Anda di halaman 1dari 10

1

Jurnal Pharmascience, Vol. 04 , No.01, Februari 2017, hal: 1 - 10


ISSN-Print. 2355 – 5386
ISSN-Online. 2460-9560
http://jps.unlam.ac.id/
Research Article

Potensi Biji Orok-orok (Crotalaria juncea L.)


sebagai Kandidat Obat Insomnia
*Asmiyenti Djaliasrin Djalil, Siti Musyarofah, Bayu Satria Nugroho Putra,
Erza Genatrika, Ika Yuni Astuti

Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Purwokerto


Email: asmiyenti@yahoo.com

ABSTRAK

Insomnia merupakan gangguan yang menyebabkan penderita mengalami


ketidakmampuan untuk mencukupi kebutuhan tidur. Pemilihan terapi insomnia di Desa
Lembarawa, Brebes, secara empiris biasanya menggunakan biji orok-orok (Crotalaria juncea
L.) sebagai sedatif. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan bahwa biji orok-orok
memiliki potensi sebagai sedatif dengan dosis yang tepat. Biji orok-orok diekstrak
menggunakan pelarut metanol. Ekstrak yang diperoleh selanjutnya difraksinasi dengan
pelarut etil asetat dan metanol. Ekstrak dan fraksi yang diperoleh kemudian diujikan terhadap
mencit. Mencit dibagi menjadi 12 kelompok, kelompok I kontrol positif (fenobarbital 60
mg/Kg BB) kelompok II kontrol negatif (NaCMC 1%), kelompok III-IV merupakan
kelompok perlakuan ekstrak metanol dengan konsentrasi 50 dan 200 mg/Kg BB, kelompok
V-VIII merupakan fraksi etil asetat dengan konsentrasi berturut-turut 7,5; 15; 22,5; dan 30
mg/Kg BB, kelompok IX-XII merupakan fraksi metanol dengan konsentrasi berturut-turut
25, 50, 75, dan 100 mg/Kg BB. Parameter yang digunakan adalah daya cengkeram mencit,
reflek balik badan mencit, diameter pupil mata, serta daya jatuh menit. Hasil uji menunjukkan
bahwa fraksi etil asetat dan metanol memiliki efek sedatif. Efek sedatif paling baik
ditunjukkan oleh fraksi metanol 100 mg/Kg BB yang mendukung terapi untuk insomnia.
Kata kunci: biji orok-orok, Crotalaria juncea L., sedatif.

ABSTRACT

Insomnia is a disruption that can not supply the needs of sleeping. In Lembarawa,
Brebes, insomnia was treated empirically using Crotalaria Juncea L. (orok-orok). The
purpose of this study was to prove that the seeds of Crotalaria juncea L. had potential as a
sedative. Orok-orok seeds methanolic extract, ethyl acetate fraction, and methanolic fraction
were observed as a sedative. Mice were divided into 12 groups: positive control group
(phenobarbital 60 mg/Kg BW), negative control group (Na CMC 1%), methanolic extract of
orok-orok seeds with doses of 50 and 100 mg/Kg BW, ethyl acetate fraction with doses of 7.5;
15; 22.5; and 30 mg/Kg BW, methanolic extract with doses of 25; 50; 75; and 100 mg/Kg
BW. The sedative activity was investigated in mice including diameter mouse’s pupil, grip
strange performances, return mice reflect, and rotarod performances. The results suggest

Volume 4, Nomor 1 (2017) Jurnal Pharmascience


2

that methanolic extract, ethyl acetate fraction, and methanolic fraction of orok-orok seeds
possess potent sedative activity. The highest activity was obtained by using 100 mg/Kg BW of
methanolic fraction, which supported its therapeutic use for insomnia.

Keywords: Crotalaria juncea L., Orok-orok seeds, a sedative.

