Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH AIK

IBADAH DALAM PENCEGAHAN DAN PENYEMBUHAN PENYAKIT

Disusun Oleh:

Atikah Putri Amaliyah ( 191440101003 )

Dosen Pembimbing
( Dr. H Suroso, S.Ag., M.Pd.I )

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
STIKES ‘AISYIYAH PALEMBANG
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
KATA PENGANTAR

ASSALAMUALAIKUM WAROHMATULLAHI WABAROKATUH

Puji Syukur Kami Panjatkan Atas Kehadiran Tuhan Yang Maha Esa
Yang Telah Melimpahkan Nikmat, Serta Hidayah-Nya Sehingga Saya Dapat Menyelesaikan
Laporan Makalah “ Ibadah Dalam Pencegahan Dan Penyembuhan Penyakit ” Tepat Pada
Waktunya.
Dalam Penyusunan Makalah AIK IV. Ini Kami Menyadari Masih Banyak Kesalahan
Dan Kekurangannya, Namun Harapan Kami Kita Semua Dapat Memperoleh Manfaat Dan
Memberi Masukan Untuk Dokumentasi Keperawatan Selanjutnya Dengan Harapan Kami Ini
Dapat Berkembang Dengan Baik
Pada Kesempatan Ini Kami Mngucapkan Terima Kasih kepada dosen mata kuliah AIK IV
Bapak Dr. H Suroso, S.Ag., M.Pd.I.
Dalam Kesempatan Ini Kami Mengharapkan Kritik Ataupun Saran Yang Bermanfaat
Dan Semoga Tuhan Yang Maha Esa Memberikan Karunia Dan Hidayah Nya Kepada Kita
Semua Hingga pendidikan Mata Kuliah AIK IV Ini Bermanfaat Bagi Para Pembaca.

Billahitaufik Walhidayah
Wassalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh

Palembang, 04 Juli 2021


Penulis,

Atikah Putri Amaliyah


DAFTAR ISI

B. Rumusan Masalah...........................................................................................................1
2.1 Definisi Dan Kategori B3...............................................................................................2
2.2 Prinsip Dasar Pencegahan Dan Pengendalian B3...........................................................3
2.3 Faktor Pengaruh Dan Pendukung Timbulnya Bahaya B3..............................................4
2.4 Penanganan Bahan Berbahaya dan Beracun...................................................................6

BAB III PENUTUP.................................................................................................................10

3.1 Kesimpulan ..................................................................................................................10


3.2 Saran..............................................................................................................................10

Daftar Pustaka.........................................................................................................................11
Kontribusi Dalam Tugas........................................................................................................12

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.       Latar Belakang

Akhir-akhir ini makin banyak limbah-limbah dari pabrik, rumah tangga, perusahaan,
kantor-kantor, sekolah dan sebagainya yang berupa cair, padat bahkan berupa zat gas dan
semuanya itu berbahaya bagi kehidupan kita. Tetapi ada limbah yang lebih berbahaya lagi yang
disebut dengan limbah B3 (bahan berbahaya dan beracun). Hal tersebut sebenarnya bukan
merupakan masalah kecil dan sepele, karena apabila limbah Bahan Berbahaya dan Beracun(B3)
tersebut dibiarkan ataupun dianggap sepele penanganannya, atau bahkan melakukan penanganan
yang salah dalam menanganani limbah B3 tersebut, maka dampak dari Limbah Bahan Berbahaya
dan beracun tersebut akan semakin meluas, bahkan dampaknyapun akan sangat dirasakan bagi
lingkungan sekitar kita, dan tentu saja dampak tersebut akan menjurus pada kehidupan makhluk
hidup baik dampak yang akan dirasakan dalam jangka pendek ataupun dampak yang akan
dirasakan dalam jangka panjang dimasa yang akan datang.

Kita tidak akan tahu seberapa parah kelak dampak tersebut akan terjadi,namun seperti
kata pepatah”Lebih Baik Mencegah Daripada Mengobati”, hal tersebut menjadi salah satu aspek
pendorong bagi kita semua agar lebih berupaya mencegah dampak dari limbah Bahan Berbahaya
dan Beracun tersebut, ketimbang menyaksikan dampak dari limbah B3 tersebut telah terjadi
dihadapan kita, dan kita semakin sulit untuk menanggulanginya

Secara garis besar,hal tersebut menjadi salah satu patokan bagi kita,bahwa segala sesuatu
yang terjadi merupakan tanggung jawab kita bersama untuk menanggulanginya,khususnya pada
masalah limbah Bahan Berbahaya dan(B3) Beracun tersebut. Maka dari itu penulis mengangkat
topic ini untuk diketahui lebih lanjut tentang masalah B3 tersebut.

