Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH

GANGGUAN KONSEP DIRI & KETIDAKBERDAYAAN KEPUTUSAN

Dosen Pengampu : Ns. Gardha Rias Asri S.Kep M.Kep

Disusun Oleh :

Nur Nafi’ah 2019012197

Nova Fitri Nurdiana 2019012194

Silfia Istikomah 2019012210

Tryas Septiana Fatmawati 2019012212

Wahyu Esterina Agus P. 2019012214

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN CENDEKIA UTAMA

KUDUS

2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena anugerah dari-Nya penulis dapat
menyelesaikan makalah "Gangguan konsep diri dan Ketidakberdayaan Keputusan”.
Gangguan konsep diri”. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Keperawatan Kesehatan Jiwa. Tak lupa penulis mengucapkan banyak terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah.Sebagai insan
biasa yang tidak punya daya dan upaya, kami sadar sepenuhnya bahwa dalam makalah
ini banyak kekurangan. Kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan demi
menyempurnakan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita dan
pembaca.

ii
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL............................................................................................ii
KATA PENGANTAR.........................................................................................iii
DAFTAR ISI........................................................................................................iv
BAB I: PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..................................................................................1
1.2 Tujuan................................................................................................1

BAB II: ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN MASALAH


PSIKOSOSIAL:KEHILANGAN DAN BERDUKA........................................2
2.1 Contoh Kasus Kehilangan dan Berduka.........................................2

2.2 Pengertian Kehilangan dan Berduka............................................3

2.3 Psikopatologi.....................................................................................4
2.4 Diagnosa Medis dan Diagnosa Keperawatan.................................5
2.5 Penatalaksanaan...............................................................................8

BAB III: PENUTUP


3.1 Kesimpulan......................................................................................12
3.2 Saran.................................................................................................12

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan adalah keadaan dimana jasmani, jiwa, maupun hubungan sosialnya


sejahtera dan orang menjadi lebih produktif. Kemajuan pengetahuan dan teknologi akan
menjadi stressor yang berdampak pada kehidupan manusia. Salah satu penyebab akibat
penyakit kejiwaan adalah stres. Kesehatan fisik dan jiwa seseorang akan menurun
sehingga akhirnya mengalami gangguan kejiwaan. Jiwa yang terganggu akan
mempengaruhi jasmani dan sosial yang dilihat dari perubahan perilaku seseorang, oleh
karena itu kesehatan jiwa harus lebih diperhatikan. Kesehatan Jiwa merupakan keadaan
sehat psikologi, emosional, sosial yang berhubungan dengan orang lain dapat memberi
kepuasan, perilaku yang efektif, konsep diri yang positif. Penentu suatu keberhasilah
adalah konsep diri yang positif.
Konsep diri merupakan sesuatu yang abstrak dan komplek dan tidak dapat
diraba, tidak berwujud. Konsep diri merupakan konsep dari seseorang sebagai individu
yang berbeda dari orang lain dan lingkungan sekitar dan merupakan manusia yang utuh.
Berdasarkan pengertian dari para ahli konsep diri (self consept) meupakan ide, pikiran,
pendirian, kepercayaan individu tentang dirinya dan hubungan antar orang lain atau
kebutuhan psikososial.Dapat membentuk perasaan, sikap dan persepsi sadar maupun
bawah sadar. Konsep diri tidak didapat dari lahir, namun dibentuk ketika usia muda.
Masalah psikososial dapat dipelajari melalui hubungan dengan orang lain dan seseorang
akan mendapatkan pengalaman dari interaksinya tersebut. Pada usia remaja merupakan
usia yang kritis karena banyak hal yang dilakukan untuk mempengaruhi konsep diri.
Jika konsep diri yang dibentuk pada masa kanak-kanak stabil maka saat remaja bahkan
dewasa akan stabil pula. Apabila terjadi ketidaksesuaian aspek kepribadian dari konsep
diri maka akan terjadi konflik dan menjadi sumber stres dan mempengaruhi kejiwaan.
Konsep diri mempunyai dimensi pengetahuan tentang dirinya, penilaian tentang
dirinya, dan juga memberi penghargaan untuk dirinya. Konsep diri merupakan hal yang
penting untuk membentuk kepribadian dalam bersikap dan berperilaku. Apabila
individu dapat menerima kelebihan dan kekurangan dalam dirinya dan juga memiliki

1
pengetahuan dan wawasan luas maka individu ini termasuk memiliki konsep diri yang
positif. Untuk itu kami membuat makalah mengenai gangguan konsep diri karena
konsep diri merupakan konsep dasar yang harus perawat ketahui untuk bangaimana
memahami masalah, perilaku dan pandangan klien terhadap dirinya dan juga
lingkungannya.

1.2 Tujuan

1.2.1 Untuk mengetahui contoh kasus klien dengan gangguan konsep diri.

1.2.2 Untuk mengetahui pengertian gangguan konsep diri.

1.2.3 Untuk mengetahui psikopatologi/ psikodinamika konsep diri.

1.2.4 Untuk mengetahui diagnosis pada klien dengan gangguan konsep diri.

1.2.5 Untuk mengetahui rencana intervensi atau penatalaksanaan pada klien dengan
gangguan konsep diri.

1.2.6 Untuk mengetahui contoh kasus klien tentang ketidakberdayaan dan keputusan

1.2.7 Untuk mengetahui pengertian ketidakberdayaan dan keputusan

1.2.8 Untuk mengetahui jenis – jenis dan factor – factor ketidakberdayaan dan
keputusan

2
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

1. Contoh kasus

Nn X adalah Seorang remaja putri berusia 12 tahun yang melakukan percobaan


gantung diri di dahan pohon di samping rumahnya yang terletak di Gergio, Amerika
serikat , dengan menggunggahnya (Live) di media sosial facebook. Saat dikaji dalam
video tersebut , Nn X mengatakan bahwa dirinya adalah seorang gadis perempuan
yang paling tidak beruntung,dan tidak berguna untuk hidup,Nn X merasa kecewa dan
sering malu karena sering di ejek pelacur oleh teman-temannya, Nn X juga mengatakan
sering disakiti oleh ayah tirinya secara fisik mental dan seksual.Akibat nya Nn X
merasa tidak percaya diri untuk bergaul dengan teman-temannya karna Nn X merasa
bahwa dirinya sudah tidak sama dengan teman sebayanya ,padahal awalnya Nn X
adalah sosok anak yang dikenal sebagai anak periang dan ceria. Selain itu dalam Video
yang diunggah olen Nn X juga mengucapkan permohonan maaf kepada semua kerabat
dan pengguna akun sosial media facebook tersebut

