Anda di halaman 1dari 18

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

BODY MOVEMENT/BODY MECHANIC

1. Pengertian
Mekanika Tubuh adalah suatu usaha mengkoordinasikan sistem
muskuloskeletal dan sistem syaraf dalam mempertahankan keseimbangan,
postur dan kesejajaran tubuh selama mengangkat, membungkuk, bergerak,
dan melakukan aktivitas sehari-hari ( Potter & Perry, 2005). Body
mechanic meliputi 3 elemen dasar yaitu :
a. Body Alignment (Postur Tubuh)
Susunan geometrik bagian-bagian tubuh dalam hubungannya dengan
bagian tubuh yang lain.
b. Balance / Keseimbangan
Keseimbangan tergantung pada interaksi antara pusat gravity, line
gravity dan base of support.
c. Koordinated body movement (Gerakan tubuh yang terkoordinir).
Dimana body mekanik berinteraksi dalam fungsi muskuloskeletal dan
sistem syaraf.

2. Tujuan Body Mekanik


a. Meningkatkan kesejajaran tubuh yang benar
b. Mencegah cedera fisik terhadap pemberi asuhan dan klien
c. Memudahkan koordinasi dan penggunaan otot yang efisien ketika
memindahkan.

3. Indikasi
a. Pasien pasca oprasi
b. Pasien stroke
c. Pasien koma
d. Pasien yang mengalami kesulitan dalam bergerak dan membutuhkan
bantuan orang lain untuk beraktifitas
4. Kontraindikasi
Pasien yang mengali fraktur tulang belakang yang tidak dapat bergerak
5. Peralatan
a. Tempat tidur yang bisa di naik turunkan
b. Bantal
6. Prosedur
1) Tahap pra interaksi
a. Mengecek rencana tindakan keperawatan/medic
b. Mencuci tangan
c. Menyiapkan alat
2) Tahap orientasi
a. Memberi salam dan memperkenalkan diri
b. Mengenalkan tujuan dan prosedur tindakan
c. Memberikan kesempatan bertanya
3) Tahap Kerja
Mengatur posisi klien sesuai kebutuhan.
a) Posisi fowler: Posisi fowler adalah posisi setengah duduk
atau duduk, dimana bagian kepala tempat tidur lebih tinggi
atau dinaikkan setinggi 15°- 90°.bertujuannya untuk
mempertahankan kenyamanan dan memfasilitasi fungsi
kenyamanan pasien, Melakukan aktivitas ttu, Mengatasi
kesulitan pernafasan & KV pernafasan pasien. Fowler : 45
– 90o dan Semi fowler : 15 – 45o

b) Posisi dorsal recumbent : Adalah dimana posisi kepala dan


bahu pasien sedikit mengalami elevasi diatas bantal, kedua
lengan berada di samping sisi tubuh, posisi kaki fleksi
dengan telapak kaki datar diatas tempat tidur. Tujuannya
untuk memeriksa daerah genetalia, pasang cateter, serta
pada proses persalinan

c) Posisi Trendelenburg Adalah posisi pasien berbaring di TT

dg bagian kepala lebih rendah daripada bagian kaki.


Bertujuan melancarkan peredaran darah ke otak

d) Posisi antitrendelenberg Adalah posisi pasien berbaring di


TT dengan kaki lebih tinggi dari kepala. Bertujuan tindakan
menurunkan tekanan intrakranial pada pasien

trauma kapitis.

e) Posisi pronasi/ tengkurap


Adalah dimana posisi pasien berbaring diatas abdomen
dengan kepala menoleh kesalah satu sisi. Kedua lengan
fleksi disamping kepala. Posisi ini memiliki beberapa

tujuan diantaranya :
 Memberikan ekstensi penuh pada persendian
pinggul dan lutut.
 Mencegah terjadinya fleksi kontraktur dari pinggul
dan sendi.
 Membantu drainase dari mulut.
f) Posisi lateral (side lying)

Yaitu seorang tidur diatas salah satu sisi tubuh, dengan


membentuk fleksi pada pinggul dan lutut bagian atas dan
meletakkannya lebih depan dari bagian tubuh yang lain
dengan kepala menoleh kesamping.
Tujuan posisi ini : Mengurangi lordosis & meningkatkan
kelurusan punggung , Baik untuk posisi tidur & istirahat,
Membantu menghilangkan tekanan pada sacrum

g) Posisi supine/ terlentang.


