Anda di halaman 1dari 6

KODE SUMBER (SOURCE CODE) WEBSITE SEBAGAI ALAT BUKTI DALAM

TINDAK PIDANA DI INDONESIA

Oleh : Haeder Ali Woretma

Fakultas Hukum Universitas Islam Malang

Jalan Mayjend.Haryono 193 Malang 65144 Indonesia Telepon: (0341) 581613

Abstarct

Perkembangan teknologi yang sangat pesat di era globalisasi saat ini telahmemberikan
banyak manfaat dalam kemajuan diberbagai aspek sosial.Penggunaan teknologi oleh manusia
dalam membantu menyelesaikanpekerjaan termasuk dalam mengungkapkan kejahatan -
kejahatan atau Cybercrimedalam dunia internet atau dunia di luar internet.Pengungkapan
Cybercrime dengan menggunakan internet sangatlah penting mengenai hal bagaimana bukti-
bukti internet di ungkapkan diatur dalam Undang-Undang Nomor 11 tahun 2008Tentang
Infromasi dan Transaksi Elektronik ( selanjutnya di sebut UU ITE ) kemudian telah diperbarui
menjadi Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik
dan Undang-Undang No dengan adanya aturan tersebut diharapkan mampu untuk mencegah
perkembangan kejahatan atas pemanfaatan teknologi informasi dan bisa memberikan
Kemudahan pada aparat penegak hukum dalam mengungkapkan kejahatan
tersebut.Permasalahan dalam skripsi ini adalah Penggunaan Alat Bukti Berupa Informasi Dan
Transaksi Eletronik Dalam Hukum Acara Pidana Di Indonesia, Penggunaan Kode Sumber
(source Code ) Webside Sebagai Alat Bukti Dalam Tindak Pidana Terorisme Di Indonesia.
PENDAHULUAN

Di era globalisasi saat ini identik dengan kemajuan teknologi dan informasi yang
berkembang sangat begitu cepat, fenomena ini terjadi di seluruh belahan dunia tanpa
memandang Negara yang maju maupun Negara yang berkembang. Sebagai masyarakat dunia
suatu negara dituntut untuk mengikuti perkembangan teknologi dan informasi, agar dapat
bersaing di persaingan dunia global yang semakin modern ini, praktis dan efisien.Seiring dengan
perkembangan kebutuhan masyarakat global, teknologi informasi mempunyai dampak penting
bagi perubahan di masa sekarang maupun masa yang akan datang karena perkembangan tersebut
memiliki banyak keuntungan dan dampak positif bagi negara-negara di belahan dunia saat ini. 1
Hampir semua negara meyakini bahwa teknologi adalah salah satu faktor yang penting dalam
menompang pertumbuhan dan kemajuan negara, orang cenderung medewa-dewakan teknologi
seaka-akan adalah suatu azimat, paspor atau tanda masuk satu-satunya menuju kesejahteraan,
kemakmuran dan keadilan. Negara Indonesia pun sendiri saat ini sedang dan akan terus
mengembangkan teknologi untuk berbagai keperluan. Perkembangan di Indonesia betul-betul
harus dilakukan dengan memperhatikan berbagai aspek yang dapat ditimbulkan akibat
pengembangan itu.Teknologi dan hasil-hasilnya sekarang ini tidak hanya di manfaatkan untuk
kesejatraan manusia, tetapi sekaligus dapat menghancurkan kehidupan manusia, perkembangan
teknologi merupakan salah satu faktor yang dapat menimbulkan kejahatan.Kejahatan merupakan
perbuata antisosial, tidak hanya terdapat di masyarakat yang sedang berkembang, tetapi ada juga
di masyarakat yang sudah maju (dengan peralatan teknologi yang lebih canggih tentunya).

