DISUSUN OLEH
18/425367/TP/12068
DOSEN PEMBIMBING
YOGYAKARTA
2021
BAB I
PENDAHULUAN
Kota Jembatan Ampera atau yang lebih dikenal dengan sebutan Kota Palembang merupakan
salah satu kota besar di Indonesia dengan berbagai daya tarik yang ditawarkan seperti, tempat wisata,
keragaman budaya, dan makanan khas daerah. Kegiatan penyediaan makanan khas daerah atau wisata
kuliner menjadi salah satu daya tarik Kota Palembang yang memberikan peluang UKM untuk
menembus pasar lokal ataupun global dengan bantuan media digital di era 4.0 dengan berbagai
tantangannya. Peluang ini dapat mempertahankan eksistensi Kota Palembang serta meningkatkan
kesejahteraan produsen makanan khas daerah hingga mencapai pasar Internasional dengan berbagai
persyaratan yang harus dilengkapi yang tentunya dibantu oleh Pemerintah setempat (Ningrum dan
Arrianie, 2019). Makanan khas daerah yang berasal dari kota Palembang dan sekitarnya antara lain
burgo, lempok durian, tekwan, engkak ketan, tempoyak, kerupuk Palembang, kue maksuba, laksan,
malbi, dan pempek. Salah satu makanan khas daerah ini yang paling terkenal dan dijadikan oleh-oleh
Pempek Palembang merupakan salah satu makanan khas Indonesia, Provinsi Sumatera Selatan
yang didapuk menjadi makanan oleh-oleh kota Palembang. Menurut Badan Standardisasi Nasional,
Pempek merupakan produk Indigenous atau asli Indonesia yang telah ditetapkan oleh Pemerintah RI
(Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan) pada 17 Oktober 2014 sebagai warisan budaya tak benda
serta telah diusulkan sebagai warisan budaya tak benda tingkat dunia untuk melindungi dan
melestarikan budaya kuliner khas Indonesia ke UNESCO pada 30 Agustus 2017. Makanan ini juga
memiliki permintaan tinggi dan menjadi salah satu makanan oleh-oleh paling dicari di Kota
Palembang (BSN, 2018). Pada tahun 2019, salah satu UKM Pempek Palembang, yaitu Pempek Honey
berhasil meraih sertifikasi HACCP sebagai rancangan kerja sama dengan Pemerintah untuk mencapai
pasar internasional (BSN, 2019). Sertifikat HACCP yang diraih membuktikan bahwasannya proses
pembuatan Pempek Palembang dapat terhindar dari bahaya ketika diproduksi sesuai standard. Hal ini
juga menjadi bentuk kerja sama antara produsen dan Pemerintah untuk menjadikan pempek sebagai
Secara umum, Pempek Palembang terdiri dari dua produk jadi, yaitu pempek dan cuko atau
sambal. Bahan baku adonan terdiri dari ikan tenggiri halus, tepung tapioka, telur, santan, air, bawang
merah, bawang putih, penyedap rasa, garam, merica, dan gula pasir. Bahan baku cuko terdiri dari gula
merah, air, ebi, bunga sedap malam, cuka, penyedap rasa, lemon cui atau jeruk kunci, garam, gula
aren, cabai merah, cabai rawit, gula pasir, bawang merah, bawang putih, dan bengkuang (Rudy,
2014). Ikan tenggiri sebagai bahan utama pempek tergolong makanan bernutrisi dengan kandungan
protein tinggi, vitamin D sebagai pengatur penyerapan kalsium, fosfor untuk meningkatkan sistem
kekebalan, serta mengandung kalium, seng, serta PUFA n-3, DHA, dan EPA (Ferreira, 2020).
