OLEH:
MELANI
NIT:19.4.13.092
OLEH:
MELANI
NIT:19.4.13.92
HALAMAN PERSETUJUAN
Maluku Sejahtera
Nama : Melani
NIT : 19.4.13.092
Komisi Pembimbing
Hetty M.P. Ondang, S.Pi., M.Si Dr. Achmad Jais Ely, S.T., M.Si
NIP. 197207182001122001 NIP.197506032002121001
Mengetahui,
Direktur Politeknik Kelautan dan Perikanan Bitung
HALAMAN PENGESAHAN
Nama : Melani
NIT : 19.4.13.092
v
RIWAYAT HIDUP
Melani, lahir di Pulau Osi pada tanggal 20 Oktober 1998. Anak keempat
dari Empat bersaudara dari pasangan Jabir dan Nor ma. Dunia pendidikan formal
dimulai pada tahun 2005, dengan memasuki Sekolah Dasar (SD) Negeri 1 Pulau
Osi dan lulus tahun 2011. Pada tahun yang sama melanjutkan pendidikan pada
Sekolah Menengah Tingkat Pertama (SMP) Negeri 6 seram Barat dan lulus tahun
2014, kemudian melanjutkan pada Sekolah Supm Negeri Waiheru Ambon lulus
tahun 2017. Pada tahun 2020 penulis melanjutkan pendidikan ke jenjang diploma
tiga dan diterima pada program studi Pengolahan Hasil Laut Politeknik Kelautan
dan Perikanan Bitung dan lulus pada tahun 2022 dengan gelar Ahli Madya
Perikanan (A.Md.Pi).
vi
RINGKASAN
Kata kunci : GMP, HACCP, Titik Kendali Kritis (CCP), Tuna Loin.
viii
ABSTRACK
KATA PENGANTAR
Melani
ii
DAFTAR ISI
RIWAYAT HIDUP.......................................................................................... v
ABSTRACK ................................................................................................. viii
UCAPAN TERIMAH KASIH ...................................................................... x
DAFTAR ISI ................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL ........................................................................................... iv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... vi
KATA PENGANTAR...................................................................................... xvi
I. PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
Latar Belakang ........................................................................................ 1
Tujuan .................................................................................................... 2
II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 3
Deskripsi Ikan Tuna ................................................................................ 3
Klasifikasi dan Morfologi Ikan Tuna (Thunnus Albacares)...................... 3
Komposisi Kimia Ikan Tuna ................................................................... 4
Sistem Jaminan Mutu Pangan Berdasarkan Konsepsi HACCP ................ 5
Good Manufacturing Practices (GMP) .................................................... 7
Santation Standard Operating Procedures (SSOP) ................................... 7
Penerapan HACCP ( Hazard Analysis Critical Control Point) ............... 11
III. METODE PRAKTEK ............................................................................. 13
Waktu dan Tempat ................................................................................ 13
Alat dan Bahan ..................................................................................... 13
Pengambilan Data ................................................................................. 14
Jenis dan Sumber Data .......................................................................... 15
Analisis Data........................................................................................ 16
Prosedur kerja ....................................................................................... 17
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................... 17
Sejarah Perusahaan ............................................................................... 18
Lokasi Perusahaan ................................................................................ 18
iii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Penerimaan Bahan Baku ..................................................................................... 36
2. Proses Pencucian I .............................................................................................. 36
3. Pembuangan Daging Hitam................................................................................. 37
4. Pengulitan ........................................................................................................... 37
5. Perapihan ............................................................................................................ 38
6. Penimbangan ...................................................................................................... 39
7. Pencucian II ........................................................................................................ 40
8. Penyuntikan CO .................................................................................................. 40
9. Pendinginan ........................................................................................................ 41
10. Pengecekan Akhir ............................................................................................. 42
11. Vacum .............................................................................................................. 42
12. Pengemasan dan Pelabelan ................................................................................ 43
13. Penyimpanan Beku ........................................................................................... 44
14. Pemuatan/Stuffing ............................................................................................. 44
vi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Jurnal Kegiatan KPA
58
2. Kartu Kendali Bimbingan
60
3. Lokasi Perusahaan
62
4. Diagram TPK/CCP Diagram
63
5. Diagram Struktur Organisasi ....................................................................................... 6
1
I. PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu penghasil ikan tuna yang cukup besar
karena memiliki wilayah kelautan yang cukup luas dengan bentangan luas
laut mencapai kurang lebih 5,8 juta km2 yang terdiri dari perairan
kepulauan/laut Nusantara 2,3 juta km2 , perairan territorial 2,8 juta km2
perairan pedalaman dan kepulauan 2,7 km2 Zona Ekonomi Eksklusif
(ZEE) dikelilingi lebih
17.500 pulau dan panjang pantai 95.181 km. Terdapat perairan umum di
wilayah daerah seluas 0,54 juta km2 . Potensi ekonomi kelautan
diperkirakan mencapai Rp 7.200 triliun per tahun. (Indonesia Maritime
Institute, 2010).