1.2.       Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Kategori B3 ( Bahan berbahaya dan beracun ) ?
2. Prinsip dasar dalam pencegahan dan pengendalian B3 ?
3. Faktor yang mempengaruhi dan mendukung timbulnya bahaya akibat B3 ?
4. Penanganan bahan berbahaya dan beracun ?

1.3.       Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut
1. Untuk  mengetahui Definisi dari Limbah B3.
2. Mengetahui dan memahami akibat Limbah B3 terhadap manusia.
3. Membantu mengurangi limbah
4. Mampu mencegah serta mengatasi bahaya dari limbah

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi dan Kategori B3 ( Bahan berbahaya dan Beracun )

Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) dari aspek keselamatan dan
Kesehatan Kerja adalah upaya meminimalkan risiko penggunaan Bahan Berbahaya dan
Beracun (B3) dan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) terhadap sumber daya manusia
Rumah Sakit, pasien, pendamping pasien, pengunjung, maupun lingkungan Rumah Sakit.
Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) adalah zat, energi, dan/atau komponen lain yang karena
sifat, konsentrasi, dan/atau jumlah, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat
membahayakan kesehatan, kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup serta
mencemarkan dan/atau merusak lingkungan hidup sekitarnya. Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun (B3) adalah adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan yang mengandung B3. Untuk
di Rumah Sakit, limbah medis termasuk limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3).

Berikut ini yang termasuk katagori Bahan Berbahaya dan Beracun yang mengacu pada
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 3 tahun 2008 tentang Tata Cara Pemberian
Simbol dan Label Bahan Berbahaya dan Beracun:

1. Memancarkan radiasi :
o Bahan yang memancarkan gelombang elektromagnetik atau partikel
radioaktif yang mampu mengionkan secara langsung atau tidak langsung
materi bahan yang dilaluinya, misalnya: Ir192, I131, Tc99, Sa153, sinar
X, sinar alfa, sinar beta, sinar gamma, dan lain-lain.
2. Mudah meledak :
o Bahan yang mudah membebaskan panas dengan cepat tanpa disertai
pengimbangan kehilangan panas, sehingga kecepatan reaksi, peningkatan
suhu dan tekanan meningkat pesat dan dapat menimbulkan peledakan.
Bahan mudah meledak apabila terkena panas, gesekan atau bantingan
dapat menimbulkan ledakan.
3. Mudah menyala atau terbakar :
o Bahan yang mudah membebaskan panas dengan cepatdisertai dengan
pengimbangan kehilangan panas, sehingga tercapai kecepatan reaksi yang
menimbulkan nyala. Bahan mudah menyala atau terbakar mempunyai
titik nyala (flash point) rendah (210C).
4. Oksidator ;
o Bahan yang mempunyai sifat aktif mengoksidasikan sehingga terjadi
reaksi oksidasi, mengakibatkan reaksi keluar panas(eksothermis).
5. Racun :
o Bahan yang bersifat beracun bagi manusia atau lingkungan yang dapat
menyebabkan kematian atau sakit yang serius apabila masuk ke dalam
tubuh melalui pernapasan kulit atau mulut.
6. Korosif :
o Bahan yang dapat menyebabkan iritasi pada kulit, menyebabkan proses
pengkaratan pada lempeng baja (SAE 1020) dengan laju korosi lebih
besar dari 6,35 mm/tahun dengan temperatur uji 550C, mempunyai pH
sama atau kurang dari 2 (asam), dan sama atau lebih dari 12,5 (basa).
7. Karsinogenik :

