesan yang besar, sesuai untuk transportasi jarak dekat. Transportasi jarak
dekat sangat bergantung pada kondisi jalan, pelayanan transportasi yang ada
dan organisasi perusahaan-perusahaan transportasi (Holsten,1969 dalam
Pantastico,1986)
Purwadaria (1992) dalam Anwar (2005) menyatakan bahwa goncangan
yang terjadi selama transportasi baik di jalan raya maupun di rel kereta dapat
mengakibatkan kememaran, susut berat, dan memperpendek masa simpan. Hal
ini terutama terjadi pada pengangkutan buah – buahan dan sayuran yang tidak
dikemas. Meskipun kemasan dapat meredam efek goncangan, tetapi daya
redamnya tergantung pada jenis kemasan serta tebal bahan kemasan, susunan
komoditas di dalam kemasan, dan susunan kemasan di dalam alat pengangkut.
Transportasi buah – buahan dengan jalan darat pada umumnya
menggunakan truk dan pick up tanpa pendingin. Transportasi jarak jauh dalam
suatu pulau, yang lebih dari 5 jam sebaiknya menggunakan kereta api dengan
gerbong pendingin, sedangkan transportasi kurang dari 5 jam dapat melalui
jalan raya tanpa truk pendingin (Purwadaria, 1992 dalam Anwar, 2005).
Perlakuan yang kurang sempurna selama transportasi dapat
mengakibatkan jumlah kerusakan yang diderita oleh komoditas pada waktu
sampai di tempat tujuan mencapai lebih kurang 30 – 50%. Pada umumnya
hambatan – hambatan yang menyebabkan penurunan mutu tersebut adalah
kegiatan penanganan pasca panen yang tidak sempurna walaupun mutu pada
waktu pemanenan sudah baik. Kegiatan penanganan pasca panen meliputi
masalah tempat pengumpulan, grading/sortasi, pengemasan, pengangkutan,
dan pemasaran/distribusi.
14
dirancang suatu alat simulasi pengangkutan yang disesuaikan dengan jalan
dalam dan luar kota (Kusumah, 2007).
Yang menjadi dasar perbedaan jalan dalam dan luar kota adalah besar
amplitudo yang terukur dalam suatu panjang jalan tertentu. Jalan dalam kota
mempunyai amplitudo yang lebih rendah dibandingkan dengan jalan luar kota,
maupun dengan jalan buruk aspal dan jalan buruk berbatu. Frekuensi alat
angkut yang tinggi bukan penyebab utama kerusakan buah dalam
pengangkutan, yang lebih berpengaruh terhadap kerusakan buah adalah
amplitudo jalan (Darmawati, 1994 dalam Muthmainnah, 2008).
Simulasi transportasi dengan menggunakan truk goncangan yang
dominan adalah goncangan pada arah vertikal, sedangkan gocangan pada
kereta api adalah goncangan pada arah horizontal. Goncangan lain berupa
puntiran dan bantingan diabaikan karena jumlah frekuensi kecil sekali
(Soedibyo, 1992 dalam Muthmainnah, 2008). Lembaga uji konstruksi BPPT
tahun 1986 telah mengukur goncangan truk yang diisi 80% penuh dengan
kecepatan 60 km/jam dalam kota dan 30 km/jam untuk jalan buruk (aspal) dan
jalan berbatu. Hasil pengukuran dapat dilihat pada Lampiran 1.
15
manggis dalam penelitian pengkajian bahan pelapis kemasan dan suhu
penyimpanan untuk memperpanjang masa simpan buah manggis.
Perubahan kekerasan tergolong dalam perubahan fisik pada buah-buahan.
Salah satu masalah dalam mempertahankan mutu buah manggis adalah
terjadinya pengerasan kulit pada buah manggis yang disimpan dalam jangka
waktu lama. Suhu ideal penyimpanan buah manggis adalah 4-8 oC (Qanytah,
2004). Pengerasan kulit buah manggis dijumpai pula setelah pengangkutan
(Tongdee & Suwanagul, 1989 dalam Qanytah, 2004). Kader (2003) dalam
Qanytah (2004) mengemukakan bahwa benturan mekanis pada buah selama
panen dan penanganan buah manggis sering menyebabkan terjadinya
pengerasan kulit buah. Hasil penelitian Ketsa dan Atantee (1998) dalam
Qanytah (2004) menunjukkan bahwa kekerasan kulit buah manggis yang
mengalami perlakuan kasar akan meningkat dengan cepat pada suhu ruang.
Mehendra (2001) dalam Qanytah (2004) mengemukakan bahwa pengerasan
kulit buah sehingga manggis sulit untuk dibuka kemungkinan disebabkan oleh
dehidrasi yang tinggi di permukaan kulit atau kerusakan jaringan kulit buah,
sehingga terjadi desikasi. Tingginya laju proses desikasi menyebabkan kulit
buah menjadi kering dan keras akhirnya sulit untuk dibelah.
Perubahan warna kulit buah manggis merupakan salah satu parameter
kematangan buah manggis. Menurut penelitian Suyanti (1999) dalam Qanytah
(2004) menunjukkan bahwa buah manggis yang dipanen dengan warna kulit
buah hijau dengan setitik noda ungu (104 HSBM), warna kulit buahnya
berubah dengan cepat menjadi 10-25% ungu kemerahan dalam satu hari pada
penyimpanan suhu 25 oC dan menjadi 100% ungu kemerahan setelah 6 hari
penyimpanan. Buah yang dipanen pada tingkat ketuaan merah ungu 10-25%
akan berubah menjadi 100% ungu kemerahan setelah 4 hari penyimpanan.
Sedangkan buah manggis yang dipanen pada tingkat ketuaan ungu merah 25-
50% akan menjadi 100% ungu merah dalam waktu satu hari.
16
J. Penyimpanan Dingin
Penyimpanan dingin merupakan proses pengawetan bahan pangan
dengan cara pendinginan pada suhu di atas suhu pembekuannya. Secara umum
pendinginan dilakukan pada suhu 2-13 oC tergantung pada masing-masing
bahan yang akan disimpan. Suhu ideal untuk penyimpanan buah manggis
adalah 4-8 oC dan kelembaban udara 85%. Pada suhu ini buah manggis dapat
disimpan sampai 44 hari, dengan hanya sedikit perubahan aroma, tetapi
kualitasnya masih dapat diterima. Persoalan dalam penyimpanan pada suhu
rendah (4-8 oC) ini adalah pengerasan kulit yang menyebabkan buah sulit
dibuka. Penyimpanan pada suhu 13 oC dapat mempertahankan standar kualitas
buah sampai 21 hari. Untuk transportasi, suhu ideal adalah 13-25 oC dengan
kelembaban 85% (Poerwanto, 2002 dalam Qanytah, 2004).
Buah yang didinginkan pada suhu lebih rendah dari suhu optimum
tertentu akan mengalami kerusakan, yang dikenal dengan kerusakan atis
(chilling injury). Gejala kerusakan chilling injury terlihat dalam bentuk
kegagalan pematangan, pematangan tidak normal, pelunakan prematur, kulit
terkelupas, pencoklatan kulit dan peningkatan pembusukan yang disebabkan
oleh luka, serta kehilangan flavor yang khas, sensitifitas bahan terhadap
kerusakan atis berkurang sejalan dengan peningkatan kematangan bahan.
17
III. METODOLOGI PENELITIAN
18
C. Metode Penelitian
Buah manggis yang telah dipanen dari kebun manggis di daerah
sekitar Leuwiliang sebagai tempat pengumpul buah manggis, dilakukan
sortasi pertama berdasarkan indeks kematangan dan tingkat keseragaman.
Kemudian buah manggis dibawa ke Laboratorium Teknik Pengolahan
Pangan dan Hasil Pertanian (TPPHP). Setelah itu, buah manggis
dibersihkan dan dilakukan sortasi kedua berdasarkan kerusakan mekanis
selama transportasi. Buah manggis yang telah lolos sortasi dimasukkan ke
dalam pengepakan, yaitu peti kayu yang bersekat styrofoam (K1) dan
keranjang plastik yang bersekat styrofoam (K2). Masing-masing
pengepakan dilakukan simulasi transportasi yang diletakkan di meja getar
dengan amplitudo 3.7 cm dan frekuensi 3.3 Hz selama 2 jam. Kemudian
dilakukan sortasi ketiga berdasarkan kerusakan mekanis selama simulasi
transportasi.
Tahap selanjutnya buah manggis dari masing-masing pengepakan
dibagi ke dalam tiga penyimpanan suhu, yaitu suhu 8 oC (T1), 13 oC (T2)
dan 20 oC (T3). Pada masing-masing suhu penyimpanan diambil 16
sampel buah yang disimpan ke dalam 2 buah toples kaca yang dibagi
secara rata. Selama penyimpanan dilakukan pengamatan dan pengukuran
terhadap laju respirasi, kerusakan mekanis, susut bobot, kekerasan kulit
buah, uji warna, uji organoleptik dan total padatan terlarut. Sedangkan
pengukuran laju respirasi dibutuhkan 6 buah manggis yang disimpan ke
dalam sebuah toples kaca.
Penelitian ini dilakukan selama 30 hari dengan pengukuran dan
pengamatan yang dilakukan 3 hari sekali. Pengukuran terhadap kerusakan
mekanis dilakukan pada saat sortasi ketiga, dimana masing-masing
pengemasan telah mengalami simulasi transportasi. Pada 3 hari pertama
dan tiga hari selanjutnya, pengukuran dan pengamatan terhadap kerusakan
mekanis, kekerasan kulit buah, uji organoleptik dan total padatan terlarut
dilakukan dengan mengambil satu buah sampel buah manggis dari masing-
masing toples kaca, pengukuran laju respirasi dilakukan setiap hari,
19
sedangkan susut bobot dan uji warna dilakukan pengamatan 3 hari sekali
dengan menandai satu sampel buah dari enam buah yang disimpan pada
sebuah toples yang digunakan untuk pengukuran laju respirasi.
Pemanenan
Sortasi I
Transportasi
Sortasi II
Pembersihan
Sortasi III
20
D. Pengukuran dan Pengamatan Perubahan Mutu
1. Laju Respirasi
Pengukuram laju respirasi dilakukan selama penyimpanan
dimana buah manggis diletakkan di sebuah toples kaca yang disimpan
di lemari pendingin pada suhu penyimpanan 8 oC, 13 oC dan 20 oC.
Toples kaca dalam keadaan kondisi tertutup rapat dimana tepi penutup
toples kaca dilapisi malam agar udara tidak bocor dan pada penutup
toples kaca dibuat lubang yang diberi selang yang ujung-ujungnya
dijepit. Pengukuran laju respirasi dilakukan secara periodik, pada 24
jam pertama dilakukan setiap 4 jam sekali, 24 jam kedua dilakukan
setiap 8 jam sekali, 24 jam ketiga dilakukan setiap 12 jam sekali, 24
jam keempat dilakukan setiap 16 jam sekali dan untuk selanjutnya
dilakukan setiap 24 jam.
Pengukuran laju respirasi bertujuan untuk mengetahui kandungan
gas O2 dan CO2 buah manggis dalam toples kaca. Pengukuran
kandungan O2 menggunakan portable oxygen tester dan pengukuran
CO2 menggunakan continues gas analyzer. Laju produksi gas CO2 dan
O2 (ml.kg-1.jam-1) selama respirasi pada ruang tertutup diukur dengan
persamaan Kays (1991) sebagai berikut :
dx V
R=
dt W
Dimana :
R = laju respirasi (ml.kg-1.jam-1)
x = konsentrasi gas CO2 atau O2 (%)
t = waktu (jam)
V = volume bebas ruang (ml)
W = berat segar produk (kg)
21
Gambar 3. Portable oxygen tester dan continues gas analyzer.
2. Kerusakan Mekanis
Kerusakan mekanis bertujuan untuk melihat cacat yang dialami
oleh manggis setelah diletakkan di meja getar dengan amplitudo 3.7
dan frekuensi 3.4 Hz selama 1 jam. Pengamatan kerusakan mekanis
dilakukan secara pengamatan visual berdasarkan buah yang luka
memar, luka gores dan cupat patah, sedangkan pengukuran kerusakan
buah manggis dilakukan dengan menggunakan persamaan di bawah ini
:
JMR
KM (%) = x100%
TBM
Dimana :
KM = Kerusakan Mekanis (%)
JMR = Jumlah Manggis Rusak (buah)
TBM = Total Buah Manggis (buah)
3. Susut Bobot
Susut bobot merupakan perbedaan berat komoditas sebelum
dan setelah aktivitas pemanenan. Pengukuran susut bobot dilakukan
dengan menggunakan timbangan digital dimana sebelum buah
manggis disimpan dilakukan penimbangan dan setiap kali
pengamatan yaitu tiga hari sekali dilakukan penimbangan. Data hasil
penimbangan dimasukkan kedalam persamaan sebagai berikut :
22
Gambar 4. Timbangan mettler.
4. Kekerasan Kulit Buah
Pengukuran kekerasan adalah salah satu metode yang digunakan
dalam menilai kualitas tekstural produk buah segar. Tekstur buah dan
sayur dipengaruhi oleh adanya jaringan penunjang, komposisi
tanaman, turgiditas, keterikatan, ukuran dan bentuk sel (Pantastico,
1986 dalam Leksono, 2008). Pengukuran kekerasan dilakukan
menggunakan rheometer model CR-300 yang diset dengan mode 20,
beban maksimum 10 kg, kedalaman penekanan 10 mm, kecepatan
penurunan beban 60 mm/m dan diameter probe 5 mm. Pengujian
dilakukan pada 4 bagian, yaitu disekeliling buah manggis, kemudian
hasilnya dirata-ratakan. Pengukuran kekerasan dilakukan setiap 3 hari
sekali.
Gambar 5. Rheometer
5. Uji Warna
Pengamatan perubahan warna buah manggis dilakukan selama
penelitian setiap 3 hari sekali. Pengukuran perubahan warna buah
manggis menggunakan metode image processing dan menggunakan
23
kamera digital sebagai dokumentasi. Dari image processing diperoleh
nilai RGB (Red, Green, dan Blue) yang kemudian dikonversikan
menjadi nilai Hunter Lab. Nilai L menunjukkan kecerahan (brightness)
bila bernilai 100 menyatakan warna putih dan bernilai 0 menyatakan
warna hitam, nilai a positif menyatakan warna merah/magenta, nilai 0
menyatakan warna abu-abu dan negatif menyatakan warna hijau.
Sedangkan nilai b positif menyatakan warna kuning, 0 menyatakan
nilai abu-abu dan negatif menyatakan warn biru. Untuk
mengkonversikan nilai RGB menjadi nilai Hunter Lab dengan
menggunkan rumus sebagai berikut:
Nilai r = var_R, g = var_G, b = var_B
Jika var_R, var_G, var_B > 0.04045, maka :
var_R =
var_G =
var_B =
Jika var_R, var_G, var_B < 0.04045, maka :
var_R = (var_R/12.92) × 100
var_G = (var_G/12.92) × 100
var_B = (var_B/12.92) × 100
Kemudian hasil var_R, var_G, var_B dikonversi ke XYZ :
X = var_R×0.4124 + var_G×0.3576 + var_B×0.1805
Y = var_R×0.2126 + var_G×0.7152 + var_B×0.0722
Z = var_R×0.0193 + var_G×0.1192 + var_B×0.9505
Hunter Lab :
(H)L = 10 ×
24
buah dan rasa buah manggis dari 5 panelis dengan menggunakan uji
hedonik (uji kesukaan). Skor hedonik yang digunakan mempunyai
rentangan skor 1-7 dari sangat tidak suka sampai sangat suka.