Jika kita sepakat bahwa perlindungan terhadap demokrasi harus dijadikan benchmark guna
meluncurkan tanggapan kebijakan yang tepat, yang perlu dilakukan tidak memperluas ancaman
serangan teroris kebidang lain. Dengan kata lain, isu serangan teroris, seperti ledakan bom di
Hotel JW Marriott dan Ritz Carlton, harus dibatasi sebagai masalah keamanan, bukan politik.
Pemerintah harus mengakui, ledakan bom itu menyampaikan pesan, ada yang serius dalam
system peringatan dini dinas intelejen negeri ini. Institusi intelejen di Indonesia harus lebih
efektif untuk melaksanakan fungsi utamanya, yaitu menghindarkan terjadinya kejutaan strategis

1
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, http://kbbi.web.id/globalisasi, globalisasi adalah proses
masuknya ke ruang lingkup dunia (nomina) diakses tanggal 22 Ferbuari 2018 Jam 23;20 wib.
(strategic surprise).Secara teoritik konseptual, ada tiga sebab mengapa dinas intelejen Indonesia
masih harus pertajam efektivitas mecegah kejutaan strategis teroris.2Pengecualian terhadap
penghilangan hak hidup tidak mencakup pada penghilangan hak hidup seseorang oleh orang
lainnya tanpa ada alasan hak yang berdasarkan ketentuan perundang-undangan yang
berlaku.Salah satu contoh menghilangkan hak hidup tanpa alasan hak adalah pembunuhan
melalui aksi teror. Aksi teror jelas telah melecehkan nilai kemanusiaan, martabat, dan norma
agama. Teror juga telah menunjukan gerakannya sebagai tragedi atas hak asasi manusia.

RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian tersebut diatas, perumusan masalah yang diajukan dalam penelitian
ini : bagaimana bentuk perlindungan pada masyarakat dari tindakan cracking prespektif UU No
19 tahun 2016? bagaimana perbandingan konsep perlindungan hukum dari tindakan cracking
dalam perspektif Hukum Nasional dan Hukum Amerika serikat ? bagaimana penyelesaian
Tindak pidana cracking perspektif UU No 19 Tahun 2016

METODE PENELITIAN

Sehubungan dengan judul yang penulis utarakan diatas dan sekaligus berdasarkan latar
belakang dari apa yang penulis sampaikan diatas, maka penulis dapat merumuskan permasalahan
sebagai berikut : Bagaimana penggunaan alat bukti berupa data atau informasi dan transaksi
elektronik dalam hukum acara pidana di Indonesia.? Bagaimana penggunaan kode sumber
(Source Code) website dalam tindak pidana terorisme.?

HASIL DAN PEMBAHASAN


Pembuktian memegang peranan yang penting dalam proses pemeriksaan dalam sidang
pengadilan. Pembuktian inilah yang menentukan bersalah atau tidaknya seseorang yang diajukan
di muka pengadilan. Apabila hasil pembuktian dengan alat bukti yang ditentukan dengan
undang-undang tidak cukup membuktikan kesalahan dari orang tersebut maka akan dilepaskan
dari hukuman, sebaliknya apabila kesalahan dapat dibuktikan maka dinyatakan bersalah dan

2
Wawan H. Purwanto; Terorisme di Indonesia pasca bom Marriott 2;2010; hal 68. PENERBIT CMB Press
JAKARTA TIMUR
dijatuhi hukuman. Oleh karena itu harus berhati-hati, cermat dan matang dalam menilai dan
mempertimbangkan masalah pembuktian.