A. Pengertian

Konsep diri adalah semua ide, pikiran, perasaan, kepercayaan, dan pendirian
yang diketahui oleh individu tentang dirinya dan memengaruhi individu dalam
hubungan dengan orang lain (Stuart dan Sudndeen, 2005). Sedangkan menurut Beck,
Willian dan Rawlin, 2005 menyatakan bahwa konsep diri adalah cara individu dalam
memandang dirinya secara utuh dari segi fisik, emosi, intelektual, sosial dan spiritual.
Konsep diri tidak dibawa sejak lahir tetapi dapat dipelajari dari pengalaman melalui
hubungan dengan orang lain. Konsep diri berkembang dengan baik jika pengalaman dan
budaya dari keluarga memberikan perasaan positif, di lingkungan dapat beraktualissasi
sehingga individu dapat menyadari potensi dalam dirinya. Respon dari individu
terhadap konsep diri dalam rentang adaptif sampai maladaptif. Gangguan konsep diri
adalah kondisi dimana individu mengalami kondisi perubahan pikiran dan perasaan atau
pandangan terhadap dirinya sendiri menjadi negatif.

3
Komponen konsep diri terdiri dari :

Citra
Tubuh
.
Ideal Diri Konsep Harga Diri
Diri

Peran Identitas
Diri
Komponen konsep diri terdiri dari :
1.Citra Tubuh (Body Image)
Sikap, persepsi keyakinan dan pengetahuan individu secara sadar, atau tidak
sadat, Terhadap tubuhnya yaitu :  ukuran, bentuk,struktur ,makna, dan obyek yang
kontak secara terus menerus baik masa lalu maupun sekarang. Citra tubuh dapat
diartikan sebagai kumpulun sikap individu yang disadari maupun tidak ada tubuhnya.
Citra tubuh merupakan hal pokok dalam konsep diri, citra tubuh harus realistis, karena
semakin seseorang dapat menerima dan menyukai tabuhnya, ia akan lebih bebas dan
merasa aman dari kecemasan sehingga harga dirinya akan meningkat. Sikap individu
terhadap tubuhnya mencerminkan aspek penting dalam dirinya misalnya menarik,
gemuk, atau kurus, dan lain-lain.
Gangguan citra tubuh adalah perubahan persepsi tentang tubuh yang diakibatkan
oleh perubahan ukuran, bentuk, struktur, fungsi, keterbatasan, makna dan obyek, pada
klien yang dirawat di rumah sakit umum, perubahan citra tubuh sangat mungkin terjadi.
Stresor pada tiap kondisi kesehatannya apakah semakin membaik atau memburuk, dan 
hal inilah yang dapat menentukan harga diri seseorang.
2.Ideal diri (Self ideal )
Ideal diri dipengaruhi oleh kebudayaan, keluarga, ambisi, keinginan, dan
kemampuan individu dalam menyesuaikan diri dengan norma yang berlaku di
masyarakat. Ideal diri berperan dalam membantu individu mempertahankan
kemampuan menghadapi konflik dan kondisi kesehatan serta keseimbangan mental.
Gangguan ideal diri adalah ideal diri yang terlalu tinggi, sukar dicapai dan tidak
realistis. Ideal diri yang samar dan tidak jelas dan cenderung menuntut. Pada klien yang

4
dirawat dirumah sakit karena sakit fisik maka ideal dirinya dapat terganggu. Atau ideal
diri klien terhadap hasil pengobatan yang terlalu tinggi dan sukar dicapai.
3.Harga diri ( self esteem)
Penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dan menganalisis seberapa jauh
perilaku dalam memenuhi ideal diri. Ketika individu sering mengalami keberhasilan
maka harga dirinya akan tinggi, sebaliknya apabila mengalami kegagalan maka individu
merasa harga dirinya rendah.Gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai perasaan
yang negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai
keinginan. 
4.Peran (Self Role)
Serangkaian pola sikap, perilaku, nilai, dan tujuaan yang diharapkan oleh
masyarakat sesuai posisi di masyarakat. Peran yang ditetapkan adalah peran dimana
seseorang tidak mempunyai pilihan, sedangkan peran yang diterima adalah peran yang
dipilih oleh individu.
Gangguan penampilan peran adalah berubah atau terhentinya fungsi peran yang
disebabkan oleh penyakit, proses menua, putus sekolah, putus hubungan kerja. Pada
klien yang sedang dirawat di rumah sakit otomatis peran sosial klien berubah menjadi
peran sakit. Peran klien yang berubah adalah :
a.      Peran dalam keluarga
b.      Peran dalam pekerjaan/sekolah
c.      Peran dalam berbagai kelompok
5.Identitas Diri (Self Identify)
Identitas diri adalah kesadaran dari diri sendiri yang bersumber dari observasi dan
penilaian dari semua aspek konsep diri sebagai suatu kesatuan yang utuh (Stuart, 2007).
Dalam identitas diri ada otonomi (mengerti dan percaya diri), hormat terhadap diri,
mampu menguasai diri, mengatur diri, menerima diri.Gangguan identitas adalah
kekaburan / ketidakpastian memandang diri sendiri. Penuh dengan keraguan, sukar
menetapkan keinginan dan tidak mampu mengambil keputusan.

