Anda di halaman 1dari 33

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN

ANEMIA

OLEH :
KELOMPOK 6

1. NABILA
2. LALA ETSARI
3. INTAN PERMATA SARI
4. ULVIANDI

PROGRAM STUDI DIPLOMA III


KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI
KESEHATAN MERCUBAKTIJAYA
PADANG TAHUN 2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Anemia adalah kondisi medis dimana jumlah sel darah merah atau hemoglobin kurang dari

normal.Tingkat normal dari hemoglobin umumnya berbeda pada laki-laki dan wanita-

wanita.Untuk laki-laki, anemia secara khas ditetapkan sebagai tingkat hemoglobin yang kurang

dari 13.5 gram/100ml dan pada wanita-wanita sebagai hemoglobin yang kurang dari 12.0

gram/100ml.

Hemoglobin adalah pigmen merah yang memberikan warna merah yang dikenal pada sel-

sel darah merah dan pada darah.Secara fungsi, hemoglobin adalah senyawa kimia kunci yang

bergabung dengan oksigen dari paru-paru dan mengangkut oksigen dari paru-paru ke sel-sel

seluruh tubuh.Oksigen adalah penting untuk semua sel-sel dalam tubuh untuk menghasilkan

energi. Pada saat terjadi anemia transportasi oksigen akan terganggu dan jaringan tubuh orang

yang anemia akan mengalami kekurangan oksigen guna menghasilkan energi.

Sumsum tulang sebagai pabrik produksi sel darah juga bisa mengalami gangguan sehingga

tidak bisa berfungsi dengan baik dalam menghasilkan sel darah merah yang berkualitas.

Gangguan pada sumsum tulang biasanya disebabkan oleh karena mestatase sel kanker dari

tempat lain. Anemia pada dasarnya disebabkan oleh :

1. Pengurangan produksi sel darah merah atau hemoglobin, atau

2. Kehilangan atau penghancuran darah. Selain itu, bermacam-macam penyakit-penyakit

sumsum tulang yang luas juga dapat menyebabkan anemia.Pada pasien dengan gagal ginjal

mungkin kekurangan hormon yang diperlukan untuk menstimulasi produksi sel darah merah oleh

sumsum tulang (bone marrow).


1.2. Rumusan Masalah

1. Pengkajian keperawatan pada klien dengan anemia

2. Perumusan diagnosa keperawatan pada klien dengan anemia

3. Tindakan Perencanaan keperawatan pada klien dengan anemia

4. Implementasi keperawatan pada klien dengan anemia

5. Perencanaan evaluasi pada klien dengan waham anemia 4

1.3. Tujuan Umum

Mahasiswa mampu mengetahui konsep dasar dan asuhan keperawatan

anemia.

1.4. Tujuan Khusus

1. Mahasiswa mengetahui definisi anemia

2. Mahasiswa mengetahui klasifikasi anemia

3. Mahasiswa mengetahui etiologi anemia

4. Mahasiswa mengetahui patofisiologi anemia

5. Mahasiswa mengetahui pemeriksaan diagnostik anemia

6. Mahasiswa mengetahui penatalaksanaan medis anemia

7. Mahasiswa mengetahui komplikasi anemia

8. Mahasiswa mengetahui asuhan keperawatan anemia 5


BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar

2.1. Pengertian Anemia

Anemia adalah gejala dari kondisi yang mendasari, seperti kehilangan komponen darah,

elemen tak adekuat atau kurangnya nutrisi yang dibutuhkan untuk pembentukan sel darah merah,

yang mengakibatkan penurunan kapasitas pengangkut oksigen darah (Doenges, 2006).

Anemia adalah istilah yang menunjukan rendahnya hitungan sel darah merah dan kadar

hemoglobin dan hematokrit di bawah normal (Smeltzer, 2002 : 935).

Anemia adalah berkurangnya hingga di bawah nilai normal sel darah merah, kualitas

hemoglobin dan volume packed red bloods cells (hematokrit) per 100 ml darah (Price, 2006).

Dengan demikian anemia bukan merupakan suatu diagnosis atau penyakit, melainkan

merupakan pencerminan keadaan suatu penyakit atau gangguan fungsi tubuh dan perubahan

patotisiologis yang mendasar yang diuraikan melalui anemnesis yang seksama, pemeriksaan fisik

dan informasi laboratorium (So, 2005).

2.2. Klasifikasi Anemia

Klasifikasi berdasarkan pendekatan fisiologis:

1. Anemia hipoproliferatif, yaitu anemia defisiensi jumlah sel darah merah disebabkan oleh

defek produksi sel darah merah, meliputi:

a. Anemia aplastik

Anemia aplastik adalah anemia akibat penurunan tingkat sel darah merah yang disebabkan

oleh ketidakmampuan sel induk dalam sumsum tulang belakang untuk memproduksisel-sel baru.
 Penyebab:

a) agen neoplastik/sitoplastik

b) terapi radiasi, antibiotic tertentu 6

c) obat antu konvulsan, tyroid, senyawa emas, fenilbutason

d) infeksi virus (khususnya hepatitis)

 Gejala-gejala:

a) Gejala anemia secara umum (pucat, lemah, dll)

b) Defisiensi trombosit: ekimosis, petekia, epitaksis, perdarahan saluran cerna,

perdarahan saluran kemih, perdarahan susunan saraf pusat

b. Anemia pada penyakit ginjal

Anemia pada penyakit ginjal adalah anemia yang disebabkan oleh defisiensi

eritropoietin. Penyebabnya adalah menurunnya ketahanan hidup sel darah merah maupun

defisiensi eritopoitin

 Penyebab:

Menurunnya ketahanan hidup sel darah merah maupun defisiensi eritopoitin.

