Anda di halaman 1dari 4

‫ َمنْ َي ْه ِد ِه هللاُ َفاَل‬،‫ت أَعْ َمالِ َنا‬

ِ ‫ُور أَ ْنفُسِ َنا َومِنْ َس ِّي َئا‬


ِ ‫شر‬ ُ ْ‫هلل مِن‬ ِ ‫ُوذ ِبا‬ُ ‫ َو َنع‬،ُ‫الـحمْدَ هّلِل ِ َنـحْ َم ُدهُ َو َنسْ َت ِع ْي ُن ُه َو َنسْ َت ْغفِ ُره‬
َ ّ‫إن‬
ُ
. ‫ُـحمَّداً َع ْب ُدهُ َو َرسُوله‬ َ َ
َ ‫ْك لَ ُه َوأ ْش َه ُـد أنَّ م‬ َ َ
َ ‫ َوأ ْش َه ُـد أن الَّ إِلَ َه إِالَّ هللا َوحْ َدهُ اَل َش ِري‬،ُ‫ِي لَه‬ َ ‫ َو َمنْ يُضْ لِ ْل َفاَل َهاد‬،ُ‫مُضِ َّل لَه‬
‫ َف َق ْد‬،‫هللا‬ ُ
ِ ‫ أ ْوصِ ْينِيْ َن ْفسِ يْ َوإِيَّا ُك ْم ِب َت ْق َوى‬،‫ان إِلَى َي ْو ِم القيمة‬ َ ‫ص ِّل َعلَى مُح َّم ٍد َو َعلَى آلِ ِه َو‬ َ ‫اَللَّ ُه َّم‬
ٍ ‫صحْ ِب ِه َو َمنْ َت ِب َع ُه ْم ِبإِحْ َس‬
‫ِين آ َم ُنوا ا َّتقُوا هَّللا َ َح َّق ُت َقا ِت ِه‬َ ‫ َيا أَ ُّي َها الَّذ‬:‫ان الرَّ ِجي ِْم‬
ِ ‫ أَع ُْو ُذ ِباهَّلل ِ م َِن ال َّش ْي َط‬.‫ َقا َل هللاُ َت َعالَى فِيْ ِك َت ِاب ِه ْال َك ِري ِْم‬.‫از ْال ُم َّتقُ ْو َن‬ َ ‫َف‬
َ ‫َواَل َتمُو ُتنَّ إِاَّل َوأَ ْن ُت ْم مُسْ لِم‬
‫ُون‬
Kaum muslimin sidang jum’at yang diberkahi Allah

Puji syukur marilah kita panjatkan ke hadirat Allah subhanahu wata’ala. Dialah yang tak pernah henti
mengaruniakan nikmat sehat, nikmat umur, serta nikmat iman dan Islam di tengah bayang-bayang pandemi
Covid-19 ini. Sebagai bukti ungkapan rasa syukur itu, marilah kita berusaha untuk tetap istiqamah di jalan-
Nya; tetap teguh melaksanakan perintah-Nya dan semaksimal mungkin menjauhi larangan-Nya. Inilah esensi
pokok dari makna takwa.

Shalawat dan salam marilah juga kita sampaikan untuk junjungan kita manusia terbaik,  teladan sepanjang
zaman, Rasulullah Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, juga kepada keluarga, sahabat, dan pengikut
setianya hingga akhir zaman.

Kaum muslimin yang berbahagia

Peradaban terus berkembang, termasuk cara berkomunikasi kita. Dahulu orang harus menempuh jarak jauh
untuk bisa bercakap-cakap dengan sanak-kerabat di luar daerah. Atau berkirim surat, atau paling canggih
dengan bertelepon rumah yang hanya dimiliki oleh sebagian orang. Saat ini, teknologi menfasilitasi manusia
untuk bisa berkomunikasi hanya melalui perangkat kecil di genggaman tangan dimanapun dan kapanpun.

