Anda di halaman 1dari 20

MANAJEMEN KEUANGAN

EMA 232M-B4

KEBIJAKAN DIVIDEN

Dosen Pengampu: Dr. Ica Rika Candranigrat, S.E.,M.M

OLEH:

KELOMPOK 6

Ni Nyoman Estirina Priyandari (2007521063) (13)


Anak Agung Ngurah Kameswara Maottama (2007521203) (16)
Putu Yuan Barananda (2007521234) (24)
Raymond Triyanes (2007521239) (26)
Cokorda Bagus Pranajaya Pemayun (2007521292) (30)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR

2021
KATA PENGANTAR

Om Swastiastu

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmat-Nya kami
mampu menyelesaikan tugas makalah ini guna memenuhi tugas mata kuliah Manajemen
Keuangan. Dalam penulisan mengenai pokok bahasan pada mata kuliah ini, kami mendapat tugas
untuk mengulas kembali pokok bahasan yaitu mengenai Topik-Topik Khusus.
Dalam penyusunan tugas ini, tidak sedikit hambatan yang kami hadapi. Namun kami
menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat kerjasama kelompok
6 (enam), sehingga kendala-kendala yang kami hadapi dapat teratasi.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu mengenai materi Topik-Topik
Khusus yang kami sajikan berdasarkan dari berbagai sumber, informasi, dan referensi. Semoga
makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi penambahan pemikiran.
Kami sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Untuk itu
kami membuka saran dan kritik bagi para pembaca khususnya Dosen guna perbaikan Makalah
dimasa yang akan datang.

Om Santhi, Santhi, Santhi Om

Denpasar, 29 April 2021

Penyusun

Kelompok 4

i| P a g e
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................................... i


DAFTAR ISI................................................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................................................... 2
1.3 Tujuan ........................................................................................................................................... 2
1.1 Manfaat ......................................................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN .............................................................................................................................. 3
2.1 Pengertian Kebijakan Deviden ...................................................................................................... 3
2.2 Prosedur Pembayaran Deviden ..................................................................................................... 3
2.3 Faktor-Faktor yang Mepengaruhi Kebijakan Deviden ................................................................. 4
2.4 Dana yang Bisa Dibagikan Sebagai Deviden................................................................................ 5
2.5 Jenis-Jenis Pembayaran Deviden .................................................................................................. 6
2.6 Teori Kebijakan Deviden .............................................................................................................. 8
2.7 ICH, Clintile Effect, Stock Devidend dan Stock split, Repurechase of Stock…...…………..….11
BAB III PENUTUP .................................................................................................................................. ..13
3.1 Kesimpulan ................................................................................................................................. 13
3.2 Saran ........................................................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................. 14

ii | P a g e
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kebijakan dividen adalah keputusan apakah yang diperoleh perusahaan akan dibagikan
kepada pemegang saham sebagai dividen atau akan ditahan dalam bentuk laba ditahan guna
pembiayaan investasi di masa dating”. Apabila perusahaan memilih untuk membagikan laba
sebagai dividen, maka akan mengurangi laba yang ditahan dan selanjutnya mengurangi total
sumber dana internal financing. Sebaliknya jika perusahaan memilih untuk menahan laba yang
diperoleh, maka kemampuan pembentukan dana intern akan semakin besar. Kebijakan dividen
adalah suatu perusahaan sehubungan dengan membayar pendapatan sebagai dividen dibadingkan
mempertahankan mereka untuk reinvestasi di perusahaan. Ini adalah pembagian keuntungan antara
pembayaran kepada pemegang saham dan investasi kembali dalam perusahaan. Dengan demikian
kebijakan dividen merupakan bagian penting dari jangka panjang strategi perusahaan pembiayaan.
Pada umumnya pembayaran dividen dilakukan secara tunai. Keputusan pembayaran
deviden di Indonesia berbeda dengan di Negara Amerika Serikat yang menyatakan bahwa
keputusan pembagian dividen berada di tangan board of directors. Di Indonesia keputusan
pembagian dividen melalui Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) berdasarkan UU No 1 tahun
1995, pasal 62 ayat 1 dan 2. Apabila RUPS telah memutuskan untuk membagikan dividen, maka
tanggal tersebut merupakan declaration date. Para pemegang saham yang namanya tercantum
dalam Daftar Pemegang Saham (DPS) pada tanggal tertentu dinyatakan berhak menerima dividen.
Tanggal tersebut dinyatakan sebagai date of record.
Prakteknya pembagian dividen dikaitkan dengan laba yang di peroleh perusahaan tersedia
bagi pemegang saham. Laba ini ditunjukan dalam laporan rugi laba yang di sebut sebagai laba
setelah pajak (earning after taxes). Besarnya dana yang bisa dibagikan sebagai dividen (atau
diinvestasikan kembali) sama dengan laba setelah pajak. Dana yang di peroleh dari hasil operasi
selama satu periode tersebut adalah sebesar laba setelah pajak di tambah dengan penyusutan.
Meskipun demikian, bukan berarti bahwa kita bisa membagikan jumlah ini sebagai dividen, maka
perusahaan tidak akan dating. Kalau ini terjadi maka kemampuan perusahaan untuk menghasilkan
laba akan berkurang.

