EMA 232M-B4
KEBIJAKAN DIVIDEN
OLEH:
KELOMPOK 6
2021
KATA PENGANTAR
Om Swastiastu
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmat-Nya kami
mampu menyelesaikan tugas makalah ini guna memenuhi tugas mata kuliah Manajemen
Keuangan. Dalam penulisan mengenai pokok bahasan pada mata kuliah ini, kami mendapat tugas
untuk mengulas kembali pokok bahasan yaitu mengenai Topik-Topik Khusus.
Dalam penyusunan tugas ini, tidak sedikit hambatan yang kami hadapi. Namun kami
menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat kerjasama kelompok
6 (enam), sehingga kendala-kendala yang kami hadapi dapat teratasi.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu mengenai materi Topik-Topik
Khusus yang kami sajikan berdasarkan dari berbagai sumber, informasi, dan referensi. Semoga
makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi penambahan pemikiran.
Kami sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Untuk itu
kami membuka saran dan kritik bagi para pembaca khususnya Dosen guna perbaikan Makalah
dimasa yang akan datang.
Penyusun
Kelompok 4
i| P a g e
DAFTAR ISI
ii | P a g e
BAB I
PENDAHULUAN
1|P a g e
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa yang dimaksud dengan kebijakan deviden?
1.2.2 Bagaimana prosedur pembayaran deviden?
1.2.3 Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan deviden?
1.2.4 Dana apa saja yang bisa dibagikan sebagai deviden?
1.2.5 Apa saja jenis-jenis pembayaran deviden?
1.2.6 Bagaimana teori kebijakan deviden?
1.2.7 Apa yang dimaksud dengan Information Content Hypothesis Effect, Stock deviden and
Stock split, Repurchase of Stock?
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
Sebagai acuan penilaian kelompok maupun individu bagi dosen pengampu mata kuliah
Manajemen Keuangan serta untuk menambah wawasan bagi pembaca tentang pokok bahasan
Kebijakan Dividen .
2|P a g e
BAB II
PEMBAHASAN
Menurut Sartono (2011) “kebijakan dividen adalah keputusan apakah yang diperoleh
perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen atau akan ditahan dalam
bentuk laba ditahan guna pembiayaan investasi di masa dating”. Apabila perusahaan memilih untuk
membagikan laba sebagai dividen, maka akan mengurangi laba yang ditahan dan selanjutnya
mengurangi total sumber dana internal financing. Sebaliknya jika perusahaan memilih untuk
menahan laba yang diperoleh, maka kemampuan pembentukan dana intern akan semakin besar.
Kebijakan dividen adalah suatu perusahaan sehubungan dengan membayar pendapatan sebagai
dividen dibadingkan mempertahankan mereka untuk reinvestasi di perusahaan. Ini adalah
pembagian keuntungan antara pembayaran kepada pemegang saham dan investasi kembali dalam
perusahaan. Dengan demikian kebijakan dividen merupakan bagian penting dari jangka panjang
strategi perusahaan pembiayaan.
Widoadmodjo (1996) juga menyatakan bahwa dividen adalah saham secara tunai untuk
setiap lembarnya (dividend per share). Sedangkan dividen saham (stock dividend) merupakan
dividen yang dibayar atau dibagi dalam bentuk saham, yang diperhitungkan untuk setiap lembar
sahamnya. Dividen yang dibagikan perusahaan kepada para pemegang saham dapat dibagi dalam
beberapa jenis dividen. Dividen yang paling disukai oleh para pemegang saham adalah dividen
tunai atau dividen kas.