5
B. Psikopatologi
a)Etiologi

Penyebab dari gangguan konsep diri adalah :

1. Situasional yaitu trauma secara tiba-tiba, misalnya kecelakaan, bercerai, putus


sekolah/kerja, korban pemerkosaan, korupsi, dll.
2. Kronik yaitu perasaan negatif terhadap diri sendiri yang telah berlangsung lama
sebelum sakit atau dirawat, cara berfikir klien selalu negatif, apabila klien
mengalami kejadian sakit persepsi negatif akan bertambah.
b) Faktor Predisposisi

Citra tubuh 1. Kehilangan /kerusakan bagian tubuh (anatomi


dan fungsi)
2. Perubahan ukuran, bentuk dan penampilan tubuh
(akibat tumbuh kembang atau penyakit)
3. Proses penyakit dan dampaknya terhadap struktur
dan fungsi tubuh
4. Proses pengobatan seperti radiasi dan kemoterapi
Harga diri 1. Penolakan
2. Kurang penghargaan
3. Pola asuh overprotektif, otoriter, tidak konsisten,
terlalu dituruti, terlalu dituntut
4. Persaingan antara keluarga
5. Kesalahan dan kegagalan berulang
6. Tidak mampu mencapai standar
Ideal diri 1. Cita-cita yang terlalu tinggi
2. Harapan yang tidak sesuai dengan kenyataan
3. Ideal diri samar atau tidak jelas
Peran 1. Stereotipe peran seks
2. Tuntutan peran kerja
3. Harapan peran cultural
Identitas diri 1. Ketidakpercayaan orang tua
2. Tekanan dari teman sebaya
3. Perubahan struktur social

6
c)Faktor Presipitasi

1. Trauma.
2. Ketegangan peran.
3. Transisi peran perkembangan.
4. Transisi peran situasi.
5. Transisi peran sehat-sakit

d) Tanda dan Gejala

Citra tubuh 1. Menolak menyentuh/melihat bagian tubuh tertentu


2. Menolak bercermin.
3. Tidak mau mendiskusikan keterbatasan/ cacat tubuh.
4. Menolak usaha rehabilitasi
5. Usaha pengobatan mandiri yang tidak tepat.
6. Menyangkal cacat tubuh.

Harga diri rendah 1. Mengkritik diri sendiri/orang lain.


2. Produktivitas menurun.
3. Gangguan dalam berhubungan.
4. Merasa dirinya paling penting.
5. Merasa tidak mampu, bersalah dan khawatir.
6. Mudah tersinggung/marah.
7. Perasaan negatif terhadap tubuh.
8. Ketegangan peran.
9. Psimis menghadapi hidup.
10. Keluhan fisik.
11. Penolakan kemampuan diri.
12. Destruktif terhadap diri dan orang lain.
13. Menarik diri dari realitas dan sosial.
14. Penyalahgunaan zat.

Kerancuan 1. Tidak ada kode moral


identitas 2. Kepribadian yang bertentangan/ kerancuan gender.
3. Hubungan interpersonal yang eksploitatif

7
4. Perasaan mengambang/hampa
5. Kerancuan gender
6. Tingkat ansietas tinggi
7. Tidak mampu empati terhadap orang lain.
8. Masalah estimasi

e) Depersonalisasi

Afektif Perseptual Kognitif Perilaku

 Kehilangan  Halusinasi  Bingung  Pasif


identitas dengan dan  Disorientasi
 Komunikasi
lihat waktu
 Perasaan terpisah tidak sesuai
 Bingung  Gangguan
dari diri
tentang berpikir  Kurang
 Perasaan tidak seksualitas  Gangguan spontanitas
realistis diri daya ingat
 Kehilangan
 Sulit  Gangguan
 Rasa terisolasi kendali
membedakan penilaian
yang kuat terhadap
diri dari  Kepribadian
impuls
 Kurang rasa orang lain ganda
berkesinambunga  Gangguan  Tidak
n citra tubuh mampu
 Dunia memutuskan
 Tidak mampu
seperti
mencari  Menarik diri
dalam mimpi
kesenangan secara social

f) Komplikasi

1. Isolasi diri : menarik diri


2. Timbulnya masalah persepsi sensosi atau halusinasi.

g) Rentang Respon Konsep Diri

8
Konsep diri seseorang terletak pada rentang respon antara ujung adaptif dan
ujung maladaptif yaitu aktualisasi diri, konsep diri positif, harga diri rendah, kekacauan
identitas dan depersonalisasi.

Adaptif Maladaptif

Aktualisasi diri Konsep diri Harga diri Kerancuan Depersonalisasi

h) Pohon Masalah

Resiko isolasi sosial: Risiko perilaku


menarik diri kekerasan

Gangguan konsep diri:

 Harga diri rendah : kronis


 Gangguan citra tubuh
 Penampilan peran

Koping keluarga tidak efektif

i) Hambatan Dalam Membangun Konsep Diri

Potensi yang dimiliki seseorang bisa berkembang atau tidak, itu tergantung pada
pribadi yang bersangkutan dan lingkungan dia berada. Beberapa hambatan yang sering
terjadi dalam pengembangan potensi diri adalah sebagai berikut:

a.       Hambatan yang berasal dari lingkungan; Lingkungan merupakan salah satu faktor
penghambat dalam pengembangan potensi diri. Hambatan ini antara lain disebabkan
sistem pendidikan yang dianut, lingkungan kerja yang tidak mendukung semangat
pengembangan potensi diri, dan tanggapan atau kebiasaan dalam lingkungan
kebudayaan.

