Khutbah Pertama
ت رُ ُس ُل َر ِّب َنا ِب ْال َح ِّق ْ ِي َل ْواَل أَنْ َهدَ ا َنا هَّللا ُ َل َق ْد َجا َء
َ ْال َحمْ ُد هَّلِل ِ الَّذِي َهدَ ا َنا لِ َه َذا َو َما ُك َّنا لِ َن ْه َتد
َ ُور ْث ُتمُو َها ِب َما ُك ْن ُت ْم َتعْ َمل ُ َ
ون ِ َو ُنو ُدوا أنْ ت ِْل ُك ُم ْال َج َّن ُة أ
.ُْك َل ُه َوأَ ْش َه ُد أَنَّ م َُحمَّداً َع ْب ُدهُ َو َرس ُْولُه َ أَ ْش َه ُد أَنْ الَ إِ َل َه إِالَّهللاُ َوحْ دَ هُ الَ َش ِري
ان إِ َلى َي ْو ِم ال ّديْن ٍ ص ّل َو َسلّ ْم َعلى م َُح ّم ٍد َو َعلى آلِ ِه ِوأَصْ َح ِاب ِه َو َمنْ َت ِب َع ُه ْم ِبإِحْ َس َ اَللَّ ُه ّم
ث ِم ْن ُه َما ِر َجااًل َّ س َواحِدَ ٍة َو َخ َل َق ِم ْن َها َز ْو َج َها َو َب ٍ َيا أَ ُّي َها ال َّناسُ ا َّتقُوا َر َّب ُك ُم الَّذِي َخ َل َق ُك ْم ِمنْ َن ْف
َ ون ِب ِه َواأْل َرْ َحا َم إِنَّ هَّللا َ َك
ان َع َل ْي ُك ْم َرقِيبًا َ َُك ِثيرً ا َون َِسا ًء َوا َّتقُوا هَّللا َ الَّذِي َت َسا َءل
،ُاعه َ الح َّق َح ّقا ً َوارْ ُز ْق َنا ا ِّت َب َ َوأَ َر َنا،ً َو ِز ْد َنا عِ ْلما، َوا ْن َف َع َنا ِب َما َعلَّمْ َت َنا،اللّ ُه َّم َعلِّمْ َنا َما َي ْن َف ُع َنا
َوأَ َر َنا البَاطِ َل بَاطِ الً َوارْ ُز ْق َنا اجْ ِت َنا َب ُه
Ma’asyirol muslimin rahimani wa rahimakumullah …
Segala puji marilah kita panjatkan kepada Allah atas berbagai macam nikmat yang telah
Allah anugerahkan pada kita semua. Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada
junjungan dan suri tauladan kita, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, juga
kepada keluarganya, para sahabat, para tabi’in, serta para ulama yang telah memberikan
contoh yang baik pada kita, serta untuk seluruh pengikutnya yang setia ilaa yaumil
qiyaamah. Aamin..
Tanggal 1 tahun kesatu H bertepatan dengan tanggal 16 Juli 622 M, hari Jumat. Namun
yang unik dalam kalender ini adalah ketika sejarah mengatakan, bahwa hijrah Nabi terjadi
pada bulan Rabiul Awal –bukan pada bulan Muharram--, tapi mengapa, pilihan jatuh pada
bulan Muharram, bukan pada bulan Rabiul Awal, sebagai penetapan awal penanggalan
Islam.
Memang, dalam peristiwa hijrah ini Nabi bertolak Muharam dari Mekah menuju Madinah
pada hari Kamis terakhir dari bulan Safar, dan keluar dari tempat persembunyiannya di Gua
Tsur pada awal bulan Rabiul Awal, tepatnya pada hari Senin tanggal 13 September 622.
