Isti'Amah FSH
Isti'Amah FSH
PROSTITUSI DI CIREBON
(Analisis Terhadap Perda Kabupaten Cirebon No. 1 Tahun 2002
Tentang Prostitusi)
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Ge!ar Sarjana Hukum Islam (SHI)
' : .··"'"""""'"'"""""9""""''''
\!=::=::::::::::=::-;;::::::=.::Ji~;~i. ;'.tin
i h '. ::: 9.01$~6, f}9
klas1li1k:1,;1 : ............................ °' .. ,, ........... .
Oleh:
Isti'amah
NIM : I 03043227993
I. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
2. Semua sumber yang gunakan dalam penulisan ini telah saya camtumkan
3. Jika di Kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
1-lidayatullah Jakarta
lsti'amah
TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENANGGULANGAN
PROSTITUSI DI CIREBON
(Analisis Terhadap Perda Kabupaten Cirebon No. 1 Tahun 2002
Tentang Prostitusi)
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Syari'ah dan Hukum
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperole:h
Gelar Sarjana Hukum Islam (SHI)
Oleh:
Isti'amalli
NIM : 103043227993
Di Bawah Bimbingan,
C?~
Drs. Ase a1ifuddin Hida at SH. MH Ahmad Ilii!IJ·i Abd. Shomad, MA
NIP. 150 68 573 NIP. 150 302 998
Pembimbing I
.~;;· ~;oi;~}~~:"'';" a;,,,,csu., MH c i~ J
Dengan Asma Allah, Pencipta semesta raya, muara segala damba dan
tambatan semua pinta, Dia-lah pemilik Rahmaniyah dan Rahimiyah. Karena itu
patutlah jika syukur dan puji teruntuk bagi-Nya, Tuhan penguasa sepanjang masa.
Dia-lah Robbi Tuhan kita, yang dengan taufik dan hidayah-Nya tersingkap segala
mampu menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari, bahwa karya ini selesai bukan
sepenuhnya dari buah pikiran penulis sendiri, akan tetapi banyak pihak yang ikut
andil dalam penyusunan skripsi ini hingga akhirnya dapat terselesaikan, baik secara
langsung maupun tidak langsung. Mereka yang dengan tulus meluangkan waktu
membantu penulis, meski hanya sekedar menuangkan aspirasi bagi penulis maupun
hanya sekedar memberi motivasi kepada penulis, tentu tanggung jawab ini akan
Oleh karena itu, tidaklah berlebihan kiranya jika pada kesempatan ini penulis
I. Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MH, MM. Selaku Dekan Fakultas
Syari'ah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah banyak
2. Dr. H. Ahmad Mukri Aji, MA. Selaku Ketua Jurusan Perbandingan Madzhab dan
3. Bapak Ors. Asep Syarifuddin Hidayat, SH., MH. Selaku pembimbing I, dan
Bapak Ahmad Bisyri Abd. Shomad, MA. Selaku pembimbing II yang dengan
arahan yang gamblang dan mudah dipahami oleh penulis hingga skripsi ini dapat
terselesa ikan.
4. Segenap Dosen di Fakultas Syari'ah dan Hukum yang dengan tulus telah
dengan segala rasa ta'dzim "semoga apa yang tel ah diajarkan menjadi al- 'I/mu
5. Pimpinan Perpustakaan Baik Pusat maupun Fakultas, se11a seluruh stafnya yang
6. Sembah sujud dan ta'dzim dengan rasa bhakti penulis haturkan kepada Abah dan
Mimi tercinta, Abah Madnur dan Mimi Ulidah, yang tak pernah bosan mendidik
dan mendo'akan untuk keberhasilan anaknya ini. Terima kasih atas kasih sayang
yang telah abah dan mimi berikan selama ini. Kepada adik-adik penulis, Mahrus,
Maesaroh, Ma'arif Hamzah dan Fatihatus Syifa Nurfajri, yang selalu mendo'akan
untuk keberhasilan kakaknya, serta merekalah yang selalu menjadi inspirasi bagi
penulis. Juga kepada Bibi Masidah, Mang Ozi, Mang Awi, Mang Shoib, Uwa
Juhroh, Uwa Jariyah, KH. Yusuf dan Mang H. Taslim yang selalu memberi
rnotivasi dan dukungan kepada penulis dalarn rnenggapai cita .. cita.
...
7. Segenap para guru yang pernah mengajar dan mendidik penulis, di Pesantren
Daarut-Tauhid, Cirebon, KH. lbnu Ubaidillah, KH. Husain, KH. Ahsin Sakho. Di
Pon-Pes Sunan Pandan Aran, Yogya, Mbah Mufid (Alm), KH. Mu'tashim billah
dan seluruh asatidz. Di Majlis Dzikir Assamawat Syaikh Kiai Sa'adih al-Batawi.
Semoga apa yang pernah diajarkan kepada penulis mejadi ilmu yang bennanfaat.
Amin.
8. Terkhusus bagi Suami tercinta, Ka' Budi Santoso, yang selalu memberikan
motivasi dan perhatiannya kepada penulis dalam menyelesaian skripsi ini, serta
yang selalu mendukung dalam mengejar cita-cita (/ love you forever). Juga
kepada Pak Ahsin Mahrus yang senantiasa meluangkan waktu menasehati serta
Ayang, Memey, lim, Real, Sadath, Qodir, Rozak, Alif, Ratomi, serta taman-
teman lainnya yang tidak dapat penulis sebutkan semuanya. Terima kasih atas
I 0. Teman-teman di HT!, ka' Syiddah, Ana, ka Eli. Di !nhutani Ari, Umi, Nur, Sari,
Anam, Misbah. Juga terkhusus kepada Zakiyah, Rohmah, Wiwin, Teh Faiz dan
Nelly, ka Nila, Bang Ahmad, yani, Eka, Nurul, ka Neni, ka Ai, mbak Tati, Nurul
Tega!, Pak Edi Danu, ka Hasyim, ka Awang, ka Imam, ka Muhtar, Mas Agus
Purnomo, Mas Agus Rifa'i Mang Tasina Sekeluarga dan Kadnadi. Terima kasih
kebersamaan yang kalaian berikan selama ini, aku tidak akan melupakan kalian
semua.
11. Keluarga Besar KMSGD, H!QMAH, PMII Syari'ah dan Hukum, Flat Bahasa, serta
membantu secara langsung maupun sekedar saran, penulis tidak akan melupakan
jasa kalian semua, semoga yang Maha Rahman mambalas segala ketulusan kalian.
Demikianlah untaian terima kasih ini, tiada yang dapat penulis lakukan
kepada mereka yang telah berjasa, kecuali menghaturkan terima kasih seagung-
agungnya serta iringan do'a semoga Allah Swt membalas dengan segala kebaikan .
Harapan terakhir semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para
pembaca pada umumnya. Akhirnya, kepada-Nya lah kita mohon hidayah dan
ampunan.
Penulis
DAFTARISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Definisi Prostitusi .. . .. . ... . .. ... ... ... ... ... .. . .. .. .. . .. .......... .... 13
Islam..................................................................... 26
PROSTITUSI . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. 53
Prostitusi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . .. .. . . .. .. .. . . .. .. 54
BAB V PENUTUP
B. Saran-saran . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. 80
LAMP IRAN
BA.BI
PENDAHULUAN
hidup, cara pergaulan dan cara berbusana maupun ha! yang lain. Diakui atau tidak
lingkungan.
Sementara itu bagi orang yang tidak bisa mernbawa dirinya dalam
akibatnya ia akan mudah terbawa arus dalam lingkungan pergaulan yang tidak
penghargaan terhadap nilai Agama yang merupakan pegangan mulia bagi setiap
insan, salah satu dampak dari adanya glo balisasi adalah nilai-nilai dalam
2
kehidupan masyarakat telah memudar sedikit demi sedikit. Disadari atau tidak
bahwa dalam kehidupan masyarakat itu pasti mempunyai suatu norma atau tata
aturan kehidupan yang harus dijunjung tinggi, dalam artian bahwa naluri setiap
manusia yang bermasyarakat tentu mempunyai tujuan 1mtuk hidup tenang nan
damai dan selalu berusaha untuk memperbaiki kehidupan dan akan mengatasi
masalah penyakit sosial ini, salah satunya adalah pelacuran, karena bagaimanapun
Pelacuran bukan hanya sebuah gejala individual akan tetapi sudah menjadi
gejala sosial dari penyimpangan seksualitas yang normal dan juga Agama. 1
pelaku dan pemakai jasa ini secara personal, akan tetapi juga memiliki dampak
suatu yang sangat penting sehingga mendapat perhatian secara khusus dalam
-------·
Artinya: "Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah
perbuatan yang sangat keji dan merupakan suatu jalan yang buruk".
(QS. Al-lsra' : 32).
Hal ini sebagai bentuk pelarangan yang benar-benar sangat dilarang dalam Islam,
karena memang dampaknya sangat besar terhadap pelaku, bahkan akan berimbas
dikenakan hukuman, dan dalam hukumaunya dibedakan dalam dua jenis menurut
pelakunya, yaitu Zina Muhshon (pelaku zina yang sudah berkeluarga) dikenakan
hukuman dera sebanyak seratns kali ditambah pengasingan selama satu tahun.
Sekilas hukurnan ini memang kelihatan kejam, tapi justru ini akan memberikan
efek jera terhadap pelaku dan demi menyelarnatkan bagi yang lain dari perbuatan
zina ini.
daerah yang berpotensi besar untnk dijadikannya sebagai sarang pelaku prostitusi,
Tunggak, Jakarta Utara yang dulunya adalah sebuah kawasan dimana rumah
daerah tersebut, kini kawasan tersebut telah di sulap meajadi kawasan Islamic
Centre, Kramat Jaya. Setelah Kramat Jaya terbebas dari prostitusi seolah-olah
kawasan ini merupakan kawasan yang sangat strategis, dimana lain lintas antar
provinsi yang dapat menghubungkan kota-kota besar, yaitu kota Jakarta dengan
kota-kota besar di Jawa Tengah dan Jawa Timur, sehingga Pantura merupakan
tempat yang cocok dan nyaman untuk tempat persinggahan, apalagi letaknya
dekat dengan pesisir pantai laut Jawa. Dengan demikian tidak menutup
tempat prostitusi akan mudah didapatkan disana, dari alasan-alasan tersebut maka
ini, seperti nyanyian goyang dombret, kucing garong dan lain sebagainya,
sebingga dengan dugaan seperti itu kawasan Pantura dianggap sebagai salah satu
seperti itu? Apakah tidak ada tindakan dari pemerintah setempat? Dalam ha! ini
Pemerintah Daerah Cirebon yang termasuk salah satu Daerah. di kawasan Pantura.
Sudah beberapa tahun yang lalu, sejak tahun 2002 Pemerintah Daerah Cirebon
5
prostitusi.
Kabupaten Cirebon No. 1 Th 2002 ini akan dikenakan ancaman pidana bagi
pelakunya, yaitu pidana kurungan selama-lamanya 6 (enam) bulan dan atau denda
orang.
serta menjadikan Kabupaten Cirebon yang berakhlakul ka:rimah dan bebas dari
prostitusi ini ternyata disambut baik oleh masyarakat Cirebon, yang sudah lama
diresahkan oleh keberadaan praktek prostitusi, kurang lebih saat ini ada 9
6
cenderung yang dianggap rnwan sebagai tempat berkeliaran para pelaku prostitusi
adalah Terminal. 2 Dari itu masyarakat Cirebon berharap penyakit sosial yang ada
di daerah mereka segara hilang karena memang sangat meresahkan terutama bagi
generasi muda.
menganggap bahwa masalah ini merupakan masalah yang sangat penting dan
menarik untuk dikaji, sehingga penulis tertarik untuk membahas dan menganalisa
prostitusi ini segera bisa diatasi dan tidak berdampak pada kehidupan masyarakat,
yang mana pada saat ini kesusilaan merupakan masalah yang Urgen untuk
diperhatikan.
2 J(usairi, Kepala Seksi U1nt1111 Satpol PP. J(ab. Cirebon, Jt'au·anc:ara Pribadi, Cirebon,
15 .lanuari 2008.
