Disusun Oleh :
KUDUS
2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena anugerah dari-Nya penulis dapat
menyelesaikan makalah "Gangguan konsep diri dan Ketidakberdayaan Keputusan”.
Gangguan konsep diri”. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Keperawatan Kesehatan Jiwa. Tak lupa penulis mengucapkan banyak terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah.Sebagai insan
biasa yang tidak punya daya dan upaya, kami sadar sepenuhnya bahwa dalam makalah
ini banyak kekurangan. Kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan demi
menyempurnakan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita dan
pembaca.
ii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL............................................................................................ii
KATA PENGANTAR.........................................................................................iii
DAFTAR ISI........................................................................................................iv
BAB I: PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..................................................................................1
1.2 Tujuan................................................................................................1
2.3 Psikopatologi.....................................................................................4
2.4 Diagnosa Medis dan Diagnosa Keperawatan.................................5
2.5 Penatalaksanaan...............................................................................8
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
pengetahuan dan wawasan luas maka individu ini termasuk memiliki konsep diri yang
positif. Untuk itu kami membuat makalah mengenai gangguan konsep diri karena
konsep diri merupakan konsep dasar yang harus perawat ketahui untuk bangaimana
memahami masalah, perilaku dan pandangan klien terhadap dirinya dan juga
lingkungannya.
1.2 Tujuan
1.2.1 Untuk mengetahui contoh kasus klien dengan gangguan konsep diri.
1.2.4 Untuk mengetahui diagnosis pada klien dengan gangguan konsep diri.
1.2.5 Untuk mengetahui rencana intervensi atau penatalaksanaan pada klien dengan
gangguan konsep diri.
1.2.6 Untuk mengetahui contoh kasus klien tentang ketidakberdayaan dan keputusan
1.2.8 Untuk mengetahui jenis – jenis dan factor – factor ketidakberdayaan dan
keputusan
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
1. Contoh kasus
A. Pengertian
Konsep diri adalah semua ide, pikiran, perasaan, kepercayaan, dan pendirian
yang diketahui oleh individu tentang dirinya dan memengaruhi individu dalam
hubungan dengan orang lain (Stuart dan Sudndeen, 2005). Sedangkan menurut Beck,
Willian dan Rawlin, 2005 menyatakan bahwa konsep diri adalah cara individu dalam
memandang dirinya secara utuh dari segi fisik, emosi, intelektual, sosial dan spiritual.
Konsep diri tidak dibawa sejak lahir tetapi dapat dipelajari dari pengalaman melalui
hubungan dengan orang lain. Konsep diri berkembang dengan baik jika pengalaman dan
budaya dari keluarga memberikan perasaan positif, di lingkungan dapat beraktualissasi
sehingga individu dapat menyadari potensi dalam dirinya. Respon dari individu
terhadap konsep diri dalam rentang adaptif sampai maladaptif. Gangguan konsep diri
adalah kondisi dimana individu mengalami kondisi perubahan pikiran dan perasaan atau
pandangan terhadap dirinya sendiri menjadi negatif.
3
Komponen konsep diri terdiri dari :
Citra
Tubuh
.
Ideal Diri Konsep Harga Diri
Diri
Peran Identitas
Diri
Komponen konsep diri terdiri dari :
1.Citra Tubuh (Body Image)
Sikap, persepsi keyakinan dan pengetahuan individu secara sadar, atau tidak
sadat, Terhadap tubuhnya yaitu : ukuran, bentuk,struktur ,makna, dan obyek yang
kontak secara terus menerus baik masa lalu maupun sekarang. Citra tubuh dapat
diartikan sebagai kumpulun sikap individu yang disadari maupun tidak ada tubuhnya.
Citra tubuh merupakan hal pokok dalam konsep diri, citra tubuh harus realistis, karena
semakin seseorang dapat menerima dan menyukai tabuhnya, ia akan lebih bebas dan
merasa aman dari kecemasan sehingga harga dirinya akan meningkat. Sikap individu
terhadap tubuhnya mencerminkan aspek penting dalam dirinya misalnya menarik,
gemuk, atau kurus, dan lain-lain.