1 = sangat tidak suka 5 = agak suka
2 = tidak suka 6 = suka
3 = agak tidak suka 7 = sangat suka
4 = netral
Nilai yang diperoleh tiap-tiap sampel dijumlahkan dan dibagi jumlah
juri untuk menentukan skor akhir rata-rata (D.K. Salunkhe, H.R. Bolin,
N.R. Reddy, 1991). Pengujian dilakukan setiap 3 hari sekali.
7. Total Padatan Terlarut
Pengukuran total padatan terlarut dilakukan dengan
menggunakan refraktometer. Cairan daging buah ditempatkan pada
prisma refraktometer, kemudian dilakukan pembacaan. Sebelum dan
sesudah pembacaan, prisma refraktometer dibersihkan dengan alkohol.
Angka refraktometer menunjukkan kadar total padatan terlarut (oBrix)
yang mewakili rasa manis. Pengukuran total padatan terlarut dan
keasaman dilakukan setiap 3 hari.
Gambar 6. Refraktometer.
25
E. Kesetaraan Simulasi Transportasi
Kesetaraan simulasi transportasi yang dilakukan dengan
menggunakan meja getar dapat dihitung dengan menggunakan persamaan-
persamaan di bawah ini :
∑ (Ni )
i
3. Jumlah luas seluruh getaran bak truk jalan dalam kota selama 0.5 jam
= 30 menit x 60 detik/menit x f x luas siklus getaran bak jalan kota
4. Luas satu siklus getaran vibrator = A , dengan :
T= T = periode (detik/getaran)
W= W = getaran/detik
26
Gambar 7. Meja getar untuk simulasi transportasi.
F. Rancangan Percobaan
Rancangan percobaan yang akan digunakan adalah Faktorial dalam
waktu (Penelitian Factorial in time) dengan dua faktor dan dua ulangan.
Faktor-faktor yang digunakan adalah :
K = perlakuan jenis kemasan
K1 = pengemasan dengan peti kayu bersekat styrofoam
K2 = pengemasan dengan keranjang plastic bersekat styrofoam
T = suhu penyimpanan
T1 = penyimpanan pada suhu 8o C
T2 = penyimpanan pada suhu 13o C
T3 = penyimpanan pada suhu 20o C
Dua faktor tersebut akan menghasilkan kombinasi-kombinasi perlakuan
yaitu: K1T1, K1T2, K1T3, K2T1, K2T2, K2T3.
Model linier dari rancangan ini sama seperti model linier dari
rancangan dasar yang digunakan ditambahkan dengan pengaruh waktu dan
interaksinya dengan perlakuan. Model umum dari rancangan ini adalah :
yijkl = μ + Ai + Bj + ABij + δijk + Wl + γkl + AWil + BWjl + ABWijl + εijkl
Keterangan :
yijkl = respon dari faktor pengemasan ke-i, faktor suhu penyimpanan
ke-j, ulangan ke-k, waktu ke-l
μ = rataan umum
Ai = pengaruh faktor pengemasan ke-i, i= 1, 2
Bj = pengaruh faktor suhu penyimpanan ke-j, j= 1, 2, 3
27
ABij = pengaruh interaksi faktor pengemasan ke-i dan faktor suhu
penyimpanan ke-j
δijk = pengaruh acak dari perlakuan
Wl = pengaruh waktu ke-l, l = 1, 2, ... , 20
γkl = pengaruh acak dari waktu
AWil = pengaruh interaksi faktor pengemasan ke-i dan waktu ke-l
BWjl = pengaruh interaksi faktor suhu penyimpanan ke-j dan waktu ke-l
ABWijl = pengaruh interaksi faktor pengemasan ke-i, faktor suhu
penyimpanan ke-j dan waktu ke-l
εijkl = pengaruh acak dari interaksi waktu dengan perlakuan
Pengamatan dilakukan setiap 3 hari sekali selama 30 hari terhadap
beberapa respon. Respon yang akan diamati yaitu : (1) Susut bobot, (2) Uji
kekerasan, (3) Pengukuran laju respirasi, (4) Total padatan terlarut, (5) uji
warna dan (6) Uji organoleptik. Pada setiap respon akan diamati pengaruh
dari kombinasi faktor yang diberikan sehingga akan diketahui apakah jenis
kemasan dan suhu penyimpanan berpengaruh terhadap umur simpan dan
mutu buah manggis. Data dianalisis menggunakan analisis ragam dengan
taraf nyata 5%, bila berpengaruh nyata maka dilanjutkan DMRT (Duncan
Multiple Range Test).
28
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
29
dengan susunan yang sama seperti dibawahnya. Hal ini diharapkan dapat
mengurangi patah pada tangkai dan kelopak buah serta luka gores.
30
patah. Kerusakan mekanis akibat memar ditandai dengan terbentuknya bagian
yang berwarna agak berbeda dan lunak, sedangkan luka gores ditandai dengan
adanya luka seperti retak pada kulit buah manggis, dan kelopak patah ditandai
dengan adanya salah satu atau sebagian kelopak yang lepas.
Luka gores
Memar
Kelopak patah
Gambar 10. Buah manggis yang mengalami luka gores, memar dan kelopak
patah.
Tingkat kerusakan mekanis pasca simulasi transportasi dilakukan selama
2 jam yang dianggap setara dengan transportasi buah manggis dari dari
pengumpul kecil ke pengumpul besar (supplier) berjarak kurang lebih 100 km.
Data rata-rata tingkat kerusakan mekanis buah manggis pada kemasan peti
kayu dan keranjang plastik yang diberi penambahan sekat berupa styrofoam
dapat dilihat pada Tabel 7.
31
Tabel 7. Data rata-rata tingkat kerusakan mekanis setelah simulasi transportasi
dalam satuan persen
Rata-Rata
Tingkat Kerusakan
Jumlah Rusak (buah) Tingkat
Mekanis (%)
Jenis Kemasan Kerusakan
Mekanis
Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 1 Ulangan 2
(%)
Peti Kayu 6 7 4.80 5.60 5.20
Keranjang
5 3 4.46 2.68 3.57
Plastik
32
C. Kesetaraan Simulasi Transportasi
Simulasi transportasi dilakukan dengan mengunakan meja getar
bertujuan untuk mendapatkan gambaran data kerusakan mekanis buah
manggis apabila terjadi goncangan dan getaran selama transportasi. Simulasi
transportasi yang dilakukan di meja getar selama 2 jam. Waktu penggetaran
dilakukan selama 2 jam, berdasarkan pengiriman buah manggis yang
dilakukan oleh kelompok tani di daerah Leuwiliang sebagai pengumpul kecil
ke pengumpul besar kurang lebih sekitar 2 jam.
Hasil konversi frekuensi dan amplitudo selama simulasi transportasi
berdasarkan konversi truk selama dua jam di jalan luar kota dapat dilihat pada
Lampiran 1. Berdasarkan Lampiran 1, menunjukkan bahwa dua jam pada alat
simulasi transportasi setara dengan 127 km di jalan luar kota atau lebih kurang
2.1 jam perjalanan truk dengan kecepatan 60 km/jam. Hal ini sesuai dengan
jarak yang ditempuh oleh kelompok tani di daerah Leuwiliang ketika
melakukan pengiriman buah manggis ke pengumpul besar di Jakarta.
Dalam pengangkutan juga perlu diperhatikan kondisi lingkungan.
Pengangkutan truk tanpa pendingin, sebaiknya dilakukan pada malam hari
untuk menghindari suhu udara lingkungan yang tinggi. Karena hal ini
berpengaruh pada umur simpan buah manggis. Pada malam hari, suhu relatif
lebih rendah dan dapat mengurangi resiko kerusakan mekanis akibat kenaikan
suhu.
Sedangkan untuk mengurangi kerusakan mekanis selama transportasi
maka dibutuhkan kemasan yang cucup kokoh untuk menahan goncangan dan
bantingan selama proses pendistribusian buah manggis. Dalam simulasi
trasnportasi yang telah dilakukan, kemasan yang baik digunakan adalah
keranjang plastik dengan diberi sekat styrofoam. Pemberian sekat cukup
membantu dalam mengurangi benturan antara buah manggis dengan buah
manggis. selain itu, penyusunan dan jumlah tumpukan buah manggis dalam
kemasan juga perlu diperhatikan. Karena semakin banyak tumpukan maka
buah manggis yang terletak di bagian paling bawah akan mendapatkan beban
yang terlalu berat sehingga kerusakan mekanis yang terjadi semakin
bertambah.
33
D. Susut Bobot
Pengukuran susut bobot buah manggis dilakukan pasca simulasi
transportasi. Kehilangan bobot dapat terjadi baik selama transportasi maupun
penyimpanan yang dapat menimbulkan dampak kerugian secara ekonomi, jika
buah-buahan dijual berdasarkan beratnya. Kehilangan air tersebut dapat
mempengaruhi penampakan, tekstur dan nilai gizi buah (Prajawati, 2006).
Susut bobot setelah transpotasi lebih banyak disebabkan oleh faktor
metabolisme buah manggis, yaitu respirasi dan transpirasi. Grafik perubahan
susut bobot buah manggis selama penyimpanan pada masing-masing suhu
penyimpanan dapat dilihat pada Gambar 11 dan 12.
Gambar 11. Grafik perubahan susut bobot buah manggis selama penyimpanan
pada perlakuan K1.
34
Suhu 8 oC Suhu 13 oC Suhu 20 oC
Gambar 12. Grafik perubahan susut bobot buah manggis selama penyimpanan
pada perlakuan K2.
35
menggambarkan pengaruh ragam perlakuan pada suhu dan waktu
penyimpanan.
E. Kekerasan
Menurut Sjaifullah (1996) dalam Hasiholan (2008), buah yang matang
dan siap konsumsi relatif lebih lunak daripada buah yang masih mentah. Buah
yang baik mempunyai kekerasan yang merata. Pengukuran kekerasan buah
manggis dilakukan setelah simulasi transportasi. Perubahan kekerasan buah
manggis diukur pada sekeliling buah manggis dengan menggunakan
Rheometer. Kekerasan yang tinggi diperlihatkan oleh angka yang besar. Hal
ini berhubungan dengan penusukan jarum Rheometer. Semakin keras bahan
maka semakin besar gaya yang dibutuhkan untuk menusukkan jarum ke dalam
buah manggis, sebaliknya semakin lunak maka gaya yang diperlukan semakin
kecil. Penusukan jarum ke dalam buah manggis dinyatakan dalam satuan
kilogram force (kgf). Pada buah manggis kekerasan merupakan salah satu
indikasi kerusakan, artinya semakin keras kulit buah manggis maka dikatakan
semakin rusak dan tidak disukai. Grafik perubahan kekerasan buah manggis
selama penyimpanan pada masing-masing suhu penyimpanan dapat dilihat
pada Gambar 13 dan 14.
36
Suhu 8 oC Suhu 13 oC Suhu 20 oC
37
Bila dihubungkan dengan salah satu parameter uji organoleptik, yaitu
tingkat kesukaan terhadap kekerasan buah manggis, maka konsumen lebih
menyukai buah manggis yang dikemas dengan menggunakan perlakuan K2
atau keranjang plastik bersekat styrofoam daripada dikemas dengan perlakuan
K1 atau peti kayu bersekat styrofoam. Nilai rata-rata yang diambil dalam skala
hedonik dari keseluruhan tingkat kesukaan terhadap kekerasan manggis pada
perlakuan K2 sebesar 4.8 pada suhu 8 oC, 5.2 pada suhu 13 oC dan 4.6 pada
suhu 20 oC, sedangkan pada perlakuan K1 sebesar 4.5 pada 8 oC, 5.0 pada
suhu 13 oC dan 4.3 pada suhu 20 oC.
Berdasarkan hasil analisis ragam dan hasil uji Duncan pada Lampiran 5,
dapat dilihat bahwa jenis kemasan tidak berpengaruh nyata terhadap kekerasan
buah manggis sehingga penggunaan jenis kemasan tidak memberikan
perbedaan signifikan terhadap peningkatan susut bobot. Sedangkan suhu dan
waktu penyimpanan berpengaruh nyata pada kekerasan buah manggis. Jadi,
perbedaan perubahan buah manggis hanya dipengaruhi oleh perbedaan suhu
dan waktu penyimpanan, sedangkan perbedaan jenis kemasan tidak
memberikan perbedaan yang signifikan terhadap perubahan kekerasan buah
manggis.
38
Grafik perubahan total padatan terlarut buah manggis selama
penyimpanan pada masing-masing suhu penyimpanan dapat dilihat pada
Gambar 15 dan 16.
Gambar 15. Grafik perubahan total padatan terlarut buah manggis selama
penyimpanan pada perlakuan K1.
Gambar 16. Grafik perubahan total padatan terlarut buah manggis selama
penyimpanan pada perlakuan K2.
39
penyimpanan, semakin lama kandungan total padatan terlarut semakin
menurun. Hal tersebut disebabkan karena senyawa-senyawa karbohidrat yang
terkandung dalam buah manggis dipergunakan dalam respirasi. Hal ini sesuai
dengan pernyataan Pantastico (1986) yaitu tidak hanya gula (atau bahan
kering) saja yang dipergunakan dalam respirasi. Bentuk-bentuk karbohidrat
lain, misalnya zat pati dan selulosa, begitu pula zat-zat pektin, lemak dan
bahkan protein dapat juga berfungsi sebagai substrat dalam respirasi. Data
hasil pengukuran dapat dilihat pada Lampiran 6.
Berdasarkan analisis ragam dan hasil uji Duncan pada Lampiran 7,
menunjukkan bahwa jenis kemasan, suhu dan waktu penyimpanan tidak
berpengaruh nyata pada total padatan terlarut buah manggis. Hal ini
disebabkan buah manggis merupakan produk pertanian yang sulit dicari
keseragaman dari tingkat kematangannya sehingga total padatan terlarut
termasuk parameter mutu yang tidak dapat menggambarkan pengaruh ragam
perlakuan, yaitu jenis kemasan, suhu penyimpanan dan waktu penyimpanan.
G. Laju Respirasi
Laju respirasi merupakan salah satu parameter yang baik untuk
menentukan daya simpan buah setelah panen. Intensitas respirasi dianggap
sebagai ukuran laju jalannya metabolisme dan oleh karena itu sering dianggap
sebagai petunjuk mengenai proses daya simpan (Hasiholan, 2008).
Pengukuran laju respirasi CO2 dan O2 dilakukan setelah simulasi transportasi.
Pengukuran laju respirasi dapat dilakukan melalui pengukuran laju
konsumsi O2 atau dengan penentuan laju produksi CO2 (Pantastico, 1989
dalam Hasiholan, 2008). Konsentrasi O2 dan CO2 yang terukur memiliki
satuan (%) kemudian untuk memperoleh nilai laju respirasi, nilai konsentrasi
tersebut harus dikalikan dengan volume bebas dalam kemasan (ml) dan dibagi
dengan berat komoditas yang diukur (kg) dan waktu pengukuran (jam). Laju
respirasi memiliki satuan ml/kg.jam. Data pengukuran laju respirasi CO2 dan
O2 dapat dilihat pada Lampiran 8.