7
Agar pembahasau dalam skripsi ini lebih terarah dan jelas pokok
prostitusi tentaug latar belakaug lahirnya Perda Kabupaten Cirebon No. I tahun
bahasan dan masalah dalam satu spesifikasi berdasarkan tingkat kebutuhan yang
menopang dalam penyusunan tulisan ini, yaitu dengan rnembuat rumusan masalah
sebagai berikut:
2. Apa sauksi yang diberikau bagi mereka yang melauggar Perda Kabupaten
prostitusi yang tertuaug dalam Perda Kabupaten Cirehon No. J tahun 2002
tentang prostitusi ?
bertujuan untuk :
I . Sebagai media yang bisa memberikan informasi bagi masyarakat yang ingin
Cirebon No. I tahun 2002 tentang prostitusi sebagai upaya Pemerintah Daerah
Daerah.
D. Metode Penulisan
I. Metode Pendekatan
mendalam
9
2. Jenis Penelitian
research guna memperoleh landasan teoritis yang dipero leh dari literatur dan
referensi yang berkaitan dengan tema yang akan dibahas. Selain itu untuk
Interview atau wawancara yaitu suatu cara untuk mengumpulkan data dengan
dalam hat ini penulis akan mencoba mewawancari pihak Pamong Praja
Cirebon No. I Th. 2002 tentang Prostitusi serta al .. Qur'an dan al-Hadits
yang merupakan sumber hukum Islam. Serta data yang didapat dari hasil
orang.
10
b. Data Skunder terdiri dari buku-buku hukum, media cetak, artikel maupun
data dari internet (website) yang ada korelasinya dengan materi yang
gambaran secara jelas, sistematis, objektif dan kritis yang dipaparkan antara
hukum Islam dan hukum positif mengenai fakta-falcta yang bersifat normatif
5. Tehnik Penulisan
E. Sistematika Penulisan
skripsi ini dengan siste111atika penulisan yang terdiri Hrna bab, yaitu :
Bab I : Pendahuluan
siste111atika penulisan.
11
Bab II: Mernuat tentang Definisi prostitusi secara umum, kernudian dipaparkan
itu dibahas juga tentang sanksi bagi pelaku tindak pidana prostitusi
Bab III: Dalam bab ini akan di uraikan tentang faktor penyebab timbulnya
Bab IV: Dalarn bab ini penulis akan mengupas secara tajam tentang bagairnana
tinjauan hukurn Islam terhadap sanksi pidana yang diatur dalam Perda
A. Definisi Prostitusi
berasal dari kata bahasa latin yaitu pro-stituare atau prosstaure yang berarti
sebagai tingkah laku bebas tanpa kendali dan cabul karena adanya pelampiasan
nafsu seks dengan lawan jenis tanpa mengenal batas kesopanan (manusiawi) dan
adalah penyediaan seksual yang dilakukan oleh laki-laki atau perempuan untuk
pencaharian". Pada definisi ini jelas dinyatakan adanya peristiwa penjualan diri
sebagai profesi atau mata pencaharian sehari-hari dengan jalan melakukan relasi-
relasi seksual. Menurut sarjana P.J. De Bruine Van Amstel menyatakan bahwa
prostitusi adalah penyerahan diri dari wanita kepada banyak laki-laki dengan
1
Frans Salesman, "Prostitusi", artikel diakses pada 3 April 2007 dari
b.lln://ww\v. wordpress.com
~ Robert P. 1Vlasland, Jr. Dnvid Estridge, Apu yang lngin Diketahui Rernaja Tentang Seks,
(Jakarta: Bumi Aksara, 1987), h. 134.
14
bebas dan kekacauan emosional, melakukan hubungan seks tanpa emosi, tanpa
perasaan cinta kasih atau afeksi. Pihak pelacur mengutamakan motif-motif
komersil, atau alasan-alasan keuntungan materil. Sedang pihak laki-laki
mengutamakan pemuasan nafsu-nafsu seksual. Baik May maupun ensiklopedia
impuls/dorongan seks yang tidak wajar dan tidak lerintegrasi dalam bentuk
Jawan jenis.7 Menurut Teddy Suhroto (Kepala Ketertiban Satpol PP. Kab.
mencari penghasilan dengan menjual seks. 8 Lain lagi menurut pemaparan Kusairi
(Kepala Seksi Ketertiban Umum Satpol PP. Kab. Cirebon), prostitusi adalah
7
K. Bahrudin, Pimpinan Pondok Pesantren Al-Ma'unah, Kepuh, Pasar Minggu, Cirebon,
Wawancara Pribadi, Cirebon, 15 Januari 2008.
8
Teddy Subroto, Kepala Bidang Ketertiban Satpol PP. Kab. Cirebon, Wmvancara
Pribadi, Cirebon, 15 Januari 2008.
9
Kusairi, Kepala Seksi Umu1n Satpol PP. Kab. Cirebon. Wmvancara Pribadi, Cirebon, 15
Januari 2008.
16
seolah langgeng, faktor penentunya justru terletak pada sifat-sifat alami manusia
khususnya segi seksual biologis dan psikologis, sedangkan faktor lainnya hanya
dari kata lacur yang berarti malang, celaka, sial, gaga!, atau buruk laku. Pelacur
adalah wanita yang melacur sundal, wanita tuna susila. Pelacur adalah perihal
tertentu juga ditemukan dalam pranata sosial lain seperti pernikahan dan
ditonjolkan dalam definisi pelacuran. Cara pandang ini diperluas oleh Polsky yang
pekerjaan". 13
0
'Soedjono, Pelacuran Ditinjau Dari Hu/cum dan Kenyataan Da/am Masyarakat,
(Bandung: Karya Nusantara, 1977), h. 44.
11
Ibid h. 45.
12
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Balai Pustaka, 1987), h. 550.
13
Tahnh-Dam Truong, Parhvisata dan Pe/acuran di Asia Tenggara, Terjemahan: Moh.
Arif, (Jakarta: LPJES, 1992 ), h. 15.
17
penerimaan upah harus ada dalam konsep pelacuran. Namun, unsur pembayaran
mengenai adanya unsur ekonomis tersebut dalam konsep tentang pelacuran, tetapi
kata kerja Prostitute diartikan dengan ( _;,...,) dalam kamus Al-Munawwir kata
dengan ( ~ - ..>P-:! ) dengan arti berzina dan ism failnya adalah perempuan yang
berzina (;;~WI) disinonimkan dengan ( :\.,uljll), (._,.,.,._,..II) dan kata bigha ( o\.i.;ll ),
hemat penulis adalah setiap prostitutor adalah pezina dan setiap pezina belum
dengan meraup upah, sedangkan pezina tidak selalu bertujuan materil. Dalam Al-
14
Hasan Sadily dan John M. Echols, Kamus Inggris- Indonesia, (Jakarta: Gramedia,
1990).
15
Al-Ba'la al-Baqi, al-Maurid (Beirut: Daar al-'flm. 1977\.
18
Artinya: " Dan janganlah kamu paksa budak-budak wanitamu untuk melakukan
pe!acuran, sedangkan mereka sendiri menginginkan kesucian, karena
kamu hendak mencari keuntungan duniawi". (QS: an-Nur: 33).
Pesan ayat ini adalah larangan bagi muslim mencari kekayaan lewat jalur yang
Zina berasal dari kata _,..;j -_,lj; -_,..;j yang artinya berzina, berbuat
zina. Kata 01j yang jamaknya olij (apabila yang berzina laki-laki), dan kata ~lj
yang kata jamaknya _,il_,j (apabila yang berzina perempuan). 15 Secara garis besar,
Muhammad Ali as-Sabuni bahwa zina menurut arti bahasa adalah persetubuhan
yang diliaranikan. Dan zina menurut syar'i ialah persetubuhan yang dilakukan oleh
seorang laki-laki dengan seorang perempuan melalui (pada) vagina di luar nikah
Beberapa defmisi lain tentang ziI1a yang dikemukakan oleh berbagai ulama
madzhab menunjukkan pengertian yang hampir sama. Hanya saja ada yang sedikit
15
Mahmud Yunus, Kamus Bahasa Arab-Indonesia, (Jakarta: PT. Hida Karya Agung,
2002), h. 230.
16
Muhammad Ali as-Sabuni, Rawai'ul Bayan Tafsir Ayaat al-Ahkam min al-Qur'an,
(Beirut: Daar al-Fikr, tt.), Jil. II, h. 8.
19
berbeda, sepe1ii ulama Hanabilah dan ulama zidiyah yang menambahkan jimak
melalui dubur. 18
Sebagaimana yang dikutip oleh Abdul Qodir 'Audah dalam kitabnya Al-
I. Pendapat Malikiyah.
2. Pendapat Hanafiyah.
3. Pendapat Syafi'iyah.
4. Pendapat Hanabilah.
18
Muhammad Abduh Malik, Prilaku Zina Pandangan Hukum Islam dan KUHAP,
(Jakarta: PT. Bulan Bintang, 2003), Cet. I, h. 25.
19
Abdul Qodir 1Audah, Al-Tasyri' a/-Jinai al-/slan1i Muqoronan bi al-Qonun a/-Wad'i,
(Beirut: Muassasah al·Risalah, 1992), Cet. XI, h. 349,
20
5. Pendapat Dzahiriyah.
Artinya: "Zina adalah persetubuhan yang dilakukan terhadap orang yang tidak
halal memandang ke seluruh tubuhnya, serta mengetahui akan
keharamannya (melakukan zina), atau zina adalah persetubuhan
yang di haramkan karena zatnya.
6. Pendapat Zidiyah
pegangan selanjutnya, adalah definisi yang dikemu.kakan o!eh Muhan1IT1ad Ali As-
Se!ain itu, dari definisi zina yang dikernu.kakan oleh para ularna tersebut,
walaupun sedikit. Juga dianggap sebagai zina sekalipun ada penghalang antara
21
dzakar dan farji, selama penghalangnya tipis yang tidak menghalangi perasaan
maka tidak dianggap sebagai zina yang dikenai hukuman had, melainkan hanya
mufakhadzah (memasukkan penis di antara dua paha), sex oral dan sentuhan di
luar farji. Demikian pula perbuatan maksiat lain yang merupakan pendahuluan
Artinya: "Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah
perbuatan yang sangat keji dan merupakan suatu jalan yang buruk''.
(QS. Al-lsra': 32).
2. Adanya kesengajaan atau niat yang melawan hukum ('-1'\.J,.I _ra-<}I} ,.1_,JI ..WU)
Unsur kedua dari jarima zinah adalah niat dari pelaku yang melawan
Dasar hukum tentang pelarangan prostitusi atau zi.na dalam Islam tidak
sendiri. Baile dalam al-Qur'an maupun di dalam hadits, tidak ada dalil yang
dalain satu ayat dijelaskan mendekat saja tidak boleh, ayat tersebut sebagai
mendekatkan pada perbuatan zina. Selain itu ada juga da1il yang menyebutkan
Jadi secara garis besar, dasar hukum zina dapat di kelornpokkan menjadi
beberapa bagian, yaitu; pertama dasar hukum tentang hal-hal yang dapat memicu
terjadinya perbuatan zina, serta dan kedua dasar hukum yang rnenjelaskan tentang
Artinya: "Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah
perbuatan yang sangat keji dan merupakan suatu jalan yang buruk".
(QS. Al-Jsra': 32).
23
Artinya : "Dan terhadap dua orang yang melakukan perbuatan keji di antara
kamu, maka berilah hukuman kepada keduanya, kemudian jika
keduanya bertaubat dan memperbaiki diri, maka biarkanlah mereka.
Sesungguhnya Allah maha penerima taubat lagi maha penyayang".
(QS. An-Nisa' :16)
2. Dasar hukum tentang hal-hal yang dapat memicu terjadinya perbuatan zina:
,y o.)\.:i y , 4.iJ/' 4i rJ. ~ ,y ~ .:r. .,?= GJ.>. ,,My.I J>b:. C:l~ GJ.>.
Jr J Jt.> ' 4.:9 .ill1 ~J ~L...dl rJ. o.)l,Y y ' .ill1 --Y' rJ. eiu..,.. d" ' ;:::->." rJ. ~y..