Pada tahun 1995 seorang profesor dari MIT di Inggris menulis buku berjudul Being Digital, yang berbicara
tentang perjalanan makhluk bernama bits dalam dunia digital, singkatan dari binary digit, menggantikan
pergerakan atom dalam dunia fisika, yang dimulai dengan membentangkan kabel antar benua sepanjang
ribuan kilometer. Pada masa itu, lokasi manusia diketahui dari alamat emailnya dan alamat virtual lain yang
masih dalam angan-angan. Dengan email manusia berkomunikasi, saling berkirim bits satu sama lain.
Negroponte mengatakan jam kerja dan tempat kerja akan segera berubah. Dia mengatakan, some of us like
to be 'wired' all the time, beberapa diantara kita ingin terhubung sepanjang waktu.

Pada saat ini, bits sudah berpindah dari tangan ke tangan, kapan saja, dimana saja, bahkan oleh siapa saja.
Bukan hanya “beberapa orang diantara kita”, bukan hanya Profesor Negroponte dan kawan2nya para
profesional saja, tetapi tukang sayur, ibu2 rumah tangga, sampai para pembantu; mahasiswa sampai siswa
taman kanak2, bahkan bayi yang baru belajar berjalan sudah bermain-main dengan bits di tangannya.
Kehadiran media sosial kian memegang peranan yang luar biasa dalam hal ini. Dalam hitungan kurang dari
sekian detik, kita bisa berinteraksi dan berkirim pesan melalui tulisan, suara, gambar, bahkan video ke
berbagai belahan dunia. Luas bumi setengah miliar kilometer persegi seolah mengkerut. Informasi beredar
begitu cepat. Kehidupan banyak beralih ke dunia digital. Kita semua sudah terhubung sepanjang waktu.

Namun, ternyata kondisi ini memunculkan permasalahan lain yang sedemikian memprihatinkan. Derasnya
arus informasi yang tidak dibarengi dengan kesadaran untuk menyaring, memilih, dan memilah informasi
dengan baik, ternyata mewabah di masyarakat. Belum lagi budaya tabayun sudah mulai hilang dan membuat
masyarakat gampang terpapar berita bohong atau hoaks yang beredar.

Memang internet memiliki sisi kebaikan. Ia memudahkan kita dalam berhubungan. Mendekatkan kita yang
dulunya jauh. Memudahkan kita untuk mencari nafkah. Memudahkan kita untuk mempelajari agama dan
berdakwah. Namun, internet juga menjadi hal yang buruk dan musibah. Menghabiskan waktu seseorang.
Bahkan membuat seseorang menghabiskan waktu orang lain. Sebagian orang ketika bangun tidur, belumlah

1
sempat ia membaca doa bangun tidur, tapi langsung ia memegang handphone nya. Melihat berita. Melihat
chat. Melihat hal-hal yang tidak ia butuhkan. Bahkan ada suami istri, berada di ruangan yang sama.
Keduanya bercanda dan tertawa, tapi bukan canda dan tawa bersama pasangannya. Mereka bercanda dan
tertawa dengan HP nya. Ada pula anak kecil yang diberikan HP oleh kedua orang tuanya. Si anak semakin
jauh dari orang tuanya. Ia lebih senang dalam dekapan HP dibanding dekapan kedua orang tuanya. Bahkan
tanpa sadar bahwa selain manfaat, di dalam gajet yang dipegangnya banyak sekali bahaya yang akan
merusaknya.

Musibah internet ini bukan hanya menimpa orang-orang awam. Tapi juga menimpa orang yang dianggap
shaleh. Bahkan sebagian da’i. Mereka memperlihatkan aktivitas ibadahnya untuk mendapatkan like dari
orang-orang yang melihatnya. Ibadahnya semua ia publikasikan. Tidak ada ibadah yang ia sembunyikan.
Sholatnya, puasanya, berbakti kepada orang tua, berbuat baik kepada istri, dll. semua dia share di sosial
medianya. Padahal dengan cara begitu betapa mudahnya syetan menggelincirkan manusia kepada riya’.

Dalam sebuah hadits sahih yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam menerangkan salah satu diantara 7 golongan manusia yang akan mendapatkan naungan di hari
kiamat adalah:

‫ص َّد َق أَ ْخ َفى َح َّتى اَل َتعْ َل َم شِ َمالُ ُه َما ُت ْنف ُِق َيمِي ُن ُه‬
َ ‫َر ُج ٌل َت‬
“orang yang bersedekah dengan sembunyi-sembunyi sehingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang
disedekahkan tangan kanannya”.