Gangguan citra tubuh adalah perubahan persepsi tentang tubuh yang diakibatkan
oleh perubahan ukuran, bentuk, struktur, fungsi, keterbatasan, makna dan obyek, pada
klien yang dirawat di rumah sakit umum, perubahan citra tubuh sangat mungkin terjadi.
Stresor pada tiap kondisi kesehatannya apakah semakin membaik atau memburuk, dan
hal inilah yang dapat menentukan harga diri seseorang.
2.Ideal diri (Self ideal )
Ideal diri dipengaruhi oleh kebudayaan, keluarga, ambisi, keinginan, dan
kemampuan individu dalam menyesuaikan diri dengan norma yang berlaku di
masyarakat. Ideal diri berperan dalam membantu individu mempertahankan
kemampuan menghadapi konflik dan kondisi kesehatan serta keseimbangan mental.
Gangguan ideal diri adalah ideal diri yang terlalu tinggi, sukar dicapai dan tidak
realistis. Ideal diri yang samar dan tidak jelas dan cenderung menuntut. Pada klien yang
4
dirawat dirumah sakit karena sakit fisik maka ideal dirinya dapat terganggu. Atau ideal
diri klien terhadap hasil pengobatan yang terlalu tinggi dan sukar dicapai.
3.Harga diri ( self esteem)
Penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dan menganalisis seberapa jauh
perilaku dalam memenuhi ideal diri. Ketika individu sering mengalami keberhasilan
maka harga dirinya akan tinggi, sebaliknya apabila mengalami kegagalan maka individu
merasa harga dirinya rendah.Gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai perasaan
yang negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai
keinginan.
4.Peran (Self Role)
Serangkaian pola sikap, perilaku, nilai, dan tujuaan yang diharapkan oleh
masyarakat sesuai posisi di masyarakat. Peran yang ditetapkan adalah peran dimana
seseorang tidak mempunyai pilihan, sedangkan peran yang diterima adalah peran yang
dipilih oleh individu.
Gangguan penampilan peran adalah berubah atau terhentinya fungsi peran yang
disebabkan oleh penyakit, proses menua, putus sekolah, putus hubungan kerja. Pada
klien yang sedang dirawat di rumah sakit otomatis peran sosial klien berubah menjadi
peran sakit. Peran klien yang berubah adalah :
a. Peran dalam keluarga
b. Peran dalam pekerjaan/sekolah
c. Peran dalam berbagai kelompok
5.Identitas Diri (Self Identify)
Identitas diri adalah kesadaran dari diri sendiri yang bersumber dari observasi dan
penilaian dari semua aspek konsep diri sebagai suatu kesatuan yang utuh (Stuart, 2007).
Dalam identitas diri ada otonomi (mengerti dan percaya diri), hormat terhadap diri,
mampu menguasai diri, mengatur diri, menerima diri.Gangguan identitas adalah
kekaburan / ketidakpastian memandang diri sendiri. Penuh dengan keraguan, sukar
menetapkan keinginan dan tidak mampu mengambil keputusan.
5
B. Psikopatologi
a)Etiologi
6
c)Faktor Presipitasi
1. Trauma.
2. Ketegangan peran.
3. Transisi peran perkembangan.
4. Transisi peran situasi.
5. Transisi peran sehat-sakit
7
4. Perasaan mengambang/hampa
5. Kerancuan gender
6. Tingkat ansietas tinggi
7. Tidak mampu empati terhadap orang lain.
8. Masalah estimasi
e) Depersonalisasi
f) Komplikasi
8
Konsep diri seseorang terletak pada rentang respon antara ujung adaptif dan
ujung maladaptif yaitu aktualisasi diri, konsep diri positif, harga diri rendah, kekacauan
identitas dan depersonalisasi.