9
b.      Hambatan yang berasal dari individu sendiri; Penghambat yang cukup besar
adalah pada diri sendiri,misalnya sikap berprasangka, tidak memiliki tujuan yang jelas,
keengganan mengenal diri sendiri, ketidak mampuan mengatur diri, pribadi yang kerdil,
kemampuan yang tidak memadai untuk memecahkan masalah, kreativitas rendah,
wibawa rendah, kemampuan pemahaman manajerial lemah, kemampuan latih rendah
dan kemampuan membina tim yang rendah

a. Diagnosa Medis dan Diagnosa Keperawatan


1) Diagnosa Medis
Masalah psikosial : Stress/ depresi

2) Diagnosa Keperawatan
Masalah keperawatan yang sering timbul pada pasien gangguan konsep diri adalah
sebagai berikut:
a. Gangguan harga diri (HDR): situasional/ kronis
b. Gangguan citra tubuh
c. Ideal diri tidak realistis
d. Gangguan identitas personal
e. Perubahan penampilan peran
f. Ketidakberdayaan
g. Keputusasaan
h. Isolasi sosial: menaik diri
i. Risiko perilaku kekerasan
Harga diri rendah – 00120
Definisi
Munculnya persepsi negatif tentang makna diri sebagai respons terhadap situasi
saat ini .

Batasan Karakteristik Faktor yang Berhubungan


 Meremehkan kemampuan  Gangguan citara tubuh
 Gangguan fungsi
menghadapi situasi
 Gangguan peran sosial
 Perilaku tidak asertif  Ketidakadekuatan pemahaman
 Perilaku tidak selaras dengan  Perilaku tidak konsisten dengan
nilai
nilai  Pola kegagalan
 Riwayat kehilangan

10
 Tanpa tujuan  Riwayat penolakan
 Transisi perkembangan
 Tantangan situasi terhadap
harga diri
 Tidak berdaya
 Ungkapan negatif tentang diri

Citra tubuh – 00118

Definisi
Konfusi dalam gambaran mental tentang ciri fisik individu

Batasan Karakteristik Faktor yang Berhubungan


 Brfokus pada penampilan masa lalu  Cedera
 Gangguan fungsi tubuh  Gangguan fungsi psikososial
 Gangguan pandangan tubuh seseorang  Perubahan fungsi kognitif
tentang(mis.,  Perubahan fungsi
penampilan,struktur,fungsi) tubuh( karna
 Perasaan negatif tentang tubuh anomalia,penyakit,
 Perubahan gaya hidup medikasi,kehamilan,
 Perubahan lingkungan sosial radiasi ,trauma )
 Respon nonverbal pada perubahan  Perubahan presepsi
tubuh (mis., diri
penampilan,struktur,fungsi)  Transisi
 Respon nonverbal pada perubahan yang perkembangan
dirasakan pada tubuh (mis.,  trauma
penampilan,struktur,fungsi)
 Takut reaksi orang lain
 Trauma terhadap bagian tubuh yang
tidak berfungsi

C. Penatalaksanaan
1) Terapi Medis

Harga diri rendah termasuk dalam kelompok penyakit skizoprenia tidak


tergolongkan, maka jenis penatalaksanaan yang bisa dilakukan adalah:
1) Psikofarmakol
Adalah terapi dengan menggunakan obat, tujuannya untuk mengurangi atau
menghilangkan gejala gangguan jiwa, obat yang biasa digunakan di RS jiwa antara lain:
a. Cloropromazin ( Thorazime) dosis 25-2000 mg/hari

11
b. Haloperidol (hal dol) dosis 2-40 mg/hr indikasi digunakan untuk pengobatan
psikosa. Kontra indikasi: hiperaktif, galaukoma, hamil dan menyesui, efek
samping yaitu anemia, mulut kering, mual dan muntah, konstipasi, diare,
hipotensi, aritmia cordis, takikardi, eksrapiramidal, penglihatan berkabut.
c. Trihexypenidril (artane) dosis 5-15 mg/hr indikasi berbagai bentuk
parkinsonisme. Kontra indikasi: galukoma, takikardi, hipertensi, penyakit jantung,
asma, ulserasi, duodenum. Efek samping: sakit kepala, lemas, cemas, psikosis,
depresi, halusinasi, ortostatik, foto sensitivitas,penglihatan berkabut, mual
muntah, konstipasi, frekuensi/retensi urin.
2) Pengobatan Somatik
a. Elektro Convulsif Therapi (ECT)
Merupakan pengobatan untuk menimbulkan kejang grand mal yang
menghasilkan efek therapi dengan menggunakan arus listrik berkekuatan 75-100 volt.
Cara kerja belum diketahui secara jelas namun dapat dikatakan bahwa therapi convulsif
dapat memperpendek lamanya skizofrenia dan dapat mempermudah kontak dengan
orang lain, indikasi ECT yaitu depresi berat dan bila therapi obat-obatan belum berhasil
(gangguan berpolar), klien yang sangat mania, hiperaktif, klien resiko tinggi bunuh diri,
psikosis akut, skozoprenia.
b. Pengkajian Fisik
Terdiri dari pengekangan mekanik dan isolasi. Pengekangan mekanik dilakukan
dengan menggunakan manset untuk pergelangan tangan dan kaki serta seprei
pengekang. Isolasi yaitu menempatkan klien dalam suatu ruangan tertentu di rumah
sakit. Indikasi: Pengendalian prilaku amuk yang membahayakan diri dan orang lain.
Kontra indikasi: resiko tinggi bunuh diri, hukuman.
3) Psikoterapi
Psikoterapi membutuhkan waktu yang relatif cukup lama dan merupakanbagian
penting proses terapeutik, upaya dalam psikoterapi yaitu memberikan rasa aman dan
tenang. Menerima klien apa adanya, motivasi klien untuk dapat mengungkapkan
perasaannya secara verbal, bersikap ramah sopan dan jujur pada klien.
4) Terapi Modalitas

12
Terapi Okupasi: Therapi okupasi adalah suatu ilmu dan seni untuk mengarahkan
partisifasi seseorang dalam melaksanakan aktivitas atau juga yang segala dipilih dengan
maksud untuk memperbaiki, memperkuat dan meningkatkan harga diri.
2) Terapi Keperawatan

1. Psikoterapeutik

a. Bina hubungan saling percaya :

1) Kenalkan nama, tugas, waktu kerja perawat kepada pasien.


