Anda di halaman 1dari 20

KEPERAWATAN GERONTIK

ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA DALAM KELUARGA


DENGAN HIPERTENSI

Oleh :
Nama : Agus Saparudin
NIM : 1611011

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


PATRIA HUSADA BLITAR
2020/2021
LAPORAN PENDAHULUAN

ASUIHAN KEPERAWATAN LANSIA DALAM KELUARGA

DENGAN HIPERTENSI

A. KONSEP DASAR LANSIA

1. Pengertian Lansia

Masa dewasa tua (lansia) dimulai setelah pensiun, biasanya antara usia 65-75 tahun

(Potter, 2005). Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari

suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan

proses alamiah, yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya, yaitu anak,

dewasa, dan tua (Nugroho, 2008).

Penuaan adalah suatu proses yang alamiah yang tidak dapat dihindari, berjalan secara

terus-manerus, dan berkesinambungan (Depkes RI, 2001). Menurut Keliat (1999) dalam

Maryam (2008), Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur

kehidupan manusia sedangkan menurut pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No.13 Tahun 1998

Tentang Kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapai

usia lebih dari 60 tahun (Maryam, 2008). Penuaan adalah normal, dengan perubahan fisik

dan tingkah laku yang dapat diramalkan dan terjadi pada semua orang pada saat mereka

mencapai usia tahap perkembangan kronologis tertentu (Stanley, 2006).

2. Karakteristik Lansia

Menurut Keliat (1999) dalam Maryam (2008), lansia memiliki karakteristik sebagai

berikut:
1) Berusia lebih dari 60 tahun (sesuai dengan Pasal 1 Ayat (2) UU No. 13 tentang

kesehatan).

2) Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit, dari

kebutuhan biopsikososial sampai spiritual, serta dari kondisi adaftif hingga kondisi

maladaptif

3) Lingkungan tempat tinggal yang bervariasi (Maryam, 2008).

3. Klasifikasi Lansia

Klasifikasi berikut ini adalah lima klasifikasi pada lansia.

1) Pralansia (prasenilis), Seseorang yang berusia antara 45-59 tahun.

2) Lansia, Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih.

3) Lansia Resiko Tinggi, Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih/seseorang yang

berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan (Depkes RI, 2003)

4) Lansia Potensial, Lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan/atau kegiatan

yang dapat menghasilkan barang/jasa (Depkes RI, 2003).

5) Lansia Tidak Potensial, Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga

hidupnya bergantung pada bantuan orang lain (Depkes RI, 2003).

4. Tipe Lansia

Di zaman sekarang (zaman pembangunan), banyak ditemukan bermacam-macam tipe

usia lanjut. Yang menonjol antara lain:

1) Tipe arif bijaksana, Lanjut usia ini kaya dengan hikmah pengalaman, menyesuaikan

diri dengan perubahan zaman, mempunyai diri dengan perubahan zaman, mempunyai

kesibukan, bersikap ramah, rendah hati, sederhana, dermawan, memenuhi undangan,

dan menjadi panutan.


2) Tipe mandiri, Lanjut usia ini senang mengganti kegiatan yang hilang dengan kegiatan

baru, selektif dalam mencari pekerjaan dan teman pergaulan, serta memenuhi

undangan.

3) Tipe tidak puas, Lanjut usia yang selalu mengalami konflik lahir batin, menentang

proses penuaan, yang menyebabkan kehilangan kecantikan, kehilangan daya tarik

jasmani, kehilangan kekuasaan, status, teman yang disayangi, pemarah, tidak sabar,

mudah tersinggung, menuntut, sulit dilayani dan pengkritik.

4) Tipe pasrah, Lanjut usia yang selalu menerima dan menunggu nasib baik, mempunyai

konsep habis (“habis gelap datang terang”), mengikuti kegiatan beribadat, ringan

kaki, pekerjaan apa saja dilakukan.

5) Tipe bingung, Lansia yang kagetan, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri,

merasa minder, menyesal, pasif, acuh tak acuh (Nugroho, 2008).