Begitulah Rasulullah mengajarkan, amalan kebaikan yang disembunyikan akan lebih terjaga dari godaan
syetan yang selalu mencari-cari kesempatan.

Kaum muslimin sidang Jumat yang berbahagia

Orang bijak menyatakan bahwa: Dulu, orang berpengetahuan adalah orang yang memiliki banyak sekali
informasi. Sekarang, orang berpengetahuan adalah orang yang mampu menyaring banyak informasi.

Kita berada pada zaman teknologi informasi di mana arus informasi mengalir deras silih berganti. Dengan
begitu mudah kita menemukan jutaan informasi hanya dengan menggunakan peralatan kecil di tangan kita,
yang hampir menjadi bagian kehidupan orang modern. Dan saking canggihnya teknologi ini, maka apapun
yang datang dari internet dan media sosial tidak sedikit orang yang percaya begitu saja, padahal kita tidak
tahu darimana sumbernya.

Allah Swt. berfirman dalam QS. Al-Hujurat ayat 6.

َ ‫ذين آ َم ُنوا إِنْ جا َء ُك ْم فاسِ ٌـق ِب َن َبإٍ َف َت َب َّي ُنواـ أَنْ ُتصيبُواـ َق ْوما ً ِب َجهالَ ٍة َف ُتصْ ِبحُواـ َعلى ما َف َع ْل ُت ْم ناد‬
‫ِمين‬ َ َّ‫يا أَ ُّي َها ال‬
“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah
dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui
keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.”

Bunyi QS. Al-Hujurat diatas menunjukkan dengan sangat jelas tentang larangan mengambil berita dari
sumber yang tidak jelas tanpa melakukan klarifikasi (tabayyun) kebenarannya, karena akan membahayakan
bagi diri kita dan orang lain.

Karena itu, sebagai seorang mukmin, kita harus ekstra hati-hati, tidak gegabah, dan tergesa-gesa dalam
menerima sebuah berita dan informasi. Kita harus jernih, objektif dan menggunakan hati nurani kita dalam
memahami isi berita. Jangan sampai informasi salah meskipun datang dari orang yang kita senangi selalu kita
benarkan. Sebaliknya, informasi benar dari orang yang kita tidak senangi selalu kita salahkan.

2
Kkaum muslimin sidang Jumat yang berbahagia

Dalam ayat lain, QS. Al-Ahzab ayat 70-71, Allah berfirman sebagai berikut:

‫ يُصْ لِحْ لَ ُك ْم أَعْ مالَ ُك ْم َو َي ْغفِرْ لَ ُك ْم ُذ ُنو َب ُك ْـم َو َمنْ يُطِ ِع هَّللا َ َو َرسُولَ ُه‬.ً‫ذين آ َم ُنوا ا َّتقُوا هَّللا َ َو قُولُوا َق ْوالً َسديدا‬
َ َّ‫يا أَ ُّي َها ال‬
ً ‫فاز َف ْوزاًـ َعظيما‬
َ ‫َف َق ْد‬
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar,
niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan barang
siapa menaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar”.

Ayat ini secara tersirat mengajarkan bahwa segala kebenaran, baik itu sikap, akhlak, dan tutur kata akan
lebih mendekatkan kepada ketakwaan. Ketakwaan menjadi dasar kebenaran dalam berucap, bersikap, dan
bertutur kata. Ucapan dan tutur kata yang benar akan menjadi sebab sebuah kebaikan tindakan. Dan
tindakan yang baik akan menjadi sebab diampuninya sebuah kesalahan dan dosa-dosa kita, baik saat ini
maupun yang akan datang kelak.

Oleh karena itu, marilah kita kedepankan tindakan, akhlak dan etika yang baik, terutama dalam hal bermedia
sosial dan berselancar di dunia maya. Sebisa mungkin tidak membuat gaduh dan memperkeruh suasana
melalui komentar-komentar yang kita belum tahu akan duduk permasalahannya. Kegaduhan yang ada di
media sosial di akibatkan salah satunya karena orang yang tidak tahu ikut berkomentar karena merasa tahu.