I. PENDAHULUAN bergantung pada dosis, mulai dari yang


Insomnia merupakan gangguan ringan yaitu menyebabkan tenang atau
berupa ketidakmampuan untuk mencukupi kantuk, menidurkan, hingga yang berat
kebutuhan tidur, baik kualitas maupun yaitu hilangnya kesadaran, keadaan
kuantitas. Data dari Diagnostic and anastesi, koma, dan mati. Pada dosis
Statistical Manual of Mental Disorders-IV, terapi, obat sedatif menekan aktivitas
sekitar 20-49% populasi dewasa di mental, menurunkan respon terhadap
Amerika Serikat pernah mengalami gejala rangsangan emosi sehingga menenangkan.
insomnia dan diperkirakan 10-20% di Obat hipnotik menyebabkan kantuk dan
antaranya mengalami insomnia kronis. mempermudah tidur serta
Data yang dikumpulkan juga mempertahankan tidur yang menyerupai
menyimpulkan bahwa wanita memiliki tidur fisiologis (Gunawan, 2007).
resiko 1,5 kali lebih tinggi untuk Penggunaan obat-obat sedatif
mengalami insomnia dibandingkan dengan perlu dipertimbangkan karena memiliki
pria (Mai dan Buysse, 2009). Di Indonesia, efek samping yang merugikan, misalnya
prevalensi insomnia cukup tinggi. yaitu letih, lesu, reaksi psikis (pikiran kacau,
sekitar 20-50% lansia mengalami insomnia daya reaksi diperlambat), pusing-pusing,
dan 17% mengalami gangguan tidur yang nyeri kepala, mulut kering, rasa pahit di
serius (Amir, 2016). mulut, gangguan lambung usus,
Beberapa obat yang biasa penglihatan berganda karena otot mata
digunakan sebagai pengobatan insomnia mengendur, hangover, amnesia
adalah golongan obat sedatif dan hipnotika anterograde, gejala paradoksal, toleransi,
di antaranya yaitu: benzodiazepim, dan ketergantungan, sindrom abstinensi,
barbiturat, dan golongan sedatif-hipnotik dan sindrom floppy infant pada ibu hamil
lain (paraldehida, kloral hidrat, etklorvinol, dan menyusui (Tjay dan Rahardja, 2007).
dan meprobamat) (Gunawan, 2007). Selain pengobatan menggunakan
Golongan obat sedatif dan obat-obat sintesis, insomnia dapat diobati
hipnotika merupakan golongan obat menggunakan tanaman herbal. Masyarakat
pendepresi susunan saraf pusat. Efeknya Desa Lembarawa, Kecamatan Brebes,

Volume 4, Nomor 1 (2017) Jurnal Pharmascience


3

Kabupaten Brebes, biasa menggunakan II. METODE PENELITIAN


biji orok-orok (Crotalaria juncea L.) yang A. Bahan dan Alat
diserbuk dan dibuat minuman untuk Bahan yang digunakan antara lain:
mengatasi insomnia. Tanaman orok-orok biji orok-orok kering yang diperoleh dari
ini (Gambar 1) biasa tumbuh di sawah dan Desa Lembarawa, Brebes, etil asetat,
terlihat lebih mirip dengan rumput. Biji metanol, dan fenobarbital dari Merck,
orok-orok diketahui berfungsi sebagai akuades (Otsuka), mencit jantan galur
antiulserogenik dan antiinflamasi (Ashok DDY dengan berat badan 20-30 g dan
et al., 2006; Purnima et al., 2006); umur antara 40-60 hari (1,5-2 bulan),
hepatoprotektif (Rahila et al., 2013); NaCMC.
antifertilitas (Vijaykumar et al., 2003), Alat-alat yang digunakan antara
antiobesitas dan hipoglikemik (Rajesh et lain: alat-alat gelas, penjepit kayu, cawan
al., 2014), serta antibakterial (Hemendra porselin, sendok tanduk, aluminium foil,
dan Sushil, 2010). evaporator, rotarod, strimin, jangka
sorong, rotary evaporator, dan alat suntik
oral.