Dewasa ini, sudah banyak produsen yang bergerak dibidang pembuatan Pempek Palembang baik
industri sedang, industry kecil, ataupun industry rumah tangga yang tersebar di seluruh penjuru
Sumatera Selatan. Salah satu produsen sukses dengan memiliki 15 cabang yang tersebar di empat kota
di Indonesia, yaitu Kota Palembang, Kota Bandar Lampung, Kota Jambi, dan Kota Jakarta adalah
Pempek Palembang Nony 168 yang berdiri sejak tahun 1993 dengan kalimat terkenalnya, yaitu
citarasa empek empek Palembang asli. Namun, hingga saat ini, produsen pempek tersebut hanya
memiliki izin sertifikat Pangan Industri Rumah Tangga sebagai izin dari BPOM yang diberikan oleh
Menurut Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil, Pempek Palembang
memiliki peluang untuk mencapai pasar luar negeri dengan berbagai prosedural, salah satunya
melengkapi sertifikasi HACCP (BKIPM, 2019). HACCP adalah sistem manajemen risiko yang fokus
pada pendekatan pencegahan, identifikasi, dan pengendalian bahaya sejak dini (Rousing, 2020).
HACCP mencakup dua komponen utama, yaitu analisis bahaya dan tindakan pengendalian batas
kritis. Analisis bahaya adalah proses mengidentifikasi dan mengevaluasi potensi bahaya pangan yang
bahaya atau menguranginya ke tingkat yang dapat diterima (Hasnan, 2020). Fungsi HACCP adalah
mengontrol langkah-langkah penting dalam proses produksi sehingga memungkinkan produsen untuk
yang baik bagi tubuh serta memiliki cita rasa yang kuat dan nikmat menjadikan produk ini diminati
oleh semua kalangan, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa dengan berbagai variasi pendapatan.
Sebagai upaya untuk mencapai Pempek Nony hingga ke jenjang internasional, maka produsen harus
memenuhi berbagai persyaratan dalam pengolahan makanan sesuai dengan keamanan pangan, salah
satunya adalah sertifikat HACCP. Dengan ini dibutuhkan analisis tingkat kesiapan industri Pempek
Palembang di Pempek Palembang Nony 168, Sumatera Selatan dalam menerapkan Hazard Analysis
Critical Control Points (HACCP) sebagai salah satu pencapaian keamanan pangan (BSN, 2019).
Permasalahan utama yang dimiliki oleh UKM Pempek Nony 168 adalah belum memiliki
sertifikasi keamanan pangan. Produsen ini hanya memiliki izin sertifikat Pangan Industri Rumah
Tangga. Oleh karena itu, sebagai bentuk melihat kondisi proses produksi pempek, maka akan
dilakukan penelitian mengenai tingkat kesiapan penerapan HACCP produsen Pempek Nony 168 dan
menentukan aspek yang dibutuhkan oleh produsen pempek tersebut dalam menerapkan prinsip-
prinsip HACCP.
a. Mengetahui tingkat kesiapan penerapan HACCP pada produsen Pempek Nony 168 dengan
a. Penilitian dan pengambilan data primer dilakukan selama 1 bulan pada produsen Pempek
Nony 168
b. Penilaian dilakukan untuk mengetahui tingkat kesiapan penerapan HACCP dan jaminan
c. Data HACCP dibatasi dari tahapan penerimaan bahan baku sampai dengan pengemasan
a. Sebagai wadah untuk mengevaluasi proses dan lingkungan produksi yang telah dilaksanakan
pada produsen Pempek Nony 168 dengan menerapkan prinsip-prinsip HACCP sebagai
keamanan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pempek berasal dari kata “apek” (bahasa Cina berarti laki-laki tua) yang diceritakan sebagai
orang yang pertama kali menjual penganan yang terbuat dari ikan dan tepung sagu di sekitar Sungai
Musi. Pempek juga berasal dari kata “dimpek-mpekan” (diuleni berulang kalu) merupakan istilah cara
Pempek adalah salah satu makanan khas yang sangat popular di Palembang. Makanan olahan
yang terbuat dari campuran ikan giling dan tepung kanji hampir di produksi oleh seluruh daerah
Sumatera Selatan. Awal mulanya pempek terbuat dari ikan sungai yaitu belida, namun karena
populasi ikan belida semakin hari kian menurun, maka ikan tersebut diganti dengan ikan tenggiri dan
ikan gabus yang rasanya tidak kalah enak sebagaii bahan membuat pempek. Terdapat cuko sebagai
bahan pelengkap pempek yang menambah cita rasa autentik (Rudy, 2014).