19
Muhammad bin 'Ilan asy-Syafi'i al-Asy'ari al-Makki as-Siddiqy, Dali/ a/-Falihin Ii
Turuq Riyadh a/-Shalihin,(t.k.: Daar al-Fikr, t.t.), Ji!. IV, h. 481.
24
.JLo
v ,,
Jh ):j4 ~I . ~ ~ :JJ1 j;.;,. :ti ~ lj~ " : r
,.. ,, ,, ,, ,.
J ~ .Ji1 j_o .Ji1
Y• If >O ~ _, ,.. > ",.. o'1J > OIP ,. _._. J o o ,,,..
.(<1>.-Lo .y.I olJJ) • ~]IJ :UL. :i.J_,,,. ~4 :.,..;;:JIJ a.:...., '-:--!-faJ
t:< ,.. ,.. ..... v
Artinya : " Bakar bin Khalqf yakni Abu Bisrin menceritakan kepada kami dari
Yahya bin Sa'id, dari Sa'id bin Abi Arubah dari Qatadah, dari Yunus
bin Juber dari Khutan bin Abdillah dari Ubadah bin Shamit r.a bahwa
Rasu/ullah Saw bersabda : "Ambillah dariku yang Allah telah jadikan
jalan bagi mereka, yaitu mereka yang berniat zina telah diberi jalan
(hukuman), jejaka dan perawan (yang melakukan zina) hukumannya
adalah jilid seratus kali dan buanglah asingkanlah se/ama satu tahun.
Sedangkan duda dan janda (yang pernah kawin) hukuman mereka
adalahjilid seratus kali dan rajam". (HR. Ibnu Majah).
20
Al-Hafidz Abi Abdillah Muhammad bin Yazid al-Kizwini, Sunan lbnu Majah, (Bai rut:
Daar al-Fikr, 1995), Juz. II, h.55.
25
Artinya: "Dan orang-orang yang tidak menyembah tuhan lain beserta Allah dan
tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali
dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina, barang siapa yang
melakukan demikian itu, niscaya dia mendapat (pembalasan)
dosa(nya). (yakni) akan dilipatgandakan adzab untuknya pada hari
kiamat dan dia akan kekal dalam adazb itu, dalam keadaan terhina".
(QS. Al-Furqan : 68).
Artinya : "Dari Abdullah bin Mas'ud, katanya, seorang laki-laki bertanya kepada
Rasulullah Saw, dosa apa yang paling besar di sisi Allah? Jawab
beliau: menyekutukan Allah, padahal dia yang menciptakannya,
kemudian ia bertanya lagi, kemudian apa lagi? Jawab Rasulullah Saw;
membunuh anakmu disebabkan kamu takut alwn ditumpangi ,makan,
kemudian apalagi? Jawab beliau; berzina dengan istri tetangga". (HR
Muttafaq 'Alaih).
Dasar hukum tentang zina tersebut di atas diturunkan oleh Allah, betapa
perbuatan zina itu sangat dilarang dalam kehidupan manusia, karena merupakan
perbuatan yang keji, selain itu dampak dari perbuatan zina itu sangat banyak.
Da1an1 ha! perbuatan zina, Allah SWT juga telah menetapkar1 hukum dan hukuman
atas perbuatan zina secara berangsur-angsur. Dalan1 surat makiyah Allah SWT
menegaskan terlebih dahulu bahwa perbuatan zina itu adalah suatu perbuatan keji,
karena itu Allah SWT melarang manusia mendekati dan melakukan perbuatan
zina. Setelah itu dalam surat madaniyah Allah SWT menetapkan sanksi hukuman
21
Abu al-Husain Muslim Ibnu al-Hajjaj al-Qusyairiy al-Naisaburiy, Shohih Muslim, (Bairut:
Daar al-Fikr, 1995), Juz. II, h. 6
26
terhadap pelaku zina dan setelah itu pula Nabi Muhammad Saw dalam haditsnya
menjelaskan tentang sanksi perbuatan zina tidak dijelaskan secara rinci, di dalam
surat An-Nur ayat (2), tentang sanksi perbuatan zina, masih global, yaitu
Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina maka deralah tiap-tiap seorang
dari keduanya seratus kali. Namun dalam hadits Nabi Saw yang diriwayatkan oleh
Ibnu Majah, Rasulullah Saw menjelaskan lebih rinci tentang sanksi terhadap
pelaku perbuatan zina. Yaitu jejaka dan perawan (yang melakukan zina)
hukumannya adalah jilid seratus kali dan diasingkan (penjara) selama satu tahun.
Sedangkan duda dan janda (yang pernah kawin) hukuman mereka adalah jilid
Pada dasamya sanksi terhadap perbuatan zina terbagi menjadi dua, Yaitu:
1. Hukuman di Akhirat
Setiap perbuatan, apalagi yang tern1asuk dalam perbuatan dosa besar pasti
perbuatan yang sangat keji dan tergolong dosa yang paling besar setelal1
yang akan ditimpakan oleh Allah terhadap pelaku zina di akhirat nanti, tapi
27
yang jelas dia akan dilipatgandakan adzab untuknya pada hari kiamat dan dia
2. Hukuman di Dunia
Bagi pelaku dosa besar seperti zina ini, maka patutlah mendapatkan
kalaulah memang dia lepas dari hukuman di dunia, di akhirat tidak akan bisa
Sebagaimana yang telah dijelaskan dalam al-Qur'an dan hadits Nabi Saw
seperti disebutkan di atas, bahwa sanksi di dunia terhadap pelaku zina bisa
a. Hukuman Fisik
lajang. Bagi pelaku zina yang masil1 lajang Oejalca dan perawan), dalam
berikut:
seratus kali crunbuk, dijelaskru1 lagi bahwa tidak boleh merasa kasihan
yang lain ataupun dengan denda bahkan tidak boleh dikurangi maupun
waktu beliau menjelasan hukuman had. Bagi pegawai (' •J"'c ) yang
bagi si pegawai (masih bujangan) itu adalah dicambuk seratus kali dan
Sedangkan bagi pelaku zina yang sudah pernah kawin, atau disebut juga
hukuman kepada zina muhsan, para ulama juga berbeda pendapat, apakah
22
Malik, Peri/aim Zina, h. 91.
29
Pendapat Ali bin Abi Thalib yang diriwayatkan oleh Al-Bukhori, bahwa
Ali menggabungkan huknman cambuk dan rajam, dii mana Ali mencambuk
Syarahah pada hari kamis dan merajamnya pada hari Jum'at. Selanjutnya Ali
merajam berdasarkan hadits Nabi Saw. Menurut Sya'bi ini sebagai jawaban
huknman tersebut. Menurut AIHazimi, pendapat Ali ini juga dipegangi oleh
Ahmad, Ishaq, Daud, Ibnu Mnnzir dan juga pendapat Hadawiyah. 23 Mereka
menggunakan alasan petunjuk Hadits 'Ubadah bin as-Samit sepe1ii yang telah
disebutkan di atas.
(dibatalkan) oleh hadits Nabi Muhammad Saw tentang peristiwa Ma'is, Al-
Huknman non fisik ialah hukuman yang berkaitan dengan kejiwaan atau
pelaku. Sebagaimana yang disebutkan dalam surat An-Nur ayat 2, yang mana
pelaksanaan huknman harus disaksikan oleh orang banyak. Ini berarti pelaku
23
Al-Imam Muhammad bin Ismail al-Amir al-Yumna as-San'ani, Subul al-Salam, (Mesir:
Mustafa al-Babi al-Halabi wa Awladuhu, 1950), Ji!. 4, h. 5-6. dan al-Sayid Sabiq, Fiqh al-Sunnah,
(Beirut: Daar al-Fikr, 1977), Jil. II, h. 350.
24
Ibid. Ji!. 4, h. 5-6.
30
malu si pelaku, selain itu juga bersifat preventif bagi orang lain. Kemudian
berkelit atau terhindar dari hukuman meteril maka Allah SWT akan
pelanggaran fitrah), bahkan bal1aya akibat yang ditanggung tidak hanya bagi
Tekanan jiwa yang dikenakan bagi pelaku maksiat pada umunmya dan
25
Said Hawa, Al-Islam, Juz. Ill, (Kairo: Maktabah Wah bah, l 987), h. 5
31
_. 11:1 ,,, ,.. 0 .. ,.. ,.. ~ .. ,.. ,.. ,.. .A 11:1 ,.. ,.. <;:!
t;i:UI ufa
,..
~I \.'.'.:! :
,..
o/:-\II ufa <!.i~j \J111 J
,.. ,.. ,.. ,..
..;.,~ : .}1_.,a.:.:.
r:: ,..
C......_,, 9
,.. ,..
0~ Lijll
,,.
Artinya: "Zainab r.a. bertanya kepada Nabi Saw: Ya Rasulullah, apakah kita
akan binasah sedangkan di tengah-tengah kita ada orang-orang yang
sholeh? Nabi menjawab: Apabila kemaksiatan sudah merebak (di
tengah-tengah masyarakat". (HR. Ibnu Majah).
26
Wahbah Zuhaili, Ta/sir al-Munir, Ji!. 18, (Beirut: Daar al··Fikr al-Muashir, 1991), h.
129.
27
Imam Abi Abdillah Muhammad bin Isma'il bin Ibrahim Ibnu al-Mughiroh bin
Bardazabah al-Bukhori, Shohih al-Bukhori, Jil, X, (Bairut, Daar al-Fikr, 1981 ), h. 205
32
28 I I
. ,
IS:
-(A>.-,_., cJI • o JJ) • y/2.1' cJI. •. ~ >'-"' ~
I
~ l,r'°"
,
1' '· , , 'JJI , " 10 1 . 0 ' · , 0 • <<
Artinya: "Dari Abdullah bin Umar berkata: Rasulullah Saw menghampiri kami
sambil berkata: Wahai kaum Muhajirin, ada lima perkara jika telah
menimpa kalian, maka tidak ada kebaikan lagi bagi kalian. Dan aku
berlindung kepada Allah SWT semoga kalian tidak menemui zaman
itu: tidak merajalela praktik perzinaan pada suatu !mum, sampai
mereka berani berterus terang melakukannya, melainlmn penyakit-
penyakit menular di tengah merelm, dan kelaparan yang belum
pernah menimpa umat-umat yang telah lalu''. (HR. Ibnu Majah).
Jadi jelaslah, bahwa bagi pelakti tindak pidana prostitusi tidak hanya
akhirat juga dikenakan sanksi di dunia, sebagaimana yang telah dijelaskan di atas
yang mungkin dapat membawa manusia kepada perbuatan zii1a. Karena itu tidak
saja Islam melaraug zinanya itu sendiri, tetapi juga melarang segaia bentuk
perbuatan apapun wujud akan manifestasinya, besar atau kecil yang dapat
Tidak hanya mengenai haranmya zina saja Islam melarang demikian, tetapi
dalam segala ha! yang lain Islam juga demikian, yakni apabila Islam
28
Ibid. h. 206.
33
tidak lain adalah dalam rangka melindungi dan mengamankan larangan zina itu
sangat besar antara zina dengan hubungan seksual dalam perkawinan. Perkawinan
merupakan salah satu dari lima tujuan syara', yakni melindungi agama, jiwa,
dilahirkan dari sel benih ibu atau sel bibit bapak yang mengandung bibit penyakit
Oleh karena itu kel uarga merupakan induk masyarakat, maka untuk
jiwa, akhlak yang mulia, sehat jasmani dan rohaninya. Ketiga ha) itu merupakan
satu kesatuan jiwa suami-istri bisa tentram jika keduanya berakhlak mulia, yang
berarti saling mengasihi. Jika jiwa dan akhlak mulia dapat dipelihara dalam suatu
rumah tangga. Seorang yang berbuat zina berarti sudah tidak meajunjung tinggi
nilai-nilai kesucian, ketakwaan, dan kejujuran. Akal sehat dan nurani mereka telah
tunduk dan dikendalikan oleh nafsu seksualnya, sangat sulit diharapkan sikap kasih
sayang yang tulus dari mereka, yang merupakan modal utama dalan1 membentuk
paling banyak terdapat oleh pelaku zina (yang sering ganti-ganti pasangan)
menjadi berantakan.