2
o Sifat bahan penyebab sel kanker, yakni sel luar yang dapatmerusak
jaringan tubuh.
8. Mutagenik :
o Sifat bahan yang dapat mengakibatkan perubahan kromosom yang berarti
dapat merubah genetika.
9. Teratogenik ;
o Sifat bahan yang dapat mempengaruhi pembentukan danpertumbuhan
embrio.
10. Iritasi
o Bahan yang dapat mengakibatkan peradangan pada kulit dan selaput
lendir.
11. Berbahaya bagi lingkungan (dangerous for environment) ;
o Bahan kimia ini dapat merusak atau menyebabkan kematian pada ikan
atau organisme aquatic lainnya atau bahaya lain yang dapat ditimbulkan,
seperti merusak lapisan ozon (misalnya CFC=Chlorofluorocarbon),
persistent di lingkungan(misalnya PCBs=Polychlorinated Biphenyls)
12. Gas bertekanan (pressure gas)
o Bahaya gas bertekanan yaitu bahan ini bertekanan tinggi dan dapat
meledak bila tabung dipanaskan/terkena panas atau pecah dan isinya
dapat menyebabkan kebakaran.

Sedangkan yang termasuk dalam limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) adalah
sebagai berikut:

1. Infeksius;
2. Benda tajam;
3. Patologis;
4. Bahan kimia kedaluwarsa, tumpahan, atau sisa kemasan;
5. Radioaktif;
6. Farmasi;
7. Sitotoksik;
8. Peralatan medis yang memiliki kandungan logam berat tinggi;
9. Tabung gas atau kontainer bertekanan

2.2 Prinsip dasar dalam pencegahan dan pengendalian limbah

Prinsip Pencegahan :

Memperomosikan dan mengembangkan Teknik minimisasi limbah melalui teknologi


bersih, penggunaan Kembali, perolehan Kembali, dan daur ulang.
Meningkatkan kesadaran masyarakat,
Meningkatkan Kerjasama antar instansi, baik di pusat, daerah maupun internasional,
dalam pengelolaan limbah B3.
Melaksanakan dan mengembangkan peraturan perundang-undangan yang ada.
Membangun pusat-pusat pengelolaan limbah B3 ( PPL-b3 ) di wilayah yang padat
industry.

3
Prinsip-Prinsip Pengelolaan Limbah B3

Pollution Prevention Principle : Upaya meminimalisi timbulan limbah


Polluter Pays Principle : Pencemar harus membayar semua biaya yang
diakibatkannya
Cradle To Grave Principle : Pengawasan mulai dari dihasilkan sampai
dibuang/ditimbunnya limbah B3.
Pengolahan dan penimbunan :limbah B3 diusahakan dilakukan sedekat
mungkin dengan sumbernya.
Non Descriminatory Principle : Semua limbah B3 harus diberlakukan sama di
dalam pengolaan dan penanganannya.
Sustainable Development : Pembangunan Berkelanjutan

2.3 Faktor pengaruh dan pendukung timbulnya bahaya limbah B3

Berdasarkan sumbernya, limbah B3 dapat diklasifikasikan menjadi:

 Primary sludge, yaitu limbah yang berasal dari tangki sedimentasi pada pemisahan
awal dan banyak mengandung biomassa senyawa organik yang stabil dan mudah
menguap.
 Chemical sludge, yaitu limbah yang dihasilkan dari proses koagulasi dan flokulasi
 Excess activated sludge, yaitu limbah yang berasal dari proses pengolahan dengan
lumpur aktif sehingga banyak mengandung padatan organik berupa lumpur dari
hasil proses tersebut.
 Digested sludge, yaitu limbah yang berasal dari pengolahan biologi dengan
digested aerobic maupun anaerobic di mana padatan/lumpur yang dihasilkan cukup
stabil dan banyak mengandung padatan organik.
 

Karakteristik B3

Secara konvensional terdapat tujuh kelas bahan berbahaya, yaitu:

1. Flammable (mudah terbakar), yaitu bahan padat, cair, uap, atau gas yang
menyala dengan mudah dan terbakar secara cepat bila dipaparkan pada sumber
nyala, misalnya: jenis pelarut ethanol, gas hidrogen, methane.
2. Materi yang spontan terbakar, yaitu bahan padat atau cair yang dapat menyala
secara spontan tanpa sumber nyala, mislanya karena perubahan panas, tekanan
atau kegiatan oksidasi.
3. Explosive (mudah meledak), yaitu materi yang dapat meledak karena adanya
kejutan, panas atau mekanisme lain, misalnya dinamit.