Ikan tuna (Thunnus sp.) merupakan salah satu komoditas ekonomi
penting perikanan baik dipasar global maupun di Indonesia. FAO (2005)
menyatakan bahwa ikan golongan scomboid sejauh ini menjadi salah satu
komoditas paling banyak di ekspor didunia. Hal ini dibuktikan dengan
jumlah total ekspor tuna dunia pada tahun 2008 yang mencapai angka 7,5
miliar USS (Josupeit 2010.) Indonesia sebagai salah satu Negara
eksportir tuna mengekspor sebesar
121.136 ton pada tahun 2005, dan pada tahun 2009 mengalami peningkatan
menjadi 134.673 ton (BRKP) 2009. Peningkatan jumlah tersebut juga
disebabkan meningkatnya permintaan pasar, bukan hanya untuk produk
segar, melainkan juga untuk produk olahannya seperti tuna loin, tuna fillet
bahkan olahan dalam kaleng.
Dengan melihat perkembangan dan peningkatan penghasilan produksi
hasil perikanan khususnya pada ikan tuna, maka penting kita mengikuti
Perkembangan teknologi dan informasi yang semakin berkembang
mengakibatkan meningkatnya persaingan ketat dipasar internasional
maupun nasional terutama pada industry pangan. Tuntutan menghadapi
pasar bebas tersebut menjadi alasan penting bagi industri pangan di
Indonesia untuk semakin meningkatkan mutu dan jaminan keamanan pada
produk-produk
2
olahan pangan. Produk olahan pangan yang bermutu dan aman pada
industri pangan di Indonesia akan mampu menjaga pasaran dan kontinuitas
usahanya yang pada akhirnya mampu memberikan devisa pada Negara.
Salah satu cara untuk menjamin keamana produk yang akan dipasarkan
yaitu dengan menggunakan system pengendalian kualitas keamanan
pangan yang mempunyai tujuan dan tahapan jelas, yaitu metode HACCP
(Hazard Analisis Critical Control Point). Menurut Muhandri dan Kadarisma
(2008) HACCP merupakan suatu system yang digunakan untuk
mengkategorikan bahaya dan menentukan system pengendalian yang
memfokuskan pada pencegahan. Salah satu alasan mengenai mengenai
pentingnya penerapan system HACCP pada industry pangan adalah karena
selama proses produksi memiliki peluang terjadinya pencemaran yang
dapat membahayakan konsumen. Pencemaran tersebut misalnya
kontaminasi silang yang terjadi dari karyawan yang kurang menjaga
kebersihan dan kenaikan suhu disaat proses produksi steak tuna beku.
HACCP dapat diterapkan pada seluruh rantai pangan dari produk primer
sampai pad konsumsi akhir dan penerapannya harus dipandu oleh bukti
secara ilmiah terhadap resiko kesehatan manusia(BSN,1998).
Tujuan
Ikan tuna merupakan salah satu jenis ikan yang memiliki harga
sangat mahal. Pengolahan dan penangan ikan Tuna sangat penting untuk
diketahui dan dipahami dalam upaya menjaga konsistensi kualitas produk
dan penanganannya harus dimulai sejak dilakukan penangkapan.