Adaptif Maladaptif
h) Pohon Masalah
Potensi yang dimiliki seseorang bisa berkembang atau tidak, itu tergantung pada
pribadi yang bersangkutan dan lingkungan dia berada. Beberapa hambatan yang sering
terjadi dalam pengembangan potensi diri adalah sebagai berikut:
a. Hambatan yang berasal dari lingkungan; Lingkungan merupakan salah satu faktor
penghambat dalam pengembangan potensi diri. Hambatan ini antara lain disebabkan
sistem pendidikan yang dianut, lingkungan kerja yang tidak mendukung semangat
pengembangan potensi diri, dan tanggapan atau kebiasaan dalam lingkungan
kebudayaan.
9
b. Hambatan yang berasal dari individu sendiri; Penghambat yang cukup besar
adalah pada diri sendiri,misalnya sikap berprasangka, tidak memiliki tujuan yang jelas,
keengganan mengenal diri sendiri, ketidak mampuan mengatur diri, pribadi yang kerdil,
kemampuan yang tidak memadai untuk memecahkan masalah, kreativitas rendah,
wibawa rendah, kemampuan pemahaman manajerial lemah, kemampuan latih rendah
dan kemampuan membina tim yang rendah
2) Diagnosa Keperawatan
Masalah keperawatan yang sering timbul pada pasien gangguan konsep diri adalah
sebagai berikut:
a. Gangguan harga diri (HDR): situasional/ kronis
b. Gangguan citra tubuh
c. Ideal diri tidak realistis
d. Gangguan identitas personal
e. Perubahan penampilan peran
f. Ketidakberdayaan
g. Keputusasaan
h. Isolasi sosial: menaik diri
i. Risiko perilaku kekerasan
Harga diri rendah – 00120
Definisi
Munculnya persepsi negatif tentang makna diri sebagai respons terhadap situasi
saat ini .
10
Tanpa tujuan Riwayat penolakan
Transisi perkembangan
Tantangan situasi terhadap
harga diri
Tidak berdaya
Ungkapan negatif tentang diri
Definisi
Konfusi dalam gambaran mental tentang ciri fisik individu
C. Penatalaksanaan
1) Terapi Medis
11
b. Haloperidol (hal dol) dosis 2-40 mg/hr indikasi digunakan untuk pengobatan
psikosa. Kontra indikasi: hiperaktif, galaukoma, hamil dan menyesui, efek
samping yaitu anemia, mulut kering, mual dan muntah, konstipasi, diare,
hipotensi, aritmia cordis, takikardi, eksrapiramidal, penglihatan berkabut.
c. Trihexypenidril (artane) dosis 5-15 mg/hr indikasi berbagai bentuk
parkinsonisme. Kontra indikasi: galukoma, takikardi, hipertensi, penyakit jantung,
asma, ulserasi, duodenum. Efek samping: sakit kepala, lemas, cemas, psikosis,
depresi, halusinasi, ortostatik, foto sensitivitas,penglihatan berkabut, mual
muntah, konstipasi, frekuensi/retensi urin.
2) Pengobatan Somatik
a. Elektro Convulsif Therapi (ECT)
Merupakan pengobatan untuk menimbulkan kejang grand mal yang
menghasilkan efek therapi dengan menggunakan arus listrik berkekuatan 75-100 volt.
Cara kerja belum diketahui secara jelas namun dapat dikatakan bahwa therapi convulsif
dapat memperpendek lamanya skizofrenia dan dapat mempermudah kontak dengan
orang lain, indikasi ECT yaitu depresi berat dan bila therapi obat-obatan belum berhasil
(gangguan berpolar), klien yang sangat mania, hiperaktif, klien resiko tinggi bunuh diri,
psikosis akut, skozoprenia.
b. Pengkajian Fisik
Terdiri dari pengekangan mekanik dan isolasi. Pengekangan mekanik dilakukan
dengan menggunakan manset untuk pergelangan tangan dan kaki serta seprei
pengekang. Isolasi yaitu menempatkan klien dalam suatu ruangan tertentu di rumah
sakit. Indikasi: Pengendalian prilaku amuk yang membahayakan diri dan orang lain.