4
4. Oxidizer (pengoksidasi), yaitu materi yang menghasilkan oksigen, baik dalam
kondisi biasa atau bila terpapar dengan panas, misalnya amonium nitrat dan
benzoyl perioksida.
5. Corrosive, bahan padat atau cair yang dapat membakar atau merusak jaringan
kulit bila berkontak dengannya.
6. Toxic, yaitu bahan beracun yang dalam dosis kecil dapat membunuh atau
mengganggu kesehatan, seperti hidrogen sianida.
7. Radioactive
 

 Akibat Limbah B3 Terhadap Manusia

Limbah B-3 ternyata menimbulkan berbagai penyakit yang membahayakan. Hal ini
dikarenakan penyakit itu timbul dari lingkungan di mana kita tinggal, sehingga tanpa
menyadari kita terkena penyakit tersebut. Penulis dalam kesempatan ini mendapatkan sumber
dari sebuah buku dimana memberikan uraian yang cukup menarik di dalam mengenai akibat
langsung dari limbah B-3 tersebut.

1. Keracunan Air Raksa

Keracunan Air Raksa yang menyebabkan cacat bawaan pada bayi dikenal sebagai
penyakit Minamata. Penderita adalah masyarakat nelayan yang tinggal di kota pesisir
Minamata di Pulau Kyushu (Minamata Bay). Keracunan itu berlangsung tujuh bulan, yaitu
dari 1953- 1968, disebabkan pabrik plastic membuang air raksa ke dalam perairan ikan di
Minamata mengandung merkuri antara 27-102 ppm berat kering. Berbagai penelitian di
Indonesia sudah pula mendapatkan berbagai hewan laut dan air yang mengandung merkuri
seperti yang terjadi di Teluk Jakarta dan Medan. Gejala keracunan secara umum timbul
sebagai sakit kepala, mudah lelah dan teriritasi lengan dan kaki terasa kebal, sulit menelan,
penglihatan kabur, luas penglihatan menciut, ketajaman pendengaran berkurang dan
koordinasi otot-otot lenyap. Beberapa orang secara konstan merasa seperti ada logam di
mulut, gusi membengkak, dan diare terdapat secara meluas. Kematian terjadi infeksi sekunder
maupun kelemahan yang semakin parah.

Melalui peristiwa ini, gambaran limbah B-3 begitu berbahayanya seandainya kita
memakan ataupun mengkonsumsi ikan ataupun makanan yang mengandung merkuri.
Walaupun seharusnya merkuri digunakan di dalam Industri plastik dan industri
pertambangan, tetapi seharusnya hal tersebut tidak dibuang ke laut ataupun ke sungai
dikarenakan membahayakan jiwa penduduk sekitar, begitu juga membahayakan diri kita
sendiri seandai suatu saat nanti tanpa sadar anda memakan ikan yang berasal dari wilayah
yang telah tercemari oleh pembuangan merkuri itu sendiri. Oleh karena itu kesadaran kepada
para pihak yang selalu berurusan dengan Limbah B-3 untuk lebih memperhatikan
kepentingan orang yang lebih banyak daripada mementingkan kepentingan perusahaan yang

5
sedang anda jalankan sehingga para pihak di dunia industri juga memperhatikan tentang
usaha-usaha untuk melanggengkan bisnis anda di suatu tempat.

2. Keracunan Cadmium

Limbah ini biasanya digunakan untuk proses stabilizer dalam pembuatan Polyvynil
Khlorida. Di masa silam Cadmium malah digunakan dalam pengobatan Sypilis dan Malaria.
Hasil Otopsi di Amerika Serikat menunjukkan akumulasi Cadmium dalam tubuh masyarakat
umum secara rata-rata di dapat 30 mgCd di dalam tubuh; 33% di dalam ginjal, 14% di dalam
hati, 2% di dalam paru-paru dan 0,3% di dalam pakreas. Cadmium dapat mempengaruhi otot
polos pembuluh darah secara langsung maupun titik langsung lewat ginjal sebagai akibatnya
terjadi kenaikan tekanan darah. Percobaan hewan menunjukkan bahwa kematian dapat terjadi
karena gagal jantung, kasus keracunan Cadmium secara epidemis terjadi di kota Toyama
Jepang. Sekelompok masyarakat mengeluh tentang sakit pinggang selama beberapa tahun.
Penyakit tersebut kemudian menjadi parah tulang-tulang punggung terasa sangat nyeri yang
diikuti oleh osteomalacia (pelunakan tulang) dan fraktur tulang punggung yang multiple
kematian dapat diakibatkan oleh gagal ginjal.