Hanya saja, Sayidina Umar beserta sahabat-sahabatnya menginginkan bulan Muharram
sebagai awal tahun hijriah. Ini lebih karena, beliau memandang di bulan Muharramlah Nabi
berazam untuk berhijrah, yaitu setelah terjadinya bai’ah aqabah kedua (yaitu peristiwa
berbaiatnya 75 orang penduduk Madinah yang waktu itu masih bernama Yatsrib kepada
Rasulullah, yang terjadi di Aqabah) pada musim haji tahun 13 kenabian. Juga dikarenakan
Muharram termasuk salah satu dari empat bulan haram dalam Islam yang dilarang Allah
untuk berperang di dalamnya. Sehingga Rasulullah pernah menamakannya dengan “Bulan
Allah” dan menganjurkan banyak berpuasa di dalamnya sebagaimana sabdanya:
َ ْت َواألَر
ض ِم ْنهَا َ َب هَّللا ِ يَ ْو َم َخل
َ ق ال َّس َم
ِ اوا ِ ُور ِع ْن َد هَّللا ِ ْاثنَا َع َش َر َشهْراً فِي ِكتَا ِ إِ َّن ِع َّدةَ ال ُّشه
ْ َِّين ْالقَيِّ ُم فَال ت
ظلِ ُموا فِي ِه َّن أَ ْنفُ َس ُك ْم ُ ك الدَ ِأَرْ بَ َعةٌ ُح ُر ٌم َذل
“Sesungguhnya jumlah bulan di sisi Allah ada dua belas bulan (yang telah ditetapkan) di
dalam kitab Allah ketika menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan yang
dihormati. Ketetapan yang demikian itu adalah agama yang lurus, maka janganlah kamu
menganiaya diri kamu dalam bulan-bulan yang dihormati itu (dengan melanggar larangan-
Nya).”
Berdasarkan ayat ini, segala aktifitas kebaikan tidak ada larangannya untuk dilakukan di
bulan Muharram. Demikian juga dengan bulan Rajab, Zulka’dah dan Zulhijjah. Hanya
maksiat dan kezaliman saja yang dilarang lebih keras oleh Allah Swt pada bulan-bulan
tersebut. Adapun aktifitas positif --semacam pernikahan, pindah rumah, dll--, dalam
perspektif Islam adalah satu aktifitas atau amalan yang dibolehkan, bukan maksiat dan
kezaliman. Oleh karenanya, tidak ada larangan dalam Islam untuk melangsungkan acara
perkawinan atau acara baik lain di bulan Muharram sebagaimana ditabukan oleh sebagian
masyarakat kita, tabu menika dan tabu melakukan hal2 penting lain di bulan Suro atau
Muharam.
Kepercayaan semacam ini mirip dengan doktrin hari Asyuro yang berasal dari Syiah yang
terkait dg saat terbunuhnya Sayidina Hussain di Karbala pada bulan Muharram. Karenanya
masyarakat Syiah memandang bulan Muharram sebagai bulan dukacita dan bulan
berkabung. Maka mereka menghukumi haram untuk melangsungkan akad dan resepsi
pernikahan, atau acara suka-ria lainnya di bulan itu. Pemahaman semacam ini tersebar luas
ke negara-negara Islam dan akhirnya sampai ke negara kita.
Keyakinan bahwa bulan Muharram adalah bulan sial adalah keyakinan yang bathil serta
kesesatan yang nyata. Ini merupakan tipu daya setan yang menginginkan agar manusia jauh
dari ajaran islam yang benar. Ini merupakan propaganda musuh agar kaum muslimin
meninggalkan amalan-amalan kebaikan pada bulan ini. Bagaimana mungkin bulan yang
diagungkan oleh Allah Azza wa Jalla, bulan yang diagungkan oleh Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam membawa kesialan atau membawa madharat. Sebaliknya bulan Muharram
merupakan bulan kebaikan, maka marilah kita isi bulan ini dengan amalan-amalan shalih
dengan ketaatan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala sehingga kita menjadi hamba-
hambaNya yang mendapatkan keridhaanNya.
Imam Ibnu Katsir mengutip pendapat Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu menafsirkan ayat di
atas: “(Janganlah kalian menganiaya diri kalian) dalam seluruh bulan (artinya kapanpun
jangan berbuat dhalim). Kemudian Allah mengkhususkan empat bulan sebagai bulan-bulan
haram dan Allah pun mengagungkan kemuliaannya. Allah juga menjadikan perbuatan
maksiat yang dilakukan didalamnya dosanya lebih besar. Dan Allah pun menjadikan amalan
shalih didalamnya pahalanya lebih besar pula” (Tafsir Ibnu Katsir: 3/26).
Semoga Allah senantiasa melindungi akidah dan amal ibadah kita dari keyakinan yang
bathil dan dari amal-amal yang tidak disyariatkan oleh Allah dan RasulNya. Aamiiin..