1|P a g e
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa yang dimaksud dengan kebijakan deviden?
1.2.2 Bagaimana prosedur pembayaran deviden?
1.2.3 Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan deviden?
1.2.4 Dana apa saja yang bisa dibagikan sebagai deviden?
1.2.5 Apa saja jenis-jenis pembayaran deviden?
1.2.6 Bagaimana teori kebijakan deviden?
1.2.7 Apa yang dimaksud dengan Information Content Hypothesis Effect, Stock deviden and
Stock split, Repurchase of Stock?
1.3 Tujuan

1.3.1 Untuk mengetahui pengertian dari kebijakan deviden


1.3.2 Untuk mengetahui prosedur pembayaran deviden
1.3.3 Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kebiijakan deviden
1.3.4 Untuk mengetahui dana yang bisa dibagikan sebagai deviden
1.3.5 Untuk mengetahui jenis-jenis deviden
1.3.6 Untuk mengetahui teori kebijakan deviden
1.3.7 Untuk mengetahui Information Content Hypothesis Effect, Stock deviden and Stock split,
Repurchase of Stock

1.4 Manfaat
Sebagai acuan penilaian kelompok maupun individu bagi dosen pengampu mata kuliah
Manajemen Keuangan serta untuk menambah wawasan bagi pembaca tentang pokok bahasan
Kebijakan Dividen .

2|P a g e
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kebijakan Dividen

Menurut Sartono (2011) “kebijakan dividen adalah keputusan apakah yang diperoleh
perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen atau akan ditahan dalam
bentuk laba ditahan guna pembiayaan investasi di masa dating”. Apabila perusahaan memilih untuk
membagikan laba sebagai dividen, maka akan mengurangi laba yang ditahan dan selanjutnya
mengurangi total sumber dana internal financing. Sebaliknya jika perusahaan memilih untuk
menahan laba yang diperoleh, maka kemampuan pembentukan dana intern akan semakin besar.
Kebijakan dividen adalah suatu perusahaan sehubungan dengan membayar pendapatan sebagai
dividen dibadingkan mempertahankan mereka untuk reinvestasi di perusahaan. Ini adalah
pembagian keuntungan antara pembayaran kepada pemegang saham dan investasi kembali dalam
perusahaan. Dengan demikian kebijakan dividen merupakan bagian penting dari jangka panjang
strategi perusahaan pembiayaan.
Widoadmodjo (1996) juga menyatakan bahwa dividen adalah saham secara tunai untuk
setiap lembarnya (dividend per share). Sedangkan dividen saham (stock dividend) merupakan
dividen yang dibayar atau dibagi dalam bentuk saham, yang diperhitungkan untuk setiap lembar
sahamnya. Dividen yang dibagikan perusahaan kepada para pemegang saham dapat dibagi dalam
beberapa jenis dividen. Dividen yang paling disukai oleh para pemegang saham adalah dividen
tunai atau dividen kas.

2.2 Prosedur Pembayaran Deviden


Pada umumnya pembayaran dividen dilakukan secara tunai. Keputusan pembayaran
deviden di Indonesia berbeda dengan di Negara Amerika Serikat yang menyatakan bahwa
keputusan pembagian dividen berada di tangan board of directors. Di Indonesia keputusan
pembagian dividen melalui Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) berdasarkan UU No 1 tahun
1995, pasal 62 ayat 1 dan 2. Apabila RUPS telah memutuskan untuk membagikan dividen, maka
tanggal tersebut merupakan declaration date. Para pemegang saham yang namanya tercantum
dalam Daftar Pemegang Saham (DPS) pada tanggal tertentu dinyatakan berhak menerima dividen.
Tanggal tersebut dinyatakan sebagai date of record.
Lima hari kerja sebelum date of record, ditentukan tanggal ex-dividend. Pada tanggal ini
3|P a g e
dan sesudahnya pembeli saham tidak berhak untuk memperoleh dividen yang akan
dibagikan. Pada hari tersebut dan sesudahnya, dikatakan saham diperdagangkan ex-divident date,
sedangkan sebelumnya dikatakan saham diperdagangkan cum-divident date. Pada RUPS juga
menyebutkan kapan dividen akan dibayarkan dan bagaimana cara pembayarannya. Tanggal
pembayaran tersebut disebut payment date.