 Gejala-gejala:

a) Nitrogen urea darah (BUN) lebih dari 10 mg/dl

b) Hematokrit turun 20-30%

c) Sel darah merah tampak normal pada apusan darah tepi

c. Anemia pada penyakit kronis Anemia pada penyakit kronis adalah anemia yang terjadi

sekuestrasi besi di dalam system RES karena inflamasi. Sekuestrasi ini berfungsi untuk
menghambat pertumbuhan mikroorganisme dependen besi atau untuk memperkuat aspek

imunitas penjamu.

Berbagai penyakit inflamasi kronis yang berhubungan dengan anemia jenis normositik

normokromik (sel darah merah dengan ukuran dan warna yang normal). Kelainan ini meliputi

artristis rematoid, abses paru, osteomilitis, tuberkolosis dan berbagai keganasan

d. Anemia defisiensi besi Anemia defisiensi besi adalah anemia yang timbul akibat kosongnya

cadangan besi tubuh sehingga penyediaan besi untuk eritropoesis, berkurang. yang pada akhirnya

pembentukan hemoglobin (Hb) berkurang.

 Penyebab:

a) Asupan besi tidak adekuat, kebutuhan meningkat selama hamil, menstruasi

b) Gangguan absorbsi (post gastrektomi)

c) Kehilangan darah yang menetap (neoplasma, polip, gastritis, varises oesophagus,

hemoroid, dll.)

 Gejala-gejalanya:

a) Atropi papilla lidah

b) Lidah pucat, merah, meradang

c) Stomatitis angularis, sakit di sudut mulu

e. Anemia megaloblastik Anemia megaloblastik adalah anemia yang terjadi karena disebabkan

oleh defisiensi asam folat dan vitamin B12.

 Penyebab:

a) Defisiensi defisiensi vitamin B12 dan defisiensi asam folat


b) Malnutrisi, malabsorbsi, infeksi parasit, penyakit usus dan keganasan, agen

kemoterapeutik, infeksi cacing pita, makan ikan segar yang terinfeksi, pecandu alkohol.

2. Anemia hemolitika, yaitu anemia defisiensi jumlah sel darah merah disebabkan oleh destruksi

sel darah merah

 . Penyebab:

a) Pengaruh obat-obatan tertentu

` b) Penyakit Hookin, limfosarkoma, mieloma multiple, leukemia limfositik kronik

c) Defisiensi glukosa 6 fosfat dihidrigenase

d) Proses autoimun

e) Reaksi transfusi

f) Malaria

 Tanda dan gejala:

a) Menggigil

b) Demam

c) Perasaan melayang

d) Nyeri punggung dan nyeri lambung

e) Penurunan tekanan darah

2.3. Etiologi Anemia

1. Hemolisis (eritrosit mudah pecah)

2. Perdarahan

3. Penekanan sumsum tulang (misalnya oleh kanker)


4. Defisiensi nutrient (nutrisional anemia), meliputi defisiensi besi, folic acid, piridoksin,

vitamin C dan copper

5. Penyakit Kronik (menahun)

6. Penyinaran

7. Infeksi : hepatitis, cytomedalovirus, malaria, clostridia

8. Genetik

9. Efek fisik : trauma dan luka bakar

10. Obat – obatan dan zat kimia : agen kemoterapi, zat kimia toksik.

2.4. Patofisiologi Anemia

Anemia adalah sebagian akibat produksi sel darah merah yang tidak mencukupi dan

sebagian lagi akibat sel darah merah yang prematur, kehilangan darah, kurang nutrisi dan

herediter. Semuanya ini mengakibatkan gangguan atau kerusakan pada sumsum tulang.Sel darah

merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi seperti pada berbagai kelainan hemolitik.Karena

jumlah efektif sel darah merah berkurang, maka lebih sedikit O2 yang dikirimkan ke

jaringan.Kehilangan darah yang mendadak (30% atau lebih), seperti pada perdarahan,

menimbulkan simtomatologi sekunder hipovolemia dan hipoksemia.

Tanda dan gejala yang sering timbul adalah gelisah, diaforesis (keringat dingin),

takikardia, sesak nafas, kolaps sirkulasi yang progresif cepat atau syok.Takikardia dan bising

jantung (suara yang disebabkan oleh kecepatan aliran darah yang meningkat.Angina (sakit dada),

khususnya pada penderita yang tua dengan stenosis koroner, dapat diakibatkan karena iskemia

miokardium.Pada anemia berat, dapat menimbulkan payah jantung kongestif sebab otot jantung

kekurangan oksigen dengan beban kerja jantung yang meningkat.Dispnea, nafas pendek dan
cepat, lelah waktu melakukan aktivitas jasmani merupakan manifestasi berkurangnya pengiriman

O2.Sakit kepala, pusing, kelemahan dan tinitus (telinga berdengung) dapat menggambarkan

berkurangnya oksigenisasi pada susunan saraf pusat.Pada anemia yang berat dapat juga timbul

gejala saluran cerna yang umumnya berhubungan dengan keadaan defisiensi.

Gejala-gejala ini adalah anoreksia, nausea, konstipasi atau diare dan stomatitis.

Penghancuran sel darah merah dalam sirkulasi, dikenal dengan nama hemolisis, terjadi bila

gangguan pada sel darah merah itu sendiri yang memperpendek hidupnya atau 9 karena

perubahan lingkungan yang mengakibatkan penghancuran sel darah merah. Keadaan dimana sel

darah merah itu terganggu, adalah :

1. Hemoglobinopati : hemoglobin abnormal yang diturunkan misalnya

anemia sel sabit.