30
Anang Zamroni dan Ma'ruf Asrari, Bimbingan Seks Islami, (Gurabaya: Pustaka Anda,
1197) cet. I, hal. 203-205.
35
norma hukurn, dan Agama, karena digantikan dengan pola pelacuran dan
kenikmatan seks yang awut-awutan se11a tidak bertanggung jawab. Bila pola
yang sehat.
wanita pelacur itu cuma menerima upah sebagian kecil saja dari pendapatan
yang harus diterimanya, karena sebagian besar harus diberikan kepada germo,
sekelompok manush benalu yang memeras darah dan keringat para pelacur ini.
sperma sebelum dzakar melakukan penetrasi dalam vagina atau Jiang senggama
dan lain-lain. 32
32
Kartini Kartono, Pato/ogi Sosia/, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005)jilid I, hal.
249-251.
36
diantaranya ialah:
I. Sifilis
Sifilis atau yang biasa dikenal dengan istilah. penyakit raja singa,
menyerang organ vital di selurub tubuh. Penyakit ini menular lewat hubungan
seksual.
2. Honorheon
3. Herpes Progenitelis
Penyakit ini disebabkan oleh virus herpes simpleks yang secara teratur
akan aktif dalam beberapa bulan atau tahun dan menimbulkan lecet yang
menyakitkan pada alat kelamin laki-laki atau wanita. Al'iivitas virus tersebut
makin lama makin ringan, namun dalam kurun waktu yang lama beberapa
4. AIDS
tahun 1981 seluruh dunia langsung gempar, hingga bulan Maret 1986 sudah
37
ditemukan 18.000 kasus dan 51 persen dari jumlah tersebut meninggal dunia.
32
Bahkan sampai akhir 1996 di Indonesia sudah muncul 501 kasus AIDS.
sosial yang berdampak amat buruk terhadap anak-anak dan para remaja yang
tentang para remaja di bawah umur terjerumus kepada perbuatan bejat dan amoral,
karena Iepas dari pengawasan orang tua serta orang-orang yang bertanggung jawab
sekian keprihatinan yang pasti ada dan sulit untuk dihindarkan, sebagai
apapun tetap merupakan penyakit masyarakat yang hams diatasi secara jelas, tegas
dan tuntas.
32
Anang Zamroni dan Ma'ruf Asrosri, Bimbingan Seks ls/ami. h .. 217-227.
33
Usman Ath-Thawil, Ajaran Islam Tentang Fenomena Seksual, (Jakarta: PT. Raja
Grafindo, 1997), cet. I, h. 68-69.
38
Juas menyebar prostitusi tersebut. Sikap reaktif dari masyarakat luas atau reaksi
3. Kronis tidaknya kompleks tersebut menjadi sumber penyakit kotor syphilis dan
4. Pola cultural; adat istiadat, nonna-norma susila dan Agama yang menentang
Reaksi sosial itu bisa menolak sama sekali dan mengutuk keras serta
memberi hukuman berat sampai pada sikap netral, masa bocloh dan acuh tak acuh
serta menerima dengan baik. Sikap menolak bisa bercampur dengan rasa benci,
ngeri, jijik, takut, dan marah. Sedang sikap menerima bisa bercampur dengan rasa
dengan tingkah Jakunya yang mencolok, maka terjadilah pada sikap dan organisasi
clikutuk dengan hebat, kini berubah dan mulai diterima sebagai gejala sosial yang
39
dan perubahan, semuanya ikut bergeser dan berubah. 34 Tingkah laku seksual
immoral yang semula dianggap sebagai noda bagi kehidupan normal dan
mengganggu system yang sudah ada, mulai diterima sebagi gejala yang wajar,
yang tadinya semua ditolak oleh umum kemudian diintegrasikan menjadi bagian
dari kebudayaan masyarakat, demikian pula halnya dengan gejala pelacuran ini.
penyakit yang akan timbul akibat prostitusi tersebut. Yang jelas banyak dampak
34
Kartini Kartono, Pato/ogi Sosial, Jil. !, h. 257-258.
BABIU
PERDA KABUPATEN CIREBON NO. 01TAHUN2002
TENTANG PROSTITUSI
manapun sangat sulit, karena memang masalah yang melingkupinya sudah jelas,
dan saling erat berkaitan d!)fi sebab yang satu ke sebab yang lainnya. Namun
2. Faktor Ekonomi
khususnya dengan jalan pintas dan mudah, tanpa harus memiliki keterampilan
1
Endang Sedyaningsih, Perempuan-perempuan Keramat Tunggak, (Jakarta, Pustaka Sinar
Harapan, 1999), h. 70.
41
3. Faktor Sosiologis
dunia pelacuran.
dengan mudah terbujuk dan terkena tipuan dari pria dan calo, terutama
4. Faktor Psikologis
Adanya pengalaman traumatis (Iuka jiwa), shock mental, dan rasa ingin
balas dendarn yang diakibatkan oleh hal-hal seperti: Kegagaian dalarn perkawinan,
sangatlah banyak faktornya, tapi yang jelas masalah utama adalah masalah moral
dan ekonomi, seperti yang sudah disebutkan di atas. Hal tersebut bisa kita lihat
moral. Lebih lanjut beliau menjelaska:n, jadi tidak pandang orang Pesantren atau
non Pesantren, ataupun orang paham Agama maupun orang awam, yang penting
moral, karena tidak bisa mengendalikan hawa nafsu. beliau beralasan, jika memang
benar karena faktor ekonomi yang Iemali, mestinya para pelaku melihat, masih
banyak orang yang lebih susah ekonominya dari dia, nyatanya mereka masih bisa
42
di Cirebon adalah faktor ekonomi, kebanyakan karena sudah janda, dan juga
karena masalah prostitusi di kalangan masyarakat sendiri masih ada yang pro dan
kontra3• Hal ini sejalan dengan pendapat Kusairi yang berkomentar bahwa faktor
utama timbulnya perbuatan prostitusi adalah faktor ekonomi, suami yang tidak
bertanggung jawab dan ada pula karena suami yang sudah tidak berfungsi alat
kelaminnya. 4
Cirebon, yaitu lebih besar diakibatkan dari faktor moral clan ekonomi. Maka dari
sinilah yang seharusnya pemerintah lebih cerdik mencari jalan keluar untuk
lemahnya ekonomi.
lain yang muncul akhir-akhir ini yang tak kalah pentingnya, yaitu kenapa masalah
prostitusi selalu ada, dan susah untuk diberantas. Sebagaimana hasil wawancara
' K. Bahrudin, Pimpinan Pondok Pesantren Al-Ma'unah, Kepuh, Pasar Minggu, Cirebon,
Wawancara Pribadi, Cirebon, 15 Januari 2008.
3
Teddy Subroto, Kepala Bidang Ketertiban Satpol PP. Kab. Cirebon, Wawancara
Pribadi. Cirebon, 15 Januari 2008 .
.i Kusairi, Kepala Seksi Umun1 Satpol PP. Kab. Cirebon, Wawancara Pribadi, Cirebon, 15
Januari 2008.
43
penulis dengan tokoh masyarakat yang biasa disapa dengan Kang Adib (aktifis
Pemerintahnya. Jadi justru para kalangan yang mengerti hukum masih pada sibuk
melakukan kemaksiatan menjadi enak dan merasa aman-aman saja, karena hukum
5
masih diperdebatkan terus.
oknum mencari kepentingan pribadi, karena tak kuatnya dengan godaan dalam
Preman) itu ditujukan buat Polisi. Selanjutnya Adib berasumsi, kenapa ketika
kalangan Polisi juga atau tidak jauh dari kalangan mereka sendiri yang mencari
kepentingan pribadi, dan ini sudah ada bukti bahwa ada Polisi yang tertangkap
Cirebon segera dapat ditanggulangi oleh pemerintah melalui para petugas yang
5
Adib, Aktifis Sosial, Wawancara Pribadi, Cirebon, 15 Januari 2008.
6
Ibid.
44
Tentang Prostitusi
terbesar di dunia dengan karakteristik sosial dan budaya yang khas. Nilai-nilai,
ajaran dan budaya Islam dalam norma kehidupan sosial cukup berpengaruh dalam
dalam menilai suatu prilaku masyarakat, yang benar-salah, baik-buruk, dan pantas-
tidak. Terlebih ketika kita sudah masuk pada suatu daerah te1tentu, nilai-nilai
kebudayaan sangat terasa sekali, dimana nilai-nilai moral dan kesopanan menjadi
identitas tersendiri. Berbicara tentang daerah Cirebon di mana nilai-nilai moral dan
kesopanan sangat dijunjung tinggi, mengingat kota Cirebon adalah kota wali, yaitu
warisan dari salah satu Wali Songo (Sunan Gunung Jati). Predikat kota wali
Agama dan menjaga nilai-nilai moral dan kesopanan. Maka seharusnya Cirebon
prostitusi merupakan berbuatan yang sangat keji dan tercela, oleh masyarakat biasa
disebut Pekat (penyakit masyarakat), maka harus dilenyapkan dari bumi Cirebon.
Cirebon seolah-olah tinggal nama, sedangkan wasiat sunan Gunnng Jati {ingsun
titip tajug !an fakir miskin) tinggal sekedar slogan yang ditulis di papan-papan
45
reklame. Kehidupan dan geliat sehari-hari kota terbesar kedua di Jawa Barat itu
semakin tidak menunjukkan karakteristik sebagai kota yang mewarisi ajaran agung
seorang wali. Salah satu contoh yang paling mudah dilihat mata telanjang adalah
maraknya dunia prostitusi di kota tersebut. Setiap malam, belasan pekerja seks
komersial (PSK) dengan mudah ditemui di sepanjang ruas jalan siliwangi, jalan
protokol utanlft kota Cirebon, tempat Balai Kota, dan bahkan gedung DPRD juga
ada. 7
seksual terhadap perempuan dan anak di bawah umur. Sepanjang tahun 2003,
terhadap perempuan dan anak di bawah umur. Dalam ba11asa Budayawan Cirebon
TD Sudjana menyebutkan, segala ha! yang termasuk dalam molimo atau 5 M, yaitu
ditemukan lengkap di kota wali. Secara umum, Ketua DPRD Suryana melihat
Dari kenyataan seperti itu, maka banyak ulama darn lapisan masyarakat
ingin mewujudkan dan mengembalikan jati diri kota Cirebon sebagai kota wali.
7
Kompas, 634 Tahun Kola Cirebon Menemukan Kembali Makna Kola Wa/i, arlikel
diakses pada 21 Februari 2004 dari 1J.'lv111.ko111pasonline.con1
8
Ibid
46
Ormas Islam mendesak kepada aparat agar segera memberantas pekat, bahkan
segala bentuk kemaksiatan di kota Cirebon yang dikenal kota Wali hams
tersebut diterima Wakil ketua DPRD, H. Dahrin Syahrir dan anggota Komisi D.
kepada Muslimat FUUI, Dahrin berjaaji akan menindak Janjuti tuntutan itu.
setempat akibat dorongan bahwa perlunya suatu ha! untuk diregulasi demi
Cirebo:n tentang prostitusi ini lahir kare:na dorongan keinginan masyarakat untuk
dijumpai tempat-tempat prostitusi, sehingga kapan, dimai1a dan siapa saja akai1
Kabupaten Cirebon dengan segala bentuk dorongan dan tuntutan dari masyarakat
2002, oleh Bupati Cirebon, H. Sutisna, SH. Sebagai landasan hukum dalam
berikut:
Peraturan Daerah.
9. Perda Kabupaten Cirebon No. 4 Tahun 2001 Tentang Penyidik Pegawai Negeri
Sipil.
banyak dari kalangan masyarakat atau Ormas Islam menuntut kepada aparat
bersikap lebih tegas dalam menindak pelaku prostitusi, karena dalam kenyataanya
masih banyak para pelaku prostitusi berkeliaran baik di Desa mauptm Kota
Cirebon.
di dalam masyarakat. 9 Oleh karena itu, hukum yang berlaku dalam suatu
clan dipatuhi kalau ia memp1..11yai aspek yang bersifat mengikat atau mamaksa.