2) Jelaskan kepada pasien bahwa perawat telah siap mendengarkan apa yang
dikatakannya.
3) Nyatakan kesediasn perawat membantu pasien.
4) Dengarkan dengan penuh perhatian akan minat pernyataan pasien.

b. Bantu pasien memperluas kesadaran dirinya :

1) Anjurkan pasien untuk mengungkapkan segala sesuatu yang dirasakan seperti:


hubungannya dengan orang lain, pekerjaan, urusan rumah tangga, sekolah, dsb.
2) Tanyakan kepada pasien tentang kejadian berkaitan dengan pikiran, perasaan
dan keyakinannya.
3) Luruskan kesalahan persepsi pasien tanpa mendebat.

c. Bantu pasien mengenal kekuatan dan kelemahannya :


1) Anjurkan pasien menyebutkan atau menuliskan minimal 5 kelebihan yang
dimilikinya.
2) Dukung pernyataan pasien tentang kelebihan yang telah dimiliki oleh pasien.
3) Bicarakan dengan pasien kekurangan yang dimilikinya serta jelaskan bahwa
setiap orang mempunyai kelebihan dan kekurangan.

d. Bantu pasien mengevaluasi diri :

1) Tanyakan kepada pasien keberhasilan yang pernah diraih.


2) Bicarakan kegagalan yang pernah dialami pasien: sebab-sebab kegagalan, cara
mengatasinya, serta respon pasien terhadap kegagalan.
3) Jelaskan kepada pasien kegagalan yang dialami dapat menjadi pelajaran untuk
mengatasi kesulitan yang mungkin terjadi pada masa yang akan datang.

13
e. Bantu pasien membuat rencana yang realistis :

1) Tanyakan kepada pasien tujuan serta keberhasilan yang ingin dicapai.


2) Bantu pasien memilih prioritas tujuan yang pasti dapat dicapainya.
3) Bicarakan dengan pasien konsekuensi dari tujuan yang telah dipilih dengan
memberi contoh bermain peran dan mendemonstrasikan kembali.

f. Bantu pasien membuat keputusan mencapai tujuan :

1) Beri pasien kesempatan untuk melakukan yang telah dipilih.


2) Tunjukan keberhasilan yang telah dicapai, dan beri penghargaan yang sesuai.
3) Ikut sertakan pasien dalam kelompok.
4) Beri dukungan positif untuk mempertahankan dan meningkatkan kemampuan
pasien.

2. Pendidikan kesehatan

a. Anjurkan pasien untuk mengikuti latihan keterampilan untuk mengembangkan


bakat yang dimiliki.
b. Bimbing setiap anggota keluarga untuk mengenal dan menghargai kemampuan dari
masing-masing anggota keluarganya.
c. Bimbing pasien untuk menguraikan pola hubungannya dengan tiap anggota
keluarga.
d. Bimbing pasien untuk mencoba cara-cara baru dalam berhubungan dengan anggota
keluarga yang lain.

3. Kegiatan hidup sehari-hari

a. Pemenuhan nutrisi dan cairan

1) Jelaskan kepada pasien bahwa makan dan minum yang cukup penting untuk
kesehatannya.
2) Jelaskan bahwaw kondisi fisik yang sehat akan meningkatkan kemampuan untuk
menyelesaikan masalah.
3) Sajikan makanan secara menarik.
4) Pantau berat badan pasien secara teratur.

b. Bantu pasien melakukan kegiatan sesuai dengan kemampuannya

14
1) Arahkan kegiatan pasien sesuai dengan kemampuan minimal yang dimilikinya.
2) Beri penghargaan atas keberhasilan yang dicapai.
3) Beri kegiatan kepada pasien secara bertahap.
4) Bimbing pasien melakukan asuhan mandiri.

4. Lingkungan terapeutik

a. Lingkungan fisik

1) Siapkan ruangan yang aman dan nyaman, hindari alat-alat yang dapat digunakan
pasien untuk mencederai diri sendiri dan orang lain.
2) Tata ruangan secara menarik seperti: tempelkan poster-poster yang cerah untuk
meningkatkan gairah hidup, hadirkan musik yang ceria, acara televisi berupa
komedi yang lucu.
3) Beri kesempatan kepada pasien untuk merawat dan menyimpan barang-barang
milik pribadinya pada lemari-lemari atau kamar khusus.

b. Lingkungan sosial

1) Beri penjelasan kepada pasien setiap akan melakukan tindakan keperawatan,


terutama yang berkaitan dengan privasi (hak pribadi pasien) misalnya: tindakan
pengikatan, pemberian obat baik secara oral maupun parenteral, dan lain-lain.
2) Terima pasien sebagaimana adanya dengan tidak mengeluarkan kata-kata yang
mengejek atau merendahkan.
3) Anjurkan keluarga agar menerima pasien sebagaimana adanya.
4) Sertakan keluarga dalam menyelesaikan masalah pasien.
5) Jelaskan kepada keluarga bahwa setiap keluarga unik, mempunyai kelebihan dan
kekurangan.

D. Pengertian Ketidakberdayaan dan keputusasaan

a. Ketidakberdayaan
Ketidakberdayaan adalah persepsi atau tanggapan klien bahwa perilaku
atau tindakan yang sudah dilakukannya tidak akan membawa hasil yang
diharapkan atau tidak akan membawa perubahan hasil seperti yang diharapkan,

15
sehingga klien sulit mengendalikan situasi yang terjadi atau mengendalikan
situasi yang akan terjadi (NANDA, 2011).