Jika kita lihat dari uraian tentang Cadmium ternyata juga sangat membahayakan
walaupun cadmium tersebut digunakan untuk pengobatan malaria dan penyakt syphilis atau
raja singa. Oleh karena itu melalui uraian yang mungkin kebanyakan mengutip dari uraian
buku yang penulis dapat tetapi setidaknya dengan adanya uraian tersebut dapat memberikan
uraian yang cukup mengenai akibat dari Limbah B-3 yang dapat membahayakan kehidupan
manusia dan mahkluk hidup lainnya. Harapan tentang tidak terjadi pencemaran yang selalu
diidam-idamkan masyarakat selama ini dapat tercapai dan bukan hanya untuk kepentingan
uang semata, dimana masyarakat merasa tidak peduli dengan kesehatan mereka dikarenakan
mungkin menurut mereka sudah bisa makan sehari saja merupakan berkah tak ternilai. Hal itu
dikarenakan edukasi yang kurang yang diberikan oleh pihak yang seharusnya memberikan
informasi bahwa dalam bekerja kesehatan itu penting.

2.4 Penanganan Bahan Berbahaya Dan Beracun

Setelah kita tahu tentang definisi dan klasifikasi dari B3 dan limbah B3, kita tidak
perlu takut untuk bekerja dengan bahan-bahan tersebut. Selagi kita memperlakukan bahan-
bahan tersebut sesuai aturan yang berlaku selama itu pulalah kita bisa menghilangkan
kemungkinan terburuk yang akan muncul. Adapun tata cara yang benar dalam
memperlakukan B3 maupun limbah B3 yang benar adalah sbagai berikut :

1. kenali dengan apa kita bekerja atau apa yang kita hasilkan dari pekerjaan kita untuk
memastikan kita memperlakukannya dengan benar

6
2. gunakan alat pelindung diri yang dibutuhkan
3. pasang indentitas (simbol dan label) pada bahan-bahan tersebut untuk menghilangkan
salah penggunaan
4. tempatkan bahan/limbah tersebut pada tempat yang seharusnya
5. buang sisa ataupun kemasan bahan tersebut sesuai aturan yang berlaku
6. jangan pernah melakukan pencampuran bahan-bahan tersebut secara serampangan
7. khusus untuk pengelolaan limbah B3 terdapat hal tambahan yang harus diperhatikan
yaitu :
a) Limbah B3 yang dihasilkan hanya boleh diolah oleh pihak yang memang
sudah mendapatkan ijin dari KLH
b) Melaporkan kinerja pengelolaan limbah B3 minimal setiap 3 bulan ke instansi
yang ditunjuk
c) Melakukan penyimpanan limbah B3 maksimal 90 hari di tempat penyimpanan
sementara yang berizin.

Dalam hal pengolahan, terdapat banyak metode pengolahan limbah B3 tiga metode yang
paling populer di antaranya ialah chemical conditioning,  solidification/Stabilization,
dan incineration.

Chemical Conditioning

Salah satu teknologi pengolahan limbah B3 ialah chemical conditioning. Tujuan utama


dari chemical conditioning ialah:
 Menstabilkan senyawa-senyawa organik yang terkandung di dalam lumpur
 Mereduksi volume dengan mengurangi kandungan air dalam lumpur
 Mendestruksi organisme pathogen
 Memanfaatkan hasil samping proses chemical conditioning yang masih memiliki
nilai ekonomi seperti gas methane yang dihasilkan pada proses digestion
 Mengkondisikan agar lumpur yang dilepas ke lingkungan dalam keadaan aman dan
dapat diterima lingkungan

Chemical conditioning terdiri dari beberapa tahapan sebagai berikut:

Concentratiothickening
Tahapan ini bertujuan untuk mengurangi volume lumpur yang akan diolah dengan cara
meningkatkan kandungan padatan. Alat yang umumnya digunakan pada tahapan ini
ialah gravity thickener dan solid bowl centrifuge. Tahapan ini pada dasarnya merupakan
tahapan awal sebelum limbah dikurangi kadar airnya pada tahapan de-watering selanjutnya.
Walaupun tidak sepopuler gravity thickener dan centrifuge, beberapa unit pengolahan limbah
menggunakan proses flotation  pada tahapan awal ini.