Pada gambar tersebut dapat diuraikan bahwa keputusan untuk membagikan dividen
dilakukan pada awal januari. Saham yang dibeli pada tanggal 20 atau sebelumnya masih berhak
memperoleh dividen. Tetapi apabila saham tersebut dibeli pada tanggal 24 Januari sesudahnya,
pemegang saham tersebut tidak berhak memperoleh dividen. Para pemegang saham pada tanggal
31 Januari berhak memperoleh dividen yang akan dibagikan pada tanggal 15 Februari.
Pembayaran dividen dilakukan melalui pemindahan bukuan atau pengalihan hak tas saham
ditutup pada saat pembayaran dividen. Jika pemindahan hak dilakukan sebelum pembayaran
dividen, maka pemegang saham yang baru akan menerima pembayaran dividen. Perusahaan
mengirimkan cek kepada pemgeang saham pada tanggal pembayaran.
Peraturan yang mempengaruhi kebijakan dividen meliputi dividen harus dibayarkan dari laba
ditahan saat ini atau periode yang lalu. Selain itu dividen tidak dapat dibayarkan dari modal saham.
Pembayaran dividen tidak dapat dilakukan apabila perussahaan dalam keadaan insolvency.
4|P a g e
2. Kebutuhan pembayaran kembali utang perusahaan juga berpengaruh terhadap kemampuan
perusahaan untuk membayar dividen. Adanya batasan dalam perjanjian pinjaman kepada
kreditur, seperti misalnya pembayran dividen dapat dilakukan setelah laba yang tersedia
bagi pemegang saham dikurangi dengan angsuran pinjaman atau apabila modal kerja
mencapai tingkat tertentu. Di samping itu persetujuan pemegang saham preferen dimana
menuntut hak pembayaran dividen sebelum pembayaran dividen kepada pemegang saham
biasa.
3. Tingkat ekspansi yang tinggi memerlukan dana yang besar, sehingga laba yang diperoleh
lebih baik ditahan. Stabilitas earning memungkinkan perusahaan untuk mempertahankan
payout ratio yang tinggi.
4. Akses perusahaan di pasar modal juga berpengaruh terhadap kebijakan dividen.
Aksesibilitas perusahaan ini dipengaruhi oleh usia dan skala perusahaan, bagi perusahaan
yang sudah estabilished lebih mudah mempertahankan payout ratio yang tinggi
dibandingkan dengan perusahaan yang kecil.
5. Posisi pemegang saham dalam kelompok pajak juga berpengaruh terhadap kebijakan
deviden. Kepemilikan perusahaan oleh investor yang kecil cenderung untuk memiliki
payout yang tinggi. Sedangkan kepemilikan perusahaan oleh pemegang saham yang
termasuk dalam kelompok pembayar pajak besar akan lebih menyukai untuk
mempertahankan payout yang rendah. Lebih lanjut posisi pembayaran pajak perusahaan
berpengaruh pula terhadap kebijakan dividen. Kemungkianan adanya penalti atas kelebihan
akumulasi laba ditahan mungkin akan mendorong untuk memilih payout yang lebih tinggi.
7|P a g e
Laba sLaba setelah pajak Rp 6. Rp. 6.000.000,-
Divid Deviden payout 60%
Divid Deviden Rp. 3.600.000-
Laba Laba yang ditahan Rp. 2.400.000-
CapitaCapital budget Rp. 13.000.000
Debt tDebt to total assets 40%
Total Total Utang Rp. 5.200.000-
Total Total equity 60% Rp. 7.800.000-
Laba Laba yang ditahan Rp. 2.400.000
Ekste Eksternal equity Rp.5.400.000
60%
00.00
Contoh 2 :
Perusahaan B memperoleh laba setelah pajak sebesar Rp 11.000.000,- tahun yang lalu dan
membagikannya dalam bentuk dividen sebesar Rp 3.960.000,-. Dividen tersebut telah
tumbuh dengan tingkat pertumbuhan sebesar 6% per tahun selama 10 tahun. Pada tahun ini
perusahaan memperoleh laba sebesar Rp 14.000.000,-. Kesempatan investasi yang tersedia
sebesar Rp 10.000.000,-. Hitunglah dividen untuk tahun ini di bawah setiap kebijakan
berikut ini.
a. Payout yang konstan?
b. Pertumbuhan dividen yang stabil?
c. Residual dividend policy ( anggap perusahaan berharap akan mempertahankan debt to
total assets ratio 40%)?