5. Tugas Perkembangan Lansia

Menurut Erickson, kesiapan lansia untuk beradaptasi atau menyesuaikan diri terhadap

tugas perkembangan usia lanjut dipengaruhi oleh proses tumbuh kembang pada tahap

sebelumnya. Adapun tugas perkembangan lansia adalah sebagai berikut :

1) Mempersiapkan diri untuk kondisi yang menurun.

2) Mempersiapkan diri untuk pensiun.

3) Membentuk hubungan baik dengan orang seusianya.

4) Mempersiapkan kehidupan baru.

5) Melakukan penyesuaian terhadap kehidupan sosial/masyarakat secara santai.

6) Mempersiapkan diri untuk kematiannya dan kematian pasangan (Maryam, 2008).


DEPARTEMEN KEPERAWATAN KELUARGA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS
STIKes PATRIA HUSADA BLITAR

FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN KELUARGA


Hari, tanggal : Senin, 18 Mei 2020 Jam : 10.00 WIB
1. DATA UMUM
a. Nama Kepala Keluarga : Ny. I
b. Umur KK : 60 Tahun
c. Alamat dan telepon : Ds. Dermosari RT: 02 RW: 02 Kec. Gandusari Blitar
d. Pekerjaan KK : Ibu rumah tangga
e. Pendidikan KK : SD
f. Agama KK : Islam
g. Suku bangsa KK : Jawa
h. Komposisi keluarga :
No Nama JK Hub. dg Umur Pendidikan Agama Pekerjaan
KK Terakhir
1 Tn. N L Anak 46 SD Islam Petani
2 Ny. H P Anak 43 SMP Islam Peternak
3 Tn. H P Menantu 48 SMA Islam Buruh
4 An. C P Cucu 10 Pelajar Islam Pelajar

i. Genogram
j. Tipe Keluarga
Tipe keluarga Ny. I merupakan extended family (keluarga besar) yang terdiri dari, Ny.
S, serta anak, menantu dan cucu.
k. Suku bangsa
Keluarga Ny. I termasuk dalam suku bangsa jawa.
l. Agama
Keluarga Ny. S semua beragama Islam.
m. Status sosial ekonomi keluarga
Semenjak suaminya meningga Ny. S mendapat gaji pensiunan PNS dari almarhum
sebesar Rp. 1.300.000. Sedangkan penghasilan anaknya yaitu Tn. N sebagai petani
tidak menentu sekitar 1.500.000 dan penghasilan Ny. H dan Tn. H sebesar 2.000.000
– 3.500.000 per bulan untuk membiayai anaknya yang masih sekolah.
n. Aktivitas rekreasi keluarga
Klien mengatakan keluarganya jarang melakukan rekreasi bersama hanya saja hiburan
setiap harinya yaitu menonton TV bersama.
2. RIWAYAT TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA
a. Tahap perkembangan keluarga saat ini
Keluarga Tn.I sekarang pada tahap perkembangan keluarga dengan lanjut usia. Tugas
perkembangan keluarga saat ini adalah keluarga harus Mempertahankan suasana
rumah yang menyenangkan, Adaptasi dengan peruabahan kehilangan pasangan,
teman, kekuatan fisik dan pendapatan, Mempertahankan keakraban suami istri dan
saling merawat serta Mempertahankan hubungan dengan anak dan sosial masyarakat.
b. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Tugas perkembangan keluarga yang seharusnya dilalui oleh keluarga saat ini
keluarga merasa sudah terpenuhi, walaupun terkadang ada masalah yang timbul
kadang kurang dirasakan oleh keluarga, hanya saja keluarga merasa perlu
mempertahankan apa yang sudah ada.
c. Riwayat kesehatan keluarga inti
Klien mempunyai riwayat kesehatan jantung.
d. Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya
Keluarga tidak mempunyai riwayat kesehatan pada sebelumnya.
3. LINGKUNGAN
a. Karakteristik rumah
1) Denah rumah