Pada gambar tersebut dapat diuraikan bahwa keputusan untuk membagikan dividen
dilakukan pada awal januari. Saham yang dibeli pada tanggal 20 atau sebelumnya masih berhak
memperoleh dividen. Tetapi apabila saham tersebut dibeli pada tanggal 24 Januari sesudahnya,
pemegang saham tersebut tidak berhak memperoleh dividen. Para pemegang saham pada tanggal
31 Januari berhak memperoleh dividen yang akan dibagikan pada tanggal 15 Februari.
Pembayaran dividen dilakukan melalui pemindahan bukuan atau pengalihan hak tas saham
ditutup pada saat pembayaran dividen. Jika pemindahan hak dilakukan sebelum pembayaran
dividen, maka pemegang saham yang baru akan menerima pembayaran dividen. Perusahaan
mengirimkan cek kepada pemgeang saham pada tanggal pembayaran.
Peraturan yang mempengaruhi kebijakan dividen meliputi dividen harus dibayarkan dari laba
ditahan saat ini atau periode yang lalu. Selain itu dividen tidak dapat dibayarkan dari modal saham.
Pembayaran dividen tidak dapat dilakukan apabila perussahaan dalam keadaan insolvency.

2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen


Faktor -faktor yang mempenagruhi kebijakan dividen pada umumnya meliputi:
1. Posisi kas atau likuiditas perusahaan mempengaruhi kemampuan perusahaan untuk
membayarkan dividen. Bagi perusahaan yang memiliki laba ditahan yang cukup, tetapi
manajemen memutuskan untuk menginvestasikan ke dalam aktiva riil, maka perusahaan
tidak dapat membayar dividen dalam bentuk kas.

4|P a g e
2. Kebutuhan pembayaran kembali utang perusahaan juga berpengaruh terhadap kemampuan
perusahaan untuk membayar dividen. Adanya batasan dalam perjanjian pinjaman kepada
kreditur, seperti misalnya pembayran dividen dapat dilakukan setelah laba yang tersedia
bagi pemegang saham dikurangi dengan angsuran pinjaman atau apabila modal kerja
mencapai tingkat tertentu. Di samping itu persetujuan pemegang saham preferen dimana
menuntut hak pembayaran dividen sebelum pembayaran dividen kepada pemegang saham
biasa.
3. Tingkat ekspansi yang tinggi memerlukan dana yang besar, sehingga laba yang diperoleh
lebih baik ditahan. Stabilitas earning memungkinkan perusahaan untuk mempertahankan
payout ratio yang tinggi.
4. Akses perusahaan di pasar modal juga berpengaruh terhadap kebijakan dividen.
Aksesibilitas perusahaan ini dipengaruhi oleh usia dan skala perusahaan, bagi perusahaan
yang sudah estabilished lebih mudah mempertahankan payout ratio yang tinggi
dibandingkan dengan perusahaan yang kecil.
5. Posisi pemegang saham dalam kelompok pajak juga berpengaruh terhadap kebijakan
deviden. Kepemilikan perusahaan oleh investor yang kecil cenderung untuk memiliki
payout yang tinggi. Sedangkan kepemilikan perusahaan oleh pemegang saham yang
termasuk dalam kelompok pembayar pajak besar akan lebih menyukai untuk
mempertahankan payout yang rendah. Lebih lanjut posisi pembayaran pajak perusahaan
berpengaruh pula terhadap kebijakan dividen. Kemungkianan adanya penalti atas kelebihan
akumulasi laba ditahan mungkin akan mendorong untuk memilih payout yang lebih tinggi.

2.4 Dana Yang Bisa Dibagikan Sebagai Dividen


Prakteknya pembagian dividen dikaitkan dengan laba yang di peroleh perusahaan tersedia
bagi pemegang saham. Laba ini ditunjukan dalam laporan rugi laba yang di sebut sebagai laba
setelah pajak (earning after taxes). Besarnya dana yang bisa dibagikan sebagai dividen (atau
diinvestasikan kembali) sama dengan laba setelah pajak. Dana yang di peroleh dari hasil operasi
selama satu periode tersebut adalah sebesar laba setelah pajak di tambah dengan penyusutan.
Meskipun demikian, bukan berarti bahwa kita bisa membagikan jumlah ini sebagai dividen, maka
perusahaan tidak akan dating. Kalau ini terjadi maka kemampuan perusahaan untuk menghasilkan
laba akan berkurang.
Berdasarkan teori keuangan, jumlah dana yang bisa dibagikan sebagai dividen bisa
dinyatakan dalam persamaan sebagai berikut:
5|P a g e
Dividen = EAT + Penyusutan – Investasi A. T. – Penambahan M. K.
Dimana:
EAT : Laba setelah pajak
AT : Aktivitas Tetap
MK : Modal Kerja
Persamaan tersebut menunjukan bahwa dana yang bisa dibagikan sebagai dividen
merupakan kelebihan dana yang di peroleh dari oprasi perusahaan (yaitu EAT + Penyusutan) di
atas keperluan investasi untuk menghasilkan laba di masa yang akan dating (investasi pada aktiva
tetap dan modal kerja). Hanya saja untuk menyederhanakan analisis sering diasumsikan bahwa
investasi pada aktiva tetap akan diambil dari penyusutan, dan modal kerja dianggap tidak berubah.
Sehingga dengan asumsi sepertoi itu akan besarnya dividen ditentukan oleh EAT.
Maksumum Dividen = EAT
Apabila dividen yang dibagikan (Divident Payout Ratio) misalnya hanya 40% dari EAT,
maka ini berarti bahwa yang 60% dipergunakan untuk menambah dana untuk penyusutan untuk
investasi pada aktiva tetap dan penambahan modal kerja.