Ini biasanya disebut berbaring telentang, datar dengan
kepala dan bahu sedikit elevasi dengan menggunakan
bantal. Posisi pasien harus di tengah-tengah tempat tidur,
sekitar tiga inci di bawah kepala tempat tidur.
Tujuan : Klien pasca operasi dengan anestesi spinal,
Mengatasi masalah yg timbul akibat pemberian posisi
pronasi yg tidak tepat.

h) Posisi Sim’s
Adalah posisi dimana tubuh miring kekiri atau kekanan.
Tujuan posisi ini :
 Untuk memberikan kenyamanan dan memberikan obat
per anus (supositoria).
 Memfasilitasi drainase dari mulut pada klien tidak
sadar
 Mengurangi penekanan pada sakrum & trokanter
mayor pada klien paralisis
 Memudahkan pemeriksaan perineal
Untuk tindakan pemberian enema

i) Posisi Genu pectoral/knee chest position

Posisi pasien berbaring dengan kedua kaki ditekuk dan dada


menempel pada bagian alas TT Tujuan : memeriksa daerah
rectum & sigmoid

j) Posisi Litotomi
Posisi pasien berbaring terlentang dengan mengangkat
kedua kaki dan menariknya keatas bagian perut
Tujuan : Merawat atau memeriksa genetalia pada proses
persalinan, memasang alat kontrasepsi
k) Posisi Orthopneik
Posisi adaptasi dari fowler tinggi. Klien duduk di TT atau

o
tepi TT dg meja yang menyilang diatas TT (90 )
Tujuan : membantu mengatasi masalah kesulitan bernafas
dg ekspansi dada maksimum, membantu klien yg
mengalami inhalasi

4) Tahap Terminasi
a. Mengobservasi reaksi pasien
b. Mencuci Tangan
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
AMBULASI DINI

1. TEKNIK AMBULASI
A. MEMINDAHKAN PASIEN DARI TEMPAT TIDUR KEKURSI RODA
a) PENGERTIAN:
Suatu kegiatan yang dilakuan pada klien dengan kelemahan kemampuan fungsional
untuk  berpindah dari tempat tidur kekursi roda  

b) PERSIAPAN
1. Persiapan Alat :
 Kursi roda dan handscun atau sarung tangan (jika perlu)
2. Persiapan Pasien :
 Pasien berada di tempat tidur Jelaskan prosedur pada pasien
3. Persiapan Tempat :
 Atur posisi tempat tidur pada posisi paling rendah,
 sampai kaki pasien sampai kaki pasien bias menyentu bias menyentu  pasien,
 kunci semua roda ban,
 Letakkan kursi roda sejajar atau sedekat mungkin dengan tempat tidur,
 kunci semua roda kursi