R. tamu
B T

R. kluarga
S
kam
R.makan
ar
k.ma kam kam
dapur
ndi ar ar

2) Keadaan lingkungan dalam rumah


Rumah Ny. I terlihat rapi dan bersih lantainya bertekel dengan adanya ruang tamu,
ruang keluarga, 3 kamar tidur dan dapur yang cukup besar. Masing – masing kamar
memiliki jendela dan penerangan yang cukup. Posisi rumah berdekatan dengan
tetangga dan letak strategis pinggis jalan raya.
3) Keadaan lingkungan di luar rumah
a) Pemanfaatan halaman
Halaman rumah digunakan untuk menjemur pakaian dan terdapat beberapa
tanaman hias.
b) Sumber air minum
Keluarga memiliki sumur yang letaknya di dialam rumah. Dan dalam mengambil
air keluarga memanfaatkan pompa air/sanyo.
c) Pembuangan air kotor
Keluarga memiliki selokan untuk membuang limbah keluarga. Selokan tersebut
mengalir ke daerah yang lebih rendah dan dalam keadaan terbuka lancar untuk
resapan.
d) Pembuangan sampah
Untuk pembuangan sampah keluarga selalu mengumpulkan terlebih dahulu
semua sampah selanjutnya sampah tersebut akan dibakar.
e) Jamban
Jenis jamban yang digunakan adalah wc duduk dengan pembuangan septic tank
f) Sumber pencemaran
Keluarga memilihara ayam. Kadang hewan peliharaan nya berada di halaman
belakang rumah yang agak berdekatan dengan ruang dapur. Terkadang bau
kotorannya tercium.
b. Karakteristik tetangga dan komunitas
Selama ini karakteristik tetangga mempunyai kebiasaan apabila ada salah satu
tetangganya yang sakit mereka menjenguk dan apabila ada tetangga yang mempunyai
hajat mereka akan saling bantu.
c. Mobilitas geografi keluarga
Dari awal Ny. I tetap tinggal di rumah yang sekarang. Alat transportasi yang
digunakan keluarga sehari-hari adalah sepeda motor dan sepeda mini.
d. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Keluarga mempunyai hubungan yang baik dengan tetangga.
e. Sistem pendukung keluarga dan ecomap
Faktor pendukung keluarga dalam keluarga Ny. I adalah keluarga besar/saudara-
saudara Ny. I yang tinggal berdekatan. Dimana apabila keluarga Ny. I memerlukan
bantuan maka keluarga yang lain akan membantu.
4. RUKTUR KELUARGA
a. Pola komunikasi
Dalam keluarga Ny. I pola komunikasi yang digunakan adalah pola komunikasi
terbuka, setiap keluarga mempunyai hak untuk berbicara dan menyampaikan
pendapatnya. Komunikasi yang digunakan oleh keluarga adalah komunikasi dua arah.
Dalam keluarga Ny. I mengatakan tidak  pernah terjadi suatu masalah dalam proses
komunikasi, apabila terjadi hanya hal kesalah pahaman kecil yang dapat diselesaikan
dengan membicarakannya bersama keluarga.
b. Struktur kekuatan atau kekuasaan keluarga
Dalam keluarga keputusan yang diambil adalah hasil musyawarah bersama.
Pengambilan keputusan adalah Ny. I di buat dengan mempertimbangkan setiap
masukan dari anggota keluarga yaitu anaknya.
c. Struktur peran (formal dan informal)
Ny. I mempunyai suami berperan sebagai kepala kelurga. Masing-masing anak
berperan sesuai dengan hak dan kewajibannya.
d. Nilai dan norma
Keluarga hidup dalam nilai dan norma budaya jawa dimana suami bertindak sebagai
pencari nafkah dan istri dirumah mengurus anak dan menyiapkan kebutuhan rumah
tangga yang lain, menurut pendapat keluarga bisa saja istri bertindak sebagai pencari
nafkah tambahan asalkan tugas sebagai seorang istri dan ibu tidak terabaikan.
Tanggung jawab merawat dan mendidik anak adalah tetap tanggung jawab bersama.
Keluarga mengatakan landasan agama dalam keluarga sangat berperan penting
sebagai pondasi keutuhan keluarga. Keluarga Ny. I juga berusaha menyesuaikan diri
dengan lingkungan sekitarnya dan tidak ada nilai dan norma budaya yang
bertentangan dengan kesehatan.
5. FUNGSI KELUARGA
a. Fungsi afeksi
1) Kebutuhan – kebutuhan keluarga, pola – pola respon
Seluruh keluarga membutuhkan satu sama lain. Ny. I di bantu suaminya Tn. P
mampu menggambarkan kebutuhan keluarga nya secara rinci, mulai dari kebutuhan