2.5 Jenis-Jenis Pembayaran Dividen


Seperti telah diuraikan bahwa maksimum besarnya deviden yang dibagikan sebesar laba
setelah pajak, maka besarnya dividen akan dipengaruhi oleh ada tidaknya kesempatan investasi.
Berikut akan diuraikan jenis-jenis alternatif pembagian dividen.
1. Pembayaran deviden yang stabil
Perusahaan yang menganut kebijakan untuk membayarkan dividen per lembar saham dalam
jumlah yang stabil cenderung untuk memiliki payout ratio yang tinggi pada saat profit
mengalami penurunan. Alasan untuk memberikan dividen yang stabil dengan cara
membiarkan payout ratio berfluktuasi adalah agar harga pasar saham lebih tinggi. Hal ini
mudah dipahami karena :
a) Dividen yang berfluktuasi lebih berisiko daripada dividen yang stabil, oleh karena itu
tingkat discount rate yang lebih rendah akan diterapkan pada dividen yang stabil
sehingga nilai saham lebih tinggi.
b) Pemegang saham yang mengharapkan pendapatan dari penerimaan dividen akan lebih
suka untuk menerima dividen dalam jumlah yang stabil (dividen minimum) dan
megharapkan adanya premium atas saham itu.
6|P a g e
c) Persyaratan listing surat berharga mensyaratkan dividen yang stabil dan tidak terputus.

2. Residu Decision of Dividend


Penentuan besarnya dividen dipengaruhi oleh ada tidaknya kesempatan investasi yang
menguntungkan. Sejauh terdapat investasi yang menguntungkan maka dana yang diperoleh
dari operasi perusahaan akan digunakan untuk investasi tersebut. Kalau terdapat sisa
barulah sisa tersebut dibagikan sebagai dividen. Apabila pendapat ini dianut maka kita
akan mengamati pola pembayaran dividen yang sangat erratic. Suatu perusahaan
membagikan dividen sangat banyak karena tidak ada investasi yang menguntungkan, pada
saat lain tidak membagikan dividen sama sekali karena seluruh dana digunakan untuk
investasi.

3. Payout Ratio yang Konstan


Beberapa perusahaan memilh untuk mempertahankan persentase payout atau laba yang
konstan. Dengan demikian apabila laba yang diperoleh berfluktuasi, maka dividen yang
dibayarkan juga akan berfluktuasi. Kebijakan ini cenderung tidak akan memaksimumkan
nilai saham perusahaan.

4. Pembayaran Dividen Reguler yang Rendah disertai Pembayaran Ekstra


Kebijakan yang terakhir merupakan kebijakan yang moderat yaitu merupakan kompromi
atas dua kebijakan satu dan tiga yang lebih fleksibel.
Contoh 1 :
Perusahaan A sedang merencanakan untuk memperluas sarana produksinya tahun depan
dengan investasi Rp 13.000.000,-. Rasio hutang terhadap total aset saat iniadalah 40% dan
itu dianggap merupakan struktur modal yang optimum, laba setelah pajak saaat ini Rp
6.000.000,-. Jika perusahaan A berharap untuk memperthankan 60% dividen payout
rasionya, berapa banyak eksternal equity yang diperlukan untuk membiayai ekspansi
tersebut?
Jawab :

7|P a g e
Laba sLaba setelah pajak Rp 6. Rp. 6.000.000,-
Divid Deviden payout 60%
Divid Deviden Rp. 3.600.000-
Laba Laba yang ditahan Rp. 2.400.000-
CapitaCapital budget Rp. 13.000.000
Debt tDebt to total assets 40%
Total Total Utang Rp. 5.200.000-
Total Total equity 60% Rp. 7.800.000-
Laba Laba yang ditahan Rp. 2.400.000
Ekste Eksternal equity Rp.5.400.000