Kontra indikasi: resiko tinggi bunuh diri, hukuman.
3) Psikoterapi
Psikoterapi membutuhkan waktu yang relatif cukup lama dan merupakanbagian
penting proses terapeutik, upaya dalam psikoterapi yaitu memberikan rasa aman dan
tenang. Menerima klien apa adanya, motivasi klien untuk dapat mengungkapkan
perasaannya secara verbal, bersikap ramah sopan dan jujur pada klien.
4) Terapi Modalitas
12
Terapi Okupasi: Therapi okupasi adalah suatu ilmu dan seni untuk mengarahkan
partisifasi seseorang dalam melaksanakan aktivitas atau juga yang segala dipilih dengan
maksud untuk memperbaiki, memperkuat dan meningkatkan harga diri.
2) Terapi Keperawatan
1. Psikoterapeutik
13
e. Bantu pasien membuat rencana yang realistis :
2. Pendidikan kesehatan
1) Jelaskan kepada pasien bahwa makan dan minum yang cukup penting untuk
kesehatannya.
2) Jelaskan bahwaw kondisi fisik yang sehat akan meningkatkan kemampuan untuk
menyelesaikan masalah.
3) Sajikan makanan secara menarik.
4) Pantau berat badan pasien secara teratur.
14
1) Arahkan kegiatan pasien sesuai dengan kemampuan minimal yang dimilikinya.
2) Beri penghargaan atas keberhasilan yang dicapai.
3) Beri kegiatan kepada pasien secara bertahap.
4) Bimbing pasien melakukan asuhan mandiri.
4. Lingkungan terapeutik
a. Lingkungan fisik
1) Siapkan ruangan yang aman dan nyaman, hindari alat-alat yang dapat digunakan
pasien untuk mencederai diri sendiri dan orang lain.
2) Tata ruangan secara menarik seperti: tempelkan poster-poster yang cerah untuk
meningkatkan gairah hidup, hadirkan musik yang ceria, acara televisi berupa
komedi yang lucu.
3) Beri kesempatan kepada pasien untuk merawat dan menyimpan barang-barang
milik pribadinya pada lemari-lemari atau kamar khusus.
b. Lingkungan sosial
a. Ketidakberdayaan
Ketidakberdayaan adalah persepsi atau tanggapan klien bahwa perilaku
atau tindakan yang sudah dilakukannya tidak akan membawa hasil yang
diharapkan atau tidak akan membawa perubahan hasil seperti yang diharapkan,
15
sehingga klien sulit mengendalikan situasi yang terjadi atau mengendalikan
situasi yang akan terjadi (NANDA, 2011).
b. Keputusasaan
Menurut NANDA (2015-2017), keputusasaan adalah keadaan
subyektif ketika seorang individu memandang keterbatasan atau tidak adanya
pilihan alternative serta tidak mampu memobilisasi energy untuk
kepentingannya sendiri. Keputusasaan menurut NANDA ini memiliki
beberapa batasan karakteristik, diantaranya: gangguan pola tidur, kurang
inisiatif, pasif, meninggalkan orang yang diajak bicara, penurunan selera
makan, kurang kontak mata, dan sebagainya. Factor-faktor yang
berhubungan yakni: isolasi soasial, penurunan kondisi fisiologis, stress
jangka panjang, serta kehilangan nilai kepercayaan.
16
dihadapinya dan tidak menemukan cara untuk mencapai sesuatu hal yang
diinginkan. Sedangkan ketidakberdayaan adalah seseorang menemukan
solusi masalahnya namun memiliki keterbatasan untuk melakukannya akibat
kurangnya kontrol terhadap kejadian atau situasi tertentu.