Pempek Palembang Nony 168 merupakan salah satu produsen pempek di Kota Palembang yang
berdiri sejak tahun 1993. Produsen ini memiliki 15 cabang yang tersebar di empat kota besar di
Jakarta.
mendefinisikan keamanan pangan sebagai suatu kondisi dan upa ya yang diperlukan untuk
mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia, dan benda lain yang dapat
mengganggu, merugikan, dan membahayakan kesehatan manusia serta tidak bertentangan dengan
agama, keyakinan, dan budaya masyarakat sehingga aman untuk dikonsumsi. Ketentu an ini
Pengaturan mengenai keamanan pang an khusus diatur pada Bab VII. Pasal 69 menyebutkan
a) Sanitasi pangan;
Secara operasional, keamanan pangan adalah suatu risiko yang dapat diterima dan ditolerir atas
keadaan sakit, penyakit atau cedera yang diakibatkan dari konsumsi makanan. Hal ini dapat dicapai
melalui kebijakan, peraturan, standar, penelitian, rancang teknik dan teknologi, pengawasan dan
pemeriksaan, serta upaya lainnya yang dapat diterapkan untuk mengurangi risiko atau pengendalian
bahaya dalam rantai pasokan pangan. Batasan keadaan yang dapat diterima dan risiko yang dapat
ditolerir dari mengonsumsi suatu makanan ditentukan oleh proses yang disebut analisis risiko.
Pada ketentuan umum Peraturan Pemerintah Nomor 86 Tahun 2019 tentang Keamanan Pangan,
penyelenggaraan keamanan pangan merupakan persyaratan mutlak untuk suatu produk pangan.
Keamanan pangan ditujukan agar negara dapat memberikan perlindungan kepada rakyat untuk
mengonsumsi pangan yang aman bagi kesehatan dan keselamat an jiwa. Untuk menjamin pangan
yang tersedia di masyarakat aman dikonsumsi, maka diperlukan penyelenggaraan keamanan pangan
di sepanjang rantai pangan, mulai dari tahap produksi sampai ke tangan konsumen. Pada
penyelenggaraan keamanan pangan, semua kegiatan atau proses produksi di dalam negeri maupun
yang berasal dari impor untuk menghasilkan pangan yang aman dikonsumsi harus melalui penerapan
Pangan tidak aman memiliki potensi bahaya sehingga penyelenggaraan keamanan pangan harus
dilakukan secara holistik, terkoordinasi, dan sistemik di sepanjang hulu hingga hilir rantai pasokan
pangan. Penyelenggaraan keamanan pangan perlu dilakukan sebagai upaya dalam: (1) Menghindarkan
masyarakat dari jenis pangan yang berbahaya bagi kesehatan, yang mendorong dari pengetahuan dan
kesadaran pemasok terhadap keamanan pangan; (2) Memantapkan kelembagaan pangan, yang antara
lain dicerminkan oleh adanya peraturanperaturan tentang keamanan pangan; dan (3) Meningkatkan
jumlah industri makanan yang memenuhi ketentuan peraturan perundangundangan keamanan pangan
(Lestari, 2020).
GMP (Good Manufacturing Practices) merupakan tata cara melakukan produksi yang baik,
prosedur pelaksanaan, pengendalian, dan pengawasan pelaksanaan proses produksi. Tahap proses
pengolahan merupakan masalah besar, karena sanitasi alat pengolahan dan pekerja merupakan faktor
penting dalam pengolahan pangan untuk menghasilkan produk yang baik dan aman dikonsumsi.
Selain memperhatikan bahan baku dan proses, perlu diperhatikan juga pengendalian sarana produksi
yang baik sesuai dengan persyaratan keamanan pangan yang berlaku. Pengendalian sarana dilakukan
di setiap tahap produksi sebagai bagian dari tindakan pencegahan, pengendalian dan jaminan mutu
produk hasil proses . Penerapan GMP dalam suatu proses pengolahan sangat penting agar dihasilkan
GMP termasuk dari salah satu bagian dalam sistem Hazard Analysis Critical Control (HACCP)
yang berfungsi untuk meminimalkan bahkan menghilangkan masalah mutu pangan yang dpaat
disebabkan oleh beberapa factor seperti, biologi,fisis dan kimia. Bagi industri kecil hingga industri
menengah, penerapan GMP berguna untuk mendapatkan sertifikat P-IRT. Good Manufacturing
Practices mencakup 18 aspek yang terdiri dari lokasi, bangunan, fasilitas sanitasi, mesin dan
peralatan, bahan, pengawasan proses, produk akhir, laboratorium, karyawan, pengemas, label dan
2019).