Grafik perubahan laju respirasi CO2 dan O2 buah manggis selama
penyimpanan pada kedua perlakuan dan ketiga suhu penyimpanan dapat
40
dilihat pada dapat dilihat pada Gambar 17 dan 18. Berdasarkan grafik,
menunjukkan bahwa perubahan laju respirasi CO2 dan O2 dari kedua
perlakuan cenderung sama. Hal ini dibuktikan juga pada analisis ragam dan
hasil uji Duncan yang menunjukkan bahwa jenis kemasan tidak berpengaruh
nyata pada laju respirasi CO2 buah manggis tetapi berpengaruh nyata pada laju
respirasi O2 buah manggis. Hal ini berarti laju respirasi CO2 termasuk
parameter mutu yang tidak dapat menggambarkan pengaruh ragam perlakuan
pada jenis kemasan dan laju respirasi O2 termasuk parameter mutu yang dapat
menggambarkan pengaruh ragam perlakuan pada jenis kemasan. Sedangkan
pada ketiga suhu penyimpanan dapat dilihat bahwa pada suhu penyimpanan
20 oC nilai rata-rata perubahan laju respirasi CO2 dan O2 lebih tinggi
dibandingkan dengan suhu penyimpanan 13 oC dan 8 oC.
Hal ini menunjukkan bahwa laju respirasi CO2 dan O2 dapat dikurangi
dengan menurunkan suhu ruang penyimpanan. Dengan perubahan laju
respirasi CO2 dan O2 yang tinggi pada suhu penyimpanan 20 oC menyebabkan
umur simpan buah manggis pendek dan terlebih dahulu rusak jika
dibandingkan dengan buah manggis yang disimpan pada suhu 13 oC. Laju
respirasi yang tinggi biasanya disertai dengan umur simpan yang pendek
(Pantastico, 1986 dalam Hasiholan, 2008). Selama pengamatan umur simpan
buah manggis pada suhu penyimpanan 8 oC dan 20 oC sama, karena jika pada
o
suhu penyimpanan 8 C, buah manggis mengalami kerusakan akibat
pendinginan (chilling injury) sedangkan pada suhu 20 oC, buah manggis
mengalami pembusukan akibat munculnya mikroorganisme, seperti jamur.
Hal ini sesuai dengan analisis ragam dan hasil Duncan yang menunjukkan
bahwa suhu dan waktu penyimpanan berpengaruh nyata pada laju respirasi
CO2 dan O2 buah manggis. Hal ini berarti laju respirasi CO2 dan O2 termasuk
parameter mutu yang dapat menggambarkan pengaruh ragam perlakuan, yaitu
suhu penyimpanan dan waktu penyimpanan.
41
K1 Suhu 8 oC K2 Suhu 8 oC K1 Suhu 13 oC K2 Suhu 13 oC K1 Suhu 20 oC K2 Suhu 20 oC
Gambar 17. Grafik perubahan laju respirasi CO2 buah manggis selama penyimpanan pada suhu penyimpanan 8 oC, 13 oC dan 20 oC.
42
K1 Suhu 8 oC K2 Suhu 8 oC K1 Suhu 13 oC K2 Suhu 13 oC K1 Suhu 20 oC K2 Suhu 20 oC
Gambar 18. Grafik perubahan laju respirasi O2 buah manggis selama penyimpanan pada suhu penyimpanan 8 oC, 13 oC dan 20 oC.
43
H. Uji Organoleptik
Uji organoleptik dilakukan dengan menggunakan parameter warna kulit,
kesegaran kelopak, kekerasan, warna daging buah dan rasa buah manggis.
Pengujian dilakukan dengan mengambil panelis sebanyak 5 orang untuk
mengetahui tingkat kesukaan konsumen terhadap buah manggis yang telah
dilakukan simulasi transportasi dan disimpan pada berbagai tingkatan suhu.
Penilaian yang diberikan berdasarkan 7 skala hedonik, yaitu 1 (sangat tidak
suka), 2 (tidak suka), 3 (agak tidak suka), 4 (netral), 5 (agak suka), 6 (suka)
dan 7 (sangat suka). Hasilnya kemudian dirata-ratakan. Ketidaksukaan pada
salah satu sifat organoleptik dapat berakibat skor yang diberikan rendah oleh
panelis.
1. Warna kulit
Berdasarkan diagram pada Gambar 19 dan 20, dapat dikatakan bahwa
nilai kesukaan tertinggi kelima panelis terhadap warna kulit buah manggis dari
kedua perlakuan adalah buah manggis yang mendapat perlakuan dengan
menggunakan kemasan keranjang plastik bersekat styrofoam. Dilihat dari
diagram, tingkat kesukaan terhadap warna kulit buah manggis semakin lama
cenderung semakin turun baik perlakuan K1 maupun perlakuan K2.
Suhu 8 oC
Suhu 13 oC
Suhu 20 oC
Gambar 19. Diagram tingkat penerimaan konsumen terhadap warna kulit buah
manggis selama penyimpanan pada perlakuan K1.
44
Suhu 8 oC
Suhu 13 oC
Suhu 20 oC
Gambar 20. Diagram tingkat penerimaan konsumen terhadap warna kulit buah
manggis selama penyimpanan pada perlakuan K2
2. Kesegaran kelopak
Diagram tingkat kesukaan terhadap kesegaran kelopak buah manggis
selama penyimpanan untuk tingkat suhu penyimpanan pada masing-masing
kemasan dapat dilihat pada Gambar 21 dan 22. Berdasakan diagram dan data
yang diperoleh dapat dikatakan bahwa tingkat kesukaan kelima panelis
terhadap kesegaran kelopak buah manggis tertinggi dari kedua perlakuan
45
kemasan adalah buah manggis yang mendapat perlakuan dengan
menggunakan kemasan keranjang plastik bersekat styrofoam. Sedangkan
berdasarkan nilai rata-rata keseluruhan terhadap tingkat kesukaan kesegaran
kelopak buah manggis dari ketiga suhu penyimpanan adalah pada suhu 13 oC,
yaitu sebesar 4.9 pada perlakuan K1 dan 5.3 pada perlakuan K2. Kemudian
dilanjutkan oleh suhu 8 oC, yaitu sebesar 4.7 pada perlakuan K1 dan 5.1 pada
perlakuan K2 dan pada suhu 20 oC, yaitu sebesar 4.5 pada perlakuan K1 dan
4.8 pada perlakuan K2.
Pada perlakuan K1, suhu penyimpanan 8 oC masih disukai konsumen
hingga hari ke 24, suhu penyimpanan 13 oC masih disukai konsumen hingga
hari ke 27 dan suhu penyimpanan 20 oC masih disukai konsumen hingga hari
ke 21 dan perlakuan K2, suhu penyimpanan 8 oC masih disukai konsumen
hingga hari ke 21, suhu penyimpanan 13 oC masih disukai konsumen hingga
hari ke 27 dan suhu penyimpanan 21 oC masih disukai konsumen hingga hari
ke 21. Data hasil perhitungan skor tingkat kesukaan terhadap kesegaran
kelopak buah manggis yang diberikan oleh panelis dapat dilihat pada
Lampiran 12.
Suhu 8 oC
Suhu 13 oC
Suhu 20 oC
46
Suhu 8 oC
Suhu 13 oC
Suhu 20 oC
3. Kekerasan
Diagram tingkat kesukaan terhadap kekerasan buah manggis selama
penyimpanan untuk tingkat suhu penyimpanan pada masing-masing kemasan
dapat dilihat pada Gambar 23 dan 24. Pada kedua diagram tersebut dapat
dilihat bahwa tingkat kesukaan tertinggi terhadap kekerasan buah manggis
adalah buah manggis yang mendapat perlakuan dengan menggunakan
kemasan berupa keranjang plastik yang diberi sekat styrofoam. Hal ini sesuai
dengan, pengukuran tingkat kekerasan dengan menggunakan Rheometer,
dimana buah manggis yang dikemas dengan menggunakan peti kayu bersekat
styrofoam memiliki tingkat kekerasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan
buah manggis yang dikemas dengan menggunakan keranjang plastik bersekat
styrofoam. Sedangkan tingkat kesukaan terhadap kekerasan buah manggis
selama penyimpanan berdasarkan diagram dan nilai rata-rata keseluruhan
terhadap tingkat kesukaan kekerasan buah manggis dari ketiga suhu
penyimpanan adalah pada suhu 13 oC, yaitu sebesar 5.0 pada perlakuan K1
dan 5.2 pada perlakuan K2. Kemudian dilanjutkan oleh suhu 8 oC, yaitu
sebesar 4.5 pada perlakuan K1 dan 4.8 pada perlakuan K2 dan pada suhu 20
o
C, yaitu sebesar 4.3 pada perlakuan K1 dan 4.6 pada perlakuan K2.
Pada perlakuan K1, suhu penyimpanan 8 oC masih disukai konsumen
hingga hari ke 18, suhu penyimpanan 13 oC masih disukai konsumen hingga
47
hari ke 21 dan suhu penyimpanan 20 oC masih disukai konsumen hingga hari
ke 15 dan perlakuan K2, suhu penyimpanan 8 oC masih disukai konsumen
hingga hari ke 18, suhu penyimpanan 13 oC masih disukai konsumen hingga
hari ke 21 dan suhu penyimpanan 20 oC masih disukai konsumen hingga hari
ke 18. Data hasil perhitungan skor tingkat kesukaan terhadap kekerasan buah
manggis yang diberikan oleh panelis dapat dilihat pada Lampiran 13.
Suhu 8 oC
Suhu 13 oC
Suhu 20 oC
Suhu 8 oC
Suhu 13 oC
Suhu 20 oC
48
4. Warna daging buah
Berdasakan data yang diperoleh dapat dikatakan bahwa tingkat kesukaan
terhadap warna daging buah manggis tertinggi dari kedua perlakuan pada
ketiga suhu penyimpanan adalah buah manggis yang mendapat perlakuan
dengan menggunakan kemasan berupa keranjang plastik yang diberi sekat
styrofoam. Diagram tingkat kesukaan terhadap kesegaran kelopak buah
manggis selama penyimpanan untuk dua jenis perlakuan kemasan pada
berbagai tingkat suhu penyimpanan dapat dilihat pada Gambar 25 dan 26.
Suhu 8 oC
Suhu 13 oC
Suhu 20 oC
Suhu 8 oC
Suhu 13 oC
Suhu 20 oC
49
Gambar 26. Diagram tingkat penerimaan konsumen terhadap warna daging
buah manggis selama penyimpanan pada perlakuan K2.
Berdasarkan nilai rata-rata keseluruhan tertinggi terhadap tingkat
kesukaan warna daging buah manggis dari ketiga suhu penyimpanan pada
masing-masing kemasan adalah pada suhu penyimpanan 13 oC, yaitu sebesar
5.9 pada peti kayu bersekat styrofoam dan 6.2 pada keranjang plastik bersekat
styrofoam. Kemudian dilanjutkan oleh suhu 8 oC, yaitu sebesar 5.4 pada peti
kayu bersekat styrofoam dan 5.9 pada keranjang plastik bersekat styrofoam
dan pada suhu 20 oC, yaitu sebesar 5.1 pada peti kayu bersekat styrofoam dan
5.7 pada keranjang plastik bersekat styrofoam. Pada perlakuan K1, suhu
penyimpanan 8 oC dan 13 oC masih disukai konsumen hingga hari ke 27 dan
suhu penyimpanan 20 oC masih disukai konsumen hingga hari ke 21 dan
perlakuan K2, pada ketiga suhu penyimpanan masih disukai konsumen hingga
hari ke 27. Data hasil perhitungan skor tingkat kesukaan terhadap warna
daging buah manggis yang diberikan oleh panelis dapat dilihat pada Lampiran
14.
5. Rasa
Nilai tertinggi dari tingkat kesukaan terhadap rasa buah manggis selama
penyimpanan dari kedua perlakuan pada ketiga suhu penyimpanan adalah
buah manggis yang mendapat perlakuan dengan menggunakan kemasan
berupa keranjang plastik yang diberi sekat styrofoam. Diagram dari tingkat
kesukaan terhadap rasa buah manggis dari kedua jenis kemasan pada ketiga
suhu penyimpanan dapat dilihat pada Gambar 27 dan 28.
Sedangkan berdasarkan diagram dan nilai rata-rata keseluruhan
terhadap tingkat kesukaan rasa buah manggis dari ketiga suhu penyimpanan
adalah pada suhu 13 oC, yaitu sebesar 6.0 pada perlakuan K1 dan 6.3 pada
perlakuan K2. Kemudian dilanjutkan oleh suhu 8 oC, yaitu sebesar 5.8 pada
pada perlakuan K1 dan 6.1 pada perlakuan K2 dan pada suhu 20 oC, yaitu
sebesar 5.6 pada pada perlakuan K1 dan 5.8 pada perlakuan K2.
50
Suhu 8 oC
Suhu 13 oC
Suhu 20 oC
Suhu 8 oC
Suhu 13 oC
Suhu 20 oC
51
terhadap rasa buah manggis yang diberikan oleh panelis dapat dilihat pada
Lampiran 15.
Berdasarkan analisis ragam dan hasil uji Duncan pada Lampiran 16 dari
nilai rata-rata keseluruhan kelima parameter dalam uji organoleptik, dapat
dilihat bahwa jenis kemasan dan suhu penyimpanan tidak berpengaruh nyata
pada kelima parameter uji organoleptik buah manggis, sedangkan waktu
penyimpanan berpengaruh nyata terhadap kelima parameter uji organoleptik
buah manggis. Hal ini berarti kelima parameter uji organoleptik termasuk
parameter mutu yang tidak dapat menggambarkan pengaruh ragam perlakuan
pada jenis kemasan dan suhu penyimpanan, tetapi menggambarkan pengaruh
ragam perlakuan pada waktu penyimpanan.
I. Perubahan Warna
Warna merupakan salah satu parameter mutu yang pertama dilihat oleh
konsumen karena dapat dilihat langsung secara visual. Warna juga merupakan
faktor pertama yang menentukan konsumen untuk mempertimbangkan rasa
dan aromanya. Warna dapat dinilai secara visual oleh mata, tetapi hasil
pengukuran tersebut bersifat subjektif. Pandangan setiap orang terhadap suatu
warna bahan berbeda-beda, sehingga diperlukan suatu pengukuran warna yang
objektif, yaitu dengan menggunakan instrument.
Pengukuran perubahan warna buah manggis dilakukan setelah simulasi
transportasi dapat dilihat dari tingkat kecerahan (nilai L), tingkat kehijauan (a)
dan tingkat kekuningan (niali b). Pengukuran warna dilakukan dengan
mengukur warna dari banyaknya cahaya yang dipantulkan oleh permukaan
buah manggis dengan menggunakan metode image processing foto kamera
digital. Nilai sinyal merah (R), hijau (G) dan biru (B) hasil dari image
processing dikonversikan menjadi nilai Hunter Lab. Data sinyal merah (R),
hijau (G) dan biru (B) hasil dari image processing dan warna Hunter Lab buah
manggis dapat dilihat pada Lampiran 17.
52
1. Nilai L
Nilai L menyatakan tingkat kecerahan suatu bahan dimana cahaya pantul
menghasilkan warna akromatik, abu-abu dan hitam. Parameter L mempunyai
niai dari 0 (hitam) sampai 100 (putih). Grafik perubahan nilai L (kecerahan)
buah manggis pada ketiga suhu penyimpanan pada kedua perlakuan dapat
dilihat pada Gambar 29 dan 30.
Gambar 29. Grafik perubahan nilai L buah manggis selama penyimpanan pada
perlakuan K1.
Gambar 30. Grafik perubahan nilai L buah manggis selama penyimpanan pada
perlakuan K2.