Terdapat dua kata yang menunjukkan arti “bukti” dalam bahasa inggris yakni evidence
dan proof.Makana kedua kata ini memiliki perbedaan yang principal.Evidence memilik arti
yakni kumpulan informasi yang mendukung suatu keyakinan bahwa beberapa bagian atau
keselurahan fakta itu benar. Sedangkan proof mengacu kepada hasil dari suatu proses
evaluasi. Berdasarkan defenisi ini maka dapat ditarik kesimpulan bahwa membuktikan
berarti memperlihatkan bukti sedangkan pembuktian diartikan sebagai proses, perbuatan atau
cara membuktikan. Dengan berkembangnya kemajuan di bidang teknologi informasi dan
telekomunikasi, berkembang pula teori-teori dan praktik-praktik penggunaan alat bukti di
luar dari yang telah ditentukan dalam hukum acara di Indonesia. Hal ini tentunya
menimbulkan suatu permasalahan yaitu ketika alat bukti yang berkembang saat ini belum
diakui oleh pengadilan untuk diakui sebagai alat bukti yang sah, sementara itu, peraturan
yang lama tidak segera diganti/diperbarui sehingga tentu saja tidak ada sarana yang dapat
mengakomodir perkembangan alat bukti di luar peraturan yang telah ada.
Pemberian barang bakti dalam hukum pidana dewasa kita ini masih sebatas mengikuti
ketentuan pada pasal 184 ayat 1 KUHAP, penggunaan barang bukti yang seperti hal
demikian kerap di cap masih memiliki kekurangan dikarenakan kejahatan yang makin
berkembang yang di faktori oleh kemajuan suatu masyarakat, hal ini seperti yang
ditandaskan oleh salah Seorang Guru Besar Fak. Hukum UNAIR yang bernama J.E
Sahetapy mengatakan bahwa “ kejahatan yang terjadi itu mengikuti kemajuan masyarakat
semakin maju masyarakat, semakin canggih pula tindak kejahatan “.
Beranjak dari apa di sampaikan oleh J.E Sahepty tersebut memunculkan paradigma baru
dalam memahami munculnya suatu kejahatan serta berkembangnya suatu kejahatan, hal ini
difaktori oleh model interaksi sosial antara korban dengan pelaku atau antara pelaku dengan
lingkungan sosialnya, antara informasi yang berhasil diserap masyarakat dan kemampuan
memilah-milah dari masyarakat itu senditi terhadap kejahatan yang telah menjadi atau
sedang menjadi fenomena, disamping kondisi perkembangan dan serangan budaya, realitas
perekonomian dan transformasi nilai-nilai yang mengikuti perkembangan masyarakat.
Misalnya reaksi sosial yang terjadi saat ini erat kaitannya dengan perkembangan kejahatan
dan penanganan secara hukum terhadap tindakan melanggar hukum3.

PENETUP

Masalah terorisme adalah malah yang terpenting untuk ditindak lanjuti bagi pemrintah
demi menjaga perdamaian dan melindungi hak asisi manusia di Negara tersebut khususnya
Indonesia, karena terorisme adalah salah satu kejahatan yang luar biasa yang bisa mengancama
kestabilan suatu negara.

DAFTAR PUSTAKA

Agus Rahardjo., 2000. Cybercrime-Pemahaman dan Upaya Pencegahan Kejahatan


Berteknologi, Citra Aditya Bakti, Bandung, , hlm 29, 30

Aji Suprianto.,2007. Pengatar Teknologi Informasi. Selembah Infotek Jakarta; hal 2, 3

Mark Juergensmeyer,.2003. Terorisme Para Pembela Agama. Penerjemahan Amien Rozany


Pane; Tarawang Press Yogyakarta: Hal 6

PERATURAN PERUDANG-UNDANGAN
Indonesia, Undang-Undang Tentang Hukum Acara Pidana (KUHAP), UU No. 8, LN.No. 76
Tahun 1981, TLN.3209, ps 184. B

Indonesia; Undang-undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi Pemberatas Tindak Pidana
Korupsi; PS 37a

Indonesia Peraturan Peundang-undangan, No 15 Tahun 2003; Jakarta Fokus media; Hal 14

3
Abdul wahid “Kriminologi dan kejahatan kontemporer”, Visipress, Surabaya Selatan. Hal 13
Indonesia Undang-undang tentang hak asasi manusia Nomor 39 Tahun 1999; Bab 1; Pasal 1
Ayat 1

Indonesia, Undang-undang Dasar 1945, Pembukaan Alinea ke-4.

Indonesia. Undang-undang Informasi Transaksi dan Elektronik Nomor 19 Tahun 2016

Anda mungkin juga menyukai