60%
00.00

Contoh 2 :
Perusahaan B memperoleh laba setelah pajak sebesar Rp 11.000.000,- tahun yang lalu dan
membagikannya dalam bentuk dividen sebesar Rp 3.960.000,-. Dividen tersebut telah
tumbuh dengan tingkat pertumbuhan sebesar 6% per tahun selama 10 tahun. Pada tahun ini
perusahaan memperoleh laba sebesar Rp 14.000.000,-. Kesempatan investasi yang tersedia
sebesar Rp 10.000.000,-. Hitunglah dividen untuk tahun ini di bawah setiap kebijakan
berikut ini.
a. Payout yang konstan?
b. Pertumbuhan dividen yang stabil?
c. Residual dividend policy ( anggap perusahaan berharap akan mempertahankan debt to
total assets ratio 40%)?
Jawab :
a. Payout ratio = Rp 3.960.000,- / Rp 11.000.000,-
= 36%
= 36% (Rp 14.000.000,-) = Rp 5.404.000,-
8|P a g e
b. Pertumbuhan 6% sehingga dividen yang dibayarkan
= (1+6%)(Rp 3.960.000,-)
= Rp 4.197.000,-
c.
Investasi Rp 10.000.000
Persentase equity financing 60%
Equity financing Rp 6.000.000
Laba yang diperoleh Rp 14.000.000
Dividen yang dibagikan Rp 8.000.000

2.6 Teori Kebijakan Dividen

a. Dividen Tidak Relevan

Teori dividen tidak relevan dikemukakan oleh Miller dan Modigliani (1961), yang
selanjutnya disebut MM, yang berpendapat bahwa di dalam kondisi bahwa keputusan Investasi
yang gven, pembayran dividen tidak berpengaruh terhadap kemakmuran pemegang saham, lebih
lanjut MM berpenddapat bahwa nilai perusahaan ditentukan oleh earning power dari aset
perusahaan. Dengan demikian nilai perusahaan ditentukan oleh keputusan investasi. MM
membuktikan pendapatnya dengan asumsi :
1. Pasar modal yang sempurna dimana semua investor bersikap rasional.
2. Tidak terdapat pajak.
3. Tidak terdapat biaya emisi saham.
4. Leverage tidak berpengaruh terhadap biaya modal.
5. Para investor dan manajer mempunyai informasi yang sama.
6. Distribusi pendapatan diantara dividen dengan laba ditahan tak berpengaruh terhadap
biaya ekuitas.
7. Kebijakan Capital Budgeting terlepas dari kebijakan dividen.

Hal penting dari pendapatnya MM adalah bahwa pengaruh pembayaran dividen terhadap
kemakmuran pemegang saham akan diimbangi dengan jumlah yang sama dengan cara
pembelanjaan atau pemenuhan dana yang lain. Jadi yang penting adalah apakah investasi yang
tersedia diharapkan akan memberikan NPV yang positif, tidak peduli apakah dana yang
9|P a g e
dipergunakan untuk membiayai berasal dari perusahaan (laba ditahan) ataukah dari luar perusahaan
(menerbitkan saham baru). Dampak keputusan tersebut sama saja bagi kekayaan pemodal. Atau
keputusan dividen adalahh tidak relevan. Untuk memperjelas uraian tersebut perhatikan contohnya
Misalnya suatu perusahaan mempunyai neraca sebagai berikut :
Jumlah lembar saham : 1.000.000/lbr
Harga saham : Rp 8.050/lbr

Kas 1.050.000.000
Aktiva lain 7.000.000.000 Modal Sendiri 8.050.000.000
Total 8.050.000.000 Total 8.050.000.000

Misalkan pada kesempatan tersebut tersedia kesempatan investasi yang diharapkan


memberikan NPV Rp 200 juta dan memerlukan dana sebesar Rp 1.000 juta. Apabila para
pemegang saham memutuskan untuk mengambil investasi tersebut (tidak perlu menerbitkan saham
baru) karena dana yang ada dalam perusahaan masih mecukupu maka rencananya akan nampak
sebagai berikut :
Kas 50.000.000
PV Investasi 1.200.000.000 Modal Sendiri 8.250.00.000
Aktiva lain 7.000.000.000
Total 8.250.000.000 Total 8.250.000.000

Sekarang misalkan para pemegang saham menginginkan membagi dividen perlembar Rp


1.000 juta tetapi ingin mengambil investasi dengan PVP Rp 200 juta tersebut. karena besarnya
dividen yang dibagikan adalah Rp 1.000 juta maka perusahaan perlu menerbitkab saham baru
sebesar Rp 1.000 juta, sehingga neracanya akan nampak sebagai berikut:
Kas 50.000.000 Modal Sendiri Lama 7.250.000.000
PV Investasi 1.200.000.000 Modal Sendiri Baru 1.000.000.000
Aktiva lain 7.000.000.000
Total 8.250.000.000 Total 8.250.000.000