2. Gangguan sintesis globin, misalnya thalasemia.

3. Gangguan membran sel darah merah, misalnya sterositosis herediter.

4. Defisiensi enzim, misalnya defisiensi G6PD (glucose 6-fosfat dehidogenase). Infeksi,

obat-obatan, kerusakan radiasi, kekurangan nutrisi , penyakit menahun Mempengaruhi proses

erithropoesis Kegagalan sumsum tulang belakang Kegagalan pembentukan sel darah merah

Eritrosit menurun Anemia.

2.5. Tanda dan Gejala Anemia

1. Pusing

2. Mudah berkunang-kunang

3. Lesu

4. Aktivitas kurang
5. Rasa mengantuk

6. Susah konsentrasi

7. Cepat lelah

8. prestasi kerja fisik/pikiran menurun

9. Konjungtiva pucat

10. Telapak tangan pucat

11. Anoreksia

2.6. Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan darah lengkap meliputi :

1. Hemoglobin

2. Hematokrit

3. Retikulosit

4. Bilirubin

5. Eritrosit

6. Trombosit

7. Leukosit.

8.Pemeriksaan feses

9. Pemeriksaan urine

10. BMP hiperplasi pada sumsum tulang

11. Rontgen foto cholelithiasis

12. Scan liver splan

13. Serum vitamin B12


2.7. Penatalaksanaan Anemia

 Secara umum :

1. Pemberian suplemen yang mengandung Zat besi, vitamin B12, dan vitamin-

vitamin lain yang dibutuhkan tubuh.

2. Pada penderita anemia berat bisa dilakukan Transfusi darah

3. Pemberian obat-obatan kortikosteroid yang mempengaruhi sistem imun tubuh

4. Pemberian Eritropoietin, yaitu jenis hormon yang membantu proses

hematopoiesis pada sumsum tulang.

 Secara khusus sesuai klasifikasi anemia

1. Anemia aplastik:

Dengan transplantasi sumsum tulang dan terapi immunosupresif denganantithimocyte globulin (

ATG ) yang diperlukan melalui jalur sentral selama 7-10 hari. Prognosis buruk jika transplantasi

sumsum tulang tidak 12 berhasil. Bila diperlukan dapat diberikan transfusi RBC rendah leukosit

dan platelet ( Phipps, Cassmeyer, Sanas & Lehman, 1995 ).

2. Anemia pada penyakit ginjal .

Pada pasien dialisis harus ditangani dengan pemberian besi dan asam folat Ketersediaan

eritropoetin rekombinan

3. Anemia pada penyakit kronis Kebanyakan pasien tidak menunjukkan gejala dan tidak

memerlukan penanganan untuk aneminya, dengan keberhasilan penanganan kelainan yang

mendasarinya, besi sumsum tulang dipergunakan untuk membuat darah, sehingga Hb meningkat.

4. Anemia pada defisiensi besi Dengan pemberian makanan yang adekuat.Pada defisiensi besi

diberikan sulfas ferosus 3 x 10 mg/hari. Transfusi darah diberikan bila kadar Hb kurang dari 5 gr

%. Pada defisiensi asam folat diberikan asam folat 3 x 5 mg/hari.


5. Anemia megaloblastik

Defisiensi vitamin B12 ditangani dengan pemberian vitamin B12, bila difisiensi

disebabkan oleh defekabsorbsi atau tidak tersedianya faktor intrinsik dapat

diberikan vitamin B12 dengan injeksi IM.

Untuk mencegah kekambuhan anemia terapi vitamin B12 harus diteruskan selama hidup pasien

yang menderita anemia pernisiosa atau malabsorbsi yang tidak dapat dikoreksi.

Anemia defisiensi asam folat penanganannya dengan diet dan penambahan asam folat 1

mg/hari, secara IM pada pasien dengan gangguan absorbsi.

6. Anemia pasca perdarahan ; Dengan memberikan transfusi darah dan plasma. Dalam keadaan

darurat diberikan cairan intravena dengan cairan infus apa saja yang tersedia.

7. Anemia hemolitik ; Dengan pemberian transfusi darah menggantikan darah

yang hemolisis.

2.8. Komplikasi Anemia

1. Gagal jantung Gagal jantung adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa darah dalam

jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan jaringan terhadap nutrient dan oksigen

2. parestesia 13 parestesia adalah sensasi abnormal berupa kesemutan, tertusuk, atau terbakar

pada kulit yang umumnya dirasakan di tangan, kaki, lengan, dan tungkai.

3. Kejang Kejang adalah perubahan fungsi otak mendadak dan sementara sebagai akibat dari

aktivitas neuronal yang abnormal dan sebagai pelepasan listrik serebral yang berlebihan.
2.9 Manifestasi

Sistem organ yang dapat terkena anemia dapat menimbulkan manifestasi klinis yang luas

tergantung pada usia, mekanisme kompensasi, kecepatan timbulnya anemia, tingkat aktivitasnya,

keadaan penyakit yang mendasari dan beratnya anemia (Wijaya & Putri, 2013). Manifestasi

klinis berdasarkan jenis anemia yaitu:

1. Anemia karena pendarahan

Pendarahan akut merupakan akibat kehilangan darah lebih cepat terjadi karena reflek

kardiovaskuler fisiologis berupa kontraksi arteriola, pengurangan aliran darah. Gejala yang

timbul tergantung cepat dan banyaknya darah yang hilang dan tubuh masih dapat melakukan

kompensasi. Kehilangan darah sebanyak 12-15% akan tampak gejala pucat, takikardi,

tekanan darah rendah atau normal.

Kehilangan darah sebanyak 15-20% dapat mengakibatkan tekanan darah menurun dan

dapat terjadi syock yang masih reversible. Kehilangan darah lebih dari 20% dapat

menimbulkan syock yang irreversible dengan angka kematian tinggi. Pendarahan kronik,

leukosit (15.000-20.000/mm³) nilai hemoglobin, eritrosit dan hematocrit rendah akibat

hemodelusi.