c) PROSEDUR KERJA:
1. Bantu pasien di tempat duduk di tepi tempat tidur
2. kaji postural hipotensi
3. itruksikan pasien untuk bergerak ke depan dan duduk di tepi bed
4. intruksikan mencondongkan tubuh ke depan mulai dari pinggul
5. intruksikan meletakkan kaki yang kuat di bawah tepi bed, sedangkan kaki yang lemah
berada di depannya
6. meletakkan tangan pasien di atas permukaan bed atau diatas kedua bahu perawat
7. berdiri tepat di depan pasien, condogkan tubuh ke depan, fleksikan pinggul, lutut, dan
pergelangan kaki. Lebarkan kaki dengan salah satu di depan dan yang lainnya di
belakang
8. lingkari punggung pasien dengan kedua tangan perawat
9. tangan otot gluteal, abdominal, kaki dan otot lengan anda. Siap untuk melakukan
gerakan
10. Bantu pasien untuk berdiri, kemudian bergerak-gerak bersama menuju korsi roda
11. Bantu pasien untuk duduk, minta pasien untuk membelakangi kursi roda, meletakkan
kedua tangan di atas lengan kursi roda atau tetap pada bahu perawat
12. minta pasien untuk menggeser duduknya sampai pada posisi yang paling aman
13. turunkan tatakan kaki, dan letakkan kedua kaki pasien di atasnya
EVALUASI
1.dokumentasikan hasil tindakan
2. pastikan posisi pasien berada pada posisi yang paling aman dan nyaman
3. mencuci tangan
STANDARD OPERASIONAL PROSEDUR
FIKSASI DAN MOBILISASI
STANDARD OPERASIONAL PROSEDURE
ROM EXERCISE

A. PENGERTIAN
ROM merupakan latihan gerak sendi yang dilakukan oleh perawat kepada
pasien.

B. TUJUAN
1 Memperbaiki tingkat mobilitas fungsional ekstremitas klien,
2 Mencegah kontraktur dan pengecilan otot dan tendon, serta
3 Meningkatkan sirkulasi darah pada ekstremitas,
4 Menurunkan komplikasi vaskular imobilisasi, dan meningkatkan kenyamanan
klien
C. ALAT DAN BAHAN
1 Handscoon
2 Tempat tidur
3 Bantal
4 Balok drop food
D. PROSEDUR PELAKSANAAN
Tahap Pra Interaksi
1. Menyiapkan alat dan pasien dengan benar (Mengatur posisi lateral lurus
(terlentang biasa))
2. Melakukan verifikasi data sebelumnya bila ada
3. Menempatkan alat di dekat pasien dengan benar dan posisi pemeriksa dengan
benar
4. Menutup pintu dan jendela serta memasang tabir dan tirai
Tahap Orientasi

1. Memberikan salam sebagai pendekatan terapeutik


2. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada keluarga/pasien
3. Memberikan kesempatan pasien bertanya
4. Menanyakan kesiapan klien sebelum kegiatan dilakukan

Tahap Kerja

1. Mencuci Tangan
2. Menjaga Privasi Pasien
3. Atur posisi yang nyaman : berbaring dengan posisi tangan rileks badan telentang
biasa (lateral)
4. Memakai sarung tangan
5. Memposisikan perawat di sisi sebelah kanan pasien
 Pelaksanaan ROM Aktif dan Pasif

A. Leher

1. Letakkan tangan kiri perawat di bawah kepala pasien dan tangan kanan pada
pipi/wajah pasien.
2. Lakukan gerakan:

 Rotasi: tundukkan kepala, putar ke kiri dan ke kanan.


 Fleksi dan ekstensi: gerakkan kepala menyentuh dada kemudian kepala
sedikit ditengadahkkan.
 Fleksi lateral: gerakkan kepala ke samping kanan dan kiri hingga telinga
dan bahu hampir bersentuhan.

3. Observasi perubahan yang terjadi.

B. Bahu
1. Fleksi/Ekstensi

 Letakkan satu tangan perawat di atas siku pasien dan pegang tangan pasien
dengan tangan lainnya.
 Angkat lengan pasien pada posisi awal.
 Lakukan gerakan mendekati tubuh.
 Lakukan observasi perubahan yang terjadi. Misalnya: rentang gerak bahu dan
kekakuan.

2. Abduksi dan Adduksi

 Letakkan satu tangan perawat di atas siku pasien dan pegang tangan pasien
dengan tangan lainnya.
 Gerakkan lengan pasien menjauh dari tubuhnya ke arah perawat (ke arah
samping).
 Kembalikan ke posisi semula.
 Catat perubahan yang terjadi. Misal: rentang gerak bahu, adanya kekakuan,
dan adanya nyeri.