SSOP (Standard Sanitation Operating Procedure) merupakan prosedur standar penerapan prinsip
pengelolaan yang dilakukan melalui kegiatan sanitasi dan higiene. Dalam hal ini, SSOP menjadi
program sanitasi wajib suatu industri untuk meningkatkan kualitas produk yang dihasilkan dan
menjamin sistim keamanan produksi pangan. Penerapan SSOP (Standard Sanitation Operating
Procedure) di pabrik pengolahan pangan penting dilakukan untuk menjamin sanitasi dan higiene suatu
Penerapan Sanitation Standard Operating Procedure (SSOP) meliputi 8 kunci yaitu keamanan air,
permukaan kontak bahan pangan, pencegahan kontaminasi silang, tempat cuci tangan dan toilet,
proteksi bahan kontaminasi kimia, pelabelan, penyimpanan dan penanganan toksin, kesehatan
pegawai dan pengendalian hama (Ristyanti, 2021). Tujuan diterapkannya SSOP adalah sebagai
a) Sebagai upaya memahami bahwa program sanitasi dapat meningkatkan mutu produk
b) Memahami penggunaan zat-zat yang aman untuk kelancaran penerapan hygiene dan sanitasi
HACCP adalah sistem manajemen risiko yang fokus pada pendekatan pencegahan, identifikasi,
dan pengendalian bahaya sejak dini (Rousing, 2020). HACCP mencakup dua komponen utama, yaitu
analisis bahaya dan tindakan pengendalian batas kritis. Analisis bahaya adalah proses
mengidentifikasi dan mengevaluasi potensi bahaya pangan yang mempengaruhi keamanan pangan.
Tindakan pengendalian adalah mencegah dan menghilangkan bahaya atau menguranginya ke tingkat
yang dapat diterima (Hasnan, 2020). Fungsi HACCP adalah mengontrol langkah-langkah penting
dalam proses produksi sehingga memungkinkan produsen untuk mengontrol kualitas bukan hanya
Sebelum dilakukan HACCP, terlebih dahulu harus dilakukan prerequisite program HACCP yang
terdiri dari dua kegitan, yaitu Standar cara produksi pangan olahan yang baik atau standard Good
Manufacturing Practise (GMP) dan prosedur operasi untuk sanitasi atau Standard Sanitation
Operation Procedures (SSOP) (Surono dkk, 2016). Hal ini juga terdapat pada literasi lain, yaitu GMP
sebagai prasyarat dalam penerapan HACCP ke dalam operasi untuk mencapai efektivitas sistem mutu
terbukti dapat menjamin keamanan pengolahan produk pangan (Awua, 2007). Berdasarkan BKIPM
(2019) disampaikan bahwa, pada Unit Pengolahan Ikan (UPI) prosedur sebelum mendapatkan
HACCP adalah Sertifikasi Kelayakan Pengolahan (SKP) sehingga perlu dukungan pemerintah daerah.
BAB III
METODE PENELITIAN
Tempat penelitian akan dilaksanakan selama dua bulan di pusat Pempek Palembang Nony 168
yang berlokasikan di Jl. Jend. Sudirman No.952, 20 Ilir D. III, Kec. Ilir Tim. I, Kota Palembang,
Sumatera Selatan 30129. Penelitian akan dilaksanakan pada bulan November 2021-Januari 2022.
Objek penelitian yang diamati adalah seluruh proses produksi dan pengemasan Pempek
Palembang Nony 168 pada aspek HACCP dan lingkungan sekitar industry dengan aspek komponen
Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung dari lapangan melalui pendekatan,
pengukuran, dan pencatatan terhadap data yang dibutuhkan. Data primer yang dibutuhkan berupa
keadaan perusahaan dan penjelasan dari kepala produksi, bagian Quality Control, dan General Affairs
untuk memperoleh informasi terkait proses produksi pempek serta lingkungan sekitar proses produksi.