makanan, pakaian, pendidikan, dan kesehatan.
2) Hubungan keakraban
Setiap anggota keluarga memberikan perhatian satu sama lain, ketika anak sakit atau
orang tua, secepat mungkin memeriksakan ke jasa pelayanan kesehatan terdekat atau
membelikan obat di apotik.
3) Perpisahan dan kekerabatan
Dalam keluarga hanya terjadi keterpisahan yang bersifat sementara, ketika salah
seorang anggota keluarga ada yang harus pergi keluar kota, sehingga komunikasi
dilakukan melalui telepon.
b. Fungsi sosial
1) Cara pola asuh pada anak
Keluarga Ny. I mengatakan bahwa cara menanamkan hubungan interaksi sosial pada
anaknya dengan tetangga dan masyarakat yaitu dengan membiarkan anaknya bermain
dengan teman sebayanya di sekolah dan dirumah.
2) Siapa yang menjadi pelaku sosialisasi anak–anak
Yang menjadi pelaku sosial dijalankan oleh suami dan istri secara bersama-sama.
3) Keyakinan budaya yang mempengaruhi pola asuh
Faktor budaya yang mempengaruhi pola pengasuhan anak yaitu kondisi etnis dan
suku yang lebih menitik beratkan urusan keseharian anak lebih banyak ditangani ibu
karena waktu terbanyak bersama ibunya.
4) Estimasi resiko masalah pengasuhan
Saat ini keluarga tidak memiliki masalah dalam mengasuh anak, adapun resiko
mungkin dapat muncul ketika orang tua menjewer anak jika berlaku tidak baik.
c. Fungsi perawatan kesehatan
1) Keadaan kesehatan
Keluarga dalam keadaan sehat, hanya saja Ny. S sering merasakan sakit pada bagian
lututnya, tetapi Ny. S tetap dapat melakukan aktivitas seperti biasa. Ny. S mengatakan
karena setiap hari mengonsumsi pil pereda nyeri dari mantri dan meminum jamu.
Tetapi keluarga dan klien tidak terlalu mengetahui penyebab nyeri dari Ny. S.
2) Kebersihan perorangan
Keluarga mengatakan mempunyai kebiasaan mandi 2 kali sehari, cuci rambut
maksimal 3 hari sekali dan gosok gigi pada waktu mandi. Ny. S mandi 2 kali dalam
sehari.
3) Penyakit yang sering diderita
hipertensi pada Tn. I.
4) Penyakit keturunan
Tidak memiliki penyakit keturunan.
5) Penyakit kronis atau menular
Tidak memiliki penyakit menular. Pada keluarga ini hanya Ny. I yang memiliki
penyakit jantung.
6) Kecacatan
Tidak memiliki kecacatan yang dialami oleh keluarga.
7) Pola makan
Pola makan baik.
8) Pola istirahat
Pola istirahat keluarga cukup 7-8 jam/hari.
9) Ketergantungan obat atau bahan
Anggota keluarga tidak ada yang memiliki ketergantungan pada obat.
10) Mencari pelayanan kesehatan
Anggota keluarga mencari pelayanan kesehatan terdekat yaitu dokter praktek.
d. Fungsi reproduksi
4) STRESS DAN KOPING KELUARGA
a. Stressor jangka pendek dan jangka panjang
Keluarga mengatakan merasa tidak ada masalah yang dirasakan dalam waktu kurang
dari enam bulan ini. Semua dirasakan oleh keluarga baik-baik saja. Ny. mengatakan
merasa agak repot merawat Ny. S ketika sedang menderita rematik karena harus
membagi waktu antara bekerja dan merawat Ny. S yang sakit. Ny. H mengatakan
karena Ny. S tidak mau dirawat dengan anggota keluarga yang lain dengan alasan
takut merepotkan dan merasa malu karena tidak terbiasa.
b. Kemampuan berespon terhadap stressor
Ny. S mengatakan apabila ada masalah yang dirasa sangat berat maka mereka akan
memecahkannya secara bersama-sama, dibicarakan bersama kemudian dicari jalan
keluar yang terbaik.
c. Strategi koping yang digunakan
Jika terdapat masalah dalam keluarga, keluarga lebih suka berunding bersama untuk
memecahkannya atau meminta pendapat pada orang yang lebih tahu. Apabila terdapat
keluarga yang sakit dan pada waktu itu tidak mempunyai uang keluarga
mempergunakan uang tabungan yang disimpan di bank.
6. PEMERIKSAAN FISIK
Hari/ Tgl : Senin, 18 Mei 2020
TB BB LLA TD N R S Keterangan
No Nama
Cm Kg Cm Mm/Hg x/’ x/’ ºC keluhan
Ny. S
mengatakan
1 Ny. S 160 65 140/100 88 20 36 nyeri pada lutut
terasa seperti
tertusuk jarum
2 Tn. P - - - - - - -