Menurut Nanda (2012) Ketidakberdayaan memiliki definisi persepsi


bahwa tindakan seseorang secara signifikan tidak akan mempengaruhi hasil;
persepsi kurang kendali terhadap situasi saat ini atau situasi yang akan terjadi.

Menurut Wilkinson (2007) ketidakberdayaan merupakan persepsi


seseorang bahwa tindakannya tidak akan mempengaruhi hasil secara bermakna,
kurang penggendalian yang dirasakan terhadap situasi terakhir atau yang baru
saja terjadi.

Menurut Carpenito-Moyet (2007) ketidakberdayaan merupakan keadaan


ketika seseorang individu atau kelompok merasa kurang kontrol terhadap
kejadian atau situasi tertentu.

b. Keputusasaan
Menurut NANDA (2015-2017), keputusasaan adalah keadaan
subyektif ketika seorang individu memandang keterbatasan atau tidak adanya
pilihan alternative serta tidak mampu memobilisasi energy untuk
kepentingannya sendiri. Keputusasaan menurut NANDA ini memiliki
beberapa batasan karakteristik, diantaranya: gangguan pola tidur, kurang
inisiatif, pasif, meninggalkan orang yang diajak bicara, penurunan selera
makan, kurang kontak mata, dan sebagainya. Factor-faktor yang
berhubungan yakni: isolasi soasial, penurunan kondisi fisiologis, stress
jangka panjang, serta kehilangan nilai kepercayaan.

Keputusasaan merupakan suatu keadaan emosional yang dialami


ketika individu merasa kehidupannya sangat berat untuk dijalani dan dirasa
mustahil. Seseorang tersebut tidak akan memiliki harapan untuk
memperbaiki kehidupannya, tidak memiliki solusi untuk masalah yang
dialaminya dan ia merasa tidak aka nada orang yang dapat membantuya
menyelesaikan masalahnya (Carpenito, 563).

Keputusasaan ini berbeda dengan ketidakberdayaan. Orang yang


merasa utus asa tidak mampu melihat adanya solusi untuk masalah yang

16
dihadapinya dan tidak menemukan cara untuk mencapai sesuatu hal yang
diinginkan. Sedangkan ketidakberdayaan adalah seseorang menemukan
solusi masalahnya namun memiliki keterbatasan untuk melakukannya akibat
kurangnya kontrol terhadap kejadian atau situasi tertentu.

E. Penyebab
a.ketidakberdayaan

1. kurangnya pengetahuan

2. Ketidak adekuatan koping sebelumnya (seperti : depresi)

3. serta kurangnya kesempatan untuk membuat keputusan (Carpenito, 2009).

Doenges, Townsend, M, (2008)

 Kesehatan lingkungan: hilangnya privasi, milik pribadi dan kontrol terhadap


terapi.

 Hubungan interpersonal: penyalahgunaan kekuasaan,hubungan yang kasar.

 Penyakit yang berhubungan dengan rejimen:penyakit kronis atau yang


melemahkan kondisi.

 Gaya hidupketidakberdayaan: mengulangi kegagalan dan ketergantungan.

b.keputusasaan

a.Faktor kehilangan

b.    Kegagalan yang terus menerus

c.    Faktor Lingkungan

d.   Orang terdekat ( keluarga )

e.    Status kesehatan ( penyakit yang diderita dan dapat mengancam jiwa)

f.     Adanya tekanan hidup

g.    Kurangnya iman

17
F. Manifestasi klinis

a. keputusasaan

Mayor ( harus ada)

Mengungkapkan atau mengekspresikan sikap apatis yang mendalam , berlebihan, dan


berkepanjangan dalam merespon situasi yang dirasakan sebagai hal yang mustahil
isyarat verbal tentang kesedihan.

Contoh ungkapan :

1.    “Lebihbaiksayamenyerahkarenasayatidakmampumemperbaikikeadaan.”

2.    “Masadepansayaseolahsuram.”

3.    “Sayatidakdapatmembayangkanmasadepansaya 10 tahunkedepan.”

4.    “Sayasadar, sayatipernahmendapatkanapa yang sayainginkansebelumnya.”

5.    “Rasanyasayatidakmungkinmenggapaikepuasandimasa yang akandatang.”

1)   Fisiologis :

 respon terhadap stimulus melambat

 tidak ada energi

 tidur bertambah

2)   emosional :

  individu yang putus asa sering sekali kesulitan mengungkapkan perasaannya


tapi dapat merasakan

 tidak mampu memperoleh nasib baik, keberuntungan dan pertolongan tuhan

 tidak memiliki makna atau tujuan dalam hidup

 hampa dan letih

 perasaan kehilangan dan tidak memiliki apa-apa

18
 tidak berdaya,tidak mampu dan terperangkap.

3) Individu memperlihatkan : Sikap pasif dan kurangnya keterlibatan dalam


perawatan, Penurunan verbalisasi, Penurunan afek, Kurangnya ambisi,inisiatif,serta
minat.Ketidakmampuan mencapai sesuatu Hubungan interpersonal yang terganggu,
Proses pikir yang lambat, Kurangnya tanggung jawab terhadap keputusan dan
kehidupannya sendiri.