Pengambilan data dimulai dari pembuatan tabel penilaian dan evaluasi sampai dengan melakukan
penilaian dan evaluasi, kemudian dilanjutkan observasi deskriptif terhadap evaluasi SSOP. Evaluasi
HACCP dilakukan sesuai dengan dua belas tahapan prinsip HACCP dengan data primer, yaitu:
1. Dibutuhkan syarat data komposisi dan bahan tambahan proses pembuatan pempek dalam
2. Dibutuhkan syarat data proses produksi dan waktu produksi dalam penyusunan bagan alir
3. Dibutuhkan data jenis-jenis bahaya yang terdapat pada proses dan lingkungannya dalam
menganalisis bahaya
4. Dibutuhkan standar syarat yang termasuk CCP pada proses dan lingkungan produksi
sehingga dapat mengidentifikasi, menilai, dan mengendalikan bahaya di proses produksi dan
lingkungan. Hal ini digunakan sebagai penentuan CCP pada proses produksi.
3.3.2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang berasala dari luar lapangan seperti data yang diperoleh dari
laporan dari penelitian terdahulu, data dari buku, data dari artikel, seperti jurnal ilmiah, dan sumber
lainnya. Data sekunder diharapkan dapat mempermudah dalam pengolahan dan analisis data yang
akan digunakan dalam penelitian. Data sekunder yang dibutuhkan terdiri dari:
1. Data internal didapatkan dari laporan yang tersedia di industry yang berkaitan dengan sistem
keamanan pangan yang diterapkan, seperti sejarah, visi dan misi, tujuan pendirian, dan
struktur organisasi.
2. Data eksternal didapatkan dari literatur, jurnal, referensi, dan lainnya yang berada di luar
perusahaan berkaitan dengan sanitasi lingkungan dan pekerja. Contoh data eksternal berupa
metode prinsip HACCP, lingkungan sekitar produksi pempek, formulir CPPB-IRT dan
3.4.1. Wawancara
Wawancara yang dilakukan digunakan untuk mengetahui faktor penyebab pengolahan menjadi
kurang dan tidak aman dengan topik wawancara seperti sejauh mana pengetahuan pengelola Pempek
Nony 168 mengenai keamanan pangan dan alasan praktik kerja yang tidak aman. Secara terperinci,
wawancara akan dilakukan pada bagian kepala produksi untuk mengetahui pengendalian proses
produksi, kepada Quality Control untuk mengetahui informasi inspeksi dan pengujian produk serta
pengendalian bahan baku, selanjutnya kepada General Affairs untuk mengetahui informasi
manajemen sumber daya penanganan, penyimpanan, pemindahan bahan baku serta sanitasi bangunan,
3.4.2. Observasi
Observasi dilakukan dengan pengamatan secara langsung pada proses produksi pempek yang
didampingi oleh pihak expert perusahaan. Observasi dilakukan dengan langkah pencatatan alur proses
dan pengukuran waktu proses sebagai input dari pembuatan Peta Proses Operasi (PPO) dan sketsa
denah produksi. Dilakukan juga pendokumentasian proses produksi, alat dan bahan, serta lingkungan
produksi.
Studi pustaka diperoleh dari jurnal, literature, buku, dan penelitian yang sudah ada. Studi pustaka
dilakukan untuk memperoleh referensi mengenai HACCP dengan didukung syaratnya, yaitu
prerequisite program HACCP yang terdiri dari dua kegitan, yaitu Standar cara produksi pangan
olahan yang baik atau standard Good Manufacturing Practise (GMP) dan prosedur operasi untuk
Analisis akan dilakukan secara bertahap, yaitu analisis GMP dengan mengevaluasi yang
dilakukan secara kuantitatif dengan menerapkan metode skoring penilaian berdasarkan acuan CPPB-
BPOM tahun 2012 dan secara observasi menggunakan CPMB-BPOM dengan 10 Komponen
Penilaian. Analisis SSOP dengan melakukan observasi dengan metode observasi deskriptif. Analisis
HACCP mengacu pada konsep Codex Alimentarius Commision (COC) dan menerapkan pedoman
decision tree untuk penentuan CCP dan diskusi dengan pihak expert perusahaan untuk menyesuaikan
Mulai
Survei Pendahuluan
Identifikasi Masalah
Pengumpulan Data I
Data penilaian seluruh proses dan area
lingkungan produksi Pempek Palembang
Wawancara langsung bagian QC serta petugas
sanitasi untuk mengetahui dampak dan deteksi
dalam indikator HACCP
Pengolahan Data
Analisis GMP
Analisis SSOP
A
A
Pengumpulan Data II
Tahapan HACCP
Deskripsi produk
Identifikasi CCP
Selesai
DAFTAR PUSTAKA
Alib. 2021. 13 Oleh-Oleh Khas Palembang Paling Populer. Dalam https://www.itrip.id, diakses pada
Awua, W. K. A; Ngunjiri, P.; Anlobe, J.; Kpodo, K.; Halm, M.; Hayford, A. E.; dan Jakobsen, M.