10 | P a g e
b. Birt in the Hand Theory

Teori ini dikemukakan oleh gordon (1962) dan Lintner (1956, 1963), dimana beliau
berpendapat bahwa biaya ekuitas (Ke) perusahaan akan mengalami kenaikan disebabkan oleh
penurunan pembayaran dividen, karena investor lebih yakin terhadap penerimaan dan pembagian
dividen dibandingkan dengan kenaikan nilai modal (capital gain) yang dihasilkan laba tersebut.
Gordon Linther beranggapan bahwa investor memandang satu burung lebih berharga dari
pada seribu burung di udara. Beliau juga berpendapat bahwa kemungkinan capital gains yang
diharapkan adalah lebih risikonya dibanding dengan dividen yield yang pasti. Sehingga investor
akan meminta dipergunakan untuk mensubsidi dividen. Dengan tegas Gordon Linther berpendapat
bahwa investor akan meminta tingkat keuntungan yang lebih tinggi untuk setiap pengurangan
dividen yield.
c. Tax Diffrential Theory

Dikemukakan oleh Lizenberger dan Ramaswamy (1979) mengemukakan bahwa dalam


kaitannya dengan pajak pendapatan perseorangan, pendapat yang relevan bagi investor adalah
pendapatan setelah pajak, sehingga keuntungan yang disyaratkan juga setelah pajak. Kalau kita
kembali perhatikan model penilaian saham yang mempunyai tingkat pertumbuhan konstan ke
=D1/Po +g; dimana tingkat keuntungan yang diharapkan (ke) terdiri dari unsur divident yield
(D1/Po) dan capital gain(g) yang diharapkan, maka kedua komponen harus disesuaikan dengan
pajak.
Investor lebih suka untuk menerima capital gain yang tinggi dibanding dengan dividen
tinggi. Dengan kata lain investor menghendaki perusahaan untuk menahan laba setelah pajak dan
dipergunakan untuk pembiayaan investasi dari pada pembayaran dividen dalam bentuk kas. Untuk
itu dapat disimpulkan bahwa investor akan meminta tingkat keuntungan setelah pajak yang lebih
tinggi dari pada saham dengan dividend yield yang rendah. Oleh karenanta kelompok ini cenderung
menyarankan bahwa perusahaan sebaiknya menentukan divident pay out ratoi yang rendah atau
bahkan tidak membagikan dividen
2.7.1 Information Contente Hypothesis
Manajer kenyataanya cenderung memiliki informasi yang lebih baik tentang prospek
perusahaan dibanding dengan investor atau pemegang saham, akibatnya investor menilai bahwa
capital gain lebih berisiko dibanding dengan dividen dalam bentuk kas. Kenyataan tersebut
berakibat sering terjadi bahwa pembayaran dividen selalu diikuti dengan kenaikan harga saham

11 | P a g e
sedangkan penurunan dividen akan diikuti dengan penurunan harga saham. Hal tersebut
menunjukan investor secara keseluruhan lebih menyukai pembayaran dividen dibandingkan capital
gain. MM berpendapat bahwa kenaikan dividen oleh investor dilihat sebagai tanda atau signal
bahwa prospek di masa datang lebih baik. Sebaliknya penurunan dividen akan dilihat sebagai tanda
bahwa prospek perusahaan menurun. MM berkesimpulan bahwa reaksi investor terhadap
perubahan dividen tidak berarti sebagai indikasi bahwa investor lebih menyukai dividen dibanding
dengan laba ditahan. Kenyataan bahwa harga saham mengiuti perubahan dividen semata-mata
karena adanya information content dalam pengumuman dividen.

2.7.2 Clintile Effect


Kita mengetahui bahwa terdapat banyak kelompok investor dengan berbagai kepentingan.
Ada investor yang lebih menyukai pendapatan saat ini dalam bentuk dividen seperti halnya
individu yang sudah pensiun sehingga investor ini menghendaki perusahaan membayar dividen
yang tinggi. Tetapi ada pula investor yang menyukai untuk menginvestasikan kembali pendapatan
mereka, karena kelompok investor ini berada dalam tarif pajak yang cukup tinggi. Dengan adanya
dua kelompok investor tersebut, perusahaan dapat menentukan kebijakan dividen oleh manajemen
yang dianggap paling baik. Kemudian biarkan investor yang tidak menyukai kebijakan dividen
perusahaan menjual saham mereka. Dengan kata lain biarlah melakukan pemindahan investasi dari
satu perusahaan ke perusahaan lain. Tetapi perlu diingat bahwa transaksi ini berlangsung efisien
karena adanya biaya transaksi dan pembayaran sebagai akibat penjualan saham.