3. Rotasi Bahu
 Atur posisi lengan pasien menjauhi dari tubuh (ke samping)
dengan siku menekuk.
 Letakkan satu tangan perawat di lengan atas dekat siku pasien dan pegang
tangan pasien dengan tangan lainnya.
 Lakukan rotasi bahu dengan lengan ke bawah sampai menyentuh tempat tidur.
 Kembalikan lengan ke posisi awal.
 Gerakkan lengan bawah ke belakang sampai menyentuh tempat tidur, telapak
tangan menghadap ke atas.
 Kembalikan ke posisi awal.
 Catat perubahan yang terjadi. Misal, rentang gerak bahu, adanya kekakuan,
dan adanya nyeri.
C. Siku

1. Fleksi dan Ekstensi


 Atur posisi lengan pasien dengan menjauhi sisi tubuh dan telapak mengarah ke
tubuh pasien.
 Letakkan tangan perawat di atas siku pasien dan pegang tangan pasien dengan
tangan lainnya
 Tekuk siku pasien sehingga tangan pasien mendekat ke bahu.
 Lakukan dan kembalikan ke posisi sebelumnya.
 Lakukan observasi terhadap perubahan yang terjadi. Misalnya, rentang gerak pada
siku, kekakuan sendi, dan adanya nyeri.

D. Lengan bawah

1. Pronasi dan Supinasi


 Atur posisi lengan pasien dengan siku menekuk/lurus.
 Letakkan satu tangan perawat pada pergelangan tangan pasien dan pegang tangan
pasien dengan tangan lainnya.
 Putar lengan bawah pasien ke arah kanan atau kiri.
 Kembalikan ke posisi awal sebelum dilakukan pronasi dan supinasi.
 Lakukan observasi terhadap perubahan yang terjadi. Misal, rentang gerak lengan
bawah dan kekakuan.

E. Pergelangan tangan
1. Fleksi dan Ekstensi
 Atur posisi lengan pasien dengan menjauhi sisi tubuh dan siku menekuk.
 Pegang tangan pasien dengan satu tangan dan tangan yang lain memegang
pergelangan tangan pasien.
 Tekuk tangan pasien ke depan sejauh mungkin.
 Lakukan observasi terhadap perubahan yang terjadi. Misalnya, rentang gerak
pergelangan dan kekakuan sendi.
F. Jari-jari
1. Fleksi dan Ekstensi
 Pegang jari-jari tangan pasien dengan satu tangan sementara tangan lain
memegang pergelangan.
 Bengkokkan (tekuk/fleksikan) jari-jari ke bawah.
 Luruskan jari-jari (ekstensikan) kemudian dorong ke belakang
(hiperekstensikan).
 Gerakkan kesamping kiri kanan (Abduksi-adduksikan).
 Kembalikan ke posisi awal.
 Catat perubahan yang terjadi. Misal, rentang gerak, dan adanya kekakuan
sendi.

G. Paha
1. Rotasi
 Letakkan satu tangan perawat pada pergelangan kaki pasien dan satu tangan yang
lain di atas lutut pasien.
 Putar kaki ke arah pasien.
 Putar kaki ke arah pelaksana.
 Kembalikan ke posisi semula.
 Observasi perubahan yang terjadi.
2. Abduksi dan Adduksi
 Letakkan satu tangan perawat di bawah lutut pasien dan satu tangan pada tumit.
 Angkat kaki pasien kurang lebih 8 cm dari tempat tidur dan pertahankan posisi
tetap lurus. Gerakan kaki menjauhi badan pasien atau ke samping ke arah
perawat.
 Gerakkan kaki mendekati dan menjauhi badan pasien.
 Kembalikan ke posisi semula.
 Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.
 Observasi perubahan yang terjadi. Misal, rentang gerak dan adanya kekakuan sendi