Treatment, stabilization, andconditioning


Tahapan kedua ini bertujuan untuk menstabilkan senyawa organik dan menghancurkan
patogen. Proses stabilisasi dapat dilakukan melalui proses pengkondisian secara kimia, fisika,
dan biologi. Pengkondisian secara kimia berlangsung dengan adanya proses pembentukan
ikatan bahan-bahan kimia dengan partikel koloid. Pengkondisian secara fisika berlangsung
dengan jalan memisahkan bahan-bahan kimia dan koloid dengan cara pencucian dan
destruksi. Pengkondisian secara biologi berlangsung dengan adanya proses destruksi dengan

7
bantuan enzim dan reaksi oksidasi. Proses-proses yang terlibat pada tahapan ini
ialah lagooning, anaerobic digestion, aerobic digestion, heat treatment, polyelectrolite
flocculation, chemical conditioning, dan elutriation.

De-wateringanddrying
De-watering and drying bertujuan untuk menghilangkan atau mengurangi kandungan
air dan sekaligus mengurangi volume lumpur. Proses yang terlibat pada tahapan ini umumnya
ialah pengeringan dan filtrasi. Alat yang biasa digunakan adalah drying bed, filter
press, centrifuge, vacuum filter, dan belt press.

Disposal
          Disposal ialah proses pembuangan akhir limbah B3. Beberapa proses yang terjadi
sebelum limbah B3 dibuang ialah pyrolysis, wet air oxidation, dan composting. Tempat
pembuangan akhir limbah B3 umumnya ialah sanitary landfill, crop land, atau injection well.
 

Solidification/Stabilization
Di samping chemical conditiong, teknologi solidification/ stabilization juga dapat
diterapkan untuk mengolah limbah B3. Secara umum stabilisasi dapat didefinisikan sebagai
proses pencapuran limbah dengan bahan tambahan (aditif) dengan tujuan menurunkan laju
migrasi bahan pencemar dari limbah serta untuk mengurangi toksisitas limbah tersebut.
Sedangkan solidifikasi didefinisikan sebagai proses pemadatan suatu bahan berbahaya dengan
penambahan aditif. Kedua proses tersebut seringkali terkait sehingga sering dianggap
mempunyai arti yang sama. Proses solidifikasi/stabilisasi berdasarkan mekanismenya dapat
dibagi menjadi enam golongan, yaitu:

1. Macroencapsulation, yaitu proses dimana bahan berbahaya dalam limbah


dibungkus dalam matriks struktur yang besar
2. Microencapsulation, yaitu proses yang mirip macroencapsulation tetapi bahan
pencemar terbungkus secara fisik dalam struktur kristal pada tingkat
mikroskopik
3. Precipitation
4. Adsorpsi, yaitu proses dimana bahan pencemar diikat secara elektrokimia pada
bahan pemadat melalui mekanisme adsorpsi.
5. Absorbsi, yaitu proses solidifikasi bahan pencemar dengan menyerapkannya
ke bahan padat
6. Detoxification, yaitu proses mengubah suatu senyawa beracun menjadi
senyawa lain yang tingkat toksisitasnya lebih rendah atau bahkan hilang sama
sekali

Teknologi solidikasi/stabilisasi umumnya menggunakan semen, kapur (CaOH2), dan


bahan termoplastik. Metoda yang diterapkan di lapangan ialah metoda in-drum mixing, in-
situ mixing, dan plant mixing. Peraturan mengenai solidifikasi/stabilitasi diatur oleh
BAPEDAL berdasarkanKep-03/BAPEDAL/09/1995 dan Kep-04/BAPEDAL/09/1995.
 
Incineration

8
Teknologi pembakaran (incineration ) adalah alternatif yang menarik dalam teknologi
pengolahan limbah. Insinerasi mengurangi volume dan massa limbah hingga sekitar 90%
(volume) dan 75% (berat). Teknologi ini sebenarnya bukan solusi final dari sistem
pengolahan limbah padat karena pada dasarnya hanya memindahkan limbah dari bentuk
padat yang kasat mata ke bentuk gas yang tidak kasat mata. Proses insinerasi
menghasilkan energi dalam bentuk panas. Namun, insinerasi memiliki beberapa kelebihan
di mana sebagian besar dari komponen limbah B3 dapat dihancurkan dan limbah
berkurang dengan cepat. Selain itu, insinerasi memerlukan lahan yang relatif kecil.