Evektifitas tindakan dalam mengontrol kualitas Tuna sangat ditunjang oleh
pengetahuan terhadap biologi Tuna. Dalam system klasifikasi, tuna
termasuk family Scombroid kandungan asam aminobebas histidin yang
tinggi dan jika tidak ditangani dengan tepat maka histidin dalam daging
Tuna akan diubah oleh bakteri menjadi senyawa toksik yang disebut
histamin. Histamine akan mengakibatkan keracunan scombroid atau
semacam alergi (Junianto, 2003).
Percifor
mes
Family :
Scrombidae
Genus : Thunnus
Species : Thunnus Albacore
Yellowfin adalah tipe dari tuna yang dikonsumsi oleh manusia sebagai
makanan, tuna ini di temukan di perairan terbuka lautan tropik dan sub
tropik di seluruh dunia, tidak terkecuali dilaut mediterania. Yellowfin juga
disebut ahli atau tuna ekor kuning, biasanya lebih besar dari pada albacora,
mencapai berat lebih dari 150 kg. Dagingnya merah muda pucat dengan
cita rasa yang sedikit lebih kuat dari pada albacora. Panjangnya dilaporkan
dapat mencapai sekitar 2,4 m. Kedua sirip punggung dan sirip ekor
berwarna kuning cerah, sebagian badannya berwarna biru metalik gelap
(kehitaman) berubah hingga silfer atau keperakkan dibagian perut, yang
juga memiliki sekitar 20 garisvertikal (Ditjent P2HP, 2006).
Good Manufacturing Practices (GMP) atau cara produksi yang baik dan
benar yaitu langkah-langkah yang harus dilakukan dalam pengolahan
makanan untuk menghasilkan produk dengan mutu yang tinggi dan aman
dikonsumsi (Djazuli N, 2000).
Good Manufacturing Practices (GMP) merupakan suatu metode atau
cara berproduksi yang baik dan benar dalam rangka menghasilkan produk
dengan mutu yang baik sesuai dengan harapan. Good Manufacturing
Practices (GMP) meliputi 8 persyaratan yaitu:
1. Persyaratan bahan baku
4. Persyaratan penanganan
5. Persyaratan pengolahan
6. Persyaratan pengemasan
7. Persyaratan penyimpanan
pengemasan.
b. Makanan, bahan kemasan makanan dan permukaan yang
kontak langsung dengan pangan harus terlindung dari bahaya
biologis, fisik dan kimia. Lampu yang menggunakan
pelindung digunakan di area proses dan pengemasan dengan
frekuensi pengawasan setiap sebelum kegiatan dan setiap 4
jam sekali.
d. Kotoran tidak boleh mengkontaminasi makanan atau bahan
kemasan dengan frekuensi pengawasan setiap 4 dan 8 jam.
6. Pelabelan dan penyimpanan bahan yang bersifat toksi,
beracundan berbahaya
Pelabelan, penyimpanan dan penggunaan bahan-bahan
pembersih, bahan sanitasi, minyak pelumas, bahan
kimia/pestisida dan bahan kimia beracun lainnya harus
diberi label dan disimpan dalam ruangan khusus yang
kering dan dapat dikunci, terpisah dari ruang pengolahan
dan pengepakan.
7. Pengawasan kondisi dan kesehatan personil.
Pada saat bekerja kondisi karyawan harus bersih dan sehat,
karena kondisi kesehatannya dapat mengkontaminasi bahan
makanan.
Alat Fungsi
meja
Baha Fungsi
peralatan
Es Bahan penolong
Pengambilan Data
Data tugas akhir yang dikumpulkan terdiri dari dua jenis, yaitu:
Data Primer
A. Observasi
B. Wawancara
16
C. Partisipasi aktif
Data sekunder
Analisis Data
Analisa data dalam KPA ini secara deskriptif kualitatif bertujuan untuk
menggambarkan, melukiskan, menerangkan, menjelaskan dan menjawab
secara lebih rinci permasalahan yang akan diteliti dengan mempelajari
semaksimal mungkin seorang individu, suatu kelompok atau suatu
kejadian dan hasil penulisannya berupa kata-kata atau pernyataan yang
sesuai dengan keadaan sebenarnya.