4)   Kognitif : Penurunan kemampuan untuk memecahkan masalah dan kemampuan


membuat keputusan, Mengurusi masalah yang telah lalu dan yang akan datang bukan
masalah yang dihadapi saat ini, Penurunan fleksibilitas dalam proses pikir, Kaku
( memikirkan semuanya atau tidak sama sekali ), Tidak punya kemampuan
berimagenasi atau berharap, Tidak dapat mengidentifikasi atau mencapai target dan
tujuan yang ditetapkan, Tidak dapat membuat perencanaan, mengatur serta membuat
keputusan,Tidak dapat mengenali sumber harapan

 Minor ( mungkin ada )

1)   Fisiologis: Anoreksia,  BB menurun

2)   Emosional: Individu marasa  putus asa terhadap diri sendiri dan orang lain,
Merasa berada diujung tanduk, Tegang, Muak ( merasa ia tidak bisa), Kehilangan
kepuasan terhadap peran dan hubungan yang ia jalani, Rapuh

3)   Individu memperlihatkan: Kontak mata yang kurang mengalihkan pandangan


dari pembicara, Penurunan motivasi, Keluh kesah, Kemunduran, Sikap pasrah, Depresi

4)   Kognitif: Penuruna kemampuan untuk menyatukan informasi yang diterima,


Hilangnya persepsi waktu tentang mas lalu , masa sekarang , masa datang, Bingung,
Ketidakmampuan berkomunikasi secara efektif, Distorsi proses pikir dan asosiasi,
Penilaian yang tidak logis

G. Jenis-jenis Ketidakberdayaan

Stephenson (1979) dalam Carpenito (2009) menggambarkan dua jenis ketidak-


berdayaan, yaitu;

19
a. Ketidakberdayaan situasional
Ketidakberdayaan yang muncul pada sebuah peristiwa spesifik dan mungkin
berlangsung singkat.
b. Ketidakberdayaan dasar (trait powerlessness)
Ketidakberdayaan yang bersifat menyebar, mempengaruhi pandangan, tujuan,
gaya hidup, dan hubungan.

H. Fakfor-faktor ketidakberdayaan

a. Ketidakberdayan

Faktor Predisposisi

Beberapa faktor yang dapat mendukung terjadinya masalah ketidakberda-yaan


menurut Stuart (2009) pada Seseorang antara lain:

a. Biologis
- Status nutrisi: berat badan pasien sangat menurun karena pasien tidak
berolahraga sejak terkena penyakit stroke. Massa otot berkurang
b. Psikologis
Psikologis pasien sedikit terguncang sejak terkena penyakit stroke tersebut,
sehari-hari yang dilakukannya hanya diam tanpa melakukan latihan apa-apa,
terkadang istrinya juga merasa sedih melihat keadaaan suaminya seperti itu.

c. Sosiokultural
Hubungan pasien selama mengalami penyakit stroke mengalami hambatan
selain tidak mampu untuk berinteraksi dengan orang luar. Juga komunikasi yang
kurang jelas karena pelo

d. Spiritual
Spiritual Pasien terganggu karena pasien tidak mampu melakukan ibadah sholat

Faktor presipitasi (waktu<6 bulan/ saat mulai tmbulnya gejala s/d saat dikaji)

a. Nature

20
Status nutrisi pasien berkurang
b. Origin
- Internal: Persepsi individu yang tidak baik tentang dirinya, orang lain dan
lingkungannya.
- Eksternal: Kurangnya dukungan keluarga, kurang dukungan masyarakat,
kurang dukungan kelompok/teman sebaya
c. Timing
Stres terjadi dalam waktu dekat, stress terjadi secara berulang-ulang/ terus
menerus.

d. Number
Sumber stres lebih dari satu, stres dirasakan sebagai masalah yang sangat berat.
Respon terhadap stress/ tanda gejala/ penilaian terhadap respon
a. Kognitif: kurang konsentrasi, ambivalensi, kebingungan, berkurangnya
kreatifitas, pandangan suram, pesimis, sulit untuk membuat keputusan, mimpi
buruk, produktivitas menurun, pelupa, ketidakpastian.
b. Afektif: sedih, rasa bersalah, bingung, gelisah, apatis/pasif, kesepian, rasa tidak
berharga, penyangkalan perasaan, kesal, khawatir, perasaan gagal.
c. Fisiologis: pasien biasnya mengeluh pusing. Suhu tubuh biasanya panas,
penuruanan berat badan
d. Perilaku: agitasi, perubahan tingkat aktivitas, mudah tersinggung, kurang
spontanitas, sangat tergantung, kebersihan diri yang kurang, mudah menangis
e. Respon sosial: patisipasi sosial berkurang.
Kemampuan mengatasi masalah/ sumber koping

a. Personal ability; kurang komunikatif, hubungan interpersonal yang kurang baik,


kurang memiliki kecerdasan dan bakat tertentu, mengalami gangguan fisik,
perawatan diri yang kurang baik, tidak kreatif.
b. Sosial support; hubungan yang kurang baik dengan individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat, kurang terlibat dalam organisasi sosial/kelompok
sebaya, ada konflik nilai budaya.
c. Material asset; penghasilan kurang
d. Positive belief; tidak memiliki keyakinan dan nilai positif, kurang memiliki

21
motivasi, kurang berorientasi pada pencegahan (lebih senang melakukan
pengobatan)
Mekanisme koping yang dapat terjadi pada ketidakberdayaan antara lain:

- Destruktif; tidak kreatif : kurang memiliki keinginan untuk melakukan sesuatu


yang bermanfaat, tidak mempunyai hubungan akrab, ketidakmampuan untuk
mencari informasi tentan perawatan, tidak berpartisipasi dalam pengambilan
keputusan saat diberikan.
b.keputusasaan
a. Faktor predisposisi
1. Faktor resiko biologis
Status nutrisi menurun, berat badan menurun akibat pasien kehilangan nafsu
makannya.

2. Faktor resiko psikologis


Psikologis pasien menjadi tidak stabil setelah pasien didiagnosis HIV oleh
dokter, pasien sering mengurung diri di kamar dan sering uring-uringan saat
ada anggota keluarga yang ingin membujuknya. Ppasien tidak memiliki
semangat untuk sembuh, ia merasa sudah tidak memiliki harapan.