53
Berdasarkan grafik perubahan nilai L buah manggis pada ketiga suhu
penyimpanan pada masing-masing kemasan, menunjukkan bahwa buah
manggis yang disimpan pada suhu penyimpanan 8 oC sampai akhir waktu
penyimpanan masih dapat mempertahankan tingkat kecerahannya
dibandingkan suhu penyimpanan yang lainnya. Meskipun pada awal
penyimpanan pada kemasan keranjang plastik bersekat styrofoam memiliki
nilai kecerahan yang paling rendah dari suhu penyimpanan yang lainnya.
Sesuai dengan penyataan Leksono, 2008 bahwa semakin rendah suhu
penyimpanan maka penurunan kecerahan akan semakin tertunda.
Berdasarkan analisis ragam dan hasil uji Duncan pada Lampiran 18,
dapat dikatakan bahwa jenis kemasan dan suhu penyimpanan tidak
berpengaruh nyata pada perubahan nilai L (kecerahan) buah manggis.
Sedangkan waktu penyimpanan berpengaruh nyata pada perubahan nilai L
(kecerahan) buah manggis. Hal ini berarti perubahan niali L (kecerahan)
termasuk parameter mutu yang tidak dapat menggambarkan pengaruh ragam
perlakuan pada jenis kemasan dan suhu penyimpanan, tetapi menggambarkan
pengaruh ragam perlakuan pada waktu penyimpanan.
2. Nilai a
Nilai a menyatakan tingkat kehijauan dimana nilai positif (+)
menyatakan warna merah, nilai 0 menyatakan warna abu-abu dan nilai
negative (-) menyatakan warna hijau. Grafik perubahan nilai a buah manggis
selama penyimpanan dari ketiga suhu penyimpanan pada masing-masing
kemasan dapat dilihat pada Gambar 31 dan 32.
Berdasarkan grafik perubahan nilai a dari ketiga suhu penyimpanan pada
masing-masing kemasan, menunjukkan bahwa suhu penyimpanan 8 oC dan 13
o
C mempertahankan nilai a yang selalu positif (+) sampai akhir penyimpanan,
lain halnya dengan suhu 20 oC yang cenderung berubah nilai a dari positif (+)
menjadi negatif (-) pada akhir penyimpanan.
54
Suhu 8 oC Suhu 13 oC Suhu 20 oC
Gambar 31. Grafik perubahan nilai a buah manggis selama penyimpanan pada
perlakuan K1.
Gambar 32. Grafik perubahan nilai a buah manggis selama penyimpanan pada
perlakuan K2.
55
3. Nilai b
Nilai b menyatakan tingkat kekuningan, dimana nilai positif (+)
menyatakan warna kuning, nilai 0 menyatakan warna abu-abu dan nilai
negatif (-) menyatakan nilai biru. Grafik perubahan nilai b buah manggis
selama penyimpanan dari ketiga suhu penyimpanan pada masing-masing
kemasan dapat dilihat pada Gambar 33 dan 34.
Gambar 33. Grafik perubahan nilai b buah manggis selama penyimpanan pada
perlakuan K1.
Gambar 34. Grafik perubahan nilai b buah manggis selama penyimpanan pada
perlakuan K2.
56
Berdasarkan grafik perubahan nilai b dari ketiga suhu penyimpanan pada
masing-masing kemasan, menunjukkan bahwa suhu penyimpanan 8 oC, 13 oC
dan 20 oC mempertahankan nilai b yang selalu positif (+) sampai akhir
penyimpanan. Sedangkan berdasarkan analisis ragam dan hasil uji Duncan
pada Lampiran 20, dapat dikatakan bahwa jenis kemasan tidak berpengaruh
nyata pada perubahan nilai b buah manggis. Sedangkan suhu dan waktu
penyimpanan berpengaruh nyata pada perubahan nilai b buah manggis. Hal ini
berarti perubahan niali b termasuk parameter mutu yang tidak dapat
menggambarkan pengaruh ragam perlakuan pada jenis kemasan, tetapi
menggambarkan pengaruh ragam perlakuan pada suhu dan waktu
penyimpanan.
Warna buah
Warna buah manggis pada
manggis pada akhir
akhir penyimpanan
penyimpanan suhu 8 oC pada
suhu 13 oC perlakuan K2
pada perlakuan
K2
Warna buah
manggis pada
akhir
penyimpanan
suhu 20 oC
pada perlakuan
K2
57
J. Pendugaan Umur Simpan
Menurut Shewfelt (1987) dalam Dwiarsih (2009) menyatakan bahwa
masa simpan adalah batas waktu suatu produk untuk dapat mempertahankan
kualitas penerimaannya di bawah kondisi penyimpanan tertentu. Dalam
melakukan pendugaan umur simpan perlu dilakukan penentuan parameter kritis
dari dasil pengukuran objektif (pengukuran dengan alat) dan pengukuran
subjektif (berdasarkan uji organoleptik) terhadap perubahan mutu buah
manggis. Parameter yang menjadi tolak ukur konsumen untuk memilih buah
manggis adalah warna kulit, rasa dan kekerasan. Hal pertama yang dinilai oleh
konsumen dalam memilih suatu produk adalah penampilan yang dinilai secara
visual.
Penilaian visual pertama kali yang dilihat oleh konsumen adalah warna
kulit buah manggis, oleh karena itu warna kulit buah manggis dapat dijadikan
sebagai salah satu parameter mutu untuk menduga umur simpan buah manggis.
Perubahan warna kulit buah manggis disebabkan oleh perubahan pigmen warna
dari kulit buah manggis, oleh karena itu dilakukan pengukuran secara objektif
terhadap tingkat kecerahan, derajat kehijauan dan derajat kekuningan.
Tingkat kekerasan buah manggis antara lain disebabkan oleh penguapan
air pada sel-sel kulit manggis. Selain penguapan air, juga dipengaruhi oleh laju
respirasi yang cepat. Secara objektif tingkat kekerasan buah manggis diukur
dengan menggunakan Rheometer, sedangkan pengukuran subjektif diukur
dengan nilai skala hedonik yang didasarkan pada tingkat kemudahan konsumen
dalam membuka buah manggis.
Tingkat laju respirasi berpengaruh pada kecepatan metabolisme pada
daging buah yang ditunjukkan dengan perubahan nilai padatan terlarut.
Pengukuran laju respirasi dan nilai total padatan terlarut merupakan
pengukuran objektif pada daging buah manggis, sedangkan pengukuran secara
subjektif diukur dengan nilai skala hedonik terhadap rasa buah manggis.
Dari ketiga parameter tersebut, yang menunjukkan penurunan pertama
kali adalah nilai kekerasan baik pengukuran secara objektif maupun secara
subjektif. Kulit manggis yang sudah mengeras sulit untuk dibuka sehingga
menyebabkan konsumen mulai tidak menyukai kondisi buah manggis yang
58
seperti ini, walaupun rasa daging buah manggis didalamnya masih disukai oleh
konsumen.
Setelah menentukan parameter kritis, yaitu tingkat kekerasan maka untuk
mengetahui umur simpan ini dilakukan dengan menghubungkan antara
parameter mutu dalam uji organoleptik, yaitu kekerasan dengan nilai kekerasan
buah manggis yang diperoleh dari hasil pengukuran dengan menggunakan
Rheometer. Kemudian berdasarkan perhitungan dengan menggunakan model
matematis regresi linier pada Tabel 8, dapat diketahui bahwa suhu
penyimpanan mempengaruhi umur simpan buah manggis.
59
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Dalam penelitian ini digunakan dua jenis kemasan, yaitu peti kayu dan
keranjang plastik yang diberi sekat berupa styrofoam. Dari kedua jenis
kemasan tersebut pasca simulasi transportasi menunjukkan bahwa
kerusakan mekanis yang terjadi pada peti kayu bersekat styrofoam (K1)
sebesar 5.20 % dan pada keranjang plastik bersekat styrofoam (K2)
sebesar 3.57 %. Sehingga kedua jenis kemasan masih berpotensi
digunakan dalam distribusi buah manggis.
2. Berdasarkan ketiga suhu penyimpanan, yaitu 8 oC, 13 oC dan 20 oC yang
menunjukkan suhu penyimpanan yang baik bagi buah manggis (Garcinia
mangostana L.) adalah suhu penyimpanan 13 oC. Hal ini didasarkan pada
suhu penyimpanan 13 oC bernilai baik, yaitu untuk nilai kekerasan
(terendah) dan nilai dari keseluruhan parameter uji organoleptik
menunjukkan bahwa panelis lebih menyukai buah manggis yang disimpan
pada suhu tersebut.
3. Pendugaan umur simpan buah manggis segar dari beberapa parameter
mutu adalah sebagai berikut :
a. Pada suhu penyimpanan 8 oC, perlakuan peti kayu bersekat styrofoam
sebesar 16 hari, sedangkan pada perlakuan keranjang plastik bersekat
styrofoam sebesar 19 hari.
b. Pada suhu penyimpanan 13 oC, baik perlakuan peti kayu bersekat
styrofoam dan keranjang plastik bersekat styrofoam sebesar 26 hari.
c. Pada suhu penyimpanan 20 oC, perlakuan peti kayu bersekat styrofoam
sebesar 18 hari, sedangkan pada perlakuan keranjang plastik bersekat
styrofoam sebesar 20 hari.
60
B. Saran
1. Perlu dilakukan pengukuran secara langsung jarak transpotasi buah
manggis dari kelompok tani di daerah Leuwiliang sebagai pengumpul
kecil ke pengumpul besar di Jakarta.
2. Perlu dilakukan penelitian terhadap pengaruh RH ruang pendingin
terhadap sifat sifik dan umur simpan buah manggis.
3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap buah manggis yang
mengalami pengerasan bila disimpan pada jangka waktu yang lama.
Terutama pengamatan terhadap struktur buah manggis secara lebih detail
selama penyimpanan untuk mengetahui penyebab kekerasan tersebut.
61
DAFTAR PUSTAKA
62
http://www.htagrolink.moa.my/doa/bdc/fruits/manggis/manggis.html. diakses, 23
November 2008.
http://www.iptek.net.id/ind/warintek/?mnu=6&ttg=2&doc=2a14. diakses, 15 Mei
2009.
http://www.situshijau.co.id.Manggis. diakses, 23 November 2008.
http://www.wikipedia.com. diakses, 4 September 2008.
Kusumah, E.S. 2007. Pengaruh Berbagai Jenis Kemasan dan Suhu Penyimpanan
Terhadap Perubahan Mutu Fisik Mentimun (Cucumis sativus L.) Selama
Transportasi. Skripsi. Departemen Teknik PErtanian, IPB, Bogor.
Leksono. 2008. Kajian Umur Simpan Saeo Sukatali ST1 Pada Penyimpanan Suhu
Dingin. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Lili. 1997. Memperlajari Model Kemasan Buah Manggis (Garcinia mangostana
L.) dengan Modified Atmosphere. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian,
Institut Pertanian Bogor.
Mahmudah. 2008. Memperpanjang Umur Simpan Buah Manggis Segar (Garcinia
mangostana L.) Dengan Kombinasi Proses Pre-Cooling, Pelilinan, Stretch
Film Single Wrapping Pada Penyimpanan Dingin 5oC. Skripsi. Fakultas
Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Muliansyah. 2004. Kajian Penyimpanan Buah Manggis (Garcinia mangostana L.)
Terolah Minimal Dalam Kemasan Atmosfer Termodifikasi. Tesis. Fakultas
Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Muthmainnah. 2008. Mutu Fisik Sawo (Achras zapota L.) Dalam Kemasan Pada
Simulasi Transportasi. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian, Institut
Pertanian Bogor.
Namuco, LO. 1999. Go Global, Grow Royal Fruits of The Tropics. SEAMEO
SEARCA, College, Los Banos Phillipines.
Pamungkas. 2003. Penanganan Pasca Panen Buah Manggis (Garcinia
mangostana L.) Menggunakan Giberelin. Skripsi. Fakultas Teknologi
Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Pantastico, Er. B., et. al. 1986. Fisiologi Pasca Panen Penanganan dan
Pemanfaatan Buah-buahan dan Sayur-sayuran Tropika dan Subtropika.
Universitas Gajah Mada Press. Yogyakarta.
63
Prajawati. 2006. Pengaruh Teknik Pengemasan dan perlakuan Prakemas Terhadap
Laju Penurunan Parameter Mutu Buah Tomat selama Transportasi. Skripsi.
Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
PT. Agung Mustika Selaras. 2007. Standar Operasional Prosedur Manggis
(Garcinia mangostana L.). Pusat Kajian Buah-buahan Tropika, LPPM IPB.
Bogor.
Qanytah. 2004. Kajian Perubahan Mutu Buah Manggis (Garcinia mangostana L.)
Dengan Perlakuan Precooling dan Penggunaan Giberelin Selama
Penyimpanan. Tesis. Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Ramadhan, W. 2003. Pengaruh Pra-Pendinginan dan Suhu Penyimpanan
Terhadap Mutu Buah Manggis (Garcinia mangostana L.). Skripsi. Fakultas
Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Rizaldy. 2008. Pendugaan Sifat Fisiologis Buah Manggis (Garcinia mangostana
L.) Pada Kombinasi Perlakuan Precooling, Pelilinan dan Pengemasan
Stretch Film Single Wrapping Selama Penyimpanan Menggunakan Jaringan
Syaraf Tiruan (Artificial Neural Network). Skripsi. Fakultas Teknologi
Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Satuhu, S. 1993. Penanganan dan Pengolahan Buah. Jakarta : Penebar Swadaya.
Satuhu, S. 1997. Penanganan Manggis Segar Untuk Ekspor. Jakarta : Penebar
Swadaya.
Timor. 2008. Strategi Pengembangan Ekspor Manggis (Garcinia mangostana L.)
Pada PT. Agroindo Usaha Jaya Di Pasanggrahan, Jakarta Selatan. Skripsi.
Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Tubagus, M. 1993. Mempelajari Penyimpanan Brokoli (Brassica oleracea L. var
italica) dan kembang kol (Brassica oleracea L. var botrytis) dengan
modified atmosfir. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian
Bogor.
Widiastuti, R. 2006. Studi Memperpanjang Daya Simpan Buah Manggis
(Garcinia mangostana L.) Dengan Pelilinan. Skripsi. Fakultas Pertanian,
Institut Pertanian Bogor.
64
LAMPIRAN
Lampiran 1. Konversi angkutan truk berdasarkan data Lembaga Uji
Konstruksi BPPT 1986 (Soedibyo, 1992 dalam Muthmainnah
2008).
Bila alat simulasi dengan goncangan vertikal digunakan dalam 1 jam, maka
jarak yang ditempuh adalah :
Dimana :
x = jumlah luas seluruh getaran vibration (cm2/jam)
z = jumlah luas seluruh getaran bak truk (cm2/jam)
y = jarak yang ditempuh oleh truk (km)
Data pengukuran goncangan truk :
Lembaga uji konstruksi BPPT tahun 1986 telah mengukur goncangan truk
yang diiisi 80% penuh dengan kecepatan 60 km/jam dalam dan luar kota dan 30
km/jam untuk jalan buruk (aspal). Hasil pengukuran dapat dilihat pada Tabel 9
terhadap goncangan truk pada berbagai keadaan.
66
Lampiran 1. Konversi angkutan truk berdasarkan data Lembaga Uji
Konstruksi BPPT 1986 (Soedibyo, 1992 dalam Muthmainnah
2008) (lanjutan).
Asumsi :
1. Kecepatan truk di jalan dalam dan luar kota 60 km/jam, sedangkan di jalan
buruk (aspal) dan buruk (berbatu) 30 km/jam.