17
Prosedur kerja
penyuntikan
pencucian II pendinginan
CO
Sejarah Perusahaan
Lokasi Perusahaan
a. Visi
karyawan Diploma : 1
orang
SMA/Sederajat : 16 orang
SMP :-
SD :-
20
Pada proses pembekuan tuna loin di PT. Mina Maluku Sejahtera harus
dilakukan sesuai langkah kerja yang berurutan agar setiap proses tidak
terjadinya kontaminasi silang. Proses produksi tuna loin beku di PT. Mina
Maluku Sejahtera adalah sebagai berikut :
1. Penerimaan bahan baku
Bahan baku ikan Tuna (Thunnus Albacares) yang akan diolah pada PT.
Mina Maluku Sejahtera berasal dari wilayah Indonesia Bagian Timur yakni
Banda, Assilulu, pulau Kasuwari, Kisar, Namrole dan juga dari para
nelayan. Bahan baku yang dibawah oleh supplier menggunakan mobil pick
up, ikan kemudian dimasukkan ke dalam styrofoam dengan ditambahkan es
untuk menjaga mutu ikan.
Penerimaan bahan baku diawali dengan proses pembongkaran oleh
karyawan yang bertanggungjawab. Bahan baku yang dibongkar kemudian
dimasukkan kedalam ruang penerimaan melewati jendela penerimaan.
Pembongkaran dilakukan secara hati-hati agar tidak merusak permukaan
fisik ikan.
Pada PT. Mina Maluku Sejahtera selalu mempertahankan suhu ikan
maksimal 4◦C dengan menggunakan es.
(credit photo :
Melani)Gambar 3. Penerimaan bahan
baku
21
2. Pencucian I
(credit photo :
Melani)Gambar 5. Pembuangan daging
hitam
4. Pengulitan
Pada tahap ini pembuangan kulit dilakukan dengan cara di potong pada
batas antara daging dan kulit. Pembuangan kulit harus dilakukan
menggunakanpisau yang bersih dan hati-hati.
Pengulitan adalah proses pelepasan kulit dengan daging atau loin.
Pembuangan kulit dilakukan dengan cara loin disayat antara bagian kulit
dengan daging. Kulit dipegang dengan tangan kiri untuk menahan kulit dan
pisau diarahkan ke bagian ujung loin yang lain hingga kulit yang menempel
terlepas semua.
Tujuan pembuangan kulit adalah untuk mendapatkan ikan bersih tanpa
kulit dan menghilangkan sumber kontaminan dari tubuh ikan. Lendir yang
terdapat pada kulit menyebabkan banyak bakteri yang ikut menempel pada
permukaannya. Sumber pembusukan ikan biasanya melalui selaput lendir
pada permukaan kulit, insang dan saluran pencernaan. Di mana terdapat
sejumlah bakteri. Bakteri pembentukan histamin terdapat pada permukaan
kulit ikan segar, bakteri tersebut termasuk jenis Proteus morganii (Sofiani
2014).
23
(credit photo :
Melani)Gambar 6. Pengulitan
5. Perapihan
Pada tahap ini dilakukan pembuangan daging hitam serta tulang yang
masih melekat dan juga sisa kulit yang masih menempel pada daging ikan.
Proses yang dilakukan untuk merapihkan kembali loin dari sisa-sisa
daging hitam yang masih menempel pada loin dan membersihkan kembali
tulang-tulang dan kulit yang masih tersisa. Nampan dan meja perapihan
dibersihkan secara rutin 15 menit sekali dengan air yang telah dicampur
larutan klorin 100 ppm untuk tetap menjaga kebersihan peralatan
perapihan. Tujuan proses ini untuk merapihkan bentuk loin dan
menghilangkan daging hitam, serat pada permukaan daging dan sisa tulang
yang masih menempel pada loin. Daging gelap merupakan bagian yang
paling banyak mengandung senyawa histidin yang merupakan prekusor
histamin. Histidin bebas yang terdapat dalam daging ikan berkaitan dengan
terbentuknya histamin. Daging ikan yang berwarna gelap tinggi kandungan
histidin bebasnya, sedangkan ikan berdaging putih kandungan histidin
bebasnya lebih rendah (Nurjanah et al. 2014).