H. Lutut
1. Fleksi dan Ekstensi
 Letakkan satu tangan di bawah lutut pasien dan pegang
tumit pasien dengan tangan yang lain.
 Angkat kaki, tekuk pada lutut dan pangkal paha.
 Lanjutkan menekuk lutut ke arah dada pasien sejauh
mungkin dan semampu pasien.
 Turunkan dan luruskan lutut dengan tetap mengangkat kaki
ke atas.
 Kembalikan ke posisi semula.
 Cuci tangan setelah prosedur dilakukan
 Observasi perubahan yang terjadi. Missal, rentang gerak
dan adanya kekakuan sendi.
I. Pergelangan kaki
1. Fleksi dan Ekstensi
 Letakkan satu tangan pada telapak kaki pasien dan satu tangan yang lain di atas
pergelangan kaki, jaga kaki lurus dan rileks.
 Tekuk pergelangan kaki, arahkan jari-jari kaki ke arah dada atau ke bagian atas
tubuh pasien.
 Kembalikan ke posisi awal.
 Tekuk pergelangan kaki menjauhi dada pasien. Jari dan telapak kaki diarahkan ke
bawah.
 Observasi perubahan yang terjadi. Misal, rentang gerak dan kekakuan.
2. Infersi dan Efersi
 Pegang separuh bagian atas kaki pasien dengan tangan kita (pelaksana) dan
pegang pergelangan kaki pasien dengan tangan satunya.
 Putar kaki dengan arah ke dalam sehingga telapak kaki menghadap ke kaki
lainnya.
 Kembalikan ke posisi semula.
 Putar kaki keluar sehingga bagian telapak kaki menjauhi kaki yang lain.
 Kembalikan ke posisi awal
 Observasi perubahan yang terjadi. Misal, rentang gerak, dan adanya kekakuan
sendi.

J. Jari-jari
1. Fleksi dan Ekstensi Jari-jari
 Pegang jari-jari kaki pasien dengan satu tangan sementara
tangan lain memegang kaki.
 Bengkokkan (tekuk) jari-jari kaki ke bawah.
 Luruskan jari-jari kemudian dorong ke belakang.
 Gerakan ke samping kiri kanan (Abduksi-adduksikan).
 Kembalikan ke posisi awal.
 Observasi perubahan yang terjadi. Misal, rentang gerak,
dan adanya kekakuan sendi.
 Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.
 Catat perubahan yang terjadi. Misal: rentang gerak, dan adanya
kekakuan sendi.

6. Merapikan kembali pasien dan alat-alat.


7. Melepaskan handscoon
8. Mencuci tangan

Sikap Selama Pelaksanaan ROM

1. Menunjukkan sikap sopan dan ramah


2. Menjamin Privacy pasien
3. Bekerja dengan teliti
4. Memperhatikan body mechanism.

Evaluasi ROM

1. Tidak terjadi cedera


2. Tanyakan keadaan dan kenyamanan pasien setelah tindakan
3. Peningkatan rentang gerak sendi.

D. TahapTerminasi

1. Melakukan evaluasi tindakan


2. Melakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
3. Berpamitan dengan klien
4. Membereskan alat-alat
5. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan
STANDARD OPERASIONAL PROSEDUR
WOUND CARE

A. Pengertian
proses penyembuhan akibat faktor endogen dan / atau exogen. Warna Dasar Luka
Kuning adalah permukaan dasar luka berwarna kuning,kuning kecoklatan, kuning kehijauan
atau kuning pucat yang merupakan tanda adanya jaringan fibrous /slough (avaskuler),
lembab (jaringan nekrotik lembab). Warna Dasar Luka Hitam adalah permukaan dasar luka
berwarna hitam, hitam kecoklatan atau hitam kehijauan yang merupakan tanda adanya
nekrosis jaringan (avaskuler), lembab atau kering. Balutan basah oleh exudate atau exudate
merembes keluar dari tepi balutan

B. Indikasi
1. sekunder (secondary dressing).
2. Warna dasar luka kuning atau hitam, atau campuan keduanya.
3. Luka berbau (mal odor).
4. Mengurangi atau menghilangkan bau Memberikan kenyamanan fisik dan psikologis
kepada klien.
5. Memberikan lingkungan lembab yang memfasilitasi autolytic

