Anda di halaman 1dari 1

Nama : Dyah Wulan Cahyani

Kelas : XI IPS 2

1. Candi Borobudur adalah salah satu tempat yang bersejarah yang memiliki memiliki catatan
sejarah yang panjang. Candi Borobudur dibangun pada saat pemerintahan dinasti Syailendra saat
diamana banyaknya pengikut ajaran agama Buddha Mahayana. Nama Candi Borobudur berasal
dari dua kata yaitu bara dan budur. Dalam istilahnya, bara memiliki arti kompleks biara dan
kata budur yang mempunyai arti atas. Jika digabungkan menjadi kata barabudur yang dibaca
borobudur yang berarti kompleks biara di atas.
Candi Borobudur terletak tepat di atas sebuah bukit sebagai komplek biara yang sungguh
megahnya, sesuai namanya yang berarti kompleks biara di atas.Tidak ada yang tahu pasti
mengenai siapa yang membangun Candi Borobudur. Tidak ada bukti tertulis maupun bukti-bukti
lainnya yang mendukung dan menjelaskan sejarah pasti tentang Candi Buddha terbesar ini.
Setelah penemuannya, para peneliti hanya memperkirakan bahwa Candi Borobudur itu dibangun
sekitar tahun 750-800 an Masehi.
Perkiraan waktu pembangunan ini pun didasarkan pada perbandingan antara jenis aksara yang
telah ditemukan tertulis di kaki tertutup Karmawibhangga Candi Borobudur dengan jenis aksara
umumnya yang digunakan pada prasasti kerajaan abad ke-8 dan ke-9 Masehi. Atas dasar ini
kemudian memperkirakan bahwa Candi Borobudur dibangun pada masa kerajaan dinasti
Syailendra di Jawa Tengah yang bertepatan antara kurun waktu 760 sampai dengan 830 Masehi.
Memilih lokasi di atas perbukitan tinggi dan arsitektur yang rumit, Candi Borobudur melalui
proses pembangunan dengan memakan waktu dari 75 sampai dengan 100 tahun lebih lamanya.
Candi Borobudur pun diperkirakan baru benar-benar rampung 100 persen pada masa
pemerintahan Raja Samaratungga pada tahun 825an.

3. Punden berundak atau teras berundak adalah struktur tata ruang bangunan yang berupa teras
atau trap berganda yang mengarah pada satu titik dengan tiap teras semakin tinggi posisinya.
Struktur ini kerap ditemukan pada situs kepurbakalaan di Nusantara, sehingga dianggap sebagai
salah satu ciri kebudayaan asli Nusantara.
Struktur dasar punden berundak ditemukan pada situs-situs purbakala dari periode
kebudayaan Megalit-Neolitikum pra-Hindu-Buddha masyarakat Austronesia, meskipun ternyata
juga dipakai pada bangunan-bangunan dari periode selanjutnya, bahkan sampai periode Islam
masuk di Nusantara. Persebarannya tercatat di kawasan Nusantara sampai Polinesia, meskipun di
kawasan Polinesia tidak selalu berupa undakan, dalam struktur yang dikenal
sebagai marae oleh orang Maori. Masuknya agama-agama dari luar sempat melunturkan praktik
pembuatan punden berundak pada beberapa tempat di Nusantara, tetapi terdapat petunjuk adanya
adopsi unsur asli ini pada bangunan-bangunan dari periode sejarah berikutnya, seperti terlihat
pada Candi Borobudur, Candi Ceto, dan Kompleks Pemakaman Raja-raja Mataram di Imogiri.

Anda mungkin juga menyukai