3. Faktor resiko sosiokultural


Sejak pasien didiagnosis oleh dokter mengidap HIV, hubungan pasien
dengan lingkungan sekitarnya menjadi sangat tidak baik. Tetangga sering
menggunjingkannya sehingga pasien merasa malu dengan keadaannya.
Keluarga pasien merasa sangat sedih karena dukungan dan semnagatnya
tidak dapat membuatnya semangat untuk sembuh. Selain itu, pasien menjadi
tidak yakin dengan spiritualnya akibat dari keputusasaan yang dialami.
Pasien merasa hidupnya tidak akan lama lagi.

b. Faktor presipitasi
1. Nature
Status nutrisi pasien semakin menurun akibat pasien kehilangan nafsu
makannya.

2. Origin

22
- Internal : persepsi negatif individu pada dirinya dan lingkungan di
sekitarnya
- Eksternal : pasien mendapat dukungan keluarga, tetapi tidak dengan
lingkungan dan teman-temannya
3. Timing
Stress yang dialami pasien terjadi dalam waktu dekat. Pasien mengalami
stress secara terus-menerus dan berkepanjangan.

4. Number
Kondisi pasien menjadi stressor yang paling berat dirasakan pasien. Pasien
merasa tidak ada harapan sembuh serta merasa hidupnya tidak akan lama
lagi.

c. Respon terhadap stress/tanda gejala/penilaian terhadap respon


1. Kognitif
Pasien merasa kebingungan, tidak mampu berkonsentrasi, pesimis,
menyalahkan dirinya sendiri, kehilangan minat motivasi, tidak dapt
menyambil keputusan.

2. Afektif
Pasien sering marah, uring-uringan, merasa kesal, kesepian, keputusasaan,
rasa bersalah, sedih, rasa tidak berharga, harga diri pasien rendah, dan
ansietas.

3. Fisiologis
Pasien mengalami anoreksia, keletihan, nyeri dada, sakit punggung, sakit
kepala, dan diare.

4. Perilaku
Pasien menjadi mudah tersinggung, mudah menangis, kebersihan diri pasien
kurang, perubahan tingkat aktifitas dan sangat tergantung.

5. Sosial
Pasien menarik diri dari masyarakat, terjadi isolasi social, dan pasien tidak
mampu mengatasi masalahnya.

23
d. Reaksi berduka yang dialami pasien menunjukkan penggunaan mekanisme
penyangkalan dan supresi berlebih dalam upaya menghindari distress.
e. Mekanisme koping Destruktif; tidak kreatif : kurang memiliki keinginan untuk
melakukan sesuatu, tidak mempunyai hubungan baik dengan lingkungannya,
ketidakmampuan untuk mencari informasi tentan perawatan untuk
kesembuhannya, tidak berpartisipasi dalam pengambilan keputusan saat
diberikan dukungan oleh keluarganya

24
BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Konsep diri merupakan hal yang kompleks dan abstrak, tidak dapat diraba dan
tidak terwujud. “Konsep Diri” merupakan konsep seseorang sebagai orang yang
berbeda dengan orang lain dan objek sekitarnya,terpisah dari orang lain dan objek tetapi
merupakan manusia yang utuh.
Konsep diri adalah semua ide, kepercayaan dan pandangan yang diketahui tentang
dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain. Konsep diri
terdiri dari lima komponen, yaitu citra tubuh, ideal diri, identitas diri, peran, dan harga
diri. Dari semuanya masalah psikosial dapat diamb
Masalah keperawatan berupa harga diri situasional serta ketidakberdayaan
Intervensi keperawatan yang dapat diberikan pada klien dengan masalah psikososial
diantaranya seperti memberi dukungan penuh terhadap diri klien dan membantu klien
untuk menemukan mekanisme koping yang adekuat agar dapat mengatasi masalah
kesehatannya
Ketidakberdayaan merupakan keadaan ketika seseorang individu atau kelompok
merasa kurang kontrol terhadap kejadian atau situasi tertentu. keputusasaan adalah
keadaan subyektif ketika seorang individu memandang keterbatasan atau tidak adanya
pilihan alternative serta tidak mampu memobilisasi energy untuk kepentingannya
sendiri.

25
1.2 Saran

Pembaca diharapkan banyak membaca referensi lain terkait masalah psikososial:


Gangguan konsep diri. Hal ini dimaksudkan agar pembaca lebih memahami terkait
masalah klien dengan gangguan psikososial. Selain itu pembaca juga dapat mencari
informasi terkait jurnal penatalaksanaan terbaru pada klien dengan masalah psikososial.
Selain itu diharapkan juga perawat maupun calon perawat tidak memandang sebelah
mata orang dengan gangguan jiwa, karena setiap orang dengan gangguan jiwa masih
memiliki fungsi tubuh atau tidak rusak seutuhnya dan menjadi advokasi, care giver yang
baik untuk kliennya.

26
DAFTAR PUSTAKA

H.Aziz Alimul, A. 2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia : Aplikasi Konsep


dalam Proses Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.

NANDA. 2015. Diagnosa Keperawatan: Defenisi dan Klasifikasi. Jakarta: EGC

Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, an
Praktik. Ed.4. Jakarta: EGC

Prabowo, Eko. 2014. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Nuha Medika.

Suliswati. 2005. Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : EGC

Stuart, Gail Wiscarz, 1998 .Buku Saku Keperawatan jiwa. Jakarta .EGC,

Yusuf Achmad, et al. 2015. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : Salemba
Medika.

Ainur   ( online http://fourseasonnews.blogspot.com/2012/03/asuhan-keperawatan-jiwa-
gangguan-konsep.html 

diakses tanggal 25 februari , pukul 10.00 WIB)

Indri    ( online http://beequinn.wordpress.com/nursing/kebutuhan-dasar-manusia-i-
kdm-i/askep-pasien-gangguan-konsep-diri/ 

diakses tanggal 25 februari 2017, pukul 16.00 WIB)

Anda mungkin juga menyukai