2. Frekuensi getaran bak truk 1.442 Hz
∑ (Ni )
i
P=
(1 × 3.9) + (500 × 3.6) + (1000 × 3.3) + ... + (4500 × 1.3) + (5000 × 0.1)
1 + 500 + 1000 + ... + 4500 + 5000
= 1.742 cm
Diketahui frekuensi bak truk = 1.442 Hz
1 1
Maka : T = = = 0.693 detik / getaran
f 1.422
2π 2π
W= = = 9.062 getaran / detik
T 0.6935
Luas siklus getaran bak truk di jalan luar kota
0 . 693
= 1.742 ⎡ 1 ⎤
−
⎢⎣ 9 . 062 cos ( 9 . 062 T ) ⎥⎦
0
67
Lampiran 1. Konversi angkutan truk berdasarkan data Lembaga Uji
Konstruksi BPPT 1986 (Soedibyo, 1992 dalam Muthmainnah
2008) (lanjutan).
⎡ 1 ⎤
= 1.742 ⎢− (cos (9.062 × 0.693) − (cos(9.062 × 0))⎥
⎣ 9.062 ⎦
⎡ 1 ⎤
− (0.994 − 1)⎥
= 1.742 ⎢ 9.062
⎢ ⎥
⎣ ⎦
= 0.00115 cm2/getaran
Jumlah luas seluruh getaran bak truk jalan luar kota selama 0.5 jam
det ik getaran
= 30 menit x 60 x 1.442 x 0.00115 cm2/getaran
menit det ik
= 2.985 cm2
68
Lampiran 1. Konversi angkutan truk berdasarkan data Lembaga Uji
Konstruksi BPPT 1986 (Soedibyo, 1992 dalam Muthmainnah
2008) (lanjutan).
= 3.69 ⎡ 1 ⎤
−
⎢⎣ 20.737 cos ( 20.737 T )⎥
⎦ 0
⎡ 1 ⎤
= 3.69 ⎢− (cos ( 20.737 × 0.303 ) − (cos( 20.737 × 0))⎥
⎣ 20.737 ⎦
⎡ 1 ⎤
= 3.69 ⎢− (0.994 − 1)⎥
⎣ 20.737 ⎦
= 1.068 x 10-3 cm2/getaran
Jumlah seluruh getaran selama 1 jam
menit det ik getaran
=1 jam x 60 x 60 x 3.297 = 11869.2 getaran / jam
jam menit det ik
Jumlah luas seluruh getaran selama 1 jam
= 11869.2 getaran / jam x 1.068 x 10-3 cm2/getaran
= 12.678 cm2/jam
69
Lampiran 1. Konversi angkutan truk berdasarkan data Lembaga Uji
Konstruksi BPPT 1986 (Soedibyo, 1992 dalam Muthmainnah
2008) (lanjutan).
Berdasarkan konversi angkutan truk selama 0.5 jam 30 km, maka simulasi
pengangkutan dengan truk selama 1 jam di jalan luar kota
jumlah luas seluruh getaran selama 1 jam
= x setara panjang jalan
jumlah getaran bak truk
12.678 cm2 / 1 jam
= x 30 km
2.985 cm 2 / 0.5 jam
= 63.7085 km
Karena dilakukan selama 2 jam maka panjang jalan = 2 x 63.7085 km = 126.8222
km = 127 km.
70
Lampiran 2. Persentase susut bobot (%) buah manggis pada perlakuan dua
jenis kemasan selama penyimpanan.
Suhu penyimpanan 8 oC
Keranjang Plastik Peti Kayu
Waktu (hari
ke-) Ulangan 1 Ulangan 2 Rataan Ulangan 1 Ulangan 2 Rataan
(%) (%) (%) (%) (%) (%)
0 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
3 0.01 0.05 0.03 0.27 0.37 0.32
6 0.02 0.10 0.06 0.29 0.42 0.35
9 0.02 0.13 0.08 0.30 0.43 0.37
12 0.03 0.14 0.09 0.31 0.44 0.38
15 0.04 0.20 0.12 0.36 0.52 0.44
18 0.05 0.63 0.34 0.44 0.75 0.60
21 0.05 0.85 0.45 0.47 1.15 0.81
24 0.06 0.95 0.51 0.48 1.23 0.85
27 0.08 0.95 0.52 0.51 1.24 0.88
Suhu penyimpanan 13 oC
Keranjang Plastik Peti Kayu
Waktu (hari
ke-) Ulangan 1 Ulangan 2 Rataan Ulangan 1 Ulangan 2 Rataan
(%) (%) (%) (%) (%) (%)
0 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
3 0.22 0.54 0.38 0.24 0.43 0.34
6 0.29 0.64 0.47 0.31 0.56 0.44
9 0.30 0.71 0.50 0.32 0.62 0.47
12 0.35 0.72 0.53 0.43 0.66 0.54
15 0.37 0.94 0.65 0.51 0.81 0.66
18 0.52 1.03 0.77 0.63 0.91 0.77
21 0.63 1.12 0.87 0.68 1.07 0.87
24 0.70 1.18 0.94 0.81 1.24 1.03
27 0.75 1.22 0.99 0.82 1.33 1.08
30 0.80 1.39 1.10 0.85 1.56 1.21
71
Lampiran 2. Persentase susut bobot (%) buah manggis pada perlakuan dua
jenis kemasan selama penyimpanan (lanjutan).
Suhu penyimpanan 20 oC
Keranjang Plastik Peti Kayu
Waktu (hari
ke-) Ulangan 1 Ulangan 2 Rataan Ulangan 1 Ulangan 2 Rataan
(%) (%) (%) (%) (%) (%)
0 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
3 0.42 0.08 0.25 0.08 0.74 0.41
6 0.55 0.30 0.43 0.25 0.92 0.59
9 0.74 0.50 0.62 0.36 1.07 0.72
12 0.83 0.65 0.74 0.49 1.25 0.87
15 1.00 0.82 0.91 0.79 1.45 1.12
18 1.32 1.02 1.17 0.95 1.59 1.27
21 1.47 1.29 1.38 1.74 1.70 1.72
24 1.66 1.63 1.64 1.20 1.93 1.57
27 1.47 2.13 1.80 2.60 1.80 2.20
72
Lampiran 3. Analisis ragam persentase susut bobot (%) buah manggis pada
perlakuan dua jenis kemasan selama penyimpanan.
73
Lampiran 4. Nilai kekerasan (kgf) buah manggis pada perlakuan dua jenis
kemasan selama penyimpanan.
Suhu penyimpanan 8 oC
Keranjang Plastik Peti Kayu
Waktu (hari
ke-) Ulangan 1 Ulangan 2 Rataan Ulangan 1 Ulangan 2 Rataan
(kgf) (kgf) (kgf) (kgf) (kgf) (kgf)
0 0.87 0.60 0.73 0.85 0.69 0.77
3 1.59 0.96 1.27 0.98 0.86 0.92
6 1.54 0.86 1.20 1.23 0.82 1.03
9 0.74 1.31 1.02 1.02 0.99 1.00
12 0.97 0.68 0.83 0.97 0.79 0.88
15 1.13 0.82 0.97 0.80 0.80 0.80
18 0.75 0.93 0.84 0.94 1.32 1.13
21 1.40 1.06 1.23 2.96 1.42 2.19
24 1.95 2.64 2.30 1.99 2.89 2.44
27 2.37 5.62 3.99 3.69 5.07 4.38
Suhu penyimpanan 13 oC
Keranjang Plastik Peti Kayu
Waktu (hari
ke-) Ulangan 1 Ulangan 2 Rataan Ulangan 1 Ulangan 2 Rataan
(kgf) (kgf) (kgf) (kgf) (kgf) (kgf)
0 0.83 0.68 0.76 1.04 0.87 0.95
3 0.88 0.82 0.85 0.92 0.85 0.89
6 0.88 0.76 0.82 1.15 0.90 1.02
9 0.60 0.95 0.78 0.90 0.84 0.87
12 0.81 0.60 0.71 1.04 0.74 0.89
15 0.72 0.75 0.74 0.63 0.83 0.73
18 0.78 0.64 0.71 0.94 0.79 0.86
21 0.64 0.66 0.65 1.04 0.89 0.96
24 0.89 0.75 0.82 0.77 1.29 1.03
27 1.04 1.72 1.38 1.08 1.83 1.46
30 1.53 1.69 1.61 1.01 2.56 1.78
74
Lampiran 4. Perubahan nilai kekerasan (kgf) buah manggis pada perlakuan
dua jenis kemasan selama penyimpanan (lanjutan).
Suhu penyimpanan 20 oC
Keranjang Plastik Peti Kayu
Waktu (hari
ke-) Ulangan 1 Ulangan 2 Rataan Ulangan 1 Ulangan 2 Rataan
(kgf) (kgf) (kgf) (kgf) (kgf) (kgf)
0 0.50 0.60 0.55 1.10 0.48 0.79
3 0.71 0.97 0.84 1.00 0.75 0.88
6 0.78 0.73 0.75 0.86 0.86 0.86
9 0.69 0.86 0.77 0.79 1.25 1.02
12 0.93 0.69 0.81 1.05 0.70 0.87
15 0.80 0.86 0.83 0.68 0.90 0.79
18 1.71 0.70 1.20 0.82 1.74 1.28
21 0.85 1.29 1.07 1.74 1.75 1.75
24 2.68 1.70 2.19 2.82 1.84 2.33
27 2.76 3.25 3.01 3.81 2.81 3.31
75
Lampiran 5. Analisis ragam nilai kekerasan (kgf) buah manggis pada
perlakuan dua jenis kemasan selama penyimpanan.
76
Lampiran 6. Nilai total padatan terlarut (oBrix) buah manggis pada
perlakuan dua jenis kemasan selama penyimpanan.
Suhu penyimpanan 8 oC
Keranjang Plastik Peti Kayu
Waktu (hari Ulangan
ke-) Ulangan 1 Ulangan 2 Rataan Ulangan 1 Rataan
2
(oBrix) (oBrix) (oBrix) (oBrix) o (oBrix)
( Brix)
0 14.65 18.40 16.53 15.15 19.10 17.13
3 18.15 17.00 17.58 18.95 17.50 18.23
6 19.75 17.50 18.63 18.05 17.40 17.73
9 15.70 17.55 16.63 17.50 18.35 17.93
12 16.60 16.50 16.55 19.20 17.00 18.10
15 16.40 15.90 16.15 18.20 17.80 18.00
18 16.50 20.00 18.25 16.40 18.00 17.20
21 18.55 15.50 17.03 15.60 18.15 16.88
24 16.30 16.30 16.30 16.65 15.80 16.23
27 15.25 13.30 14.28 18.10 15.80 16.95
Suhu penyimpanan 13 oC
Keranjang Plastik Peti Kayu
Waktu (hari
ke-) Ulangan 1 Ulangan 2 Rataan Ulangan 1 Ulangan 2 Rataan
(oBrix) (oBrix) (oBrix) (oBrix) (oBrix) (oBrix)
0 13.75 17.40 15.58 17.45 16.55 17.00
3 17.15 17.30 17.23 18.60 17.55 18.08
6 16.25 17.20 16.73 17.85 15.30 16.58
9 15.10 15.75 15.43 17.00 15.75 16.38
12 18.05 16.05 17.05 16.05 14.30 15.18
15 19.00 14.65 16.83 18.50 15.50 17.00
18 15.55 14.10 14.83 18.30 14.65 16.48
21 17.70 14.15 15.93 14.55 16.70 15.63
24 17.50 14.60 16.05 19.00 16.55 17.78
27 16.80 16.45 16.63 15.40 16.00 15.70
30 14.90 15.00 14.95 15.80 15.55 15.68
77
Lampiran 6. Nilai total padatan terlarut (oBrix) buah manggis pada
perlakuan dua jenis kemasan selama penyimpanan (lanjutan).
Suhu penyimpanan 20 oC
Keranjang Plastik Peti Kayu
Waktu (hari
ke-) Ulangan 1 Ulangan 2 Rataan Ulangan 1 Ulangan 2 Rataan
o
( Brix) (oBrix) (oBrix) (oBrix) (oBrix) (oBrix)
0 18.80 14.80 16.80 17.15 15.15 16.15
3 18.95 15.80 17.38 20.30 16.85 18.58
6 14.05 16.90 15.48 18.45 17.00 17.73
9 17.25 18.15 17.70 17.90 13.90 15.90
12 17.40 14.65 16.03 16.90 16.20 16.55
15 17.85 14.65 16.25 17.00 14.90 15.95
18 18.15 17.25 17.70 16.25 16.70 16.48
21 16.35 13.90 15.13 16.65 16.00 16.33
24 16.40 12.95 14.68 15.20 16.40 15.80
27 12.80 13.85 13.33 14.30 14.55 14.43
78
Lampiran 7. Analisis ragam nilai total padatan terlarut (oBrix) buah
manggis pada perlakuan dua jenis kemasan selama
penyimpanan.
79
Lampiran 8. Laju respirasi CO2 (ml.kg-1.jam-1) dan O2 (ml.kg-1.jam-1) buah manggis pada perlakuan dua jenis kemasan selama
penyimpanan.
Suhu penyimpanan 8 oC
Keranjang Plastik Peti Kayu Keranjang Plastik Peti Kayu
Ulangan Ulangan Ulangan Ulangan Ulangan Ulangan Ulangan Ulangan
Waktu Rataan Rataan Rataan Rataan
1 2 1 2 1 2 1 2
(jam
ke-) CO2 CO2 CO2 CO2 CO2 CO2 O2 O2 O2 O2 O2 O2
(ml.CO2/ (ml.CO2/ (ml.CO2/k (ml.CO2/ (ml.CO2/ (ml.CO2/k (ml.O2/ (ml.O2/ (ml.O2/ (ml.O2/ (ml.O2/ (ml.O2/
kg.jam) kg.jam) g.jam) kg.jam) kg.jam) g.jam) kg.jam) kg.jam) kg.jam) kg.jam) kg.jam) kg.jam)
0 6.95 1.42 4.19 7.46 10.41 8.94 5.72 7.86 6.79 7.22 6.94 7.08
4 7.24 1.57 4.41 7.22 10.55 8.89 13.34 4.72 9.03 13.24 6.25 9.75
8 7.05 5.50 6.28 7.34 6.94 7.14 4.76 3.93 4.35 6.02 2.08 4.05
12 4.95 3.62 4.29 5.54 4.72 5.13 6.67 3.3 4.99 4.82 2.43 3.63
16 5.14 2.99 4.07 4.33 4.37 4.35 5.72 3.15 4.44 3.61 3.47 3.54
20 4.19 3.07 3.63 3.37 3.68 3.53 3.81 3.93 3.87 4.82 4.17 4.50
24 5.53 2.99 4.26 4.33 3.89 4.11 5.72 4.72 5.22 6.02 4.86 5.44
32 1.43 2.44 1.94 1.93 2.64 2.29 9.05 3.93 6.49 4.21 4.86 4.54
40 3.72 3.22 3.47 3.85 3.26 3.56 2.38 3.54 2.96 8.43 4.51 6.47
48 3.05 2.28 2.67 2.89 2.85 2.87 2.86 3.93 3.40 2.41 4.17 3.29
60 3.05 2.62 2.84 3.05 2.82 2.94 3.18 3.93 3.56 2.41 4.63 3.52
80
Lampiran 8. Laju respirasi CO2 (ml.kg-1.jam-1) dan O2 (ml.kg-1.jam-1) buah manggis pada perlakuan dua jenis kemasan selama
penyimpanan (lanjutan).
81
Lampiran 8. Laju respirasi CO2 (ml.kg-1.jam-1) dan O2 (ml.kg-1.jam-1) buah manggis pada perlakuan dua jenis kemasan selama
penyimpanan (lanjutan).