2. Anemia defisiensi

a. Anemia defisiensi besi (DB) Pucat merupakan tanda yang paling sering, bila

hemoglobin menurun sampai 5g/dl iritabilitas dan anorexia, takikardi dan bising usus

menurun. Pada kasus berat akan mengakibatkan perubahan pada kulit dan mukosa yang

progresif seperti lidah yang halus, terdapat tanda-tanda malnutrisi. Hasil laboratorium

hemoglobin 6-10g/dl, trombositosis (600.000-1.000.000)

b. Anemia defisiensi asam folat


Tanda dan gejala pada anemia defisiensi asam folat sama dengan anemia defisiensi besi.

Anemia megaloblastic mungkin dapat ditemukan gejala neurologis seperti gangguan

kepribadian dan hilangnya daya ingat. Gambaran darah seperti anemia pernisiosa tetapi kadar

vitamin B 12 serum normal dan asam folat serum rendah, biasanya kurang dari 3ng/ml.

Menentukan diagnose adalah kadar folat sel darah merah kurang dari 150ng/ml.

3. Anemia hemotolik

a. Anemia hemotolik autoimun

Anemia ini bervariasi dari yang anemia ringan sampai dengan anemia yang berat dan bisa

mengancam jiwa. Keluhan pada anemia ini adalah fatigue dapat terlihat bersama gagal jantung

kongestif dan angina. Biasanya ditemukan icterus dan spleno megali. Jika pasien mempunyai

penyakit dasar seperti LES atau Leukimia Limfositik Kronik, gambaran klinis pasien tersebut

dapat terlihat.

b. Anemia hemotolik kekurangan enzim

Manifestasi klinik beragam mulai beragam mulai dari anemia hematolik neonatus berat

sampai ringan, hemolisis yang terkompensasi dengan baik dan tampak pertama pada dewasa.

Polikromatofilia dan mikrositosis ringan menggambarkan angka kenaikan retikulosit.

Manifestasi klinis sangat beragam tergantung dari jenis kekurangan enzim, defisiensi enzim

glutation reductase kadang disertai trombopenia dan leukopenia disertai kelainan neurologis.

Defisiensi piruvatkinase khasnya ada peningkatan kadar 2,3 difosfogliserat. Defesiensi Triose

Phosphate-Isomerase (TPI) gejala menyerupai sferositosis, tetapi tidak ada peninggian fragilitas

osmotic dan hapusan darah tepi tidak ditemukan sferosit

c. Sferositosis herediter
Sferositosis herediter menyebabkan penyakit hematolik pada bayi baru lahir dan tampak

dengan anemia dan hyperbilirubinemia yang cukup berat. Sebagian penderita tidak terdapat

gejala sampai dewasa sedangkan sebagian lainnya mungkin mengalami anemia berat yang pucat,

icterus, lesu dan intoleransi aktivitas. Hasil hemolisis yaitu retikulositosis dan hiperbirubinemia.

Kadar Hb biasanya 6-10g/dL. Angka retikulositosis sering meningkat sampai 6-20% dengan

nilai 10%. Eritrosit pada apus darah tepi berukuran bervariasi dan terdiri dari retikulosit

polikromatofilik dan sferosis

d. Thalasemia

Anemia berat tipe mikrositik dengan limpa dan hepar yang membesar. Pada anak

biasanya disertai keadaan gizi yang buruk dan mukanya memperlihatkan fasies mongoloid.

Jumlah retikulosit dalam darah meningkat. Hasil laboratorium thalasiemia ß HbF>90% tidak ada

Hb A. Pada thalasiemia –a anemianya tidak sampai memerlukan transfusi darah, mudah terjadi

hemolisis akut pada serangan infeksi berat, kadar.

2.10 Anatomi dan fisiologi


Menurut Tarwoto (2009) anatomi darah manusia adalah sebagai berikut

a. Darah

Darah merupakan komponen esensial makhluk hidup yang berada dalam ruang vaskuler,

karena peranannya sebagai media komunikasi antar sel ke berbagai bagian tubuh dengan dunia

luar karena fungsinya membawa oksigen dari paru-paru ke jaringan dan karbon dioksida dari

jaringan ke paru-paru untuk dikeluarkan, membawa zat nutrein dari saluran cerna ke jaringan

kemudian menghantarkan sisa metabolisme melalui organ sekresi seperti ginjal, menghantarkan

hormon dan materi-materi pembekuan darah (Tarwoto, 2009).

Darah manusia adalah cairan jaringan tubuh. Fungsi utamanya adalah mengangkut oksigen

yang diperlukan oleh sel-sel di seluruh tubuh. Darah juga menyuplai jaringan tubuh dengan

nutrisi, mengangkut zat-zat sisa metabolisme, dan mengandung berbagai bahan penyusun sistem

imun yang bertujuan 7 mempertahankan tubuh dari berbagai penyakit. Hormon-hormon dari

sistem endokrin juga diedarkan melalui darah. Darah terdiri dari dua komponen,yaitu plasma

darah dan sel-sel darah. Banyaknya volume darah yang beredar di dalam tubuh manusia 8% dari

berat badan atau sekitar 5600 cc pada orang yang bobot tubuhnya 70kg. Dari 5600 cc darah

tersebut sekitar 55% adalah plasma darah dan sekitar 45% adalah sel-sel darah. Darah adalah

suatu jaringan tubuh yang terdapat di dalam pembuluh darah yang warnannya merah. Warna

merah itu keadaannya tidak tetap tergantung pada banyaknya kadar oksigen dan karbondioksida

di dalamnya. Darah yang banyak mengandung karbondioksida warnanya merah tua. Adanya

oksigen dalam darah di ambil dengan cara bernapas, dan zat tersebut sangat berguna pada

peristiwa pembakaran/ metabolisme di dalam tubuh (Muttaqin, 2009).

