Salah satu dasar hukum yang dapat dijadikan untuk menuntut pemerinah China agar
bertanggung jawab atas ulahnya yang menutup-nutupi informasi terkait virus Covid-19.
International Health Regulation 2005 yaitu sebuah pelengkap hukum yang mengatur
upaya pencegahan wabah penyakit menular dalam tingkat internasional. Perjanjian ini
berupa komitmen antar negara anggota IHR 2005 dan organisasi World Health
Organization mengenai pencegahan terjadinya pandemic penyakit menular termasuk
Covid-19 yang dapat membahayakan penduduk internasional. Pemerintah China yang
merupakan anggota dari IHR 2005 sudah selayaknya melakukan pelaporan terhadap virus
ini secara terbuka, rutin, dan transparan kepada WHO agar dapat disusun rencana-rencana
dalam melakukan pencegahan global yang akan dilakukan. Namun pada realitanya
pemerintah China memilih untuk menyembunyikan kasus Covid-19 di negaranya
sehingga penyebaran virus ini menjadi tidak terkendali dan menetap menjadi pandemic
global. Maka dari itu salah satu hal yang dapat dituntut dari permasalahan ini adalah
mengenai pertanggungjawaban moral, yakni pertanggungjawaban yang berasal dari tekad
pemerintah China untuk membantu dalam peredaan pandemi global yang sudah terlanjut
tersebar luas di skala global.
2. Apabila ditinjau dari awal terjadinya konflik antara Israel dan Palestina sejak 14 Mei 1948 telah
terjadi pendeklarasian terhadap negara Israel berdasarkan resolusi PBB setelah dibaginya tanah
Palestina menjadi dua bagian, yang dimana Israel mendapat bagian tanah yang lebih luas dan
sedangkan Plaestina hanya mendapatkan bagian yang lebih kecil. Berdasarkan realita yang
terjadi dalam kondisi ini, negara Arab sangat tidak setuju dan merasa tidak adil serta dirugikan
sehingga negara Arab menyatakan perang terhadap Israel tepat sehari setelah pendeklarasian.
Maka dari itu, pecahlah perang antara Arab-Israel yang pertama. Terdapat kurang lebih 700
orang Lebanon, 1.876 orang Suriah, 4.000 orang Irak, serta 2.800 orang Mesir yang sengaja
menyerbu wilayah Palestina. Apabila ditinjau lebih dalam lagi, dapat dikatakan bahwa
pernyataan perang yang dilakukan oleh Arab dilatarbelakangi oleh rasa kerugian yang
disebabkan keputusan hukum yang tetap sehingga penyerangan terhadap Israel terjadi. Secara
hukum, definisi dari pernyataan perang adalah tindakan resmi apabila suatu negara telah mulai
berperang melawan yang lain dan berdasarkan hukum internasional (PBB), serta penggunaan
kekuatan sekaligus ancaman dalam konflik internasional itu dilarang. Posisi Arab dalam
melakukan perang dengan kekuatan ini sesuai dengan Pasal 52 Piagam PBB yang menyatakan
bahwa negara juga memiliki hak untuk mempertahankan diri apabila serangan bersenjata telah
digencarkan. Maka dapat disimpulkan bahwa pada awal terjadinya konflik antara Israel dan
Palestina, Israel hanya melakukan tindakan perlindungan diri dalam perang sesuai dengan asas
proporsional, dan sekarang ini banyak peristiwa baru seperti penyerangan roket hamas kepada
Israel, terdapat banyak kesalahan yang terjadi, karena serangan roket hamas ini terjadi secara
brutal sehingga mengenai penduduk yang tidak memiliki problematika apapun, sedangkan Israel
hanya melakukan penyerangan sesuai dengan targetnya bukan manusia yang tidak memiliki
hubungan dengan masalahnya. Maka dari itu self defense masih berlaku bagi Israel. Jika kita
mengkaji beberapa penyerangan lain yang terjai setelahnya pada akhir-akhir ini, konflik yang
terjadi antar kedua negara tersebut hanyalah upaya untuk mengusir warga palestina yang
sedang mempertahankan tanahnya karena palestina merasa dirugikan. Jika membahas
mengenai kondisi Palestina sebagai negara non anggota PBB yang jelas tidak memiliki hak suara
untuk memiliki perlindungan kepada DK PBB, pengusiran dengan kekuaran bersenjata dapat
dikatakan tidak bermoral yang dilakukan oleh Israel itu terlalu melewati batas dan seharusnya
tidak perlu menggunakan kekuatan bersenjata karena melihat kondisi Palestina yang sangat
lemah.