Jawab :
a. Payout ratio = Rp 3.960.000,- / Rp 11.000.000,-
= 36%
= 36% (Rp 14.000.000,-) = Rp 5.404.000,-
8|P a g e
b. Pertumbuhan 6% sehingga dividen yang dibayarkan
= (1+6%)(Rp 3.960.000,-)
= Rp 4.197.000,-
c.
Investasi Rp 10.000.000
Persentase equity financing 60%
Equity financing Rp 6.000.000
Laba yang diperoleh Rp 14.000.000
Dividen yang dibagikan Rp 8.000.000
Teori dividen tidak relevan dikemukakan oleh Miller dan Modigliani (1961), yang
selanjutnya disebut MM, yang berpendapat bahwa di dalam kondisi bahwa keputusan Investasi
yang gven, pembayran dividen tidak berpengaruh terhadap kemakmuran pemegang saham, lebih
lanjut MM berpenddapat bahwa nilai perusahaan ditentukan oleh earning power dari aset
perusahaan. Dengan demikian nilai perusahaan ditentukan oleh keputusan investasi. MM
membuktikan pendapatnya dengan asumsi :
1. Pasar modal yang sempurna dimana semua investor bersikap rasional.
2. Tidak terdapat pajak.
3. Tidak terdapat biaya emisi saham.
4. Leverage tidak berpengaruh terhadap biaya modal.
5. Para investor dan manajer mempunyai informasi yang sama.
6. Distribusi pendapatan diantara dividen dengan laba ditahan tak berpengaruh terhadap
biaya ekuitas.
7. Kebijakan Capital Budgeting terlepas dari kebijakan dividen.
Hal penting dari pendapatnya MM adalah bahwa pengaruh pembayaran dividen terhadap
kemakmuran pemegang saham akan diimbangi dengan jumlah yang sama dengan cara
pembelanjaan atau pemenuhan dana yang lain. Jadi yang penting adalah apakah investasi yang
tersedia diharapkan akan memberikan NPV yang positif, tidak peduli apakah dana yang
9|P a g e
dipergunakan untuk membiayai berasal dari perusahaan (laba ditahan) ataukah dari luar perusahaan
(menerbitkan saham baru). Dampak keputusan tersebut sama saja bagi kekayaan pemodal. Atau
keputusan dividen adalahh tidak relevan. Untuk memperjelas uraian tersebut perhatikan contohnya
Misalnya suatu perusahaan mempunyai neraca sebagai berikut :
Jumlah lembar saham : 1.000.000/lbr
Harga saham : Rp 8.050/lbr
Kas 1.050.000.000
Aktiva lain 7.000.000.000 Modal Sendiri 8.050.000.000
Total 8.050.000.000 Total 8.050.000.000
10 | P a g e
b. Birt in the Hand Theory
Teori ini dikemukakan oleh gordon (1962) dan Lintner (1956, 1963), dimana beliau
berpendapat bahwa biaya ekuitas (Ke) perusahaan akan mengalami kenaikan disebabkan oleh
penurunan pembayaran dividen, karena investor lebih yakin terhadap penerimaan dan pembagian
dividen dibandingkan dengan kenaikan nilai modal (capital gain) yang dihasilkan laba tersebut.
Gordon Linther beranggapan bahwa investor memandang satu burung lebih berharga dari
pada seribu burung di udara. Beliau juga berpendapat bahwa kemungkinan capital gains yang
diharapkan adalah lebih risikonya dibanding dengan dividen yield yang pasti. Sehingga investor
akan meminta dipergunakan untuk mensubsidi dividen. Dengan tegas Gordon Linther berpendapat
bahwa investor akan meminta tingkat keuntungan yang lebih tinggi untuk setiap pengurangan
dividen yield.