Pemaksaan dapat berupa pemberian sanksi hukum bagi pelanggar, untuk itu Perda
Kabupaten Cirebon memberikan sanksi hukum berupa ancaman pidana atau denda
terhadap pelaku tindak pidana prostitusi sebagai salalt satu cara melindungi dan
9
Wirjono Pradjodikoro, Asas-asas Hukum Pidana Di Indonesia, (Bandung: PT. Eresco,
1969), h. 14. .
49
Ayat (I)
Barang siapa yang melanggar ketenluan sebagaimana dimaksud dalam
pasal 3 ayat (1), (2) dan (3) diancam pidana kurungan selama-lamanya 6
(enam) bu/an dan atau denda sebanyak-banyaknya Rp. 5.000.000,00 (lima
ju/a rupiah).
Ayat(2)
Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (I) adalah pelanggaran.
No. I tahun 2002 tentang prostitusi yang dikualifikasikan sebagai tindak pidana
atau pelanggaran. Dalam KUHP tindak pidana terbagi dalam 2 jenis, yaitu
kejahatan dan pelanggaran. Meskipun tidak ditentukan secara jelas dan terperinci,
tetapi sudah dianggap demikian adanya, dari pasal 4, 5, 39, 45, 53 buku I, buku II
Menurut M.v.T. (Smidt I hal. 63 dan seterusnya) p<;mbagian atas dua jenis
tindak pidana itu didasarkan pada perbedaan prinsipil. Dikatakan, bahwa kejahatan
dapat diketahui setelah ada wet yang menentukan demikian. 10 Pada masa sekarang
'° Moeljatno, Asas-asas Hukum Pidana. IJakarta'. Rinelm r;nto ?M?I "" \IT " ~·
50
hanya ada perbedaan kuantitatif antara kejahatan dan pelanggaran, yaitu soal berat
2. Adanya keharusan pembuktian oleh jaksa atas sebuah kejahatan, tidak pada
pelanggaran.
3. Tenggang waktu kadaluwarsa bagi kejahatan adalah lebih panjang dari pada
pelanggaran. 11
ataupun helm dan lain sebagainya. Yang perlu diingat adalah tidak ada delik adnan
Kabupaten Cirebon No .1 tahun 2002 tentang prostitusi tersebut, sebagai akibat dari
ketentuan pasal yang apabila dilanggar, maka pelakunya diancam dengan pidana
11
Ibid
12
Topo Santoso, Menggagas Hukum Pidana Islam, (Bandung: As-Syamil, 2000), h.142.
51
5.000.000.00 (lima juta rupiab). Pasal yang dimaksud adalah pasal 2 ayat (2) dan
pasal 3 ayat (I), (2), dan (3) tentang subyek larangan adalab sebagai berikut:
Pasal 2
Ayat (2)
Subyek pelarangan adalah setiap orang atau sekelompok orang atau badan
hukum yang mengadakan, menyediakan, melaksanakan dan melindungi
perbuatan prostitusi.
Pasal 3
Ayat (1)
Siapapun dilarang menyediakan, mengadakan, dan melakukan perbuatan
prostitusi.
Ayat (2)
Larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), berlaku juga bagi mereka
yang melindunginya.
Ayat (3)
Larangan sebagaimana dimaksud ayat (I} termasuk yang dilakukan baik
langsung atau tidak langsung di ruang tertutu ataupun diruang terbuka.
secara jelas dan tegas memberikan ancammi hukuman bagi siapa saja baik relaku,
penyedia (germo) maupun yang melindungi perbuatmi prostitusi baik ymig secara
masib bmiyak terdapat tempat-tempat mangkal para pelaku prostitusi, babkmi pada
saat razai Polisi bmiyak menangkap pasmigmi ymig bukan sumni istri di kamar-
Kabupaten Cirebon No. I tahun 2002 tentang prostitusi tersebut di atas, maka
jelaslah bahwa ketentuan pidana bagi setiap pelaku yang melakukan tindak pidana
akan berfikir seribu kali ketika akan melanggar ketentuan tersebut disebabkan
pandang hukum Islam, apakah upaya tersebut sudah sesuai dengan ajaran yang
dianjurkan dalam Islam, atau belum atau bahkan bertentangan dengan hukum Islam.
Cirebon merupakan warisan dari sunan Gunung Jati yang mayoritas masyarakatnya
memeluk agama Islam, dan yang sangat menjunjung tinggi nilai moralitas dan ahlakul
karimah, kenapa peraturan pemerintahnya tidak didasarkan pada hukum Islam atau
Kita sebagai umat Islam yakin betul bahwa Islam merupakan Agama yang
sempurna, semua peraturan dan perundang-undangan yang mengatur segala ha! sendi-
sendi kehidupan telah termuat dan tercantum dalam kitab suci al-·Qur'an dan as-Sunnah
Rasulullah Saw. Kita akan menemukan semua itu kalau kita man mengkaji dan
mencermati isi yang terkandung dalam keduanya (al-Qur'an dan as-Sunnah) karena
tidak satupun yang terlewatkan atau te1iinggal di dalam al-Qur'an dan as-Sunnah
walaupun sedikit. Oleh karena di bawah ini alcan dibahas tentang bagaimana tinjauan
hukum Islam terhadap sanksi pidana yang te1iuang dalam Perda Kabupaten Cirebon
No. I tahun 2002 tentang prostitusi maupun keabsahan dari Perda itu sendiri.
54
A. Tinjauan Hukum Islam Terhadap Sanksi Pidana Yang Diatur Dalam Perda
Pidana berasal dari kata staf (Belenda) yang adaka.lanya disebut dengan
hukuman pidana. 1
dengan kata lain sebagai alat untuk menegakkan kepentingan masyarakat, oleh
yakni tidak boleh kurang dari apa yang diperlukan untuk menjauhkan akibat-akibat
No. I tahun 2002 tentang prostitusi yang te11uang dalarn pasal 8 (ayat I dan 2)
dinyatakan bahwa :
Ayat (I)
Barang siapa yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
pasal 3 ayat (I), (2) dan (3) diancam pidana kurungan selama-lamanya 6
(enam) bulan dan a/au denda sebanyak-banyaknya Rp. 5.000.000,00 (Zima
juta rupiah).
Ayat(2)
1
Adam Chazawi, Buku Pe/ajaran Hukum Pidana Bagian I (stetse/ Pidana, tindak pidana,
teori-teori pen1idanaan, dan batas berlakunya huklan pidana), (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2002), h. 24.
55
Berdasarkan ketentuan pasal 8 ayat (I) dan (2) tersebut adalah jelas, bahwa
sanksi pidana yang diberikan kepada pelaku tindak pidana prostitusi yaitu berupa
tersebut di atas dapat membuat jera para pelaku tindak pidana prostitusi, namun
Perlu kita kaji kembali tujuan pokok dalam pengaturan hukuman dalam
dengan istilah 'jarimah", akan tetapi ada pula yang menggunakan istilah 'Jinayah".
syara' yang diancam oleh Allah dengan hukuman had atau ta'zir. 2
Dalam istilah lain jarimah disebut juga dengan jinayah, menurnt Abdul
Qadir 'Audah, jinayah adalah suatu istilah untuk perbuatan yang dilara11g oleh
syara' baik perbuatan tersebut mengenai jiwa, harta atau Iaim1ya. Adapll11 hukuman
hudud, jarimah qishas dan diat, danjarimah ta'zir. Adapunjarimah hudud adalah
2
Ahmad Wardi Muslih, Hu/mm Pidana Islam, (Jakarta: Sinar Grafika, 2005), cet. I, h. ix
3
Ibid.
56
jarimah yang diancam dengan hukuman had (yaitu ketentuan pidananya sudah
ditentukan oleh syara') dan jarimah ini terbagi kepada tJ.ljuh macam jarimah, yaitu
jarimah zina, jarimah qadzaf, jarimah syurb al-khamar, jarimah pencurian, jarimah
diat terbagi menjadi ke dalam dua macam yaitu: pembunuhan dan penganiayaan,
jika diperluas maka jumlahnya ada lima macam, yaitu pembunuhan sengaja,
sengaja, dan penganiayaan tidak sengaja. Sedangkan jarimah ta'zir ini adalah
hukuman yang belum ditetapkan oleh syara' dan wewenang untuk menetapkam1ya
bagian dari jarimah hudud, yaitu huknmannya sudah ditentukan dalam syara'.
Dalam syara' memang dudah jelas tentang ketentuan pidananya, bahwa hukuman
pelaku perzinaan baik laki-laki maupun perempuan dihukum dengan seratus kali
dera (cambuk), ha! ini bisa kita Iihat dalan1 firman Allah S\VT. surat An-Nur ayat
01 .JJ1 LT-) <} ;.:t 4 ~L:.~ tl:; .:J;. i;Lo ~ »-lj JS-· ,_,~~ ~1jJ1j
,. ,, ,. .... ,, ,. ,. ff,.,
ff,
~1jJ1
...
,, ,. ,,:: ,.. ,,.
r'7<
0 .,,.,.. ,. ,. 0 I> 0 ;:<! ,. _,
Artinya : "Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzin amaka deralah tiap-
tiap seorang dari keduanya seratus kali dan janganlah belas kasian
kepada keduanya mencegah untuk (menjalankan) agama Allah, jika
kamu beriman kepada Allah dan hari akhir dan hendaklah
4
Ibid
57
Ketika wahyu ini diturunkan, telah dipahami bahwa mereka yang berdosa
melakukan perzinaan dihukum seratus kali dera. Kemudian Nabi Saw meqjelaskan
atau merinci tentang hukurnan perbuatan zina dengan sabdanya. Sehingga dari
hukuman bagi pelaku zina itu dibedakan menjadi 2 bagian, yaitu muhshan (yang
sudah menikah) dan ghairu mukhshan (belum menikah). Jadi hukuman bagi pelaku
zina jejaka dan gadis hukumannya dijilid sebanyak seratus kali dan diasingkan
(dipe1tjara) selama satu tahun, sedangkan bagi laki-laki dan perempuan yang sudah
pernah menikah maka hnknmannya dijilid seratus kali clan dirajam. Tentang
pembedaan hukuman tersebut dijelaskan dalam hadits Nabi yang diriwayatkan oleh
Ibnu Majah :
- . .
' ~ ..!JI ~.J c::..-aL..a.ll 01 o~~ , f ' ..UI ..y- 01 i.Jl.,b... 0->- ' fr:"'" 01 ~ y.. , f
Artinya : " Bakar bin Khalaf yakni Abu Bisrin menceritakan kepada kami dari
Yahya bin Sa'id, dari Sa'id bin Abi Arubah dari Qatadah, dari Yunus
bin Juber dari Khutan bin Abdillah dari Ybadah bin Shami! r.a bahwa
Rasulullah Saw bersabda : "Ambillah dariku yang Allah telah jadikan
5
Al-Hafidz Abi Abdillah Muhammad bin Yazid al-Kizwini, Sunan Jbnu Majah, (Bairut:
Daar al-Fikr, 1995), Juz. II, h.55.
58
jalan bagi mereka, yaitu mereka yang bernuat zina telah diberi jalan
(hukuman), jejaka dan perawan (yang melakukan zina) hukumannya
adalah jilid seratus kali dan buanglah atau asingkanlah selama satu
tahun. Sedangkan duda dan janda (yang pernag kawin) hukuman
mereka adalahjilid seratus kali dan rqjam". (HR. Ibnu Majah).
Karena begitu besamya akibat yang ditimbulkan dari perbuatan zina dan
zina ini dalam Islam tidak langsung ditetapkan sebagaimana ketetapan yang
tercantum dalam surat An-Nur ayat (2) dan Hadits Nabi sebagaimana tersebut di
Dalam Islan1 prostitusi atau perzinaan adalah suatu perbuatan yang sangat
keji dan sangat dilarang, mengingat kejahatan dari prilaku perbuatan zina yang
begitu tinggi dan dampak negatifuya yang begitu besar serta sauksi hukumannya
yang sangat berat dan keras bagi pelakunya di dalam hukum pidana Islam. Maka
peringatan atas hukuman perbuatan zina diturunkan oleh Allall SWT secara
berangsur atau bertahap atau dengan kata lain tidak ditetapkan sebagaimana yang
tertera dalam surat an-Nur dan hadits Nabi riwayat Ibnu majah seperti tersebut di
atas melainkan diturunkan melaui tingkatan hukuman secara bertahap seperti yang
(berpuasa). 6
6
Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah, Terjemahan: Moh. Nabhan Husain, Jil. IX, (Bandung: PT.