7. HARAPAN KELUARGA TERHADAP PERAWATAN KESEHATAN


KELUARGA
a. Persepsi terhadap masalah
Keluarga menganggap masalah kesehatan Ny.I adalah masalah yang wajar karena Ny. I
sudah tua. Keluarga menggangap orang yang sudah lanjut usia pasti selalu memiliki
masalah kesehatan. Namun kelurga kurang tau perawatan yang dapat dilakukan ketika
Ny. I mengalami hipertensi.
b. Harapan terhadap masalah
Keluarga mengatakan ingin mendapatkan berbagai informasi mengenai kesehatan demi
menjaga kesehatan seluruh anggota keluarganya. Terutama untuk kesehatan Ny. I
perlukah meminum obat terus atau tidak.

Perawat yang mengkaji,

……………………………
ANALISA DATA
Data Etiologi Diagnosa Keperawatan
Ds : Faktor resiko terjadinya Nyeri Kronis
- Ny. S mengeluh lututnya terasa osteoarthritis (usia>65 tahun,
nyeri pada saat aktifitas maupun wanita menopouse )
istirahat.
- Ny. S mengatakan nyerinya
sudah berlangsung selama lebih
dari lebih 6 bulan yang lalu. Perubahan fisiologis tubuh
(perubahan hormon, degenerasi sel
- P : Nyeri timbul ketika terlalu
karena usia)
lama melakukan suatu aktivitas
- Q : Nyeri seperti tertusuk jarum
- R : Nyeri di bagian lutut kanan
- S : Skalan nyeri 4 Penipisan tulang rawan sendi
- T : hilang timbul (peradangan pada persendian)
Do :
- Ekspresi wajah tampak
menahan sakit
- Klien tampak memegang Nyeri Kronis

lututnya yang terasa sakit


Ds Faktor resiko terjadinya Resiko jatuh
- Klien mengatakan mempunyai osteoarthritis (usia>65 tahun,
riwayat jatuh. wanita menopouse )
- Klien mengatakan nyeri pada
lutut ketika berjalan maupun
istirahat.
Do Perubahan fisiologis tubuh
(perubahan hormon, degenerasi sel
- Klien berjalan dengan terpatah-
karena usia)
patah.
- Tampak mencari pegangan
ketika mau berdiri dari kursi
Penipisan tulang rawan sendi
dan berjalan. (peradangan pada persendian)
Nyeri yang dirasakan