2007. The Effect Of Applying GMP And HACCP To Traditional Food Processing At A
Semi-Commercial Kenkey Production Plant In Ghana. Dalam Jurnal Food Control, Vol. 18,
hal: 1449-1457.
Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan. 2019. Selain Lezat,
Badan Standardisasi Nasional. 2019. UKM Pempek dan Kerupuk Ikan Palembang Raih HACCP.
Ferreira, I.; Bispo, A. G,; Lourenco, H.; Matos, J.; Afonso, C.; Cardoso, C.; Castanheira, I.; Motta, C.;
Prates, J. A. M.; Bandarra, N. M. 2020. The Chemical Composition And Lipid Profile Of The
Hanidah, I.; Mulyono, A. T., Andoyo, R., Mardawati, E. dan Huda, S. 2018. Penerapan Good
Manufacturing Practices Ebagai Upaya Peningkatan Kualitas Produk Olahan Pesisir Eretan –
Indramayu. Dalam Jurnal Agribisnis dan Sosial Ekonomi Pertanian, Vol. 3, No.1, hal: 359-
426
Hasnan, N. Z. N. dan Ramli, S. H. M. 2020. Modernizing The Preparation Of The Malaysian Mixed
Rice Dish (MRD) With Cook-Chill Central Kitchen And Implementation Of HACCP. Dalam
Lestari, T. R. P. 2020. Penyelenggaraan Keamanan Pangan sebagai Salah Satu Upaya Perlindungan
Hak Masyarakat sebagai Konsumen. Dalam Jurnal Masalah-Masalah Sosial, Vol. 11, No. 1,
hal: 57-72
Liu, F.; Rhim, H.; Park, K.; Xu, J.; Lo, C. K. Y. 2021. HACCP Certification In Food Industry: Trade-
Offs In Product Safety And Firm Performance. Dalam International Journal Production
Ningrum, D. P. dan Arrianie, L. 2019. Potensi Wisata Kuliner Pempek Di Era Digital Dalam
Membangun Ikon Kota Palembang. Dalam Jurnal Ilmu Komunikasi, Vol. 3, No. 2, hal: 186-
195
Ristyanti, E. dan Masithah, E. D. 2021. Penerapan SSOP (Sanitation Standard Operating Procedure)
pada Proses Pembekuan Cuttlefish (Sepia officinalis) di PT. Karya Mina Putra, Rembang,
Jawa Tengah. Dalam Journal of Marine and Coastal Science Vol. 10, No.1, hal: 1-17
Rizki, S. R. 2019. Analisa Penerapan Good Manufacturing Practices (GMP) dan Sanitation Standard
Operating Procedures (SSOP) Produk Roti (Studi Kasus: M Bakery and Cake). Dalam Tugas
Rousing, T.; Holm, J. R.; Krogh, M. A. Ostergaard, S.; Consortium, G. 2020. Expert-Based
Negative Energy Balance In Dairy Herds. Dalam Jurnal Preventive Veterinary Medicine, Vol.
175
Rudy, G. 2014. Resep Autentik Pempek Palembang dan Masakan Khas Wong Kito. Jakarta:
Surono, I S; Agus S dan Priyo W. 2016. Pengantar Kemanan Pangan Untuk Industri Pangan.