Al-Ma'arif, 1995), h. 89.
59
Untuk pertama kali, hukuman zina berbentuk teguran. Firman Allah SWT
Artinya : "Dan terhadap dua orang yang melakukan perbuatan keji di antara
kamu, maka berilah hukuman kepada keduanya, kemudian jika
keduanya bertaubat dan memperbaiki diri, maka biarkanlah mereka.
Sesungguhnya Allah maha penerima taubat lagi maha penyayang''.
(QS. An-Nisa' :16)
hukumanjilid seperti yang tertera dalam surat An-Nur ayat (2) dan hukuman rajam
bagi zina mukhshan sebagaimana yang disebutkan dalam hadits Nabi riwayat Ibnu
Majah.
60
mudah oleh para pemeluk Islam yang barn dan yang telah terbiasa dengan
kebusukan zina dalam masyarakat Arab pada masa Jahiliyah. Disamping itu jnga
agar dapat memasyarakat dan dapat secara perlahan serta lemah lembut
1. Pelaku zina sudah baligh, maka tidak wajib dihad bagi anak kecil yang belum
2. Orang yang melaknkan zina berakal, maka bagi orang yang hilang akalnya
(gila) melaknkan zina, maka tida wajib dihad, dengan kesepakatn ulama.
3. Pelakunya beragama Islam, ini pendapat Imam Malik, maka tidal; wajib had
bagi orang kafir, apabila Iaki-laki muslim melaknkan zina dengan wanita kafir
maka pelakunya hams dihad. Pendapat Imam Hanafi, pelaku zina mukhshan
dia tidak wajib dirajam tetapi hanya dijilid, pendapat Imam Syafi'i dan Imam
Hambali, pelaku zina dan minum khamar tidak wajib di ad karena itu
7
Wah bah Zuhaili, Fiqh al-Islam wa adi/latuh, (Bairut: Daar al-Fikr, 1995), Juz.Vl, h. 36.
61
4. Dilakukan atas dasar suka sama. Bagi pelaku yang di paksa maka tidak wajib
5. Pendapat empat imam, apabila melakukan zina dengan hewan maka pelakunya
tidak wajib dihad tetapi wajib dita'zir, dan hewannya tidak harus dibunuh
ulama. 8
6. Perbuatan ziI1a tidak termasuk kepada yang subhat, apabila melakukan zina
dengan subhat maka gugurlah hukum hadnya. Tetapi pendapat Abu hanifah
7. Pelaku zina mengetahui bahwa zina itu hukumnya haram. Apabila pelakunya
tidak tahu tentang hukum tersebut, maka ada dua pendapat ulama yang
berbeda. Pendapat pertama wajib dihad sedangkan yang kedua tidak wajib
dihad.
8. Perempuan yang melakukan zrna dalam keadaan hidup maka wajib dihad.
prostitusi atau perzinaan itu sangatlah berat, bahkan bukan hanya hukuman fisik
yang diberikan akan tetapi hukuman moral, psiko logis dan juga sosial. Menglligat
tllidak pidana ini sangatlah keji clan dampaknya begitu besar baik bagi pelaku
maupun terhadap masyarakat di sekelilrngnya. Hal ini bisa kita lihat dari
8
Ibid h. 37.
62
penjabaran dari surat An-Nur ayat (2) dan hadits Nabi yang diriwayatkan oleh Ibnu
Majah, bahwa secara global hukuman terhadap pelaku zina itu di golongkan
menjadi 2, yaitu hukuman fisik dan hukuman non fisik. Adapun penjabarannya
sebagai berikut :
1. Hukuman Fisik
a. Hukuman Cambuk
Dalam surat An-Nur ayat (2) ditegaskan bahwa pelaku zina baik pria
maupun wanita dihukum dengan hukuman cambuk seratus kali dan tidak
kualitas, atau juga tidak boleh dikurangi jumlah hukuman, !mat pukulan
atau bahan cambuk yang digunakan, tetapi harus sesuai dengan ketentauan
dan baru yang kedua pelalm pria ~ljll ha! ini karena dampak negatif
perbuatan zina terhadap wanita jauh lebih besar dari pada terhadap pria.
Wanita tidak bisa mengelak dari tanggung jawab terhadap akibat dari
tanggunng jawabnya, meskipun secara yuridis atau moril dan Agama baik
itu secara eksplisit untuk melindungi kaum wanita, maka mereka kaum
wanita itu terlebih dahulu disebutkan dan diperingatkan oleh Allah akan
selama satu tahun, kemudian terhadap pelaku pria hukumlah pula mereka
seratus kali cambuk di depan umum dan diasingkan selama satu tahtm.
I-Iukum yang demikian itu ditetapkan bagi mereka pelaku pria dan wanita
menetapkan hukum cambuk bagi fa.Ii tidak untuk y,i'.i.11 seperti pelaksanaan
9
Ibid
64
pendapatnya itu, bahwa dia mencambuk sesuai dengan perintah Allah, lalu
b. Hukuman Pengasingan
pelaku zina selama satu tahun juga terdapat perbeclaan pendapat antara
ulama-ulama fiqh :
1). Khulafa Rasyidin, Malik lbn Anas, Asy-Syafi'i, Ahmad Jbn Hanbal,
lshaq dan lainnya berpendapat wajib bagi pelaku zina yang masih bikr
hukuman had.
2). Hadawiyah dun Hanifah berpendapat tidak wajib pelaku zina bikr di
asingkan selama satu tahun karena hukuman itu tidak ada dalam al-
Qur'an berarti menambah nash al-Qur'an clan juga hadits yang menjadi
dasarnya itu adalah hadits ahad. Kalau begitu hadits ahad menasakh al-
0
' Abdur Rahman, Tindak Pidana Dalam Svari'at Islam. !Jakarta: Rineb <:into\ hol 11,;
65
3). Abu Hanifah bisa menerima hukuman pengasingan selama satu tahun
pengasingan selama satu tahun itu bukan hukuman had, tapi 'uqubah
4). Menurut pendapat Malik dan Auza'i, bahwa pelaku zina perempuan
muhrimnya. 11
c. Hukuman Rajam
Bagi pelaku pria dan wanita yang sudali menikah hukuman atas
Orang yang sudah menikah berstatus kawin atau bisa disebut janda
maupun duda, sifat melawan hukumnya lcbih tinggi dari mereka yang
belum menikah, karena orang yang sudah menikali, pada waktu ia menikah
pernikahan jalur yang benar dan halal, dan perzinaan adalah jalur yang
salah dan buruk, apabila mereka yang sndah menikah melakukan perbuatan
zina, berarti mereka sengaja melawan kebenaran hukum Islam yang sudah
Oleh karena itu pantas mereka diberi hukuman lebih berat dari
mereka yang belum menikah. Hukuman untuk mereka yang sudah menikah
baik ia berstatus suami atau istri, janda atau duda adalah sama saja, karena
mereka yang sudah menikah dengan yang belum menikah tentu tidak adil,
orang yang sudah menikah Iebih tinggi dari mereka yang belum pemah
memperbaiki diri dan masih punya prospek untuk menjadi orang baik.
kali kepada orang lain. Jadi mereka akan sering menebarkan kerusakan
tangga orang lain. Laki-laki yang beristri atau perempuan yang bersuami
sudah ada yang halal baginya, mengapa mereka mencari yang tidak halal
baginya. Hal ini berarti mereka mengingkari atau murtad dari akidah yang
benar, oleh karena itu untuk preventif, wajar kepada suami dan istri atau
janda dan duda yang berbuat zina diberikan hukun1an yang lebili berat dan
67
lebih keras, yaitu hukuman mati melalui hukuman rajam dari pada
hukuman yang diberikan kepada pria dan wanita yang tidak terikat
perkawinan.
Hukuman non fisik mernpakan hukuman yang tidak langsung pada fisik
pelaku, namun hukuman ini akan berakibat pada moral, psikologis, dan
kehidupan sosial pelaku zina. Dalam surat An-Nur ayat (2) dinyatakan bahwa
tersebut hams di saksikan orang banyak. Dengan disaksikan oleh orang banyak
dengan terjadinya perbuatan zina rasa malu si pelaku perbuatan zina sudah
luntur, oleh karena itu rasa malu ini perlu ditumbuhk:an kembali dan juga
mengulangi kembali perbuatan zina tersebut, dan juga bernilai preventif bagi
Nabi Muhammad Saw menyatakan bahwa rasa malu adalah bagian dari
iman. Nabi Muammad Saw juga menyatakan bahwa orang berzina tidak
maka ia tidak akan melakukan perbuatan zina, orang yang tidak hilang
imannya, tidak akan menge1jakan perbuatan yang sangat dilarang oleh Allah
Artinya: "Dari Abu Hurairah bahwasannya Nabi SAW bersabda; tidak akan
berzina orang yang berzina ketika dia rnelakukan perbuatan zina
rnanakala dia waktu itu berirnan (kepada Allah) ". (HR. Bukhari).
zina tersebut sudah tidak beriman dan tidak punya rasa malu. Jadi
zina yang disaksikan oleh orang banyak itu menumbuhkan rasa main bagi si
pelaku perbuatan zina dan juga bagi orang yang menyaksikan. Karena itu
mereka akan jera dan berpikir seribu kali untuk melakukan perbuatan zina di
masa mendatang.
ditetapkan Islam terhadap pelaku zina itu ditetapkan setelah Islam menawarkan
kebolehan berpoligami sebagai alternatif atau jalan keluar yang lebih baik bagi
orang yang mempunyai hawa nafsu seksual yang berlebihan, disamping banyak
2
' Muhammad Fuad Abdul Baqi, al-Lu'/u' wa a/-Mmjan, Jil. I, (Bairut: Daar al-Fikr, tt), h.
12
69
melakukan ibadah puasa dan Iebih mendekatkan diri kepada Tuhan dan
Menurut Sayyid Sabiq, hukuman yang keras itu juga seimbang antara
Jadi jelaslah bahwa dalam hukmn pidana Islam hukaman terhadap tindak
pidana prostitusi sangat berat dan tidak pandang bulu, yaitu bagi siapa saja yang
telah melakukan perzinaan dalam kategori zina ghairu mukhshan maka dikenakan
selan1a satu tahoo, sedangkan bagi pelaku zn1a mukhshan dikenakan hulcuman
diatur dalam perda Kabupaten Cirebon No. 1 tahoo 2002 tentang prostitusi berupa
hukmnan kuroogan dan denda sebagainiana yang tercantmn dalan. pasal 8 ayat (1)
dan (2) kalau ditinjau dari hukmn pidana Islam masih sangat jau!J perbedaannya,
rnasih relatif sangat ringan, sehll1gga para pelaku tindak pidana prostitusi tidak
hukmn Islam terhadap tindak pidana prostitusi sangat keras dalam pemberian
sauksinya, pelaku dikenakan hukUlllall cambuk dan penjara selama satu tahoo itu
13
Rahman, Tindak Pidana Dalam Syari'at Islam, h. 136 ..