Terlebih ketika mewabahnya pandemi Covid-19 seperti sekarang ini, banyak sekali waktu kita bersama gajet,
bahkan istri dan anak2 kita. Kita harus benar-benar bijak dalam menyebarkan informasi di media sosial dan
dunia maya. Tidak asal kopas tanpa tahu sumber, tidak asal share berita kurang bermutu.

Hadirin, kita dituntut untuk menjadi bijak. Bukan hanya untuk diri kita sendiri, tetapi juga untuk orang-orang
yang dalam tanggungjawab kita: istri dan terutama anak-anak kita. Bahkan untuk mereka kita harus lebih
berhati-hati lagi ketika memberikan atau membiarkan mereka bekerja, belajar online, dan bermain dengan
gajet. Sudah terbukti dan banyak diberitakan betapa telah timbul kerusakan moral yang luar biasa akibat
pemanfaatan gajet secara tidak bertanggungjawab. Dan Allah akan bertanya di akhirat kelak tentang
tanggungjawab kita kepada diri kita sendiri dan tanggungjawab kepada istri dan anak2 kita. Marilah kita
mempersiapkan diri agar mampu menjawab pertanyaanNya dan selamat dari adzabNya kelak.

‫ أَقُ ْو ُل َق ْول ْـِي َه َذا َوأَسْ َت ْغ ِف ُر‬.‫الذ ْك ِـر ْال َح ِكي ِْم‬
ِّ ‫ت َو‬ ِ ‫ َو َن َف َعنِيْ َوإِيَّا ُك ْم ِب َما ِف ْي ِه م َِن ْاآل َيا‬،‫آن ْالعَظِ ي ِْم‬
ِ ْ‫ك هللاُ لِيْ َولَ ُك ْم فِي ْال ُقر‬ َ ‫ار‬
َ ‫َب‬
‫ إِ َّن ُه ه َُو ْال َغفُ ْو ُر الرَّ ِح ْي ُم‬،ُ‫ َفاسْ َت ْغفِر ُْوه‬.ٍ‫هللا ْالعَظِ ْي َم لِيْ َولَ ُك ْم َولِ َسائ ِـِر ْالمُسْ لِ ِمي َْن مِنْ ُك ِّل َذ ْنب‬
َ .

KHUTBAH KEDUA

َّ‫ك ْال َح ُّق ْالم ُِبيْنُ َوأَ ْش َه ُد أَن‬


ُ ِ‫ أَ ْش َه ُد أَنْ اَل إِل َه إِاَّل هللاُ ْال َمل‬،ُ‫ِي لَ ْواَل أَنْ َهدَا َنا هللا‬
َ ‫ِهذا َو َما ُك َّنا لِ َن ْه َتد‬ ِ ‫ْال َح ْم ُد‬
َ ‫هلل الَّذِيْ َهدَا َنا ل‬
ُ‫ِق ْال َوعْ ِد اأْل َ ِميْن‬
‫صاد ُـ‬ َ ُ‫م َُح َّم ًدا َع ْب ُده‬،
‫ أَمَّا َبعْ ُد‬،‫ْن‬
ِ ‫ص ِّل َعلَى م َُح َّم ٍد َوآلِ ِه َوأَصْ َح ِاب ِه َو َمنْ َت ِب َع ُه إِلَى َي ْو ِم ال ِّدي‬ َ ‫اللّ ُه َّم َف‬،
ِ ‫ َفأ ُ ْوصِ ْي ِنيـ َوإِيَّا ُك ْم ِب َت ْق َوى‬،
 ‫هللا َح َّق ُت َقا ِت ِه لَ َعلَّ ُك ْم ُترْ َحم ُْو َن‬
Kaum muslimin sidang Jumat yang di rahmati Allah

Dalam khutbah yang kedua ini sekali lagi saya mengajak, marilah kita lebih berhati-hati dalam mengikuti
perubahan zaman, kita gunakan kemajuan teknologi ini untuk manfaat dan kebaikan, gunakan selalu akal
sehat, jangan ikuti kesenangan dan kemauan hawa nafsu yang menjadi jalannya syetan untuk