C. Persiapan Alat
1. Bak instrumen steril beriisi:
▪1 buah gunting jaringan tajam
▪1 buah pinset anatomis
▪1 buah pinset chirrurgis
2. Korentang jar dan korntang: 1 set
3. Nerbeken
4. Gloves/sarung tangan sesuai ukuran: 2 5 pasang
5. Normal saline (NaCl 0,9%) 500 ml dalam 5 botol
6. Topikal terapi sesuai kondisi luka:
▪ Hyyddrrooggeel (GGEELL)
▪ Saalleep Luukka
7. Pembalut/dressing luka (absorbent dressing)sesuai dengan kondisi:
▪ Traransnspaparant film dreeeesising
▪ Kaassa
8. Underpad
9. Sabun Cucuci Luka
10. Perekat balutan non-woven (hipafix /micropore, dll)
11. Gunting verban 1 buah
12. Kantung sampah medis
13. Penggaris luka
D. Prosedur
1. Bawa pereralalatan ke dekat klien
2. Periksa program perawatan luka/ penggantian balutan yang direkomendasikan.
3. Letakkan under pad di bawah area luka.
4. Atur posisi klien sesuai lokasi luka dan memudahkan prosedur perawatan.
5. Tempatkan kantung sampah di dekat area kerja.
6. Cuci tangan secara medikal asepsis.
7. Pakai schort (gown) atau apron dan gloves pada kedua tangan
8. Usapkan alkohol 70% atau adhesive remover pada plester balutan yang menempel di
kulit pasien.
9. Lepaskan/angkat perekat balutan secara hati-hati.
10. Basahi kasa (balutan primer) dengan normal saline bila kasa lengket di dasar luka
11. Buanang kasa pembalulut luka ke dalalam kantunung sampah.
12. Lepapaskan gloves jika kototor buang ke kantung sampah.
13. Kenakan gloveves baru yanang bersisih.
14. Bilas luka dengan NaCl 0,9% dan gosok jaringan nekrosis secara lembut dengan
ujung jari sampai bersih dengan menggunakan sabun cuci luka,
15. Keringkan luka dengan cara di tekan ringan dan lembut (bukan digosok) dengan kasa.
16. Kaji jumlah, jenis, viskositas dan bau exudate; warna dasar luka; ukuran luka jaringan
granulasi/ fibrorik, dan tanda infeksi.
17. Bersihkan kuulit sekitar luka sampai radius ± 5 cm dari tepi luka
18. Kaji luka tentang ukuran (panjang, lebar, kedalaman dalam centimeter), bau, exudate,
warna dasar,debris dan tanda infeksi.
19. Lakukan debridement tajam (CSWD) untuk melepas dan membuang jaringan nekrotik
(jika jaringan nekrotik telah lepas dari dasar luka) dengan gunting tajam dan pinset.
20. Bilalas dengan NaCl 0,9% dan kereringkan dengan kasassa.
21. Aplikasikan antibiotika topikal (metronidazole powder-jika perlu) dan Gel
dipermukaan luka secara merata. Jika ada rongga dalam, isi rongga dengan Gel
sampai ½ kedalamannya.
22. Tutup gel dengan ballutan penyerap exudate sebagai primary dressing.
23. Tutup balutan dengan Transparent film dressing (tepi pembalut melingkupi 3 -4 cm
dari tepi luka) atau Tutup dengan beberapa lapis kasa dan tutup seluruh permukaan
kasa dengan plester non-woven (misal Hipafix)
24. Letakkan instrumen yang telah terpakai dan kotor di dalam kom berisi larutan
desinfektan
25. Rapikan klien dan angkat underpad
26. Cuci perralatan kotor dan merapikan kembali di tempatnya semula.
27. Lepaskan gloves (bagian dalam di luar), buang ke kantung sampah.
28. Lepaskan gown/ apron.
29. Cuci tanangagan secara medical asepspsis
30. Catat di chart tentang penggantian balutan luka, penampilan/ukuran luka dan exudate.

Anda mungkin juga menyukai