2.7.3 Stock Dividend dan Stock Split


Kadang-kadang perusahaan memutuskan untuk membagikan stock dividend atau
pembayaran dividen dalam bentuk saham. Kondisi ini mengakibatkan jumlah lembar saham akan
bertambah sebesar jumlah lembar saham yang dibagikan sebagai dividen. Stock devidend tidak
mengakibatkan kekayaan pemegang saham meningkat, karena meningkatnya jumlah lembar saham
diimbangi dengan turunnya harga saham dengan proporsi yang sama. Tetapi jika pemegang saham
berpendapat bahwa dana yang dibagikan dalam bentuk dividen diinvestasikan kembali dan
diharapkan memberikan hasil yang menguntungkan sehingga Price Earning Ratio (PER)
perusahaan meningkat, maka profitabilitas perusahaan akan meningkat.
Kadang-kadang perusahaan melakukan pemecahan saham (stock split) sehingga
mengakibatkan jumlah lembar saham menjadi bertambah/berkurang. Tujuan utama perusahaan
12 | P a g e
melakukan stock split adalah untuk meningkatkan likuiditas dalam perdagangan perusahaan
(artinya saham perusahaan lebih sering diperdagangkan). Tidak likuidnya saham seringkali
disebabkan oleh :
• Harga saham terlalu mahal dan jumlah lembar saham terlalu sedikit
• Harga saham terlalu murah sehingga investor mempersepsikan perusahaan kurang
memiliki prospek. Dengan memecah saham, misalnya dari satu menjari tiga, maka
harga saham akan turun menjadi sepertiganya (kalau prospek dan risiko tidak
berubah)jumlah lembar saham akan meningkat tiga kali. Demikian juga sebaliknya
dengan menggabungkan tiga menjadi satu maka harga saham akan naik tiga kali,
sehingga jumlah lembar saham akan berkurang sepertiganya.

Contoh :
Berikut ini adalah modal sendiri sebuah perusahaan yang sedang mengalami pertumbuhan :

Saham biasa @ nominal Rp 4.000 Rp 4.000.000.000


Capital surplus Rp 10.000.000.000
Laba yang ditahan Rp 29.000.000.000
Total modal sendiri Rp 43.000.000.000
Saham perusahaan tersebut saat ini dijual dengan harga Rp 50.000,00 per lembar saham .
a. Tunjukan pengaruh 4 for 1 stock split?
b. Tunjukan pengaruh kebijakan stock dividend 20%
Jawab:
a.
Saham biasa @ nominal Rp 1.000 Rp Rp 4.000.000.000
Capital surplus Rp 10.000.000.000
Laba yang ditahan Rp 29.000.000.000
Total modal sendiri Rp 43.000.000.000
Stock split hanya akan mempengaruhi jumlah lembar saham menjadi 4.000.000 lembar dan
nilai nominal menjadi Rp 1.000,00 per lembar saham.
b.
Jumlah lembar saham lama 1.000.000
Stock dividend 20%

13 | P a g e
Saham baru yang dibagikan 200.000
Harga per lembar saham Rp 50.000
Saham biasa @ nominal Rp4.000 Rp Rp 4.800.000.000
Capital surplus Rp19.200.000.000
Laba yang ditahan Rp10.000.000.000
Total modal sendiri Rp 43.000.000.000
Jumlah lembar saham setelah stock dividend meningkat sebanyak 200.000 lembar. Dengan
demikian, maka besar Rp 10.000.000.000,00 harus didistribusikan dari laba ditahan ke :