أَقُ ْو ُل قَ ْولِي هَ َذا َ َوا ْستَ ْغفِ ُر هللاَ لِي َولَ ُك ْم َولِ َسائِ ِر ال ُم ْسلِ ِمي َْن إِنَّهُ هُ َو ال َس ِم ْي ُع ال َعلِ ْي ُم
Khutbah Kedua
اف األَ ْنبِيَا ِء َوالمرْ َسلِي َْن نَبِيِّنَا ُم َح َّم ٍد َو َعلَى ِ صالَةُ َوال َّسالَ ُم َعلَى أَ ْش َر َّ ال َح ْم ُد هللِ َربِّ ال َعال ِمي َْن َوال
صحْ بِ ِه أَجْ َم ِعي َْنَ آلِ ِه َو
.ق تُقَاتِ ِه َوالَ تَ ُم ْوتُ ّن إِالّ َوأَ ْنتُ ْم ُم ْسلِ ُم ْو َن
ّ يَاأَيّهَا الّ َذي َْن آ َمنُ ْوا اتّقُوا هللاَ َح
Ma’asyirol muslimin rahimani wa rahimakumullah …
Dalam khutbah kedua ini sekali lagi saya mengajak marilah kita perbanyak amal kebaikan di
bulan yang mulia ini dan berusaha sungguh-sungguh dan sekuat tenaga menjauhi amal
perbuatan yang dilarang dan dibenci oleh Allah dan RasulNya shallallaahu ‘alaihi wasallam.
Marilah kita perbaiki shalat kita dengan merutinkan shalat berjamaah di masjid, ditambah
dengan shalat-shalat sunat yang dicontohkan oleh rasulullah dan para sahabatnya. Marilah
perbaiki cara shalat kita dengan mempelajari tata cara shalat yang benar sesuai dengan
perintah Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam : sholluu kamaa ro-aitumuunii ushollii.
Marilah kita perbanyak membaca quran, puasa sunnat, sedekah, berdzikir dan bershalawat
untuk nabi Muhammad shallallaahu ‘alaihi wasallam. Bulan Muharram adalah bulan mulia.
Akhirnya, marilah kita memanjatkan doa pada Allah, semoga doa kita benar-benar
diperkenankan oleh Allah di hari penuh berkah dan diijabahinya doa ini.
ً صلُّوا َعلَ ْي ِه َو َسلِّ ُموا تَ ْسلِيما َ ين آ َمنُوا َ ون َعلَى النَّبِ ِّي يَا أَيُّهَا الَّ ِذ َ ُّصلَ ُإِ َّن هَّللا َ َو َماَل ئِ َكتَهُ ي
ك َح ِم ْي ٌد َ َّ إِن،آل إِ ْب َرا ِه ْي َمِ ْت َعلَى إِ ْب َرا ِه ْي َم َو َعلَى َ صلَّي
َ آل ُم َح َّم ٍد َك َما ِ صلِّ َعلَى ُم َح َّم ٍد َو َعلَى َ اَللَّهُ َّم
كَ َّ إِن،آل إِ ْب َرا ِه ْي َم
ِ ت َعلَى إِ ْب َرا ِه ْي َم َو َعلَى َ آل ُم َح َّم ٍد َك َما بَا َر ْك ِ ار ْك َعلَى ُم َح َّم ٍد َو َعلَى ِ َ َوب.َم ِج ْي ٌد
َح ِم ْي ٌد َم ِج ْي ٌد
تِ ت األَحْ يَا ِء ِم ْنهُ ْم َواألَ ْم َوا ْ المؤ ِمنِي َْن َو
ِ المؤ ِمنَا ْ ت َو ِ اللهُ َّم ا ْغفِرْ لِ ْل ُم ْسلِ ِمي َْن َوالم ْسلِ َما
ِ ك َس ِم ْي ٌع قَ ِريْبٌ ُم ِجيْبُ ال ّد َع َوا
ت َ َّ إِن،
ِ ور ُكلِّهَا َوأَ ِجرْ نَا ِم ْن ِخ ْز ُ
اآلخ َر ِة
ِ ب ِ ى ال ُّد ْنيَا َو َع َذا ِ اللَّهُ َّم أَحْ ِس ْن َعاقِبَتَنَا فِى األ ُم
وال ِغنَى، اف َ َ وال َعف، والتُّقَى، ك الهُ َدى َ ُاللَّهُ َّم إنَّا نَسْأَل
ِ َّاب الن
ار َ َربَّنَا آتِنَا فِي ال ُّد ْنيَا َح َسنَةً َوفِي اآْل ِخ َر ِة َح َسنَةً َوقِنَا َع َذ
ان إِلَى يَ ْو ِم ال ّديْن ٍ صحْ بِ ِه و َ َم ْن تَبِ َعهُ ْم ِبإِحْ َس َ صلَّى هللاُ َعلَى نَبِيِّنَا ُم َح َّم ٍد َو َعلَى آلِ ِه َو َ َو
آخ ُر َد ْع َوانَا أَ ِن ْال َح ْم ُد هلل َربِّ ْال َعالَ ِمي َْن ِ َو