3
‫‪menggelincirkan kita ke dalam kerusakan. Marilah kita waspadai dan jaga juga orang2 yang menjadi‬‬
‫‪tanggungjawab kita, istri dan terutama anak-anak kita. Jangan sampai kerusakan terjadi tanpa kita‬‬
‫‪menyadarinya, sehingga setelah terlambat kita hanya bisa menyesalinya. Na’uudzubillaah, tsumma‬‬
‫‪na’uudzubillaahi mindzaalik.‬‬

‫‪Mengakhiri khutbah kedua ini, marilah kita berdoa dengan khusyuk, tawadhu’, dan penuh pengharapan,‬‬
‫‪semoga kita semua menjadi pribadi ulul albab, serta mampu menjalankan tuntunan Nabi Muhammad Saw.‬‬
‫‪secara sempurna dan istiqamah.‬‬

‫صلُّ ْو َن َعلَى ال َّن ِبي َيا أَ ُّي َها الَّ ِذي َْن آ َم ُن ْوا َ‬
‫صلُّ ْوا َعلَ ْي ِه َو َسلِّم ُْوا َتسْ لِ ْيمًا‪ ‬‬ ‫هللا َو َماَل ِئ َك َت ُه ُي َ‬
‫‪،‬إِنَّ َ‬
‫ت‬ ‫ت إِ َّن َ‬
‫ك َس ِم ْي ٌع َق ِريْبٌ ُم ِجيْبُ ال َّد َع َوا ِ‬ ‫مْوا ِ‬‫ت اأْل َحْ َيا ِء ِم ْن ُه ْم َواألَ َ‬
‫ت َو ْالم ُْؤ ِم ِنيْنَ َو ْالم ُْؤ ِم َنا ِ‬ ‫اغفِرْ ل ِْلمُسْ لِ ِمي َْن َو ْالمُسْ لِ َما ِ‬
‫اللّ ُه َّم ْ‬
‫ت‬
‫اجا ِ‬ ‫‪َ ،‬يا َقاضِ َي ْال َح َ‬
‫اللهم أحسن عاقبتنا فى األموركلهاـ وأجرناـ من حزي الدنيا وعذاب األخرة‬
‫اللهم انا نسئلك الهدى والتقى والعفاف والغنىـ‬
‫ِك‪ ،‬اللّ ُه َّم أَ ِم ْت َنا‪ ‬‬ ‫ش ْك ِر َ‬
‫ك َوحُسْ ِن عِ َبادَ ت َ‬ ‫اغفِرْ لَ َنا َول َِوالِ ِد ْي َناـ َوارْ َح ْم ُه َماـ َك َما َر َّب َيا َنا صِ غَارً ا‪ ،‬اللّ ُه َّم أَعِ َّنا َعلَى ذ ِْك ِر َ‬
‫ك َو ُ‬ ‫اللّ ُه َّم ْ‬
‫‪َ ،‬علَى اإْل ِسْ اَل ِم َواإْل ِ ْي َم ِ‬
‫ان‬
‫َر َّب َنا َهبْ لَ َنا مِنْ أَ ْز َوا ِج َناـ َو ُذرِّ يَّا ِت َناـ قُرَّ َة أَعْ ي ٍُن َواجْ َع ْل َنا ل ِْل ُم َّتقِي َْن إِ َمامًا‪َ ،‬ر َّب َنا آ ِت َنا فِي ال ُّد ْن َيا َح َس َن ًة َوفِي اآْل خ َِر ِة َح َس َن ًة‬
‫هلل َربِّ ْال َعالَ ِمي َْن‪ ،‬أَقِ ْيمُوا‬
‫ك َربِّ ْالع َِّز ِة َعمَّا يَصِ فُ ْو َن َو َسالَ ٌـم َعلَى ْالمُرْ َسلِي َْن‪َ ،‬و ْال َح ْم ُد ِ‬ ‫ان َر ِّب َ‬‫ار‪ُ ،‬سب َْح َ‬ ‫َوقِ َنا َع َذ َ‬
‫اب ال َّن ِ‬
‫صاَل َة‬
‫!ال َّ‬

‫‪4‬‬

Anda mungkin juga menyukai