E. Penyebab
a.ketidakberdayaan
1. kurangnya pengetahuan
b.keputusasaan
a.Faktor kehilangan
c. Faktor Lingkungan
g. Kurangnya iman
17
F. Manifestasi klinis
a. keputusasaan
Contoh ungkapan :
1. “Lebihbaiksayamenyerahkarenasayatidakmampumemperbaikikeadaan.”
2. “Masadepansayaseolahsuram.”
3. “Sayatidakdapatmembayangkanmasadepansaya 10 tahunkedepan.”
1) Fisiologis :
tidur bertambah
2) emosional :
18
tidak berdaya,tidak mampu dan terperangkap.
2) Emosional: Individu marasa putus asa terhadap diri sendiri dan orang lain,
Merasa berada diujung tanduk, Tegang, Muak ( merasa ia tidak bisa), Kehilangan
kepuasan terhadap peran dan hubungan yang ia jalani, Rapuh
G. Jenis-jenis Ketidakberdayaan
19
a. Ketidakberdayaan situasional
Ketidakberdayaan yang muncul pada sebuah peristiwa spesifik dan mungkin
berlangsung singkat.
b. Ketidakberdayaan dasar (trait powerlessness)
Ketidakberdayaan yang bersifat menyebar, mempengaruhi pandangan, tujuan,
gaya hidup, dan hubungan.
H. Fakfor-faktor ketidakberdayaan
a. Ketidakberdayan
Faktor Predisposisi
a. Biologis
- Status nutrisi: berat badan pasien sangat menurun karena pasien tidak
berolahraga sejak terkena penyakit stroke. Massa otot berkurang
b. Psikologis
Psikologis pasien sedikit terguncang sejak terkena penyakit stroke tersebut,
sehari-hari yang dilakukannya hanya diam tanpa melakukan latihan apa-apa,
terkadang istrinya juga merasa sedih melihat keadaaan suaminya seperti itu.
c. Sosiokultural
Hubungan pasien selama mengalami penyakit stroke mengalami hambatan
selain tidak mampu untuk berinteraksi dengan orang luar. Juga komunikasi yang
kurang jelas karena pelo
d. Spiritual
Spiritual Pasien terganggu karena pasien tidak mampu melakukan ibadah sholat
Faktor presipitasi (waktu<6 bulan/ saat mulai tmbulnya gejala s/d saat dikaji)
a. Nature
20
Status nutrisi pasien berkurang
b. Origin
- Internal: Persepsi individu yang tidak baik tentang dirinya, orang lain dan
lingkungannya.
- Eksternal: Kurangnya dukungan keluarga, kurang dukungan masyarakat,
kurang dukungan kelompok/teman sebaya
c. Timing
Stres terjadi dalam waktu dekat, stress terjadi secara berulang-ulang/ terus
menerus.
d. Number
Sumber stres lebih dari satu, stres dirasakan sebagai masalah yang sangat berat.
Respon terhadap stress/ tanda gejala/ penilaian terhadap respon
a. Kognitif: kurang konsentrasi, ambivalensi, kebingungan, berkurangnya
kreatifitas, pandangan suram, pesimis, sulit untuk membuat keputusan, mimpi
buruk, produktivitas menurun, pelupa, ketidakpastian.
b. Afektif: sedih, rasa bersalah, bingung, gelisah, apatis/pasif, kesepian, rasa tidak
berharga, penyangkalan perasaan, kesal, khawatir, perasaan gagal.
c. Fisiologis: pasien biasnya mengeluh pusing. Suhu tubuh biasanya panas,
penuruanan berat badan
d. Perilaku: agitasi, perubahan tingkat aktivitas, mudah tersinggung, kurang
spontanitas, sangat tergantung, kebersihan diri yang kurang, mudah menangis
e. Respon sosial: patisipasi sosial berkurang.