24
(credit photo :
Melani)Gambar 7. Perapihan
6. Penimbangan
(credit photo :
Melani)Gambar 8. Penimbangan
7. Pencucian II
(credit photo :
Melani)Gambar 9. Pencucian II
8. Penyuntikan CO
25
(credit photo :
Melani)Gambar 12. Pengecekan akhir
11. Vacum
(credit photo :
Melani)Gambar 13. Proses
Pemvacuman
(credit photo :
Melani)Gambar 14. Pengemasan dan
pelabelan
28
(credit photo :
Melani)Gambar 15. Penyimpanan
beku
15. Pemuatan/stuffing
(credit photo :
Melani)Gambar 16.
Pemuatan/stuffing
HACCP telah diterapkan sebagai salah satu alat keamanan pangan oleh
PT.Mina Maluku Sejahtera
1. Pembentukan Tim HACCP
identifikasi Hazard
2. Deskripsi Produk
3. Identifikasi Penggunaan
penyuntikan
pencucian II pendinginan
CO
32
5. Analisis Bahaya
perlu diperhatikan kondisi higienis yang baik terkait personil dan peralatan
yang bersih sehingga terhindar dari masuknya spesies mikroba baru dan
kontaminasi silang.
Tindakan monitoring yang dilakukan selanjutnya pada tahap
pengemasan dan pelabelan. Prosedur pemantauan dilakukan dengan
mengecek bahan pengemas dan label yang dilakukan oleh staf Quality
Control dengan mengecek tata cara penyimpanan bahan pengemas dan tata
cara pembuatan label produk yang sesuai dengan persyaratan label.
Pemantauan pada proses metal detektor dilakukan dengan melakukan
pengujian sensivitas mesin metal detektor setiap sebelum proses dan 30
menit sebelum digunakan oleh staf Quality Control.
V. PENUTUP
Kesimpulan
Saran
Saran yang dapat diberikan pada PT. Mina Maluku Sejahtera perlu
memberikan penyuluhan dan pelatihan kepada karyawan mengenai
kedisiplinan pelaksanaan GMP dan SSOP agar penerapan HACCP dapat
dioptimalkan selama proses produksi tuna loin. Perusahaan lebih
meningkatkan pengawasan terhadap semua tahapan proses yang menjadi
CCP sehingga bahaya yang terjadi dapat diminimalkan.
37
DAFTAR PUSTAKA
Junianto, 2003. Teknik Penangan Ikan. Penerbit PT. Penebar Swadaya, Jakarta
Murniyati, S dan Sunarman. 2000. Pendinginan Pembekuan dan Pengawetan
Ikan.
Bandung: Alfabeta
Noriyah. 2018. Kajian Rencana Hazard Analysis Critical Control Point
(HACCP) Produk Tuna Loin Beku CV. Peikanan Indonesia di Ambon.
Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Hal. 1-
61.
Rianti, A., Christoper, A., Lestari, D., & Kiyat, W.E (2018). Penerapan
keamanan dan sanitasi pangan pada produksi minuman sehat kacang-
kacangan UMKM Jukajo Sukses Muliadi Kabupaten Tangerang. Jurnal
Agroteknologi, 12(02)
Sarumahan, W.S., Kaligis, D.D., & Ondang, H.M.P (2018). Penerapan HACCP
(Hazard Analysis Critical Control Point) DI PT.Blue Ocean Grace
Internasional Bitung, Buletin Martic, 15(1)
Daftar Pertanyaan:
2. Dampak apa yg terjadi pada loin apabila PPM / kadar chlorine dalam
3. Dampak apa yang terjadi pada loin apabila loss vacum ? akan
LAMPIRAN
LAMPIRAN 1
LAMPIRAN 2
LAMPIRAN 3
43