c. Tax Diffrential Theory
11 | P a g e
sedangkan penurunan dividen akan diikuti dengan penurunan harga saham. Hal tersebut
menunjukan investor secara keseluruhan lebih menyukai pembayaran dividen dibandingkan capital
gain. MM berpendapat bahwa kenaikan dividen oleh investor dilihat sebagai tanda atau signal
bahwa prospek di masa datang lebih baik. Sebaliknya penurunan dividen akan dilihat sebagai tanda
bahwa prospek perusahaan menurun. MM berkesimpulan bahwa reaksi investor terhadap
perubahan dividen tidak berarti sebagai indikasi bahwa investor lebih menyukai dividen dibanding
dengan laba ditahan. Kenyataan bahwa harga saham mengiuti perubahan dividen semata-mata
karena adanya information content dalam pengumuman dividen.
Contoh :
Berikut ini adalah modal sendiri sebuah perusahaan yang sedang mengalami pertumbuhan :
13 | P a g e
Saham baru yang dibagikan 200.000
Harga per lembar saham Rp 50.000
Saham biasa @ nominal Rp4.000 Rp Rp 4.800.000.000
Capital surplus Rp19.200.000.000
Laba yang ditahan Rp10.000.000.000
Total modal sendiri Rp 43.000.000.000
Jumlah lembar saham setelah stock dividend meningkat sebanyak 200.000 lembar. Dengan
demikian, maka besar Rp 10.000.000.000,00 harus didistribusikan dari laba ditahan ke :
15 | P a g e
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Prosedur pembayaran dividen meliputi: declaration date yaitu merupakan keputusan RUPS
untuk membagikan deviden; ex-dividend date, adalah merupakan hari atau tanggal di mana pembeli
saham tidak berhak memperoleh deviden yang dibagikan, record date, merupakan tanggal
pembayaran.Faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan perusahaan membayar deviden pada
umumnya meliputi: posisi khas atau likuiditas perusahaan, kebutuhan pembayaran kembali utang
perusahaan, tingkat ekspansi perusahaan, akses perusahaan di pasar modal dan posisi pemegang
saham dalam kelompok pajak.
Berdasarkan teori keuangan, jumlah dana yang bisa dibagikan sebagai dividen adalah laba
setelah pajak ditambah penyusutan dikurangi investasi aktiva tetap dikurangi penambahan modal
kerja. Hanya saja untuk menyederhanakan analisis sering diasumsikan bahwa investasi pada aktiva
tetap akan diambil dari penyusutan, dan modal kerja dianggap tidak berubah. Sehingga dapat
asumsi seperti itu maka besarnya dividen ditentukan oleh EAT.Jenis-jenis pembayaran dividen
meliputi: pembayaran deviden yang stabil, residual decision of dividend, layout ratio yang konstan
dan pembayaran deviden reguler yang rendah disertai pembayaran ekstra.
Teori kebijakan deviden, dividen adalah tidak relevan, dikemukakan oleh modigliani Miller,
dengan asumsi pasar dalam keadaan efisien, berpendapat bahwa di dalam kondisi bahwa keputusan
investasi yang given, pembayaran deviden tidak berpengaruh terhadap kemakmuran pemegang
saham, nilai perusahaan ditentukan oleh earning power dari aset perusahaan.Bird in the hand theory
beranggapan kemungkinan capital gain yang diharapkan adalah lebih tinggi risikonya dibanding
dengan deviden yieldi, sehingga investor akan meminta tingkat keuntungan yang lebih tinggi untuk
setiap pengurangan dividen yield.Tax different theory dikemukakan oleh Lizenberger dan
Ramaswamy mengemukakan bahwa dalam kaitannya dengan pajak pendapatan perseorangan
adalah pendapatan setelah pajak investor lebih suka untuk menerima capital gain yang tinggi
dibandingkan dengan deviden tinggi sehingga investor akan meminta tingkat keuntungan setelah
pajak yang lebih tinggi terhadap saham yang memiliki deviden yield yang tinggi daripada saham
dengan deviden yield yang rendah
16 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA
17 | P a g e