Kemampuan mengatasi masalah/ sumber koping
21
motivasi, kurang berorientasi pada pencegahan (lebih senang melakukan
pengobatan)
Mekanisme koping yang dapat terjadi pada ketidakberdayaan antara lain:
b. Faktor presipitasi
1. Nature
Status nutrisi pasien semakin menurun akibat pasien kehilangan nafsu
makannya.
2. Origin
22
- Internal : persepsi negatif individu pada dirinya dan lingkungan di
sekitarnya
- Eksternal : pasien mendapat dukungan keluarga, tetapi tidak dengan
lingkungan dan teman-temannya
3. Timing
Stress yang dialami pasien terjadi dalam waktu dekat. Pasien mengalami
stress secara terus-menerus dan berkepanjangan.
4. Number
Kondisi pasien menjadi stressor yang paling berat dirasakan pasien. Pasien
merasa tidak ada harapan sembuh serta merasa hidupnya tidak akan lama
lagi.
2. Afektif
Pasien sering marah, uring-uringan, merasa kesal, kesepian, keputusasaan,
rasa bersalah, sedih, rasa tidak berharga, harga diri pasien rendah, dan
ansietas.
3. Fisiologis
Pasien mengalami anoreksia, keletihan, nyeri dada, sakit punggung, sakit
kepala, dan diare.
4. Perilaku
Pasien menjadi mudah tersinggung, mudah menangis, kebersihan diri pasien
kurang, perubahan tingkat aktifitas dan sangat tergantung.
5. Sosial
Pasien menarik diri dari masyarakat, terjadi isolasi social, dan pasien tidak
mampu mengatasi masalahnya.
23
d. Reaksi berduka yang dialami pasien menunjukkan penggunaan mekanisme
penyangkalan dan supresi berlebih dalam upaya menghindari distress.
e. Mekanisme koping Destruktif; tidak kreatif : kurang memiliki keinginan untuk
melakukan sesuatu, tidak mempunyai hubungan baik dengan lingkungannya,
ketidakmampuan untuk mencari informasi tentan perawatan untuk
kesembuhannya, tidak berpartisipasi dalam pengambilan keputusan saat
diberikan dukungan oleh keluarganya
24
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Konsep diri merupakan hal yang kompleks dan abstrak, tidak dapat diraba dan
tidak terwujud. “Konsep Diri” merupakan konsep seseorang sebagai orang yang
berbeda dengan orang lain dan objek sekitarnya,terpisah dari orang lain dan objek tetapi
merupakan manusia yang utuh.
Konsep diri adalah semua ide, kepercayaan dan pandangan yang diketahui tentang
dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain. Konsep diri
terdiri dari lima komponen, yaitu citra tubuh, ideal diri, identitas diri, peran, dan harga
diri. Dari semuanya masalah psikosial dapat diamb
Masalah keperawatan berupa harga diri situasional serta ketidakberdayaan
Intervensi keperawatan yang dapat diberikan pada klien dengan masalah psikososial
diantaranya seperti memberi dukungan penuh terhadap diri klien dan membantu klien
untuk menemukan mekanisme koping yang adekuat agar dapat mengatasi masalah
kesehatannya
Ketidakberdayaan merupakan keadaan ketika seseorang individu atau kelompok
merasa kurang kontrol terhadap kejadian atau situasi tertentu. keputusasaan adalah
keadaan subyektif ketika seorang individu memandang keterbatasan atau tidak adanya
pilihan alternative serta tidak mampu memobilisasi energy untuk kepentingannya
sendiri.
25
1.2 Saran
26
DAFTAR PUSTAKA
Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, an
Praktik. Ed.4. Jakarta: EGC
Prabowo, Eko. 2014. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Nuha Medika.
Yusuf Achmad, et al. 2015. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : Salemba
Medika.
Ainur ( online http://fourseasonnews.blogspot.com/2012/03/asuhan-keperawatan-jiwa-
gangguan-konsep.html
Indri ( online http://beequinn.wordpress.com/nursing/kebutuhan-dasar-manusia-i-
kdm-i/askep-pasien-gangguan-konsep-diri/