82
Lampiran 8. Laju respirasi CO2 (ml.kg-1.jam-1) dan O2 (ml.kg-1.jam-1) buah manggis pada perlakuan dua jenis kemasan selama
penyimpanan (lanjutan).
Suhu penyimpanan 13 oC
Keranjang Plastik Peti Kayu Keranjang Plastik Peti Kayu
Ulangan Ulangan Ulangan Ulangan Ulangan Ulangan Ulangan Ulangan
Waktu Rataan Rataan Rataan Rataan
1 2 1 2 1 2 1 2
(jam
ke-) CO2 CO2 CO2 CO2 CO2 CO2 O2 O2 O2 O2 O2 O2
(ml.CO2/ (ml.CO2/ (ml.CO2/k (ml.CO2/ (ml.CO2/ (ml.CO2/k (ml.O2/ (ml.O2/ (ml.O2/ (ml.O2/ (ml.O2/ (ml.O2/
kg.jam) kg.jam) g.jam) kg.jam) kg.jam) g.jam) kg.jam) kg.jam) kg.jam) kg.jam) kg.jam) kg.jam)
0 9.18 14.94 12.06 11.65 14.59 13.12 11.1 11.43 11.27 12.44 18.01 15.23
4 7.67 8.69 8.18 10.18 15.49 12.84 12.11 12.2 12.16 16.97 12.61 14.79
8 9.28 11.59 10.44 11.76 10.99 11.38 10.09 7.62 8.86 11.31 5.4 8.36
12 5.85 8.38 7.12 10.63 8.47 9.55 5.05 1.52 3.29 9.05 0.9 4.98
16 6.26 8.23 7.25 9.27 7.57 8.42 6.06 7.62 6.84 7.92 9.01 8.47
20 6.06 7.62 6.84 8.37 7.03 7.70 7.06 6.86 6.96 5.66 8.11 6.89
24 6.26 6.71 6.49 9.05 6.85 7.95 9.08 8.38 8.73 11.31 9.01 10.16
32 2.93 5.56 4.25 5.20 5.67 5.44 5.55 7.62 6.59 8.48 7.21 7.85
40 5.85 6.40 6.13 7.13 7.66 7.40 4.54 8 6.27 6.22 9.46 7.84
48 5.25 5.79 5.52 6.79 6.12 6.46 5.05 7.24 6.15 5.66 7.66 6.66
60 5.11 5.95 5.53 6.26 6.06 6.16 5.05 6.86 5.96 7.16 8.11 7.64
72 4.64 6.10 5.37 4.15 6.55 5.35 5.38 8.89 7.14 5.66 9.01 7.34
88 4.94 5.49 5.22 6.05 5.58 5.82 5.8 6.48 6.14 6.79 7.21 7.00
83
Lampiran 8. Laju respirasi CO2 (ml.kg-1.jam-1) dan O2 (ml.kg-1.jam-1) buah manggis pada perlakuan dua jenis kemasan selama
penyimpanan (lanjutan).
84
Lampiran 8. Laju respirasi CO2 (ml.kg-1.jam-1) dan O2 (ml.kg-1.jam-1) buah manggis pada perlakuan dua jenis kemasan selama
penyimpanan (lanjutan).
85
Lampiran 8. Laju respirasi CO2 (ml.kg-1.jam-1) dan O2 (ml.kg-1.jam-1) buah manggis pada perlakuan dua jenis kemasan selama
penyimpanan (lanjutan).
Suhu penyimpanan 20 oC
Keranjang Plastik Peti Kayu Keranjang Plastik Peti Kayu
Ulangan Ulangan Ulangan Ulangan Ulangan Ulangan Ulangan Ulangan
Waktu Rataan Rataan Rataan Rataan
1 2 1 2 1 2 1 2
(jam
ke-) CO2 CO2 CO2 CO2 CO2 CO2 O2 O2 O2 O2 O2 O2
(ml.CO2/ (ml.CO2/ (ml.CO2/k (ml.CO2/ (ml.CO2/ (ml.CO2/k (ml.O2/ (ml.O2/ (ml.O2/ (ml.O2/ (ml.O2/ (ml.O2/
kg.jam) kg.jam) g.jam) kg.jam) kg.jam) g.jam) kg.jam) kg.jam) kg.jam) kg.jam) kg.jam) kg.jam)
0 14.50 19.53 17.02 14.27 20.30 17.29 18.25 13.31 15.78 20.95 18.63 19.79
4 13.18 18.55 15.87 14.97 20.12 17.55 9.98 14.9 12.44 20.28 16.86 18.57
8 14.60 17.31 15.96 14.37 18.63 16.50 17.24 10.65 13.95 19.95 12.11 16.03
12 15.61 15.53 15.57 15.76 20.12 17.94 14.97 4.66 9.82 16.22 7.1 11.66
16 16.22 13.31 14.77 15.16 21.23 18.20 15.21 11.54 13.38 15.96 12.11 14.04
20 14.60 11.98 13.29 10.78 20.02 15.40 9.98 13.97 11.98 16.22 12.43 14.33
24 17.03 12.87 14.95 14.77 19.84 17.31 19.95 13.04 16.50 20.28 13.31 16.80
32 11.77 10.06 10.92 13.38 10.03 11.71 14.97 11.18 13.08 17.74 11.09 14.42
40 11.37 11.27 11.32 13.79 12.07 12.93 8.48 12.11 10.30 15.21 14.64 14.93
48 9.58 8.29 8.94 13.38 8.88 11.13 11.47 9.78 10.63 14.7 11.09 12.90
60 8.65 10.18 9.42 10.27 10.71 10.49 9.31 11.49 10.40 9.46 12.72 11.09
72 6.19 11.86 9.03 9.33 6.51 7.92 7.65 14.9 11.28 11.83 9.17 10.50
88 6.14 9.87 8.01 10.44 8.88 9.66 7.23 10.24 8.74 12.93 9.98 11.46
86
Lampiran 8. Laju respirasi CO2 (ml.kg-1.jam-1) dan O2 (ml.kg-1.jam-1) buah manggis pada perlakuan dua jenis kemasan selama
penyimpanan (lanjutan).
87
Lampiran 8. Laju respirasi CO2 (ml.kg-1.jam-1) dan O2 (ml.kg-1.jam-1) buah manggis pada perlakuan dua jenis kemasan selama
penyimpanan (lanjutan).
88
Lampiran 9. Perubahan konsentrasi CO2 (%) dan O2 (%) buah manggis pada
perlakuan dua jenis kemasan selama penyimpanan.
Suhu penyimpanan 8 oC
Keranjang Plastik Peti Kayu Keranjang Plastik Peti Kayu
Waktu
Ulangan Ulangan Ulangan Ulangan Ulangan Ulangan Ulangan Ulangan
(jam
1 2 1 2 1 2 1 2
ke-)
CO2 (%) CO2 (%) CO2 (%) CO2 (%) O2 (%) O2 (%) O2 (%) O2 (%)
0 0.73 0.18 0.62 1.50 20.4 20.0 20.4 20.0
4 0.76 0.20 0.60 1.52 19.6 20.4 19.9 20.1
8 0.74 0.70 0.61 1.00 20.5 20.5 20.5 20.7
12 0.52 0.46 0.46 0.68 20.3 20.6 20.6 20.7
16 0.54 0.38 0.36 0.63 20.4 20.6 20.7 20.5
20 0.44 0.39 0.28 0.53 20.6 20.5 20.6 20.4
24 0.58 0.38 0.36 0.56 20.4 20.4 20.5 20.3
32 0.30 0.62 0.32 0.76 19.1 20.0 20.3 19.6
40 0.78 0.82 0.64 0.94 20.5 20.1 19.6 19.7
48 0.64 0.58 0.48 0.82 20.4 20.0 20.6 19.8
60 0.96 1.00 0.76 1.22 20.0 19.5 20.4 19.0
72 1.04 1.10 0.64 1.42 19.9 19.2 20.0 18.7
88 1.44 1.32 1.15 1.52 19.4 19.3 19.7 18.4
104 1.30 1.38 1.04 1.82 19.3 18.8 19.6 17.8
113 2.00 1.08 1.24 1.64 19.0 19.5 19.0 18.9
137 2.26 1.94 1.78 2.56 18.5 18.1 18.6 16.7
161 2.46 2.26 1.68 2.70 18.9 19.0 19.6 17.2
185 2.36 2.40 1.62 3.00 18.7 18.2 19.5 17.1
209 2.16 2.08 1.86 3.18 18.5 18.1 19.2 17.2
233 2.80 2.32 2.08 3.08 18.6 18.2 19.4 16.9
257 2.32 2.74 1.74 3.15 19.4 17.4 20.0 17.0
281 2.50 2.36 1.82 3.22 18.9 18.1 19.5 17.3
305 2.28 2.74 1.52 3.24 18.6 17.0 19.3 16.5
329 2.50 1.78 1.72 2.56 18.4 18.5 19.2 17.6
353 2.96 1.96 2.00 3.06 18.5 17.6 19.4 16.4
377 2.44 1.80 1.88 2.62 19.0 18.1 19.5 17.3
401 2.38 1.68 1.70 2.50 18.9 18.3 19.7 17.0
425 2.66 1.68 1.94 2.38 18.5 18.3 19.8 17.4
89
Lampiran 9. Perubahan konsentrasi CO2 (%) dan O2 (%) buah manggis pada
perlakuan dua jenis kemasan selama penyimpanan (lanjutan).
Suhu penyimpanan 13 oC
Keranjang Plastik Peti Kayu Keranjang Plastik Peti Kayu
Waktu
Ulangan Ulangan Ulangan Ulangan Ulangan Ulangan Ulangan
(jam Ulangan 1
1 2 2 1 2 1 2
ke-)
CO2 (%) CO2 (%) CO2 (%) CO2 (%) O2 (%) O2 (%) O2 (%) O2 (%)
0 0.91 1.96 1.03 1.62 19.9 19.5 19.9 19.0
4 0.76 1.14 0.90 1.72 19.8 19.4 19.5 19.6
8 0.92 1.52 1.04 1.22 20.0 20.0 20.0 20.4
12 0.58 1.10 0.94 0.94 20.5 20.8 20.2 20.9
16 0.62 1.08 0.82 0.84 20.4 20.0 20.3 20.0
20 0.60 1.00 0.74 0.78 20.3 20.1 20.5 20.1
24 0.62 0.88 0.80 0.76 20.1 19.9 20.0 20.0
32 0.58 1.46 0.92 1.26 19.9 19.0 19.5 19.4
40 1.16 1.68 1.26 1.70 20.1 18.9 19.9 18.9
48 1.04 1.52 1.20 1.36 20.0 19.1 20.0 19.3
60 1.52 2.34 1.66 2.02 19.5 18.3 19.1 18.3
72 1.38 2.40 1.10 2.18 19.4 17.5 19.5 18.0
88 1.96 2.88 2.14 2.48 18.7 17.6 18.6 17.8
104 1.88 3.12 2.18 2.54 19.0 16.7 18.5 17.1
113 2.02 2.04 2.53 1.84 19.5 18.8 17.0 18.7
137 3.42 3.58 3.58 3.20 17.5 16.1 17.4 16.4
161 2.86 4.16 3.18 3.56 18.5 16.0 18.0 16.0
90
Lampiran 9. Perubahan konsentrasi CO2 (%) dan O2 (%) buah manggis pada
perlakuan dua jenis kemasan selama penyimpanan (lanjutan).
Suhu penyimpanan 20 oC
Keranjang Plastik Peti Kayu Keranjang Plastik Peti Kayu
Waktu
Ulangan Ulangan Ulangan Ulangan Ulangan Ulangan Ulangan
(jam Ulangan 1
1 2 2 1 2 1 2
ke-)
CO2 (%) CO2 (%) CO2 (%) CO2 (%) O2 (%) O2 (%) O2 (%) O2 (%)
0 1.43 2.20 1.43 2.18 19.2 19.5 18.9 19.0
4 1.30 2.09 1.50 2.16 20.0 19.4 19.0 19.1
8 1.44 1.95 1.44 2.00 19.3 19.8 19.0 19.7
91
Lampiran 9. Perubahan konsentrasi CO2 (%) dan O2 (%) buah manggis pada
perlakuan dua jenis kemasan selama penyimpanan (lanjutan).
92
Lampiran 9. Perubahan konsentrasi CO2 (%) dan O2 (%) buah manggis pada
perlakuan dua jenis kemasan selama penyimpanan (lanjutan).
93
Lampiran 10. Analisis ragam laju respirasi CO2 (ml.kg-1.jam-1) dan O2 (ml.kg-1.jam-1) buah manggis pada perlakuan dua jenis
kemasan selama penyimpanan.
94
Lampiran 10. Analisis ragam laju respirasi CO2 (ml.kg-1.jam-1) dan O2 (ml.
kg-1.jam-1) buah manggis pada perlakuan dua jenis kemasan
selama penyimpanan (lanjutan).
Pengaruh jenis kemasan terhadap laju respirasi CO2 dan O2 buah manggis
Jenis Kemasan Laju Respirasi CO2 Laju Respirasi O2
Peti Kayu 7.4362a 8.3063a
Keranjang Plastik 7.2290a 7.6060b
Pengaruh suhu penyimpanan terhadap laju respirasi CO2 dan O2 buah manggis
Suhu (oC) Laju Respirasi CO2 Laju Respirasi O2
8 3.8613c 4.5885c
13 6.4640b 8.0175b
20 11.7775a 11.2625a
Pengaruh waktu penyimpanan terhadap laju respirasi CO2 dan O2 buah manggis
Waktu (hari ke-) Laju Respirasi CO2 Laju Respirasi O2
0 5.565b 12.655a
3 7.821ab 6.988b
6 8.695ab 9.875ab
9 6.842ab 6.021b
12 6.504ab 5.703b
15 6.617ab 7.622ab
18 6.595ab 6.563b
21 7..230ab 7.992ab
24 8.129ab 7.101b
27 9.678a 9.044ab
Keterangan :
Angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak adanya pengaruh dan
perbedaan nyata pada DMRT 5%
Angka yang diikuti huruf yang berbeda menunjukkan adanya pengaruh dan
perbedaan nyata pada DMRT 5%
95
Lampiran 11. Hasil uji organoleptik tingkat kesukaan terhadap warna kulit
buah manggis pada perlakuan dua jenis kemasan selama
penyimpanan.
Suhu penyimpanan 8 oC
Waktu Keranjang Plastik Peti Kayu
(hari
ke-) Ulangan 1 Ulangan 2 Rataan Ulangan 1 Ulangan 2 Rataan
3 6.6 5.8 6.2 6.6 5.8 6.2
6 5.4 6.2 5.8 5.0 5.8 5.4
9 6.4 4.2 5.3 6.4 4.2 5.3
12 5.4 5.4 5.4 5.3 5.2 5.3
15 5.8 6.4 6.1 5.2 6.2 5.7
18 5.0 5.4 5.2 4.8 5.1 5.0
21 4.2 5.3 4.8 4.4 4.5 4.5
24 3.2 4.2 3.7 3.4 3.2 3.3
27 2.6 4.5 3.6 3.8 3.0 3.4
Nilai rata-rata keseluruhan 5.1 4.9
Suhu penyimpanan 13 oC
Waktu Keranjang Plastik Peti Kayu
(hari
ke-) Ulangan 1 Ulangan 2 Rataan Ulangan 1 Ulangan 2 Rataan
3 6.8 5.8 6.3 6.4 5.8 6.1
6 5.2 6.2 5.7 6.2 5.2 5.7
9 6.6 5.2 5.9 5.8 5.2 5.5
12 4.8 5.4 5.1 4.4 5.4 4.9
15 5.6 6.2 5.9 5.0 6.2 5.6
18 4.8 6.2 5.5 5.0 5.6 5.3
21 5.6 5.6 5.6 5.6 4.6 5.1
24 5.6 4.6 5.1 4.8 4.4 4.6
27 4.4 5.0 4.7 4.8 4.5 4.7
30 3.0 4.5 3.8 3.0 3.6 3.3
Nilai rata-rata keseluruhan 5.4 5.1
96
Lampiran 11. Hasil uji organoleptik tingkat kesukaan terhadap warna kulit
buah manggis pada perlakuan dua jenis kemasan selama
penyimpanan (lanjutan).
