17B11C703
SEMESTER GANJIL
DISUSUN OLEH:
TADZKIRAH AMALIA
(1921042010)
PTSP S1-01
FAKULTAS TEKNIK
2021
BAB 1
PENDAHULUAN
1.3. Tujuan
2.2 Contoh Kasus Pelanggaran Terhadap Aturan Praktek dan Larangan Monopoli
Salah satu contoh kasus yang diambil dari sumber Detik News, “Sekongkol
Tender Proyek RSUD Makassar, 2 Perusahaan Didenda Rp 4,7 Miliar
, "Sekongkol Tender Proyek RSUD Makassar, 2 Perusahaan Didenda Rp 4,7 Miliar".
Menurut isi dari sumber tersebut Komisi Pengawasan Persaingan Usaha (KPPU)
menjatuhkan hukuman kepada 4 perusahaan di Makassar. Mereka terbukti melakukan
persekongkolan tender dalam proyek pembangunan Rumah Sakit Umum Daerah
(RSUD) Kota Makassar tahun anggaran 2017.
"Terbukti secara sah dan meyakinkan bahwa para terlapor 1, 2, 3 dan 4 itu bersalah
artinya mereka memenuhi unsur melakukan persekongkolan sebagaimana di atas dalam
Pasal 22 UU Nomor 5 Tahun 1999. Oleh karena itu kepada pada terlapor 1 sebagai
pemenang itu dikenakan sanksi berupa denda," kata Ketua Majelis Komisi, Chandra
Setiawan, usai sidang putusan di Kanwil VI KPPU Makassar, Gedung Keuangan
Negara (GKN) II Lantai 6, Jl Urip Sumoharjo KM 4 Makassar, Selasa (3/9/2019).
Tak hanya itu, KPPU juga memberi sanksi terlapor 1 dengan tidak dapat mengikuti
tender pembangunan seluruh Rumah Sakit di Indonesia selama 2 tahun lamanya, baik
menggunakan APBD maupun APBN. Sementara 3 perusahaan lainnya diberi sanksi
tidak bisa bersama sama mengikuti kegiatan tender untuk menghindari terjadinya
persekongkolan lanjutan.
"Bukan hanya denda, juga terlapor 1 juga diberikan saksi selama 2 tahun tidak boleh
mengikuti tender pembangunan Rumah Sakit di seluruh Indonesia yang menggunakan
dana APBN dan APBD. Di samping itu juga mereka sama sama 3 perusahaan itu tidak
boleh berbarengan mengajukan sebagai peserta tender untuk menghindari terjadinya
persekongkolan di kemudian hari," jelasnya.
Para pemenang tender 1 dan 2 juga diberi denda yakni sebesar Rp 2,8 miliar untuk
perusahaan pertama. Sementara untuk perusahaan kedua yakni Rp 1,9 miliar. Total
sebesar Rp 4,7 miliar.
"Tapi satu hal yang perlu diketahui bahwa putusan KPPU itu bukan putusan yang final,
kalau mereka tidak mengajukan keberatan akan kita daftarkan di Pengadilan dia inkrah
tapi kalau dalam 14 hari mengajukan keberatan mereka bisa mengajukan itu di
Pengadilan Negeri. Jadi kita tunggu saja dalam 14 hari apakah para terlapor menerima
atau mengajukan keberatan," tutupnya.
2.3 Dampak Yang di Timbulkan dari Pelanggaran Terhadap Aturan Praktek dan Larangan
Monopoli
Menurut ketentuan Pasal 47 Undang – Undang Nomor 5 tahun 1999, Komisi Pengawas
Persaingan Usaha (KPPU) yang menjatuhkan sanksi administratif terhadap pelaku
usaha yang terbukti melakukan perbuatan melawan atau melanggar hukum terhadap
Undang – Undang tersebut, sanksi administratif dapat berupa :
1. Komisi berwenang menjatuhkan sanksi berupa tindakan administratif terhadap
pelaku usaha yang melanggar ketentuan Undang-undang ini.