b. Karakteristik darah

Karakteristik umum darah meliputi warna, viskositas, pH, Volume dan komposisinya
warna, darah arteri berwarna merah muda karena banyak oksigenyang berkaitan dengan

hemoglobin dalam sel darah merah. Viskositas, viskositas darah 3/4 lebih tinggi dari pada

viskositas air yaitu sekitar 1.048 sampai 1.066. pH, pH darah bersifat alkaline dengan pH

7.35 sampai dengan 7.45 (netral 7.00). Volume, pada orang dewasa volume darah sekitar 70

sampai 75 ml/kgBB, atau sekitar 4 sampai 5 liter darah. Komposisi, darah tersusun atas dua

komponen utama yaitu plasma darah dan sel-sel darah (Wiwik & Andi, 2009).

c. Bagian-bagian darah

1) Eritrosit (Sel darah merah) Merupakan cakram bikonkaf yang tidak berinti,

ukurannya 0.007 mm, tidak bergerak, banyaknya kira-kira 4,5-5 juta/mm³, warnanya

kuning kemerah-merahan karena didalamnya mengandung hemoglobin (hemoglobin

adalah 8 protein pigmen yang meberi warnamerah pada darah. Hemoglobin terdiri atas

protein yang di sebut globin dan pigmen non-protein yang disebut heme, setiap eritrosi

mengandung sekitar 300 juta molekul hemoglobin, sifatnya kenyal sehingga dapat

berubah bentuk sesuai dengan pembuluh darah yang dilalui.Sel darah merah memerlukan

protein karena strukturnya terbentuk dari asam amino.

Wanita memerlukan lebih banyak zat besi karena beberapa diantaranya dibuang

sewaktu menstruasi. Sewaktu hsmil diperlukan zat besi dalam jumlah yang lebih banyak

lagi untuk perkembangan janin dan pembuatan susu.Sel darah merah dibentuk didalam

sumsum tulang, terutama dari tulang pendek, pipih, dan tak beraturan dari jaringan

konselus pada ujung tulang pipa dan dari sumsum dalam batang iga-iga dan dari

sternum.Perkembangan sel darah dalam sumsum tulang melalui berbagai tahap mula-

mula besar dan berisi nukleus tetapi tidak ada hemoglobin; kemudian dimuati

hemoglobin dan akhirnya kehilangan nukleusnya dan baru diedarkan ke dalam sirkulasi

darah. Rata-rata panjang hidup sel darah merah kira-kira 115 hari. Sel menjadi usang dan

dihancurkan dalam sistema retikuloendotelial, terutama dalam limpa dan hati.

Globin dan hemoglobin dipecah menjadi asam amino untuk digunakan sebagai
protein dalam jaringan-jaringan dan zat besi dalam hem dari hemoglobin dikeluarkan

untuk digunakan dalam pembentukan sel darah merah lagi. Sisa hem dari hemoglobin

diubah lagi menjadi bilirubin (pigmen kuning) dan biliverdin yaitu yang berwarna

kehijau-hijauan yang dapat dilihat pada perubahan warna hemoglobin yang rusak pada

luka memar. Bila terjadi perdarahan maka sel merah 9 dengan hemoglobinnya sebagai

pembawa oksigen, hilang. Pada perdarahan sedang, sel-sel itu diganti dalam waktu

beberapa minggu berikutnya. Tetapi bila kadar hemoglobin turun sampai 40% atau

dibawahnya, maka diperlukan tranfusi darah. Berfungsi mengikat oksigen dari paru-paru

untuk diedarkan keseluruh jaringan tubuh dan mengikat karbon dioksida dari jaringan

tubuh untuk dikeluarkan melalui paru-paru / melalui jalan pernafasan.Produksi eritrosit

(eritropoesis) terjadi di sumsum tulang dan memerlukan besi, Vit B12, asam folat,

piridoksin (vit B6), di pengaruhi oleh O₂ dalam jaringan, masa hidup 120 hari, eritrosit

tua dihancurkan di sistem retikuloendotelial (hati dan limpa), pemecahan Hb

menghasilkan bilirubin dan besi. Besi berkaitan dengan protein (transferin) dan diolah

kembali menjadi Hb baru.

2) Leukosit (Sel darah putih) Berbentuk bening, tidak bewarna, memiliki inti, lebih besar

dari sel drah merah (eritrosit), dapat berubah dan bergerak dengan perantaraan kaki palsu

(psedoupodia),dalam keadaan normalnya terkandung 4x109 hingga 11x109 sel darah

putih di dalam seliter darah manusia dewasa yang sehat, sekitar 7000-25000 sel per tetes.

Dalam setiap milimeter kubil darah terdapat 6000 sampai 10000 (rata-rata 8000) sel

darah putih. Leukosit selain berada di dalam pembuluh darah juga terdapat di seluruh

jaringan tubuh manusia.