Suhu penyimpanan 20 oC
Waktu Keranjang Plastik Peti Kayu
(hari
ke-) Ulangan 1 Ulangan 2 Rataan Ulangan 1 Ulangan 2 Rataan
3 6.6 5.8 6.2 6.8 5.5 6.2
6 6.0 5.8 5.9 6.0 5.4 5.7
9 6.2 5.4 5.8 5.6 5.2 5.4
12 5.4 6.4 5.9 5.6 5.4 5.5
15 5.0 6.0 5.5 5.0 5.5 5.3
18 5.3 5.8 5.6 4.8 4.8 4.8
21 3.8 3.8 3.8 2.8 3.8 3.3
24 2.4 3.6 3.0 3.4 3.4 3.4
27 3.1 3.4 3.3 3.2 2.8 3.0
Nilai rata-rata keseluruhan 5.0 4.7
97
Lampiran 12. Hasil uji organoleptik tingkat kesukaan terhadap kesegaran
kelopak buah manggis pada perlakuan dua jenis kemasan
selama penyimpanan.
Suhu penyimpanan 8 oC
Waktu Keranjang Plastik Peti Kayu
(hari
ke-) Ulangan 1 Ulangan 2 Rataan Ulangan 1 Ulangan 2 Rataan
3 6.6 7.0 6.8 6.6 7.0 6.8
6 6.6 6.6 6.6 5.4 6.6 6.0
9 6.4 5.6 6.0 5.6 5.2 5.4
12 4.2 5.7 5.0 5.2 4.4 4.8
15 4.6 5.5 5.1 4.3 3.8 4.1
18 4.4 5.0 4.7 4.4 3.8 4.1
21 5.4 5.3 5.4 3.8 4.2 4.0
24 3.6 3.6 3.6 4.6 3.6 4.1
27 3.2 3.0 3.1 3.8 3.0 3.4
Nilai rata-rata keseluruhan 5.1 4.7
Suhu penyimpanan 13 oC
Waktu Keranjang Plastik Peti Kayu
(hari
ke-) Ulangan 1 Ulangan 2 Rataan Ulangan 1 Ulangan 2 Rataan
3 6.8 7.0 6.9 6.4 7.0 6.7
6 6.0 6.2 6.1 5.4 6.2 5.8
9 5.2 5.2 5.2 4.6 5.2 4.9
12 4.6 5.8 5.2 4.2 5.8 5.0
15 5.8 7.0 6.4 5.6 6.8 6.2
18 5.6 5.0 5.3 5.2 4.6 4.9
21 5.4 4.5 5.0 4.4 4.5 4.5
24 5.6 4.6 5.1 3.8 4.5 4.2
27 4.8 4.0 4.4 3.8 4.0 3.9
30 3.0 4.6 3.8 3.0 3.5 3.3
Nilai rata-rata keseluruhan 5.3 4.9
98
Lampiran 12. Hasil uji organoleptik tingkat kesukaan terhadap kesegaran
kelopak buah manggis pada perlakuan dua jenis kemasan
selama penyimpanan (lanjutan).
Suhu penyimpanan 20 oC
Waktu Keranjang Plastik Peti Kayu
(hari
ke-) Ulangan 1 Ulangan 2 Rataan Ulangan 1 Ulangan 2 Rataan
3 6.6 7.0 6.8 6.8 7.0 6.9
6 5.6 6.0 5.8 5.6 5.6 5.6
9 5.6 5.2 5.4 4.4 5.2 4.8
12 3.8 6.6 5.2 4.6 6.0 5.3
15 5.8 5.7 5.8 5.6 5.6 5.6
18 4.8 4.4 4.6 4.2 4.5 4.4
21 4.6 4.8 4.7 3.4 3.5 3.5
24 2.2 3.4 2.8 2.8 2.2 2.5
27 2.2 2.5 2.4 2.2 2.6 2.4
Nilai rata-rata keseluruhan 4.8 4.5
99
Lampiran 13. Hasil uji organoleptik tingkat kesukaan terhadap kekerasan
buah manggis pada perlakuan dua jenis kemasan selama
penyimpanan.
Suhu penyimpanan 8 oC
Waktu Keranjang Plastik Peti Kayu
(hari
ke-) Ulangan 1 Ulangan 2 Rataan Ulangan 1 Ulangan 2 Rataan
3 6.8 7.0 6.9 6.8 7.0 6.9
6 5.4 5.8 5.6 5.2 6.2 5.7
9 5.8 5.0 5.4 6.4 3.0 4.7
12 5.4 5.4 5.4 3.2 6.4 4.8
15 5.6 6.2 5.9 5.8 5.2 5.5
18 4.2 4.2 4.2 4.0 4.2 4.1
21 3.6 3.4 3.5 3.6 3.0 3.3
24 4.0 2.8 3.4 2.6 2.8 2.7
27 2.0 3.0 2.5 2.0 3.0 2.5
Nilai rata-rata keseluruhan 4.8 4.5
Suhu penyimpanan 13 oC
Waktu Keranjang Plastik Peti Kayu
(hari
ke-) Ulangan 1 Ulangan 2 Rataan Ulangan 1 Ulangan 2 Rataan
3 6.8 7.0 6.9 6.6 7.0 6.8
6 5.8 6.2 6.0 5.2 5.5 5.4
9 5.8 5.2 5.5 5.8 5.2 5.5
12 5.0 6.4 5.7 3.8 6.4 5.1
15 6.0 6.4 6.2 5.6 6.6 6.1
18 5.2 5.8 5.5 5.2 5.6 5.4
21 4.8 4.6 4.7 4.4 4.6 4.5
24 4.0 3.2 3.6 3.6 3.8 3.7
27 4.6 3.0 3.8 4.4 3.0 3.7
30 3.0 4.7 3.9 3.6 3.5 3.6
Nilai rata-rata keseluruhan 5.2 5.0
100
Lampiran 13. Hasil uji organoleptik tingkat kesukaan terhadap kekerasan
buah manggis pada perlakuan dua jenis kemasan selama
penyimpanan (lanjutan).
Suhu penyimpanan 20 oC
Waktu Keranjang Plastik Peti Kayu
(hari
ke-) Ulangan 1 Ulangan 2 Rataan Ulangan 1 Ulangan 2 Rataan
3 6.6 7.0 6.8 6.8 7.0 6.9
6 5.6 5.8 5.7 5.8 5.8 5.8
9 6.6 4.0 5.3 6.4 4.0 5.2
12 4.8 6.4 5.6 5.2 6.4 5.8
15 5.2 6.2 5.7 4.0 5.4 4.7
18 4.5 5.0 4.8 3.6 3.0 3.3
21 2.6 3.4 3.0 2.3 2.5 2.4
24 2.2 2.8 2.5 2.5 2.2 2.4
27 2.6 2.0 2.3 2.3 2.0 2.2
Nilai rata-rata keseluruhan 4.6 4.3
101
Lampiran 14. Hasil uji organoleptik tingkat kesukaan terhadap warna
daging buah manggis pada perlakuan dua jenis kemasan
selama penyimpanan.
Suhu penyimpanan 8 oC
Waktu Keranjang Plastik Peti Kayu
(hari
ke-) Ulangan 1 Ulangan 2 Rataan Ulangan 1 Ulangan 2 Rataan
3 6.4 7.0 6.7 6.3 7.0 6.7
6 6.6 5.0 5.8 5.4 5.4 5.4
9 6.2 6.4 6.3 6.2 6.2 6.2
12 5.6 6.4 6.0 3.0 6.4 4.7
15 6.4 6.2 6.3 2.8 7.0 4.9
18 4.8 6.6 5.7 5.2 5.4 5.3
21 6.0 5.0 5.5 5.8 3.8 4.8
24 7.0 3.8 5.4 7.0 3.6 5.3
27 5.6 6.0 5.8 5.6 5.0 5.3
Nilai rata-rata keseluruhan 5.9 5.4
Suhu penyimpanan 13 oC
Waktu Keranjang Plastik Peti Kayu
(hari
ke-) Ulangan 1 Ulangan 2 Rataan Ulangan 1 Ulangan 2 Rataan
3 6.6 7.0 6.8 6.6 7.0 6.8
6 6.2 6.6 6.4 6.2 5.0 5.6
9 6.2 6.0 6.1 5.4 6.2 5.8
12 5.2 7.0 6.1 3.0 7.0 5.0
15 6.6 5.8 6.2 5.4 6.8 6.1
18 6.4 6.4 6.4 5.4 6.4 5.9
21 6.0 5.8 5.9 6.2 4.8 5.5
24 7.0 5.8 6.4 7.0 5.2 6.1
27 6.0 6.0 6.0 6.0 6.0 6.0
30 5.8 6.4 6.1 5.5 6.5 6.0
Nilai rata-rata keseluruhan 6.2 5.9
102
Lampiran 14. Hasil uji organoleptik tingkat kesukaan terhadap warna
daging buah manggis pada perlakuan dua jenis kemasan
selama penyimpanan (lanjutan).
Suhu penyimpanan 20 oC
Waktu Keranjang Plastik Peti Kayu
(hari
ke-) Ulangan 1 Ulangan 2 Rataan Ulangan 1 Ulangan 2 Rataan
3 6.4 5.6 6.0 5.6 6.4 6.0
6 4.8 6.2 5.5 5.6 5.2 5.4
9 7.0 4.6 5.8 6.0 5.0 5.5
12 5.8 7.0 6.4 6.0 6.0 6.0
15 6.8 7.0 6.9 6.2 7.0 6.6
18 6.6 6.6 6.6 4.8 5.2 5.0
21 6.2 5.2 5.7 4.2 4.2 4.2
24 4.6 4.8 4.7 3.6 4.2 3.9
27 4.2 4.0 4.1 3.6 3.0 3.3
Nilai rata-rata keseluruhan 5.7 5.1
103
Lampiran 15. Hasil uji organoleptik tingkat kesukaan terhadap rasa buah
manggis pada perlakuan dua jenis kemasan selama
penyimpanan.
Suhu penyimpanan 8 oC
Waktu Keranjang Plastik Peti Kayu
(hari
ke-) Ulangan 1 Ulangan 2 Rataan Ulangan 1 Ulangan 2 Rataan
3 6.6 7.0 6.8 6.3 7.0 6.7
6 6.2 6.2 6.2 5.8 5.8 5.8
9 5.8 6.4 6.1 4.8 6.6 5.7
12 5.6 6.8 6.2 4.8 6.8 5.8
15 6.2 6.8 6.5 4.6 7.0 5.8
18 6.2 6.6 6.4 5.2 6.8 6.0
21 6.4 6.8 6.6 6.2 6.0 6.1
24 7.0 5.8 6.4 7.0 5.4 6.2
27 5.0 3.0 4.0 3.0 5.0 4.0
Nilai rata-rata keseluruhan 6.1 5.8
Suhu penyimpanan 13 oC
Waktu Keranjang Plastik Peti Kayu
(hari
ke-) Ulangan 1 Ulangan 2 Rataan Ulangan 1 Ulangan 2 Rataan
3 6.8 7.0 6.9 6.6 7.0 6.8
6 5.4 7.0 6.2 5.8 6.0 5.9
9 5.8 5.6 5.7 5.4 5.2 5.3
12 5.0 6.8 5.9 5.0 6.8 5.9
15 6.6 6.8 6.7 6.0 6.8 6.4
18 6.8 6.4 6.6 6.2 6.2 6.2
21 5.6 6.0 5.8 6.2 5.4 5.8
24 7.0 6.2 6.6 7.0 4.8 5.9
27 6.2 6.0 6.1 6.8 4.0 5.4
30 6.6 5.6 6.1 6.2 6.0 6.1
Nilai rata-rata keseluruhan 6.3 6.0
104
Lampiran 15. Hasil uji organoleptik tingkat kesukaan terhadap rasa buah
manggis pada perlakuan dua jenis kemasan selama
penyimpanan (lanjutan).
Suhu penyimpanan 20 oC
Waktu Keranjang Plastik Peti Kayu
(hari
ke-) Ulangan 1 Ulangan 2 Rataan Ulangan 1 Ulangan 2 Rataan
3 6.6 5.0 5.8 6.6 6.4 6.5
6 4.8 5.8 5.3 5.2 6.2 5.7
9 7.0 5.8 6.4 7.0 4.4 5.7
12 5.4 7.0 6.2 5.2 7.0 6.1
15 6.8 7.0 6.9 6.4 7.0 6.7
18 4.8 6.6 5.7 5.0 6.0 5.5
21 6.6 3.8 5.2 5.8 4.4 5.1
24 4.2 5.8 5.0 3.0 5.2 4.1
27 6.6 5.0 5.8 4.4 5.0 4.7
Nilai rata-rata keseluruhan 5.8 5.6
105
Lampiran 16. Analisis ragam hasil nilai rata-rata keseluruhan uji
organoleptik buah manggis pada perlakuan dua jenis
kemasan selama penyimpanan.
106
Lampiran 17. Data sinyal merah (R), hijau (G) dan biru (B) hasil dari image processing dan warna Hunter Lab buah manggis pada
perlakuan dua jenis kemasan selama penyimpanan.
Suhu penyimpanan 8 oC
Keranjang Plastik Peti Kayu
Waktu Red Green Blue Red Green Blue
(hari ke-) Ulangan Ulangan Ulangan Ulangan Ulangan Ulangan Ulangan Ulangan Ulangan Ulangan Ulangan Ulangan
1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2
0 0.55458 0.49514 0.31752 0.28782 0.1279 0.21703 0.52571 0.50081 0.35329 0.29065 0.121 0.20854
3 0.55432 0.52378 0.31753 0.26541 0.12815 0.21081 0.52585 0.53033 0.35332 0.26882 0.12082 0.20086
6 0.49659 0.5306 0.33177 0.25433 0.17164 0.21507 0.54119 0.52211 0.28697 0.26707 0.17184 0.21082
9 0.49675 0.53815 0.32826 0.25072 0.175 0.21113 0.53496 0.52738 0.28696 0.26585 0.17809 0.20677
12 0.5361 0.52803 0.2539 0.25682 0.21 0.21515 0.52692 0.52247 0.2653 0.26003 0.20778 0.2175
15 0.50802 0.55618 0.31566 0.24533 0.17632 0.19849 0.54263 0.55371 0.27458 0.24943 0.18279 0.19685
18 0.49519 0.52896 0.33049 0.26091 0.17432 0.21013 0.53626 0.53985 0.28449 0.25405 0.17924 0.2061
21 0.4722 0.54001 0.32496 0.24713 0.20284 0.21286 0.51205 0.53488 0.28933 0.26295 0.19862 0.20217
24 0.57031 0.53055 0.30356 0.25799 0.12613 0.21146 0.63923 0.5363 0.25479 0.25907 0.1698 0.20462
27 0.47713 0.54989 0.33334 0.24789 0.18953 0.20222 0.53335 0.53352 0.29364 0.25781 0.17301 0.20867
107
Lampiran 17. Data sinyal merah (R), hijau (G) dan biru (B) hasil dari image processing dan warna Hunter Lab buah manggis pada
perlakuan dua jenis kemasan selama penyimpanan (lanjutan).