70
bagi yang belwn menikah sedangkan bagi yang sudah menikah dihukum dengan
sangat tinggi dibandingkan peraturan daerah kabupaten Cirebon. Oleh sebab itu
penduduknya Muslim dan diakui sebagai kota wali, warisan dari Sunan Gunung
Jati, maka seyogyanya peraturan daeralmya disesuaikan dengan hukum Islam, atau
paling tidak melaksanakan tujuan dari hukum Islam, yaitu dengan menjadikan
tentu ketentuan sanksi pidananya tidak seringan seperti saat ini. Yaitu barns
dijabarkan teriebih dahulu tent.mg makna dan tujuan dari Perda itu sendiri.
daerah tingkat II (Kabupaten). Munculnya Perda ini sebagai bentuk peraturan atau
undang-undang yang mengatur demi terciptanya suasana aman, tentram dan tertib
perbuatan yang dianggap bisa mengganggu ketertiban umum atau sesuatu yang
suatu perbuatan yang dianggap dapat merugikan orang lain atau melanggar
pasal 1 ayat (1) menyatakan, bahwa ketentuan pidana harus ditetapkan dalam
undang-undang yang sah, yang berarti bahwa larangan-larangan menurut adat tidak
berlaku untuk menghukum seseorang. Hal ini sesuai dengan apa yang dinyatakan
oleh R. Soesilo dalam buku Prilaku Zina Pandangan hukum Islam dan KUHP
karya Dr. H. Abduh Malik, dalam mengomentari ayat (1) KUHP ini dia
undang yang sah, yang berarti bahwa Iarangan-larangan menurut adat tidak berlaku
untuk menghukum seseorang. Jadi suatu perbuatan dipandang tercela menurut adat
atau tercela menurut pandangan masyarakat umum, tidak clapat diambil tindakan
suatu perbuatan yang dipandang tercela atau perbuatan a.tau perbuatan pidana
menurut hukum Islam yang dianut masyarakat, tidak dapat diambil tindakan
hukum pidana karena memang tidak tercantum dalam KUHP atau PERDA, dan
inilah sulitnya untuk menindak suatu tindakan yang sangat merugikan karena harus
Oleh sebab itu dalam kaitannya dengan hal tersebut, agar suatu perbuatan
tercela yang sering terjadi di daerah Cirebon, salah satunya yaitu perbuatan
prostitusi ini bisa dikenakan sanksi, maka dibentuklah suatu peraturan yang
peraturan daerah, sehingga para pelanggar menjadi jera (tidak lagi mengulangi
perbuatan kotor itu) atau paling tidak bisa mengurangi terjadinya tindakan-
urnnm.
perbuatan terlarang itu tidak terjadi/tidak terulang kembali atau dengan kata lain
sudah tidak berfungsi, apakah masih layak UV tersebut diberlakukan ataukah harus
dikaji ulang?. Mengenai Peraturan Daerah Kabupaten Cirebon No. I tahun 2002
tentang prostitusi yang suksi pidananya sangat ringan, disini penulis menganggap
prostitusi yang ada di daerah Cirebon baik di kotanya maupun di pelosok desa.
Kalau kita kaji dengan hukum Islam, bahwa hukum Islam mengandung
nilai preventif yang sangat tinggi. Tentang masalah proslitusi (perzinaan) hukum
Islam sangat menutup rapat-rapat jalan untuk menuju perbuatan tercela tersebut,
yang dapat memicu terjadinya perbuatan ziua yang keji itu . Bentuk larangan itu
.('fl : .-.1.r")ll) . ~,
... G) ~u 015' ~! JJJI 1'.;.~ '1)
, ,
73
Artinya: "Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu merupakan
suatu perbuatan yang sangat keji dan suatu jalan yang buruk". (QS. Al-
Isra': 32).
Islam menganggap zina bukan hanya sebagai suatu dosa yang besar
melainkan juga sebagai suatu tindakan yang akan membuka gerbang berbagai
baik jasmani maupun rohani. Tak diragukan lagi bahwa perzinaan merupakan
perbuatan dosa yang sangat besar, bahkan merupakan perbuatan dosa yang paling
besar setelah pembunuhan. Jadi, bila prostitusi itu dibiarkan tanpa hambatan,
niscaya ia akan mengancm·kan bangunan sosial umat ini, oleh sebab itu maka
ditetapkan hukuman yang mengerikan (berat) bagi pelaku tindak pidaua yang besar
ini dalam undang-undang hukum Islam serta ancaman siksa yang dasyat bagi para
Maka dari itu, pelarangannya pun sangat preventif, bahkan mendekati rnja
tidak boleh, dalam artian selain yang dilarang itu perbuatan zinanya pun yang yang
lawan jenis yang bukan muhrim, karena ini akan membuka jalan orang untuk
melakuan zina karena di sanalah syaitan akan bertindak sebagai orang ketiga yang
akan membujuk untuk melakukan perbuatan keji, syaitan sangat licik, maka disini
tidak berlaku bagi orang yang lemah imannya atau yang kuat imannya, !arangan
dipastikan ia akan terjerumus ke dalam perbuatan keji yang sangat dilarang itu.
Nah inilah kenapa Nabi Saw sangat melarang seseorang laki-laki berduaan dengan
wanita yang bukan muhrimnya, karena dia akan mudah tergoda oleh kecantikan
wanita tersebut yang sebenarnya dipancarkan oleh godaan syaitan yang sangat
Ditinjau dari hukum Islam, Perda Kabupaten Cirebon No. 1 tahun 2002
tentang prostitusi tampa:knya masih jauh dari tujuan preventif sebagaimana yang
diharapkan dalam hukum pidana Islam, kalau kita kaji kembali mengenai materi
bab I tentang ketentuan umum pasal 1 poin (:I) yang menjelaskan tentang
pengertian prostitusi adalah "hubungan seksual di luar nikah dengan imbalan uang
seperti itu maka terlihat kerancuan, karena terkesan yang dilarang melakukan
14
Muhammad bin 'Han asy-Syafi'i al-Asy'ari al-Makki as-Siddiqy, Dali/ al-Falihin Ii
Turuq Riyadh a/-Sha/ihin,(t.k.: Daar al-Fikr, t.t.), Jil. IV, h. 481.
75
hubungan seksual di luar pernikahan itu atas dasar suka sama suka bukan
mengharapkan imbalan, justru inilah sebenarnya yang paling dilarang dalam Islam.
Sebagai bukti yang terjadi di kota Cirebon sebagaimana hasil Japoran liputan6.com
bahwa pada Kamis dini hari 20 September 2007 Polisi menjaring tujuh pasangan
bukan suami istri saat razia. Mereka kedapatan berduaan dalam kamar rumah kos-
kosan dan juga rumah penginapan, pasangan mesum itu langsung digelandang ke
ini terdengar sangat marak, mungkin kalau kita selidiki di kamar-karnar hotel
kebanyakan orang-orang yang berduit yang hanya ingin rnemuaskan hawa nafsu
belaka. Hal ini bisa kita lihat dari basil razia yang dilakukan oleh Polresta Cirebon
pada 17 Febmari 2055, bahwa Polisi menggrebek enam hotel Melati di Cirebon
para pelaku prostitusi, selain 15 PSK, seorang waria, tiga pria hidung belang Polisi
juga menangkap dua pasangan selingkuh yang rata-rata daTi golongan mampu. 16
15
Liputan6, Rurnah Kos-Kosan Di Cirebon Dirazia,berita terbit pada Kamis, 20
September 2007 di alcses dari www.liputan6.com
16
Gatrn.com, Polresta Grebek Enam Hotel Melati, info terbit Jl<lda tanggal 2 September
2005 di akses dari www.gatrn.com
76
ketentuannya belum begitu jelas, karena masih ada ketentuan yang belum termuat
dalam poin tersebut, sehingga memungkinkan masih banyak yang akan melakukan
perbuatan prostitusi, ketentuan hukum dari Perda tersebut masih sangat lemah
untuk menjerat para pelaku tindak pidana prostitusi alas dasar suka sama suka.
Ketika terkena razia petugas, meraka akan mudah mengelak dari tuntutan telah
melakukan prostitusi, karena memang tidak ada aturan yang mengatur tentang
hubungan seksual di luar pernikahan yang di lakukan atas dasar suka sama suka,
atau perselingkuhan. Hal ini seirama dengana apa yang disampaikan Bapak Adib
( aktifis sosial) kenapa di Cirebon masalah prostitusi bisa bebas saja, karena
memang yang dianggap prostitusi terselubung itu tidak semuanya berkaitan dengan
hukum (tidak ada ketentuan hukumnya), seperti pacaran, suka sama suka,
dalam pasal 3 ayat (1 ), (2) dan (3) diancam pidana kurungan selama-lamanya 6
bulan dan atau denda sebanyak-banyaknya Rp. 5.000.000,00 (Inna juta rupiah).
Melihat ketentuan pasal 8 ayat (1) tersebut di atas, seperti terkesan pemerintah
masih memberi ruang kepada para pelaku tiJ1dak pidana prostitusi untuk beroperasi
selama-lamanya enam bulan dan atau dengan denda yang hanya sebanyak-
banyaknya lima juta rupiah. Hal ini bagi mereka yang berduit akan mudah
pidana yang sudah diterapkan, karena hanya dengan uang lima juta rupiah mereka
bisa bebas. Ini terkesan peraturan tersebut hanya untuk orang-orang miskin saja,
bukan untuk orang yang berduit, karena hukuman bisa dibeli dengan uang, padahal
tahun 2005 tentang minuman berakohol, rnaka masih jauh perbedaam1ya, dalam
Perda Tangerang tersebut tindak pidana MIRAS dikenaan hukuman denda sebesar
lima puluh juta rupiah. Ini sangat aneh, kenapa tindak pidm1a seberat prostitusi
hanya dikenakan sanksi sangat ringan, bahkan masih jauh kalau dibandingkan
Lalu tentang penggunaan kata "dan atau" dalam pasal 8 ayat (I), ha! ini
sangat mengherankan, kenapa tindak pidana seperti protitusi hanya dikenakan satu
hukuman saja, dengan penggunaan kata "dan atau" berarti terpidana bisa memilih
hukumm1 yang diberikan, yaitu kurungan atau denda. Maka bagi para pelaku ym1g
berduit dengan mudah memilih denda, hanya dengan membayar denda lima juta
rupiah maka bebaslah dia. Padahal dalan1 hukum Islam, hukuman bagi pelaku zina
pengasingan (penjara) selama satu talmn. Dalam hukum Islam diberlakukan hukum
ganda, agar pelaku benar-benar akan jera. Memang kalau kita lihat dalan1 Kitab
78
(penjara) dengan denda selalu menggunakan kata "dan atau". Menurut penulis hal
tersebut kurang tepat, dan kalau memang hukum pidana itu sebagai pencegah
sekira orang mendengar akan smtlcsinya mereka jadi segan, tapi dalam
Maka di sini perlu dikaji kembali, dan dicarikan jalan keluarnya. Paling
menggunakan kata-kata yang jelas dan rinci. Supaya pelaku tidak bisa mengelak
A. Kesimpulan
prostitusi adalah hubungan seksual di luar nikah dengan imbalan uang atau
laki-laki dengan seorang perempuan melalui farji di Iuar nikah dan bukan nikah
subhat. Zina merupakan perbuatan keji, cabul dan termasuk perbuatan dosa
pelampiasan nafsu seks dengan lawan jenis tanpa mengenal batas kesopanan
jarimah hudud, mengingat tindak pidana ini telah dijelaskan secara tegas dalam
tersebut, maka pelaku tindak pidana prostitusi dikenakan hnkuman yang sangat
yang belum kawin Gejaka dan perawat1) dikenakan hukuman cambnk seratus
kali ditambah pengasingan sela111a satu tahun. Sedangkan pelaku yang sudah
kawin (muhsan), maka hnkumannya adalah hnkuman rajam, dengan kata lain
4. Konsep Perda Kabupaten Cirebon kalau ditinjau dari segi upaya pemerintah
dalam penanggulangan prostitusi, maka sah-sah saja. Akan tetapi ketika upaya
tersebut ditinjau dari segi hukum Islam, maka 111:1sih jauh dari tujuan
diberikan dalam hnkum Islam, yang mana sanksi yatlg diberikan sangat berat,
kemungkinan pelaku akan berfikir seribu kali ketika akan melalrukan perbuatan
keji tersebut.
B. Saran-saran
tatlgga seseorang, selain itu juga akan 111enin1buikat1 penyakit yang satlgat
81
aparat penegak hukum agar benar-benar tegas dalam memberikan sanksi bagi
siapa saja yang melakukan tindak pidana prostitusi dengan sanksi pidana sesuai
aturan hukum yang berlaku agar minimal memberikan efek jera bagi
yang ada sekarang ini, kerena kurang berfungsi sebagai preventi, yaitu dengan
pada ketentuan pidananya yang masih sangat kurang dan jauh dari nilai
paling tidak ketentuan pidananya bisa membuat jera terhadap para pelaku
prostitusi.
4. Sebagai tindak Janjut untuk memberdayakan para pelaku prostitusi atau para
terse but.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur'an al-Karim.
Arikunto, Suharsimi, Managemen Penelitian, Cet. 11, Jakaiia: PT. Rineka Cipta,
1993.
Bagi, Muhammad Fuad Abdul, al-Lu'lu' wa al-Marjan, Jil. I, Bairut: Daar al-Fikr, t.t.
Sadily, Hasan dan John M. Echols, Kamus Jnggris- Indonesia, Jakarta: Gramedia,
1990.
Bukhori al-, Imam Abi Abdillah Muha~mad bin lsma'il bin Ibrahim lbnu al-
Mughiroh bin Bardazabah, Shohih al-Bukhari, Jil, X, Bai rut: Daar al-Fikr,
1981
Chazawi, Adam, Buku Pelajaran Hukum Pidana Bagian I (stetsel Pidana, lindak
pidana, teori-teori pemidanaan, dan ba/as berlakunya hukum pidana),
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002.
Djazuli, A., Fiqih Jinayah, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2000.
Gatra.com, Polresta Grebek Enam Hotel Melati, info terbit pada tanggal 2 September
2005 di akses dari www.gatra.com
84
Kartono, Kartini, Patologi Sosial, Jil. I, Ed. 2, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2005.
Kizwini al-, Al-Hafidz Abi Abdillah Muhammad bin Yazid, Sunan Ibnu Majah, Juz.
II, Bairut: Daar al-Fikr, 1995.
Kompas, 634 Tahun Kata Cirebon Menemukan Kembali Makna Kola Wali, artikel
diahes pada 21Februari2004 dari www.kompasonline.com
Kusairi, Kepala Seksi Umum Satpol PP. Kab. Cirebon, Wawancara Pribadi, Cirebon,
I 5 Januari 2008.
Lembaran Daerah Kabupaten Cirebon Nomor 05 tahun 2002 Seri Edisi 4 Peraturan
Daerah Kabupaten Cirebon Nomor 0 I Tahun 2002 Tentang Larangan
Perjudian, Prostitusi dan Minuman Keras.
Malik, Muhammad Abduh, Perilaku Zina Pandangan Hukum Islam dan KUHP, Cet.
I, Jaka1ia: PT. Bulan Bintang, 2003
May, G., Encyclopedia of Social Science, dalam Ka11ini Kartono, Patologi Sosial,
(Jakmia: PT. Raja Grafindo Persada, 2005) Ji!. I, Edisi 2, h. 215-216.
Moeljatno, Asas-asas Hukum Pidana, Cit. VI, Jakarta: Rineka Cipta, 2002.
Muslih, Ahmad Wardi, Hukum Pidana Islam, cet. [,Jakarta: Sinar Grafika, 2005.
Naisaburiy al-, Abu al-Husain Muslim lbnu al-Hajjaj al-Qusyairiy, Shohih kiuslim,
Juz. II, Bairut: Daar al-Fikr, 1995.
Rahman, Abdur, Tindak Pidana Dalam Syari 'at Islam, Jakarta: Rineka Cipta.tt.
Robett P., Masland., Estridge, David, Jr., Apa Yang Ingin Diketahui Remaja Tentang
Seh, Jakarta: Bumi Aksara, 1987.
Sabiq, al-Sayid, Fiqh al-Sunnah, Jil. II, Beirut: Daar al-Fikr, 1977).
--------------, Fiqih Sunnah, Terjemah: Moh. Nabhan Husein, Jilid IX, Bandung : PT.
al- Ma'arif, 1995.
85
Sabuni as-, Muhammad Ali, Rawai'ul Bayan Tafsir Ayaat al-Ahkam min al-Qur'an,
Jil. II, Beirut: Daar al-Fikr, t.t.
San'ani as-, Al-Imam Muhammad bin Ismail al-Amir al-Yumna, Subul al-Salam, Jil.
4, Mesir: Mustafa al-Babi al-Halabi wa Awladuhu, 1950.
Siddiqy as-, Muhammad bin 'llan asy-Syafi'i al-Asy'ari al-Makki, Dali! al-Falihin Ii
Turuq Riyadh al-Shalihin, Jil. 4, t.k.: Daar al-Fikr, t.t.
Subroto, Teddy, Kepala Bidang Ketertiban Satpol PP. Kab. Cirebon, Wawancara
Pribadi, Cirebon, 15 Januari 2008.
Tatapangarsa, Humaidi, Sex Dalam Islam, Surabya: PT. Bina Ilmu, t.t.
Thawil Ath-'Usman, Ajaran Islam Tentang Fenomena Seksual, cet. I, Jakarta: PT.
Raja Grafindo, 1997.
Yunus, Mahmud, Kamus Bahasa Arab-Indonesia, Jakarta: PT. Hida Karya Agung,
2002.
Zamroni, Anang dan Asrori, Ma'ruf, Bimbingan Seks lslami, eel. I, Surabaya:
Pustaka Anda, 1197.
Zuhaili, Wahbah, Fiqh al-Islam Wa Adi!latuh, .Juz. VI, Bairut: Daar al-Fikr, 1995.
--------------, Tafsir al-Munir. Jil. 18, Beirut: Daar al-Fikr al-Muashir, 1991.
para pelaku tindak pidana prostitusi, clan ketika Perda tentang prostitusi belum
acla (belum diberlakukan) maka ketika mereka melakukan prostitusi, polisi
menjawab, kami tidak ada paying hokum, maka kami merasa ticlak dipersalahkan.
Jadi dengan adanya perda, polisi mempunyai dasar hukum secara hukum,
disamping sebagai payung hukum bagi polisi, sementara masyarakat juga
menuntut tegas langkah-langkah peerintah dalam meninclak lanjuti prostitusi
secara hokum. Dan didukung oleh pemerintah ldmsus perda kabupaten ci~bon
sehingga usulan dari pemerintah, rakyat clan tokoh agama merupakan tolak ukur
pemerintah untuk segera diberlakukan perda prostitusi.
~~
Istii'amah
Hasil Wawancara
Jsi Wawancara :
lsi Wawancara :
Isi Wawancara:
kalangan mereka sendiri yang mencari kepentingan pribadi. Sudah ada bukti
polisi yang tertangkap basah sedang asyik mabuk-mabukar1, main WTS dan judi
di ternpat prostitusi tmlpa membawa atribut tu gas kepol isiml alias kebutuhml
pribadi. Kemudian faktor penegak hukum yang setengah hati dalam
melaksanakan penegakan hukum, karena penegak hukum juga bukan orang yang
paling benar dan tidak memunafikkan diri sebagai manusia, jadi tidak menutup
kemungkinan dari kalangan penegak hukunmya sendiri yang melanggar karena
banyak sekali godaanya.
2. Bagaiman cara pemcrintah untuk meminimalisir maralmya prostitusi di
Cirebon scrta menindak lanjuti para pelaku prostitusi~'
Yaitu dengan cara membuat tempat-tempat rehabilitasi, untuk saat ini di Cirebon
belum ada pesantren yang khusus menangani WTS, barn ada satu-satunya tempat
Panti Rehabilitasi yang membina prostitusi, yaitu siliasih (dikelola oleh Pak
Deden, dan pengawasannya pun sangat ketat karnna takut diteror oleh para germo
dan lain-lain). Tidak mudah untuk bisa masuk ke sana. Siliasih merupakan
Yayasan Sosial, kepunyaan pemerintah propinsi, tapi menurut saya, siliasih hanya
sebagai pemborosan saja, karena hasilnya masih kurang memuaskan, sehingga
saya dan Bpk. H. Abdul Latif, MM selaku Kabag TU Satpol PP mempunyai
ide/usul, yaitu lokalisasi, katanya lokalisasi bukan legalitasi, jadi perlu dibedakan,
lokalisasi hanya bersifat tempat, tapi kalau legalitas prostitusi dalam agama sudah
jelas haranmya dan tidalc boleh.
3. Bagaimana tanggapan Bapak tcntang diberlakukannya Pcnla tcntang
Prostitusi?
Oerahnya pemerintah menangani prostitusi itu sudah kehabisan aka!, dan Perda
jangan dijadikan ruwet. Persoalan masyrakat yang sudah dimarjinalkan itu sudah
semakin dimarjinalkan, ketika munculnya Perda prostitusi justru malah semakin
memotong hak manusiawi mereka yang sudah dimmjinalkan.
;
DEf-.iGA:\ Rfu.'-LvfAT TLfl-iAN YANG .lvL.IJ{A. ES.'\
I
!
DlJPATI CIR.EDON
perlu dilarang;
\
l
I
\
._
-2-
Pene11ib:m Periudi:rn
.~
(Lemb:ir:m :Ncg.1r:1
I n . . . . l''o';~. r ..... -1.- .. ~ ....._,;.\ T·1hun 101.i •,·,··,-,-,'v'-
.......
_... --- ..:.••
i 1'-'•!) l !ll\ .Ut\.iVti\.>JlU J.L•.tl" JI .!./If 1
Lm1hahall Rt:puhlik
-3-
l .. nl!ang-L.in<.tllng
. .. . ':'-.omor
. ')
...
'T' • l()(l I
! ~10Ui1 .... v .... tcntang
' .a
Jnc1or1e:,;i
!Lernbaran Negara Repuhlik Indorn:sia Tahun
~-(H}2 i'~or11or 2, TDmbni1a11 L~r11baran 1'-icgar;i
Dengan Pernetujuan
DE\.VAN PER\VAKILAN RAKYAT DAER.AR
KABUPATEN ClREBON
lvlEi'vfUTUSKAN
BAB I
ICETEl\111.JAN lI~vfu'l\f
Pa5al 1
..
t f).,...-..,.r;n:
....A
1
..·i .-,.!.'\1Jh i,,.i,11rlt'"~T'
·.!':..:.•u·!-... ~·.~~~--"--~.:':""~.'-'
~-~i·---1•·1J
~..,A• ~'- A\.JUul
·ii
Ll
lu·'r
' ....
p;i(."~1
.l• ... <
,1....,n~! \rt i~T!hJLln
,__..._,,,;::.···
·1.lail~ atau~·
l1adiaJ·,-11adial1 scl'1a£:di -
Stl.J.li.! tr:tt!SJ~si :::~rciJ~.l1t:2!.ii1:
< - -
murnm:m
m-:rn:ibul•.kan:
RillilSlll!mlllllll--~ -- -
-----·~---·- ·-- --··--~ .... -
---~---- .....-- ........
memproduksi
men!!,ed,1rLm. men~l;on~umsi dr.n 11101nbawa mi.rJtl!nan keras d
T)dt.:rill1.
Pasal 3
( l) ::>iapapun diiarang :
~
-7-
\
•
-8-
B.. \B III
B.'-\.B V
SANKSI ADiv1lNI~TRASI
P<isal 7
B,.:\ l~ \ 11
I
-j 0-
BAB Vll
K.ETENTUAN PEN'.!D)JKA.~
PJsal 9
(i )
-· . ... . .
'···~
-} \\.c\·..,:c;.1.111g r· ..:·1rv1..Jt1-~ s..:.;_:.;.·, g.:t 1!11.:! !1Zi
·11 • '\·I-mu·-.
l, • .- "" .. ~r;··~11·•
tJvl
·~ 14\ ::,
•J\..o)\.- ,.~LI!::=:
... n., ·1)--1·l·a1·ra1
..._. '.(. .&. l
. ·-~ ..
I lJ I \.i
·~.
~ r ..
- l ::'-
(''\)
\ --· J
t!irn:tks11d
pa cl a ayJ1 ( 1.) memberifJhuL1:: di.i1ul;:inya pcnyir!ih<in cla;i
menyampaikan ha~ii pcny1dikannya mcialw: ptliyidik POLRI
B ..~B -, !II
I.J:: TE:'.'~TC A'.< PE~l_: ]"i..'P
P:1s;i I 11
L.'irer;;pkan di '.'umber
P{i.(La t.arlgg.31 13 111ari:.t '.?.0(f2
SL'P.\TI CIREBON
TTD
( H. SUTISNA, SH
I
;p ATEN CJREBON
"