Resiko jatuh

Skala Prioritas Masalah


a. Nyeri Kronis
No Prioritas Skor / bobot Pembenaran
1 Sifat masalah 3/3x1 = 1 Nyeri yang dirasakan harus diatasi
Skala : aktual karena sangat menggangu aktivitas dari
Ny. S saat ini
2 Kemungkinan masalah 2/2x2 = 2 Karena apabila nyeri timbul dan sangat
dapat diubah mengganggu maka Ny. S akan segera
Skala : mudah meminum obat/jamu untuk
menghilangkan nyeri
3 Potensial masalah cukup 2/3x1 = 2/3 Jika nyerinya tidak segera diatasi maka
untuk dicegah nyeri tersebut akan sangat menggangu
Skala : cukup rasa nyaman
4 Menonjolnya masalah 2/2x1 = 1 Penanganan segera akan menentukan
Skala : masalah berat hasil serta tindakan keperawatan
harus segera ditangani selanjutnya.
Jumlah 4 2/3

b. Resiko Jatuh
No Prioritas Skor / bobot Pembenaran
1 Sifat masalah 2/3x1 = 2/3 Apabila keadaan tidak segera diatasi
Skala : aktual akan membahayakan lansia.
2 Kemungkinan masalah 2/2x2 = 2 Penyediaan sarana yang murah dana
dapat diubah man missal: sandal karet, modifikasi
Skala : sebagian lingkungan.
3 Potensial masalah cukup 2/3x1 = 2/3 Keluarga merasa keamanan untuk Ny.
untuk dicegah S penting
Skala : cukup
4 Menonjolnya masalah 2/2x1 = 1 Penanganan segera akan menentukan
Skala : masalah berat kenyamanan Ny. S
harus segera ditangani
Jumlah 3 4/3

Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri Kronis

2. Resiko Jatuh
Intervensi Keperawatan

SDKI SLKI SIKI


Nyeri Kronis Tingkat Nyeri : Tingkat nyeri : pengalaman sensorik atau Manajemen nyeri : mengidentifikasi dan
emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau mengelola pengalaman sensorik atau
fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas emosional yang berkaitan dengan kerusakan
ringan hingga berat dan konstan. jaringan atau fungsional dengan onset
Ekspektasi : meningkat mendadak atau lambat dan beintensitas ringan
Kriteria Hasil : hingga berat dan konstan.
1. Diharapkan kemampuan aktivitas meningkaat (5) Tindakan :
2. Diharapkan keluhan nyeri menurun (5) 1. Observasi
3. Diharapkan meringis menurun (5) - Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
Diharapkan tekanan darah membaik (5) frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
- Identifikasi skala nyeri
- Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas
hidup
2. Terapeutik
- Berikan teknik non farmakologis untuk
mengurangi nyeri
- Kontrol lingkungan yang memperberat
rasa nyeri
- Fasilitasi istirahat dan tidur
3. Edukasi
- Jelaskan penyebab, periode dan pemicu
nyeri
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Anjurkan monitor nyeri secara mandiri
4. Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgetik, jika
perlu.
Resiko Jatuh Keamanan Lingkungan rumah : Pengaturan ruang dan perabotan Pencegahan Jatuh
untuk mencegah terjadinya cidera fisik di rumah. Tindakan
Ekspektasi : meningkat 1. Observasi
Kriteria hasil : - Identifikasi faktor resiko jatuh (mis:
1. Pemeliharaan rumah meningkat (5) usia > 65 tahun)
2. Pencahayaan meningkat (5) - Identifikasi resiko jatuh
3. Kemudahan akses kamar mandi (5) - Identifikasi faktor lingkungan yang
4. Ketersediaan perangkat bantu (5) meningkatkan resiko jatiuh ( mis:
lantai licin, penerangan kurang)
- Hitung resiko jatuh dengan
menggunakan skala
2. Teraupeutik
- Orientasikan ruangan pada pasien dan
keluarga
- Pasang handrail tempat idur
- Atur tempat tidur mekanis pada posisi
terendah
- Modifikasi lingkungan
3. Edukasi
- Anjurkan memakai alas kaki yang tidak
licin
- Anjurkan berkonsentrasi untuk menjaga
keseimbangan tubuh
Implementasi
No Hari, Tanggal, jam Diagnosa Keperawatan Implementasi
1 Senin, 18 Mei 2020 Nyeri Kronis 1. Melakukan identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
Pukul: 13.00
intensitas nyeri yang dirasakan oleh klien
2. Melakukan identifikasi skala nyeri yang dirasakan k
3. Melakukan identifikasi pengaruh nyeri pada kualita
4. Menjelaksan cara penanganan nyeri ketika nyeri ter
teknik non farmakologis yaitu distraksi relaksasi
5. Melakukan Kontrol lingkungan yang dapat memper
yang dirasakan klien
6. Menjelaskan tentang penyebab nyeri, periode dan p
dirasakan klien.
2 Selasa, 19 Mei 2020 Resiko Cidera 1. Melakukan identifikasi resiko jatuh pada klien
Pukul: 13.00
2. Melakukan identifikasi faktor lingkungan yang men
jatuh.
3. Menghitung resiko jatuh pada klien.
4. Melakukan modifikasi lingkungan memasang handr
cahaya yang cukup.
Evaluasi
No Hari, Diagnosa Evalusi TTD
Tanggal, Jam Keperawatan
1 Senin, 18 Mei Nyeri Kronis S: Ny. S mengatakan sudah mengetahui
15.00 cara untuk meredakan rasa nyeri yang
dirasakan
O: Ny. S mengatakan sudah bisa
melakukan penanganan nyeri ketika sedang
timbul atau terasa
- P : Nyeri timbul ketika terlalu lama
melakukan suatu aktivitas
- Q : Nyeri seperti tertusuk jarum
- R : Nyeri di bagian lutut kanan
- S : Skalan nyeri 4
- T : hilang timbul
A: Masalah teratasi sebagian
P: Melanjutkan intervensi
2 Selasa,19 Mei Resiko Jatuh S: Ny. S dapat meminimalisir resiko jatuh
15.00 dan keluarga mampu memodifikasi
lingkungan demi keamanannya.
O: Ny. S menggunakan sandal dan
pengamanan bagi dirinya.
A: Masalah teratasi
P: Hentikan intervensi

Anda mungkin juga menyukai

  • AsKep Struma
    AsKep Struma
    Dokumen33 halaman
    AsKep Struma
    Andra Clalu Cyng Ue
    100% (1)
  • Silvy
    Silvy
    Dokumen14 halaman
    Silvy
    Andra Clalu Cyng Ue
    Belum ada peringkat
  • LP BBL
    LP BBL
    Dokumen13 halaman
    LP BBL
    Andra Clalu Cyng Ue
    Belum ada peringkat
  • Askep Meningitis KMB 4
    Askep Meningitis KMB 4
    Dokumen16 halaman
    Askep Meningitis KMB 4
    Andra Clalu Cyng Ue
    Belum ada peringkat
  • Sindrom Steven
    Sindrom Steven
    Dokumen9 halaman
    Sindrom Steven
    Andra Clalu Cyng Ue
    Belum ada peringkat
  • Sindrom Steven
    Sindrom Steven
    Dokumen9 halaman
    Sindrom Steven
    Andra Clalu Cyng Ue
    Belum ada peringkat
  • Alga Cladophora
    Alga Cladophora
    Dokumen9 halaman
    Alga Cladophora
    Andra Clalu Cyng Ue
    Belum ada peringkat
  • PNEUMOTORAKS
    PNEUMOTORAKS
    Dokumen29 halaman
    PNEUMOTORAKS
    Andra Clalu Cyng Ue
    100% (1)
  • Makalah KMB 1
    Makalah KMB 1
    Dokumen29 halaman
    Makalah KMB 1
    Andra Clalu Cyng Ue
    100% (1)