108
Lampiran 17. Data sinyal merah (R), hijau (G) dan biru (B) hasil dari image processing dan warna Hunter Lab buah manggis pada
perlakuan dua jenis kemasan selama penyimpanan (lanjutan).
Nilai L Nilai a
Waktu
(hari Keranjang Plastik Peti Kayu Keranjang Plastik Peti Kayu
ke-) Ulangan Ulangan Ulangan Ulangan Ulangan Ulangan Ulangan Ulangan
Rataan Rataan Rataan Rataan
1 2 1 2 1 2 1 2
0 34.19 30.91 32.55 35.35 31.21 33.28 14.66 13.77 14.21 7.55 13.81 10.68
3 34.18 30.65 32.41 35.36 31.00 33.18 14.63 19.00 16.82 7.56 19.05 13.31
6 33.31 30.35 31.83 32.21 30.67 31.44 7.95 21.02 14.49 17.50 18.65 18.08
9 33.12 30.43 31.78 32.02 30.78 31.40 8.43 22.09 15.26 16.99 19.22 18.10
12 30.51 30.39 30.45 30.74 30.36 30.55 21.50 20.49 20.99 19.26 19.63 19.44
15 32.72 30.79 31.75 31.65 30.88 31.27 10.99 24.21 17.60 19.26 23.48 21.37
18 33.20 30.60 31.90 31.93 30.63 31.28 8.01 20.01 14.01 17.43 21.77 19.60
21 32.30 30.34 31.32 31.46 30.87 31.17 7.02 22.71 14.86 14.85 20.19 17.52
24 33.95 30.52 32.24 34.26 30.74 32.50 17.85 20.52 19.19 30.86 20.82 25.84
27 32.90 30.69 31.80 32.30 30.60 31.45 6.26 23.38 14.82 15.97 20.78 18.37
109
Lampiran 17. Data sinyal merah (R), hijau (G) dan biru (B) hasil dari image processing dan warna Hunter Lab buah manggis pada
perlakuan dua jenis kemasan selama penyimpanan (lanjutan).
Nilai b
Waktu (hari
Keranjang Plastik Peti Kayu
ke-)
Ulangan 1 Ulangan 2 Rataan Ulangan 1 Ulangan 2 Rataan
0 18.88 12.27 15.57 19.76 13.03 16.39
3 18.86 12.52 15.69 19.77 13.40 16.58
6 16.47 12.05 14.26 15.80 12.54 14.17
9 16.18 12.38 14.28 15.35 12.88 14.11
12 12.50 12.06 12.28 12.78 11.88 12.33
15 15.87 13.45 14.66 14.88 13.60 14.24
18 16.27 12.54 14.40 15.24 12.84 14.04
21 14.12 12.20 13.16 13.82 13.24 13.53
24 18.83 12.40 15.61 17.65 13.00 15.33
27 15.28 13.14 14.21 15.79 12.64 14.22
110
Lampiran 17. Data sinyal merah (R), hijau (G) dan biru (B) hasil dari image processing dan warna Hunter Lab buah manggis pada
perlakuan dua jenis kemasan selama penyimpanan (lanjutan).
Suhu penyimpanan 13 oC
Keranjang Plastik Peti Kayu
Waktu Red Green Blue Red Green Blue
(hari ke-) Ulangan Ulangan Ulangan Ulangan Ulangan Ulangan Ulangan Ulangan Ulangan Ulangan Ulangan Ulangan
1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2
0 0.5148 0.48944 0.35215 0.29353 0.13305 0.21703 0.56131 0.54628 0.27719 0.25518 0.1615 0.19854
3 0.51457 0.47576 0.35221 0.28533 0.13322 0.23891 0.56181 0.48905 0.27728 0.29013 0.16091 0.22082
6 0.5434 0.45845 0.25649 0.31103 0.20011 0.23053 0.55835 0.48116 0.25467 0.28291 0.18698 0.23593
9 0.52024 0.47134 0.27108 0.30585 0.20868 0.22281 0.54801 0.49477 0.26141 0.27576 0.19058 0.22947
12 0.5675 0.44649 0.23808 0.31003 0.19441 0.24348 0.49859 0.4578 0.26952 0.29287 0.23189 0.24933
15 0.485 0.46083 0.28814 0.31427 0.22685 0.2249 0.51543 0.42157 0.27401 0.31711 0.21055 0.26132
18 0.47213 0.45154 0.30452 0.32135 0.22335 0.22711 0.50902 0.42993 0.27138 0.31117 0.2196 0.25889
21 0.43407 0.42988 0.30974 0.32685 0.25619 0.24327 0.48788 0.42609 0.28463 0.31752 0.22749 0.25639
24 0.50508 0.43674 0.29851 0.32362 0.1964 0.23963 0.53735 0.43807 0.26177 0.30777 0.20088 0.25416
27 0.43878 0.43839 0.31844 0.32011 0.24278 0.2415 0.4565 0.41901 0.30105 0.31422 0.24245 0.26677
30 0.46392 0.43959 0.31938 0.31895 0.2167 0.24146 0.48457 0.41936 0.29003 0.31336 0.2254 0.26729
111
Lampiran 17. Data sinyal merah (R), hijau (G) dan biru (B) hasil dari image processing dan warna Hunter Lab buah manggis pada
perlakuan dua jenis kemasan selama penyimpanan (lanjutan).
112
Lampiran 17. Data sinyal merah (R), hijau (G) dan biru (B) hasil dari image processing dan warna Hunter Lab buah manggis pada
perlakuan dua jenis kemasan selama penyimpanan (lanjutan).
Nilai L Nilai a
Waktu
(hari Keranjang Plastik Peti Kayu Keranjang Plastik Peti Kayu
ke-) Ulangan Ulangan Ulangan Ulangan Ulangan Ulangan Ulangan Ulangan
Rataan Rataan Rataan Rataan
1 2 1 2 1 2 1 2
0 34.99 31.04 33.01 32.37 30.89 31.63 6.78 12.57 9.67 20.48 22.13 21.30
3 34.98 30.26 32.62 32.39 30.86 31.62 6.75 12.73 9.74 20.51 13.01 16.76
6 30.85 31.19 31.02 31.26 30.28 30.77 21.73 7.96 14.84 23.17 13.45 18.31
9 30.81 31.22 31.01 31.22 30.30 30.76 17.96 9.57 13.76 21.45 15.42 18.43
12 30.87 30.85 30.86 30.10 30.20 30.15 26.06 7.31 16.68 16.56 10.46 13.51
15 30.65 31.42 31.04 30.80 30.70 30.75 12.99 7.67 10.33 17.19 4.77 10.98
18 31.17 31.60 31.38 30.49 30.54 30.52 9.81 6.07 7.94 17.07 6.11 11.59
21 30.55 31.43 30.99 30.55 30.81 30.68 6.56 3.91 5.24 13.69 4.98 9.33
24 31.73 31.39 31.56 30.90 30.53 30.71 13.06 4.79 8.93 20.55 7.09 13.82
27 31.14 31.23 31.19 30.60 30.48 30.54 5.64 5.38 5.51 9.22 5.03 7.13
30 31.78 31.19 31.49 30.73 30.44 30.59 7.19 5.62 6.40 12.70 5.18 8.94
113
Lampiran 17. Data sinyal merah (R), hijau (G) dan biru (B) hasil dari image processing dan warna Hunter Lab buah manggis pada
perlakuan dua jenis kemasan selama penyimpanan (lanjutan).
Nilai b
Waktu (hari
Keranjang Plastik Peti Kayu
ke-)
Ulangan 1 Ulangan 2 Rataan Ulangan 1 Ulangan 2 Rataan
0 19.12 12.36 15.74 16.43 13.49 14.96
3 19.11 10.24 14.68 16.47 11.98 14.23
6 13.37 11.55 12.46 14.43 10.48 12.45
9 12.76 12.10 12.43 14.18 10.97 12.57
12 13.77 10.35 12.06 10.66 9.39 10.02
15 11.41 12.11 11.76 12.64 8.85 10.74
18 12.03 12.09 12.06 11.81 8.91 10.36
21 9.14 10.83 9.98 11.29 9.34 10.32
24 14.12 11.06 12.59 13.34 9.28 11.31
27 10.64 10.80 10.72 10.23 8.22 9.23
30 12.91 10.77 11.84 11.57 8.14 9.86
114
Lampiran 17. Data sinyal merah (R), hijau (G) dan biru (B) hasil dari image processing dan warna Hunter Lab buah manggis pada
perlakuan dua jenis kemasan selama penyimpanan (lanjutan).
Suhu penyimpanan 20 oC
Keranjang Plastik Peti Kayu
Waktu Red Green Blue Red Green Blue
(hari ke-) Ulangan Ulangan Ulangan Ulangan Ulangan Ulangan Ulangan Ulangan Ulangan Ulangan Ulangan Ulangan
1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2
0 0.53108 0.50155 0.34476 0.29383 0.12416 0.20462 0.52958 0.48782 0.29288 0.31953 0.17755 0.19265
3 0.53018 0.50301 0.34612 0.29273 0.1237 0.20426 0.52992 0.48769 0.29221 0.32004 0.17787 0.19228
6 0.41099 0.39757 0.32257 0.32642 0.26644 0.27601 0.38824 0.40988 0.33242 0.33358 0.27934 0.25654
9 0.37564 0.40362 0.3388 0.33418 0.28556 0.26221 0.36085 0.39988 0.33865 0.3326 0.3005 0.26752
12 0.37104 0.38357 0.34047 0.33652 0.28849 0.27991 0.37729 0.3822 0.33192 0.34204 0.29079 0.27576
15 0.37009 0.40101 0.34412 0.33802 0.28579 0.26097 0.36526 0.39478 0.33675 0.3473 0.29799 0.25792
18 0.36333 0.39785 0.34271 0.34059 0.29396 0.26157 0.3637 0.39995 0.33858 0.34614 0.29772 0.25391
21 0.37822 0.39396 0.33976 0.34017 0.28202 0.26586 0.36715 0.39239 0.33479 0.34748 0.29807 0.26013
24 0.37811 0.38983 0.33975 0.33817 0.28214 0.272 0.36712 0.40252 0.33476 0.34485 0.29811 0.25263
27 0.35933 0.38669 0.34383 0.33834 0.29684 0.27497 0.37799 0.38437 0.33174 0.34003 0.29027 0.2756
115
Lampiran 17. Data sinyal merah (R), hijau (G) dan biru (B) hasil dari image processing dan warna Hunter Lab buah manggis pada
perlakuan dua jenis kemasan selama penyimpanan (lanjutan).
116
Lampiran 17. Data sinyal merah (R), hijau (G) dan biru (B) hasil dari image processing dan warna Hunter Lab buah manggis pada
perlakuan dua jenis kemasan selama penyimpanan (lanjutan).
Nilai L Nilai a
Waktu
(hari Keranjang Plastik Peti Kayu Keranjang Plastik Peti Kayu
ke-) Ulangan Ulangan Ulangan Ulangan Ulangan Ulangan Ulangan Ulangan
Rataan Rataan Rataan Rataan
1 2 1 2 1 2 1 2
0 35.01 31.39 33.20 32.15 32.39 32.27 9.10 13.43 11.27 15.77 8.91 12.34
3 35.06 31.37 33.22 32.13 32.42 32.27 8.85 13.69 11.27 15.88 8.83 12.36
6 30.79 30.75 30.77 30.94 31.41 31.18 3.39 2.12 2.76 0.79 1.79 1.29
9 31.10 31.33 31.21 30.85 31.16 31.01 -0.72 1.36 0.32 -1.36 1.37 0.01
12 31.13 31.10 31.11 30.72 31.41 31.06 -1.17 -0.02 -0.59 0.33 -0.86 -0.26
15 31.33 31.51 31.42 30.81 31.95 31.38 -1.72 0.68 -0.52 -0.90 -0.94 -0.92
18 31.14 31.60 31.37 30.89 31.98 31.44 -1.83 0.15 -0.84 -1.23 -0.50 -0.86
21 31.20 31.50 31.35 30.72 31.92 31.32 -0.73 0.00 -0.37 -0.54 -1.09 -0.81
24 31.20 31.31 31.25 30.72 31.95 31.33 -0.74 0.07 -0.34 -0.53 -0.18 -0.36
27 31.15 31.26 31.20 30.72 31.32 31.02 -2.16 -0.12 -1.14 0.39 -0.47 -0.04
117
Lampiran 17. Data sinyal merah (R), hijau (G) dan biru (B) hasil dari image processing dan warna Hunter Lab buah manggis pada
perlakuan dua jenis kemasan selama penyimpanan (lanjutan).
Nilai b
Waktu (hari
Keranjang Plastik Peti Kayu
ke-)
Ulangan 1 Ulangan 2 Rataan Ulangan 1 Ulangan 2 Rataan
0 19.46 13.40 16.43 15.46 14.77 15.11
3 19.50 13.41 16.46 15.43 14.81 15.12
6 8.52 7.70 8.11 7.58 9.83 8.70
9 7.20 9.32 8.26 5.63 8.75 7.19
12 6.96 7.68 7.32 6.38 8.30 7.34
15 7.39 9.57 8.48 5.81 10.18 7.99
18 6.49 9.60 8.05 5.92 10.49 8.21
21 7.59 9.18 8.39 5.72 9.98 7.85
24 7.58 8.52 8.05 5.72 10.56 8.14
27 6.24 8.24 7.24 6.42 8.24 7.33
118
Lampiran 18. Analisis ragam perubahan nilai L buah manggis pada
perlakuan dua jenis kemasan selama penyimpanan.
119
Lampiran 19. Analisis ragam perubahan nilai a buah manggis pada
perlakuan dua jenis kemasan selama penyimpanan.
120
Lampiran 20. Analisis ragam perubahan nilai b buah manggis pada
perlakuan dua jenis kemasan selama penyimpanan.
121
Lampiran 21. Grafik perhitungan pendugaan umur simpan buah manggis
pada perlakuan dua jenis kemasan selama penyimpanan.
Suhu Penyimpanan 8 oC
x = 4 maka y = 1.787
y = 1.787 maka x = 16
122
Lampiran 21. Perhitungan pendugaan umur simpan buah manggis pada
perlakuan dua jenis kemasan selama penyimpanan (lanjutan).
x = 4 maka y = 1.802
y = 1.802 maka x = 19
123
Lampiran 21. Perhitungan pendugaan umur simpan buah manggis pada
perlakuan dua jenis kemasan selama penyimpanan (lanjutan).
Suhu Penyimpanan 13 oC
x = 4 maka y = 1.263
y = 1.263 maka x = 26
124
Lampiran 21. Perhitungan pendugaan umur simpan buah manggis pada
perlakuan dua jenis kemasan selama penyimpanan (lanjutan).
x = 4 maka y = 1.096
y = 1.096 maka x = 26
125
Lampiran 21. Perhitungan pendugaan umur simpan buah manggis pada
perlakuan dua jenis kemasan selama penyimpanan (lanjutan).
Suhu Penyimpanan 20 oC
x = 4 maka y = 1.691
y = 1.691 maka x = 18
126
Lampiran 21. Perhitungan pendugaan umur simpan buah manggis pada
perlakuan dua jenis kemasan selama penyimpanan (lanjutan).
x = 4 maka y = 1.616
y = 1.616 maka x = 20
127