2. Tindakan administratif sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat berupa:
a. penetapan pembatalan perjanjian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4
sampai dengan Pasal 13, Pasal 15, dan Pasal 16; dan atau
b. perintah kepada pelaku usaha untuk menghentikan integrasi vertikal
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14; dan atau
c. perintah kepada pelaku usaha untuk menghentikan kegiatan yang terbukti
menimbulkan praktek monopoli dan atau menyebabkan persaingan usaha
tidak sehat dan atau merugikan masyarakat; dan atau
d. perintah kepada pelaku usaha untuk menghentikan penyalahgunaan posisi
dominan; dan atau
e. penetapan pembatalan atas penggabungan atau peleburan badan usaha dan
pengambilalihan saham sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28; dan atau
f. penetapan pembayaran ganti rugi; dan atau
g. pengenaan denda serendah-rendahnya Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar
rupiah) dan setinggi-tingginya Rp 25.000.000.000,00 (dua puluh lima miliar
rupiah).
1. Pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 4, Pasal 9 sampai dengan Pasal 14, Pasal
16 sampai dengan Pasal 19, Pasal 25, Pasal 27, dan Pasal 28 diancam pidana
denda serendah-rendahnya Rp 25.000.000.000,00 (dua puluh lima miliar
rupiah) dan setinggi-tingginya Rp 100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah),
atau pidana kurungan pengganti denda selama-lamanya 6 (enam) bulan.
2. Pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 5 sampai dengan Pasal 8, Pasal 15, Pasal
20 sampai dengan Pasal 24, dan Pasal 26 Undang-undang ini diancam pidana
denda serendah-rendahnya Rp 5.000.000.000,00 ( lima miliar rupiah) dan
setinggi-tingginya Rp 25.000.000.000,00 (dua puluh lima miliar rupiah), atau
pidana kurungan pengganti denda selama-lamanya 5 (lima) bulan.
3. Pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 41 Undang-undang ini diancam pidana
denda serendah-rendahnya Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) dan
setinggi-tingginya Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah), atau pidana
kurungan pengganti denda selama-lamanya 3 (tiga) bulan.
PENUTUP
Kesimpulan
Sebagaimana disebut diatas bahwa pengertian praktek monopoli dan persaingan usaha
tidak sehat menurut UULPM & PUTS adalah pemusatan kekuatan ekonomi oleh satu atau lebih
pelaku usaha yang mengakibatkan dikuasainyaproduksi dan atau pemasaran atas barang
dan/atau jasa tertentu sehingga menimbulkan persaingan usaha tidak sehat dan dapat
merugikan kepentingan umum. Sementara yang dimaksud dengan «praktek monopoli» adalah
suatu pemusatan kekuatan ekonomi oleh salah satu atau lebih pelaku usaha yang
mengakibatkan dikuasainya produksi dan atau pemasaran atas barang dan/atau jasa tertentu
sehingga menimbulkan suatu persaingan usaha secara tidak sehat dan dapat merugikan
kepentingan umum.
Salah satu contoh kasus yang diambil dari sumber Detik News, “Sekongkol Tender
Proyek RSUD Makassar, 2 Perusahaan Didenda Rp 4,7 Miliar
, "Sekongkol Tender Proyek RSUD Makassar, 2 Perusahaan Didenda Rp 4,7 Miliar".
Menurut isi dari sumber tersebut Komisi Pengawasan Persaingan Usaha (KPPU) menjatuhkan
hukuman kepada 4 perusahaan di Makassar. Mereka terbukti melakukan persekongkolan
tender dalam proyek pembangunan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Makassar tahun
anggaran 2017.
Menurut ketentuan Pasal 47 Undang – Undang Nomor 5 tahun 1999, Komisi Pengawas
Persaingan Usaha (KPPU) yang menjatuhkan sanksi administratif terhadap pelaku usaha yang
terbukti melakukan perbuatan melawan atau melanggar hukum terhadap Undang – Undang
tersebut. Sedangkan sanksi pidana pokok sebagaimana ditentukan dalam pasal 48 Undang –
Undang Nomor 5 tahun 1999 dapat dijatuhkan oleh Pengadilan Negeri terhadap pelaku usaha
yang terbukti melakukan pelanggaran terhadap undang – undang tersebut. Dan pada pasal 49
dengan menunjuk ketentuan Pasal 10 Kitab Undang-undang Hukum Pidana, terhadap pidana
sebagaimana diatur dalam Pasal 48 dapat dijatuhkan pidana tambahan. *
DAFTAR PUSTAKA
Munsir, Ibnu. 2019. “Sekongkol Tender Proyek RSUD Makassar, 2 Perusahaan Didenda Rp
4,7 Miliar”. Detik News: 1. https://news.detik.com/berita/d-4691714/sekongkol-tender-
proyek-rsud-makassar-2-perusahaan-didenda-rp-47-miliar, di akses pada tanggal 29
September 2021.