Pada kebanyakan penyakit disebabkan oleh masuknya kuman / infeksi maka

jumlah leukosit yang ada di dalam darah akan lebih banyak dari biasanya. Hal ini

disebabkan sel leukosit yang biasanya tinggal di dalam kelenjar limfe, sekarang beredar

dalam darah untuk mempertahankan tubuh dari serangan penyakit tersebut. 10 Rentang
kehidupan leukosit setelah di produksi di sumsum tulang, leukosit bertahan kurang lebih

satu hari di dalam sirkulasi sebelum masuk ke jaringan. Sel ini tetap dalam jaringan

selama beberapa hari, beberapa minggu, atau beberapa bulan, tergantung jenis

leukositnya. Berfungsi sebagai pertahan tubuh yaitu membunuh dan memakan bibit

penyakit/bakteri yang masuk kedalam jaringan RES (retikuloendotel system), tempat

pembikannya di dalam limpa dan kelenjar limfe, sebagai pengangkut yaitu mengangkut

membawa zat lemak dari dinding usus melalui limpa terus ke pembuluh darah.

3) Trombosit (Sel pembeku darah) Trombosit merupakan benda-benda kecil yang

mati yang bentuk dan ukurannya bermacam-macam, ada yang bulat dan lonjong,

warnanya putih, normal pada orang dewasa 200.000-300.000/mm³. Bagian inti yang

merupakan fragmen sel tanpa nukleus yang berasal dari sumsum tukang. Ukuran

trombosit mencapai setengah ukuran sel darah merah. Sitoplasmanya terbungkus suatu

membran plasma dan mengandung berbagai jenis granula yang berhubungan dengan

proses koagulasi darah.Trombosit lebih dari 300.000 disebut trombositosis. Trombosit

yang kurang dari 200.000 disebut trombositopenia. Trombosit memiliki masa hidup

dalam darah antara 5-9 hari. Trombosit yang tua atau mati di ambil dari sistem perdaran

darah, terutama oleh makrofag jaringan. Lebih dari separuh trombosit diambil oleh

makrofag dalam limpa, pada waktu darah melewati organ tersebut. Di dalam plasma

darah terdapat suatu zat yang turut membantu terjadinya peristiwa pembekuan darah

yaitu Ca2+ dan fibrinogen. Fibrinogen mulai bekerja apabila 11 tubuh mendapat luka.

Ketika kita luka maka darah akan keluar, trombosit pecah dan akan mengeluarkan zat

yang di namakan trombokinase. Trombokinase ini akan bertemu dengan protrombin

dengan pertolongan Ca2+ akan menjadi trombin. Trombin akan bertemu dengan fibrin

yang merupakan benang-benang halus, bentuk jaringan yang tidak teratur letaknya, yang

akan menahan sel darah, dengan demikian terjadilah pembekuan. Protrombin ini dibuat di

dalam hati dan untuk membuatnya diperlukan vitamin K, dengan demikian vitamin K
penting untuk pembekuan darah.Berfungsi memegang peranan penting dalam pembekuan

darah (hemostatis). Jika banyaknya kurang dari normal, maka kalau ada luka darah tidak

lekas membeku sehingga timbul perdarahan yang terus-menerus.

4) Plasma Darah Merupakan komponen terbesar dalam darah dan merupakan

bagian darah yang cair, tersusun dari air 91%, protein plasma darah 7%, asam amino,

lemak, glukosa, urea, garam sebanyak 0,9%, dan hormon, antibodi sebanyak 0,1%.

Protein Plasma mencapai 7% dari plasma dan merupakan satu-satunya unsur pokok

plasma yang tidak dapat menembus membran kapiler untuk mencapai sel. Ada 3 jenis

protein plasma yang utama :

a. Albumin adalah protein yang terbanyak, sekitar 55%-60% tetapi ukurannya

paling kecil. Albumin di sintesis di dalam hati dan bertanggung jawab untuk tekanan

osmotik koloid darah. Mempertahankan tekanan osmotik agar normal (25 mmHg).

b. Globulin membentuk sekitar 30% protein plasma. Alfa dan beta globulin

disintesis di hati, dengan fungsi utama sebagai molekul pembawa lipid, beberapa

hormone, 12 berbagai subtrat, dan zat penting lainnya. Gamma globulin

(immunoglobulin) fungsi utama berperan sebagai antibodi.Berfungsi mengangkut sari

makanan ke sel-sel serta membawa sisa pembakaran dari sel ke tempat pembuangan

selain itu plasma darah juga menghasilkan zat kekebalan tubuh terhadap penyakit atau zat

antibodi.
2.11 WOC ANEMIA
B. ASUHAN KEPERAWATAN

3.1. Pengkajian

I. Identitas Klien meliputi : nama, tempat tanggal lahir. Agama, pekerjaan, alamat,
suku/bangsa dan nomor RM.
II. Identitas penangung jawab : nama, alamat, agama, pekerjaan, hubungan dengan
klien
III. Riwayat penyakit

1. Riwayat Kesehatan Dahulu


 Klien pernah mendapatkan atau menggunakan obat-obatan yang mempengaruhi
sumsum tulang dan metabolisme asam folat.
 Riwayat kehilangan darah kronis mis: perdarahan GI kronis, menstruasi
berat(DB), angina, CHF (akibat kerja jantung berlebihan)
 Riwayat endokarditis infektif kronis.
 Riwayat pielonefritis, gagal ginjal.
 Riwayat TB, abses paru.
 Riwayat pekerjaan terpajan terhadap bahan kimia, mis: benzene, insektisida,fenil
butazon, naftalen.
 Riwayat terpajan pada radiasi baik sebagai pengobatan atau kecelakaan.
 Riwayat kanker, terapi kanker.
 Riwayat penyakit hati, ginjal, masalah hematologi, penyakit malabsorbsi, spt:
enteritis regional, manifestasi cacing pita, poliendokrinopati, masalah autoimun.
 Penggunaan anti konvulsan masa lalu / sekarang, antibiotic, agen kemoterapi,
aspirin, obat antiinflamasi, atau anti koagulan.
 Adanya / berulangnya episode perdarahan aktif (DB)
 Pembedahan sebelumnya: splenektomi, eksisi tumor, penggantian katup prostetik,
eksisi bedah duodenum, reseksi gaster, gastrektomi parsial / total.