Aspek penting dalam sistem insinerasi adalah nilai kandungan energi (heating value)
limbah. Selain menentukan kemampuan dalam mempertahankan berlangsungnya proses
pembakaran, heating value juga menentukan banyaknya energi yang dapat diperoleh dari
sistem insinerasi. Jenis insinerator yang paling umum diterapkan untuk membakar limbah
padat B3 ialah rotary kiln, multiple hearth, fluidized bed, open pit, single chamber, multiple
chamber, aqueous waste injection, dan starved air unit. Dari semua jenis insinerator
tersebut, rotary kiln mempunyai kelebihan karena alat tersebut dapat mengolah limbah padat,
cair, dan gas secara simultan

9
BAB III
PENUTUP
 
3.1. Kesimpulan

Dari berbagai uraian di atas  dapat disimpulan sebagai berikut :

Dalam pengelolaan limbah B3, identifikasi dan karakteristik limbah B3 adalah hal
yang penting dan mendasar. Banyak hal yang yang sebelumnya perlu diketahui agar dalam
penanggulangan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun tersebut menjadi tepat dan bukannya
malah menambahkan masalah pada limbah Bahan Berbahaya dan Beracun tersebut

Pengaruh limbah B3 terhadap mahluk hidup, khususnya manusia terdiri atas 2


kategori yaitu: (1) efek akut, dan (2) efek kronis. Efek akut dapat menimbulkan akibat
berupa kerusakan susunan syaraf, kerusakan sistem pencernaan, kerusakan sistem
kardio vasculer, kerusakan system pernafasan, kerusakan pada kulit, dan kematian. 
Sementara itu, efek kronis dapat menimbulkan efek karsinogenik (pendorong
terjadinya kanker), efek mutagenik (pendorong mutasi sel tubuh), efek teratogenik
(pendorong terjadinya cacat bawaan), dan kerusakan sistem reproduksi.

Terdapat banyak metode pengolahan limbah B3 di industri, tiga metode yang paling
populer di antaranya ialah chemical conditioning, solidification/Stabilization,
dan incineration.
  

3.2. Saran

Mengingat penjelasan-penjelasan dalam makalah diatas sangat jauh dari


kesempurnaan, karena masih banyaknya kekurangan dan kurang merinci dan lengkapnya
materi yang dikutip atau disampaikan. Maka untuk masa-masa yang akan datang semoga
makalah ini dapat lebih disempurnakan, dan lebih mendalami serta memperinci materi-
materinya lagi,sehingga makalah ini dapat disajikan dengan lebih baik lagi.

Dan dari segi materi, berhubung penulis mengambil tema yaitu B3 atau Bahan
Berbahaya dan Beracun,maka selaku penulis berharap agar penanganan Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun tersebut jangan dijadikan masalah yang sepele, namun hal tersebut
tentunya dapat menjadi perhatian kita bersama,bukan hanya pemerintah ,tetapi kita semua,
karena apabila dampak dari limbah B3 tersebut telah menyebar luas, maka bukan hanya satu
ataupun dua orang yang akan menerima akibatnya, tetapi juga akan berpengaruh terhadap
orang banyak termasuk mungkin diri kita sendiri.

10
DAFTAR PUSTAKA

Doni. 2010. Dampak Limbah B3. http://donymei.blogspot.com/2010/09/dampak-limbah-


b3.html. Diakses pada tanggal 5 Juni 2012
 

Muallif, Fachrozi. 2010. Mengenal Limbah Radioaktif. http://mualliffachrozi.


blogspot.com/2010/02/mengen-al-limbah-radioaktif-dalam.html. Diakses pada tanggal 5 Juni
2012.

https://123dok.com/document/1y9n3lvz-analisis-implementasi-pemenuhan-standar-
kesehatan-keselamatan-berbasis-kepmenkes.html

https://environment-indonesia.com/tatacara-penanganan-bahan-berbahaya-dan-beracun/

https://text-id.123dok.com/document/oz1dw1n3z-pengelolaan-bahan-berbahaya-dan-beracun-
1-prinsip-dasar-pencegahan-dan-pengendalian-b3.html

11
KONTRIBUSI DALAM TUGAS

1. Atikah Putri Amaliyah : Penyusunan Makalah


2. Indah Pratiwi : Penyusunan PPT
3. Muhammad Arif : Pencarian Materi 1 & 2
4. Saleha : Pencarian Materi 3 & 4

12

Anda mungkin juga menyukai