- Saham biasa ( Rp 4.000 x 200.000)= Rp 800.000.000


- Capital surplus (Rp 10.000.000.000 – Rp 80.000.000 = Rp 9.200.000.000

2.7.4 Repurchase of Stock


Perusahaan sering harus melakukan Repurchase of Stock atau pembelian kembali sahamnya
karena memiliki kelebihan kas, dan tidak ada kesempatan investasi yang menguntungkan. Alasan
lain mungkin karena perusahaan akan melakukan penggabungan usaha dengan perusahaan lain.
Dalam kondisi tidak ada kesempatan investasi yang menguntungkan, maka pemberian dividen atau
pembelian saham tidak ada pajak dan biaya transaksi bagi investor akan sama saja. Dengan
pembelian dan dividen per lembar saham yang beredar akan berkurang dan dividen per lembar
saham akan lebih besar, akhirnya harga pasar saham akan meningkat.
Contoh:
Suatu perusahaan memiliki laba dan harga pasar saham sebagai berikkut:
Laba setealah pajak Rp 40.000.000
Jumlah saham beredar 500.000
Laba per lembar saham Rp 80
Harga pasar saham setelah dividen Rp 960
P/E ratoi 12 kali
Misalkan perusahaan akan membagikan keuantungan sebesar Rp 20.000.000 sebagai
pemabayran dividen dan pembelian kembali saham perusahaan, maka dividen per lembar saham
menjadi Rp 20.000.000/500.000 = Rp 40. Dengan demikian investor berharap harga saham
sebelum dividen dibayarkan adalah sebesar Rp 1.000,00.
Misalkan perusahaan akan membeli saham dengan dana Rp 20.000.000,00 maka akan dapat
14 | P a g e
dibeli saham sebanyak Rp 20.000.000/Rp 1.000 = 20.000 lembar saham, sehingga jumlah lembar
saham menjadi Rp 40.000.000/480.000 = Rp 83,33.
Apabila P/E ratio perusahaan tidak berubah sebesar 12 kali, maka harga pasar saham secara
keseluruhan tidak mengalami perubahan yakni Rp 83,33 x 12 = Rp 1.000,00. Dengan demikian
yang diterima investor baik lewat pembagian dividen maupun pembelian kembali saham adalah
sama sebesar Rp 40,00.
Keuntungan Repurchase of Stock
1. Repurchase of Stock dipandang sebagai indikasi bahwa saham dinilai terlalu rendah atau
undervalued.
2. Pemegang saham memiliki pilihan untuk menjual saham mereka atau tidak.
3. Dari pandangan manajemen pembelian kembali saham memberikan beberapa
keuntungan bila dibandingkan dengan pembayaran dividen.
4. Merupakan satu cara praktis bagi manajemen untuk melakukan restrukturasib keuangan
perusahaan.

Kerugian Repurchase of Stock


1. Perusahaan mungkin membayar terlalu tinggi untuk repurchase of stock perusahaan,
sehingga sangat merugikan pemegang saham yang memilih untuk tidak menjual
sahamnya.
2. Tidak semua investor memperoleh manfaat atasa repurchase of stock, karena tidak
mengetahui implikasinya saat ini dan prospeknya di masa datang.
3. Perusahaan bisa dikenakan penalti apabila alsan repurchase of stock ini dilakukan untuk
menghindari pajak atasa dividen.
4. Beberapa investor memandang bahwa purchase of stock dalam jumlah merupakan
indikasi perusahaan tidak memiliki pertumbuhan yang baik.

15 | P a g e
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Prosedur pembayaran dividen meliputi: declaration date yaitu merupakan keputusan RUPS
untuk membagikan deviden; ex-dividend date, adalah merupakan hari atau tanggal di mana pembeli
saham tidak berhak memperoleh deviden yang dibagikan, record date, merupakan tanggal
pembayaran.Faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan perusahaan membayar deviden pada
umumnya meliputi: posisi khas atau likuiditas perusahaan, kebutuhan pembayaran kembali utang
perusahaan, tingkat ekspansi perusahaan, akses perusahaan di pasar modal dan posisi pemegang
saham dalam kelompok pajak.
Berdasarkan teori keuangan, jumlah dana yang bisa dibagikan sebagai dividen adalah laba
setelah pajak ditambah penyusutan dikurangi investasi aktiva tetap dikurangi penambahan modal
kerja. Hanya saja untuk menyederhanakan analisis sering diasumsikan bahwa investasi pada aktiva
tetap akan diambil dari penyusutan, dan modal kerja dianggap tidak berubah. Sehingga dapat
asumsi seperti itu maka besarnya dividen ditentukan oleh EAT.Jenis-jenis pembayaran dividen
meliputi: pembayaran deviden yang stabil, residual decision of dividend, layout ratio yang konstan
dan pembayaran deviden reguler yang rendah disertai pembayaran ekstra.
Teori kebijakan deviden, dividen adalah tidak relevan, dikemukakan oleh modigliani Miller,
dengan asumsi pasar dalam keadaan efisien, berpendapat bahwa di dalam kondisi bahwa keputusan
investasi yang given, pembayaran deviden tidak berpengaruh terhadap kemakmuran pemegang
saham, nilai perusahaan ditentukan oleh earning power dari aset perusahaan.Bird in the hand theory
beranggapan kemungkinan capital gain yang diharapkan adalah lebih tinggi risikonya dibanding
dengan deviden yieldi, sehingga investor akan meminta tingkat keuntungan yang lebih tinggi untuk
setiap pengurangan dividen yield.Tax different theory dikemukakan oleh Lizenberger dan
Ramaswamy mengemukakan bahwa dalam kaitannya dengan pajak pendapatan perseorangan
adalah pendapatan setelah pajak investor lebih suka untuk menerima capital gain yang tinggi
dibandingkan dengan deviden tinggi sehingga investor akan meminta tingkat keuntungan setelah
pajak yang lebih tinggi terhadap saham yang memiliki deviden yield yang tinggi daripada saham
dengan deviden yield yang rendah
16 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA

Wiagustini, Ni Luh Putu, 2014

17 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai