Anda di halaman 1dari 11

ASKEP

PENYAKIT JANTUNG BAWAAN


( DUCTUS ARTERIOSUS (PDA) )

Oleh
Kelompok III
Atikah Putri Amaliyah ( 191440101003 )

Askep ini dibuat sebagai Tugas Mata Kuliah Keperawatan Anak


Diasuh oleh
( Ns, Septi Viantri K., M.Kep )

PROGRAM STUDI
DIPLOMA III KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN ( STIKES )
’AISYIYAH PALEMBANG
TAHUN AJARAN
2020/2021
KATA PENGANTAR

ASSALAMU ALAIKUM WAROHMATULLAHI WABAROKATU

Puji Syukur Kami Panjatkan Atas Kehadiran Tuhan Yang Maha Esa
Yang Telah Melimpahkan Nikmat, Serta Hidayah-Nya Sehingga Saya Dapat Menyelesaikan
Laporan Askep “PENYAKIT JANTUNG BAWAAN ( DUCTUS ARTERIOSUS (PDA) )”
Tepat Pada Waktunya.
Dalam Penyusunan Askep Keperawatan Anak. Ini Saya Menyadari Masih Banyak
Kesalahan Dan Kekurangannya, Namun Harapan Saya Kita Semua Dapat Memperoleh
Manfaat Dan Memberi Masukan Untuk Dokumentasi Keperawatan Selanjutnya Dengan
Harapan Saya Ini Dapat Berkembang Dengan Baik
Pada Kesempatan Ini Saya Mngucapkan Terima Kasih kepada dosen mata kuliah
Keperawatan Anak Ibu Ns, Septi Viantri K., M.Kep .
Dalam Kesempatan Ini Saya Mengharapkan Kritik Ataupun Saran Yang Bermanfaat
Dan Semoga Tuhan Yang Maha kuasa Memberikan Karunia Dan Hidayah Nya Kepada Kita
Semua Hingga pendidikan Keperawatan AnakIni Bermanfaat Bagi Para Pembaca.

Billahitaufik Walhidayah
Wassalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh

Palembang, 22 September 2020


Penulis,

Atikah Putri Amaliyah


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................ii

DAFTAR ISI..................................................................................................................iii

BAB I
A. Konsep Dasar Penyakit Jantung Bawaan ( Ductus Arteriosus (PDA) )
1.1 Pengertian .......................................................................................................
1.2 Etiologi ...........................................................................................................
1.3 Manifestasi Klinis............................................................................................
1.4 Pathways..........................................................................................................
1.5 Komplikasi......................................................................................................
1.6 Pemeriksaan Medis..........................................................................................
1.7 Pentalaksanaan Penunjang ..............................................................................
1.8 Penatalaksanaan Keperawatan.........................................................................
1.9 Diagnosa keperawatan ....................................................................................
1.10 Intervensi ................................................................................................................

BAB II
PENUTUP......................................................................................................................
3.2 Daftar Pustaka.................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN PENYAKIT JANTUNG


BAWAAN : PATENT DUCTUS ARTERIOSUS (PDA)

Penyakit jantung kongenital atau penyakit jantung bawaan adalah sekumpulan


malformasi struktur jantung atau pembuluh darah besar yang telah ada sejak lahir. Penyakit
jantung bawaan yang kompleks terutama ditemukan pada bayi dan anak. Apabila tidak
dioperasi, kebanyakan akan meninggal waktu bayi. Apabila penyakit jantung bawaan
ditemukan pada orang dewasa, hal ini menunjukkan bahwa pasien tersebut mampu melalui
seleksi alam, atau telah mengalami tindakan operasi dini pada usia muda.
(IPD FKUI,1996 ;1134)

A.   Pengertian
Duktus Arteriosus adalah saluran yang berasal dari arkus aorta ke VI pada janin yang
menghubungkan arteri pulmonalis dengan aorta desendens. Pada bayi normal duktus tersebut
menutup secara fungsional 10 – 15 jam setelah lahir dan secara anatomis menjadi
ligamentum arteriosum pada usia 2 – 3 minggu. Bila tidak menutup disebut Duktus
Arteriosus Persisten (Persistent Ductus Arteriosus : PDA). (Buku ajar kardiologi FKUI,
2001 ; 227)
Patent Duktus Arteriosus adalah kegagalan menutupnya ductus arteriosus (arteri yang
menghubungkan aorta dan arteri pulmonal) pada minggu pertama kehidupan, yang
menyebabkan mengalirnya darah dari aorta tang bertekanan tinggi ke arteri pulmonal yang
bertekanan rendah. (Suriadi, Rita Yuliani, 2001; 235)
Patent Duktus Arteriosus (PDA) adalah tetap terbukanya duktus arteriosus setelah
lahir, yang menyebabkan dialirkannya darah secara langsung dari aorta (tekanan lebih tinggi)
ke dalam arteri pulmoner (tekanan lebih rendah). (Betz & Sowden, 2002 ; 375)

B.   Etiologi
Penyebab terjadinya penyakit jantung bawaan belum dapat diketahui secara pasti,
tetapi ada beberapa faktor yang diduga mempunyai pengaruh pada peningkatan angka
kejadian penyakit jantung bawaan :

1.   Faktor Prenatal :
 Ibu menderita penyakit infeksi : Rubella.
 Ibu alkoholisme.
 Umur ibu lebih dari 40 tahun.
 Ibu menderita penyakit Diabetes Mellitus (DM) yang memerlukan insulin.
 Ibu meminum obat-obatan penenang atau jamu.

2.   Faktor Genetik :
 Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan.
 Ayah / Ibu menderita penyakit jantung bawaan.
 Kelainan kromosom seperti Sindrom Down.
 Lahir dengan kelainan bawaan yang lain.

(Buku Ajar Keperawatan Kardiovaskuler, Pusat Kesehatan Jantung dan Pembuluh Darah
Nasional Harapan Kita, 2001 ; 109)

C.   Manifestasi Klinis·         
Manifestasi  klinis PDA pada bayi prematur sering disamarkan oleh masalah-masalah
lain yang berhubungan dengan prematur (misalnya sindrom gawat nafas). Tanda-tanda
kelebihan beban ventrikel tidak terlihat selama 4 – 6 jam sesudah lahir. Bayi dengan PDA
kecil mungkin asimptomatik, bayi dengan PDA lebih besar dapat menunjukkan tanda-tanda
gagal jantung kongestif (CHF)
 Kadang-kadang terdapat tanda-tanda gagal jantung
 Machinery mur-mur persisten (sistolik, kemudian menetap, paling nyata terdengar di
tepi sternum kiri atas)
 Tekanan nadi besar (water hammer pulses) / Nadi menonjol dan meloncat-loncat,
Tekanan nadi
 yang lebar (lebih dari 25 mm Hg)
 Takhikardia (denyut apeks lebih dari 170), ujung jari hiperemik
 Resiko endokarditis dan obstruksi pembuluh darah pulmonal.
 Infeksi saluran nafas berulang, mudah lelah
 Apnea
 Tachypnea
 Nasal flaring
 Retraksi dada
 Hipoksemia
 Peningkatan kebutuhan ventilator (sehubungan dengan masalah paru)
(Suriadi, Rita Yuliani, 2001 ; 236, Betz & Sowden, 2002 ; 376)

D.   Pathways

- Penyakit rubella
- Alcohol
- Sinar radiasi
- Herediter

Endotoksin pada ibu hamil

Invasi pada embrio fetal

Pembentukan struktur kadiovaskular tidak sempurna

Perubahan struktur kadiovaskular tidak sempurna

PJB
( penyakit jantung bawaan )

 
Arisanotik Sianotik
 
 
   
 aliran darah ke paru obstruksi aliran darah ke Tetralogi Fallot Aliran darah bercampur
 ventrike tricuspid atresia 
DSV, DSA, DAP   transposisi arteri besar
 Koarktasio aorta, stenosis aorta  aliran darah ke paru Total anomalous pulmonary
 Stenosis pulmonal  venous return
  Penanganan Truncus arteriosus
  Hypoplastia left heaut syndrom


Ekstensif


 
Invasi jaringan Anastesi Lokal
 
 
   
Sistem GI Depresi
Kerusakan
SSP Resti infeksi
intgritas  absorpsi nutrisi
kulit    
 Nutrisi kurang Pernafasan
 
dari
Merangsang
kebutuhan
Serabut nyeri 
 tubuh  
  Penumpukan secret  penurunan ekspansi paru
 pada jalan nafas 
nyeri  Bersihan jalan nafas Pola nafas
 tidak efektif tidak efektif
 
   
 


hospitalisasi

  
Perubahan lingkungan
Perubahan Resti gangguan tumbang
Pada anak
 pola arah

Ansitas

E.   Komplikasi
 Endokarditis
 Obstruksi pembuluh darah pulmonal
 CHF
 Hepatomegali (jarang terjadi pada bayi prematur)
 Enterokolitis nekrosis
 Gangguan paru yang terjadi bersamaan (misalnya sindrom gawat nafas atau
displasiabronkkopulmoner)
 Perdarahan gastrointestinal (GI), penurunan jumlah trombosit
 Hiperkalemia (penurunan keluaran urin.
 Aritmia
 Gagal tumbuh
(Betz & Sowden, 2002 ; 376-377, Suriadi, Rita Yuliani, 2001 ; 236)

F.    Pemeriksaan Medis
 Penatalaksanaan Konservatif : Restriksi cairan dan bemberian obat-obatan : Furosemid
(lasix) diberikan bersama restriksi cairan untuk meningkatkan diuresis dan mengurangi
efek kelebihan beban kardiovaskular,  Pemberian indomethacin (inhibitor prostaglandin)
untuk mempermudah penutupan duktus, pemberian antibiotik profilaktik untuk mencegah
endokarditis bakterial.
 Pembedahan : Pemotongan atau pengikatan duktus.
 Non pembedahan : Penutupan dengan alat penutup dilakukan pada waktu kateterisasi
jantung.
(Betz & Sowden, 2002 ; 377-378, Suriadi, Rita Yuliani, 2001 ; 236)

G.   Pemeriksaan Pemeriksaan Penunjang


1. Foto Thorak : Atrium dan ventrikel kiri membesar secara signifikan (kardiomegali),
gambaran vaskuler paru meningkat
2. Ekhokardiografi : Rasio atrium kiri tehadap pangkal aorta lebih dari 1,3:1 pada bayi
cukup bulan
3. atau lebih dari 1,0 pada bayi praterm (disebabkan oleh peningkatan volume atrium kiri
sebagai akibat dari pirau kiri ke kanan)
4. Pemeriksaan dengan Doppler berwarna : digunakan untuk mengevaluasi aliran darah dan
arahnya.
5. Elektrokardiografi (EKG) : bervariasi sesuai tingkat keparahan, pada PDA kecil tidak ada
abnormalitas, hipertrofi ventrikel kiri pada PDA yang lebih besar.

Kateterisasi jantung : hanya dilakukan untuk mengevaluasi lebih jauh hasil ECHO atau Doppler
yang meragukan atau bila ada kecurigaan defek tambahan lainnya.
(Betz & Sowden, 2002 ;377)

H.   Penatalaksanaan Keperawatan
 Riwayat keperawatan : respon fisiologis terhadap defek (sianosis, aktivitas terbatas)
 Kaji adanya tanda-tanda gagal jantung, nafas cepat, sesak nafas, retraksi, bunyi jantung
tambahan
 (machinery mur-mur), edera tungkai, hepatomegali.
 Kaji adanya hipoksia kronis : Clubbing finger
 Kaji adanya hiperemia pada ujung jari
 Kaji pola makan, pola pertambahan berat badan
 Pengkajian psikososial meliputi : usia anak, tugas perkembangan anak, koping yang
digunakan, kebiasaan anak, respon keluarga terhadap penyakit anak, koping keluarga dan
penyesuaian keluarga terhadap stress.

I.    Diagnosa Keperawatan
1.    Penurunan Curah jantung b.d malformasi jantung.
2.    Gangguan pertukaran gas b.d kongesti pulmonal.
3.    Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara pemakaian oksigen oleh tubuh dan suplai
oksigen ke sel.
4.    Perubahan pertumbuhan dan perkembangan b.d tidak adekuatnya suplai oksigen dan zat
nutrisi ke jaringan.
5.    Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d kelelahan pada saat makan dan
meningkatnya kebutuhan kalori.
6.    Resiko infeksi b.d menurunnya status kesehatan.
7.    Perubahan peran orang tua b.d hospitalisasi anak, kekhawatiran terhadap penyakit anak.

J.    Intervensi
1.    Mempertahankan curah jantung yang adekuat :
 Observasi kualitas dan kekuatan denyut jantung, nadi perifer, warna dan kehangatan kulit
 Tegakkan derajat sianosis (sirkumoral, membran mukosa, clubbing)
 Monitor tanda-tanda CHF (gelisah, takikardi, tachypnea, sesak, mudah lelah, periorbital
edema, oliguria, dan hepatomegali)
 Kolaborasi pemberian digoxin sesuai order, dengan menggunakan teknik pencegahan
bahaya toksisitas.
 Berikan pengobatan untuk menurunkan afterload
 Berikan diuretik sesuai indikasi.

2.    Mengurangi adanya peningkatan resistensi pembuluh paru:


 Monitor kualitas dan irama pernafasan
 Atur posisi anak dengan posisi fowler
 Hindari anak dari orang yang terinfeksi
 Berikan istirahat yang cukup
 Berikan nutrisi yang optimal
 Berikan oksigen jika ada indikasi

3.    Mempertahankan tingkat aktivitas yang adekuat :


 Ijinkan anak untuk sering beristirahat, dan hindarkan gangguan pada saat tidur
 Anjurkan untuk melakukan permainan dan aktivitas ringan
 Bantu anak untuk memilih aktivitas yang sesuai dengan usia, kondisi dan kemampuan
anak.
 Hindarkan suhu lingkungan yang terlalu panas atau terlalu dingin
 Hindarkan hal-hal yang menyebabkan ketakutan / kecemasan pada anak

4.    Memberikan support untuk tumbuh kembang


 Kaji tingkat tumbuh kembang anak
 Berikan stimulasi tumbuh kembang, kativitas bermain, game, nonton TV, puzzle,
nmenggambar,
 dan lain-lain sesuai kondisi dan usia anak.
 Libatkan keluarga agar tetap memberikan stimulasi selama dirawat

5.    Mempertahankan pertumbuhan berat badan dan tinggi badan yang sesuai


 Sediakan diit yang seimbang, tinggi zat-zat nutrisi untuk mencapai pertumbuhan yang
adekuat
 Monitor tinggi badan dan berat badan, dokumentasikan dalam bentuk grafik untuk
mengetahui kecenderungan pertumbuhan anak
 Timbang berat badan setiap hari dengan timbangan yang sama dan waktu yang sama
 Catat intake dan output secara benar
 Berikan makanan dengan porsi kecil tapi sering untuk menghindari kelelahan pada saat
makan
 Anak-anak yang mendapatkan diuretik biasanya sangat haus, oleh karena itu cairan tidak
dibatasi.

6.    Anak tidak akan menunjukkan tanda-tanda infeksi


 Hindari kontak dengan individu yang terinfeksi
 Berikan istirahat yang adekuat
 Berikan kebutuhan nutrisi yang optimal

7.    Memberikan support pada orang tua


Ajarkan keluarga / orang tua untuk mengekspresikan perasaannya karena memiliki
anak dengan kelainan jantung, mendiskudikan rencana pengobatan, dan memiliki peranan
penting dalam keberhasilan pengobatan
 Ekplorasi perasaan orang tua mengenai perasaan ketakutan, rasa bersalah, berduka, dan
perasaan tidak mampu
 Mengurangi ketakutan dan kecemasan orang tua dengan memberikan informasi yang jelas
 Libatkan orang tua dalam perawatan anak selama di rumah sakit
 Memberikan dorongan kepada keluarga untuk melibatkan anggota keluarga lain dalama
perawatan anak.

K.   Hasil Yang Diharapkan


1.    Anak akan menunjukkan tanda-tanda membaiknya curah jantung
2.    Anak akan menunjukkan tanda-tanda tidak adanya peningkatan resistensi pembuluh paru
3.    Anak akan mempertahankan tingkat aktivitas yang adekuat
4.    Anak akan tumbuh sesuai dengan kurva pertumbuhan berat dan tinggi badan
5.    Anak akan mempertahankan intake makanan dan minuman untuk mempertahankan berat
badan dan menopang pertumbuhan
6.    Anak tidak akan menunjukkan tanda-tanda infeksi
7.    Orang tua akan mengekspresikan perasaannya akibat memiliki anak dengan kelainan
jantung, mendiskusikan rencana pengobatan, dan memiliki keyakinan bahwa orang tua
memiliki peranan penting dalam keberhasilan pengobatan.
BAB III
PENUTUP

DAFTAR PUSTAKA
https://www.google.com/search?
safe=strict&rlz=1C1CHBD_idID883ID883&sxsrf=ALeKk009XAiCQ9vIStYeztoaZnSv0
dT0Dw%3A1600750945440&ei=YYVpX4-
nGoO89QPhyruQAw&q=askep+teoritis+gagal+jantung+bawaan&oq=askep+&gs_lcp=
CgZwc3ktYWIQARgBMgQIIxAnMgQIIxAnMgQIABBDMgUIABCxAzICCAAyBAg
AEEMyBAgAEEMyBAgAEEMyAggAMgIIADoECAAQRzoICAAQsQMQgwE6BwgA
ELEDEEM6BQguELEDOgcILhCxAxBDOgQIABAKOgcIIxDqAhAnOggILhCxAxCD
AToKCAAQsQMQgwEQQzoECC4QQ1CRaliilwFgm6sBaANwBXgAgAG3AYgBiwyS
AQMwLjmYAQCgAQGqAQdnd3Mtd2l6sAEKyAEIwAEB&sclient=psy-ab
http://ocw.usu.ac.id/course/download/1300000007-asuhan-kesehatan-perinatal-
neonatus-anak-dan-lingkungan-hidup-
anak/dia_122_slide_bayi_dengan_resiko_tinggi_:_kelainan_jantung_kongenital.pdf
http://www.litbang.kemkes.go.id:8080/handle/123456789/71577

Anda mungkin juga menyukai