2. Riwayat Kesehatan Sekarang


 Keletihan, kelemahan, malaise umum
 Kebutuhan untuk tidur dan istirahat lebih banyak.
 klien mengatakan bahwa Ia Depresi
 Sakit kepala
 Nyeri mulu & lidah Kesulitan menelan
 Dispepsia, anoreksi
 Klien mengatakan BB menurun
 Nyeri kepala,berdenyut, sulit berkonsentrasi
 Penurunan penglihatan Kemampuan untuk beraktifitas menurun

3. Riwayat Kesehatan Keluarga


 Kecenderungan keluarga untuk anemia.
 Adanya anggota keluarga yang mendapat penyakit anemia congenital.
 Keluarga adalah vegetarian berat.
 Social ekonomi keluarga yang rendah.

IV. Pemeriksaan Fisik


1. Kardiologi Kardiomegali ,
 Hepatomegali
 Edema perifer Takikardi, palpitasi,\
2. Pernafasan
 Takipnea, orthopnea, dispnea.
3. Sirkulasi
 TD: peningkatan sistolik dengan diastolic stabil & tekanan nadi melebar,
hipotensi postural.
 Bunyi jantung murmur sistolik (DB)
 Ekstremitas: pucat pada kulit, dasar kuku, dan membrane mukosa,
 Sclera biru atau putih seperti mutiara.
 Pengisisan darah kapiler melambat
 Kuku mudah patah dan berbentuk seperti sendok (koilonika) (DB)
 Rambut kering, mudah putus, menipis, tumbuh uban secara premature
4. Gastrointestinal
 Diare, muntah,
 glositis (peradanagan lidah)
 melena/ hematemesis
5. Neurologi
 Parastesia
 Ataksia
 Koordinasi buruk
 Bingung
6. Integumen
 Mukosa pucat,kering
 Kulit kering
3.2 ANALISA DATA
DATA ETIOLOGI MASALAH
DS: Penurunan konsentrasi Perfusi perifer tidak efektif
· klien mengeluhkan lemah hemoglobin ( D. 0009 )
· klien mengeluhkan sakit kepala
· klien mengatakan bahwa terjadi
penurunan urinnya
· klien mengatakan ia sering
merasakan berdebar-debar
· klien mengatakan bahwa
napasnya terasa sesak

DO:
· kulit klien terlihat pucat
· nafas klien cepat
· rambut klien kering, mudah
putus, menipis, tumbuh uban
secara prematur
· Kuku klien mudah patah dan
berbentuk seperti sendok
(koilonika)
· Terdapat Edema perifer pada
klien
· Membran mukosa klien tampak
kering
· Pada klien Ekstremitas terasa
dingin
DS: ketidakseimbangan antara Intoleransi Aktifitas
 Klien mengatakan bahwa suplai dan kebutuhan
ia oksigen
merasakan lemah dan
letih
 Klien mengatakan klien
merasanyeri dan sakit
kepala
 Klien mengatakan bahwa
terjadi penurunan semangat
untuk bekerja
 Klien mengatakan bahwa
klien mudah letih saat
bekerja

DO:
 Klien terlihat meringis
menahan nyeri
 Klien terlihat lesu, lemah
 Klien terlihat mengatuk,
ptosis Kehilangan tonus
otot
 Palpitasi, takikardi,
Npeningkatan
 TD Parastesia, ataksia
DS: ketidakmampuan Defisit nutrisi
 Klien mengeluh sulit mencerna makanan
menelan
 Klien mengeluh tidak
nafsu makan
 Klien menyatakan mual
 Klien mengeluh mulutnya
terasa nyeri

DO:
 Mukosa Mulut klien
tampak kering dan
pecah-pecah
 BB klien menurun
 Klien terlihat lemah
 Kulit klien tampak kering
danpecah-pecah

3.2 DIGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNKIN MUNCUL

1. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan konsentrasi hemoglobin

Definisi : penurunan sirkulasi darah pada level kapiler yang dapat mengganggu
metabolisme tubuh

2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan


kebutuhan oksigen

Definisi : ketidakcukupan energi untuk melakukan aktivitas sehari-hari.

3. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna makanan

Definisi : asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolisme


3.3 INTERVENSI KEPERAWATAN
Sdki slki siki Intervensi
keperawatan
Perfusi perifer tidak Perfusi perifer Perawatan Observasi
efektif berhubungan ( L.02011 ) sirkulasi • Periksa
dengan Penurunan Definisi : (I.02079) sirkulasi
konsentrasi hemoglobin ketidakkuatan Definisi : perifer(mis. Nadi
( D. 0009) aliran darah mengidentifikasi perifer, edema,
pembuluh darah dan merawat pengisian kalpiler,
distal untuk area lokal warna, suhu,
menunjang fungsi dengan angkle brachial
jaringan. keterbatasan index)
Setelah dilakukan sirkulasi perifer • Identifikasi
intervensi faktor resiko
keperawatan gangguan
selama 1x24 jam sirkulasi (mis.
didapatkan kriteria Diabetes, perokok,
hasil : orang tua,
1.Denyut nadi hipertensi dan
meningkat (5) kadar kolesterol
2.penyembuhan tinggi)
luka • Monitor
meningkat ( 5) panas, kemerahan,
3. sensasi nyeri, atau
meningkat (5) bengkak pada
4. warna kulit pucat ekstremitas
Menurun (1)
5.Edema perifer Terapeutik
menurun (1) • Hindari
6. nyeri ekstremitas pemasangan infus
Menurun (1) atau pengambilan
7.parastesia darah di area
menurun (1) keterbatasan
8.kelemahan otot perfusi
menurun (1) • Hindari
9.kram otot pengukuran
menurun (1) tekanan darah
10.bruit femoralis pada ekstremitas
menurun (1) pada keterbatasan
11.nekrosis perfusi
menurun (1) • Hindari
12.pengisian penekanan dan
kapiler pemasangan
Membaik torniquet pada
13.tekanan darah area yang cidera
sistolik membaik • Lakukan
14. tekanan pencegahan
diastolik infeksi
membaik • Lakukan
15.tekanan arteri perawatan kaki
rata-rata dan kuku
membaik • Lakukan
16. indeks ankle hidrasi
brachial
membaik Edukasi
• Anjurkan
berhenti merokok
• Anjurkan
berolahraga rutin
• Anjurkan
mengecek air
mandi untuk
menghindari kulit
terbakar
• Anjurkan
menggunakan
obat penurun
tekanan darah,
antikoagulan, dan
penurun
kolesterol, jika
perlu
• Anjurkan
minum obat
pengontrol
tekakan darah
secara teratur
• Anjurkan
menghindari
penggunaan obat
penyekat beta
• Ajurkan
melahkukan
perawatan kulit
yang tepat(mis.
Melembabkan
kulit kering pada
kaki)
• Anjurkan
program
rehabilitasi
vaskuler
• Anjurkan
program diet
untuk
memperbaiki
sirkulasi( mis.
Rendah lemak
jenuh, minyak
ikan, omega3)
• Informasikan
tanda dan gejala
darurat yang harus
dilaporkan( mis.
Rasa sakit yang
tidak hilang saat
istirahat, luka
tidak sembuh,
hilangnya rasa)

Intoleransi aktivitas Toleransi Aktivitas Manajemen 1. Observasi


berhubungan dengan (L.05047) Energi (I.05178)  Identifkas
ketidakseimbangan Definisi: respon Definisi : i gangguan
antara suplai dan fisiologis terhadap mengidentifikasi fungsi tubuh
aktivitas yang
kebutuhan oksigen dan mengelola yang
membutuhkan tenaga
Setelah dilakukan
penggunaan mengakibatk
tindakan energi untuk an kelelahan
keparawatan selama mengatasi atau  Monitor
3x24 jam klien dapat mencegah kelelahan
meningkatkan kelelahan dan fisik dan
toleransi aktivitas mengoptimalkan emosional
dengan kriteria : proses  Monitor
pemulihan pola dan jam
 Bebas dari tidur
kelelahan  Monitor
setelah lokasi dan
beraktivitas ketidaknyam
 Keseimbang anan selama
an kebutuhan melakukan
aktivitas dan
aktivitas
istirahat
2. Terapeutik
 Adanya
 Sediakan
peningkatan
toleransi lingkungan
aktivitas nyaman dan
rendah
stimulus
(mis.
cahaya,
suara,
kunjungan)
 Lakukan
rentang
gerak pasif
dan/atau
aktif
 Berikan
aktivitas
distraksi
yang
menyenangk
an
 Fasilitas
duduk di sisi
tempat tidur,
jika tidak
dapat
berpindah
atau berjalan
3. Edukasi
 Anjurkan
tirah baring
 Anjurkan
melakukan
aktivitas
secara
bertahap
 Anjurkan
menghubung
i perawat
jika tanda
dan gejala
kelelahan
tidak
berkurang
 Ajarkan
strategi
koping
untuk
mengurangi
kelelahan
4. Kolaborasi
 Kolaboras
i dengan ahli
gizi tentang
cara
meningkatka
n asupan
makanan

Defisit nutrisi Status Nutrisi Manajemen 1. Observasi


berhubungan (L.03030) nutrisi ( I. 03119)  Identifikasi
dengan status nutrisi
ketidakmampuan Definisi : Definisi:  Identifikasi
mencerna keadekuatan mengidentifikasi alergi dan
makanan asupan nutrisi dan mengelola intoleransi
makanan
untuk memenuhi asupan nutrisi
 Identifikasi
kebutuhan yang seimbang makanan yang
metabolisme disukai
 Identifikasi
Setelah dilakukan kebutuhan kalori
tindakan dan jenis
keperawatan nutrient
selama 3x24 jam  Identifikasi
klien terpenuhi perlunya
kebutuhan penggunaan
selang
nutrisinya dengan
nasogastrik
kriteria hasil :  Monitor
asupan makanan
 Intake  Monitor
nutrisi berat badan
adekuat.  Monitor
 Mual, hasil
muntah, pemeriksaan
anoreksi laboratorium
2. Terapeutik
hilang  Lakukan
 Bebas dari oral hygiene
tanda- sebelum makan,
tanda jika perlu
malnutrisi.  Fasilitasi
menentukan
 Tidak
pedoman diet
terjadi (mis. Piramida
penurunan makanan)
BB  Sajikan
makanan secara
menarik dan
suhu yang sesuai
 Berikan
makan tinggi
serat untuk
mencegah
konstipasi
 Berikan
makanan tinggi
kalori dan tinggi
protein
 Berikan
suplemen
makanan, jika
perlu
 Hentikan
pemberian
makan melalui
selang
nasigastrik jika
asupan oral
dapat ditoleransi
3. Edukasi
 Anjurkan
posisi duduk,
jika mampu
 Ajarkan
diet yang
diprogramkan
4. Kolaborasi
 Kolaborasi
pemberian
medikasi
sebelum makan
(mis. Pereda
nyeri,
antiemetik), jika
perlu
 Kolaborasi
dengan ahli gizi
untuk
menentukan
jumlah kalori
dan jenis
nutrient yang
dibutuhkan, jika
perlu

Anda mungkin juga menyukai