B. Jalannya Penelitian
1. Determinasi Tanaman dan Perijinan
Ethical Clearance
Determinasi tanaman dilakukan di
Laboratorium Taksonomi Tumbuhan,
Gambar 1. Tanaman orok-orok.
Fakultas Biologi, Universitas Jenderal
Soedirman, Purwokerto. Determinasi
Rahila et al. (2013) menyatakan
dilakukan dengan mengacu buku Flora of
bahwa golongan senyawa kimia yang
Java vol 1. Ethical clearance dilakukan
terdapat pada biji orok-orok antara lain
untuk memastikan bahwa pengujian tidak
alkaloid, steroid, glikosida, flavon, fenol,
menggunakan metode yang melanggar
dan tanin. Sampai saat ini belum ada data
peraturan pemeliharaan hewan uji.
ilmiah mengenai potensi biji orok-orok
Permohonan ijin ini dilakukan di Komisi
untuk mengobati insomnia. Oleh sebab itu,
Etik, Fakultas Kedokteran, Universitas
maka pada penelitian ini akan diungkap
Jenderal Soedirman.
potensi biji orok-orok melalui uji efek
sedasi untuk mengatasi insomnia.

Volume 4, Nomor 1 (2017) Jurnal Pharmascience


4

2. Pembuatan Simplisia 5. Pembuatan Larutan Na CMC 1%


Biji orok-orok disortir untuk Sebanyak 1 gram Na CMC
memisahkannya dari kotoran atau bahan ditaburkan merata ke dalam mortir yang
asing lain seperti lumut, tanah, rumput, berisi akuades panas sebanyak 10 mL.
kerikil, dan bahan yang rusak. Kemudian NaCMC didiamkan selama 15 menit
biji diangin-anginkan beberapa hari hingga diperoleh massa yang transparan,
sampai berwarna hitam kecoklatan, digerus hingga terbentuk gel kemudian
diserbukkan, dan diayak sehingga diencerkan dengan sedikit akuades. Gel
diperoleh serbuk halus dan kering. dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL,
3. Pembuatan Ekstrak Metanol lalu ditambahkan akuades sampai 100 mL.
Ekstraksi dilakukan menggunakan Pemberian Bahan Uji Per Oral
metode maserasi. Biji yang telah Mencit dibagi menjadi 12
diserbukkan sebanyak 1000 g ditambah kelompok, masing-masing kelompok
dengan metanol dengan perbandingan 1 : terdiri dari 3 mencit. Kelompok I sebagai
10 b/v. Maserasi dilakukan selama 3x24 kontrol positif (fenobarbital 60 mg/Kg
jam dengan pengadukan sehari sekali pada BB), kelompok II kontrol negatif
jam yang sama selama 30 menit. Ekstrak (NaCMC 1%), kelompok III-IV
metanol yang diperoleh diuapkan dengan merupakan kelompok perlakuan ekstrak
evaporator. metanol dengan konsentrasi 50 dan 200
4. Fraksinasi Ekstrak Metanol mg/Kg BB, kelompok V-VIII merupakan
Ekstrak metanol difraksinasi kelompok perlakuan fraksi etil asetat
bertingkat menggunakan pelarut dengan dengan konsentrasi berturut-turut 7,5; 15;
tingkat kepolaran yang berbeda (n-heksana, 22,5; dan 30 mg/Kg BB, kelompok IX-XII
etil asetat, metanol. Ekstrak kental metanol merupakan kelompok perlakuan fraksi
sebanyak 10 g disuspensikan dengan air metanol dengan konsentrasi berturut-turut
dan metanol (2:1) kemudian dipartisi 25, 50, 75, dan 100 mg/Kg BB.
dengan 50 mL n-heksana sebanyak 3 kali Masing-masing hewan uji diberi
atau sampai jernih menggunakan corong perlakuan sesuai dengan kelompok
pisah. Sisa ekstrak dipartisi kembali masing-masing. Pada menit ke-15, 30, 60,
dengan 50 ml etil asetat sebanyak 3 kali dan 120 diamati perubahan diameter pupil
atau sampai jernih (fraksi etil asetat). Sisa mata, reflek balik badan, penurunan daya
ekstrak pada tahap ini disebut sebagai cengkeram mencit pada strimin, dan
fraksi metanol. jumlah mencit jatuh dari rotarod selama 2
menit.

Volume 4, Nomor 1 (2017) Jurnal Pharmascience


5

6. Analisis Data sedatif. Sebelum dilakukan uji pada fraksi


Data yang diperoleh dibandingkan metanol maupun etil asetat, dilakukan uji
dengan kontrol positif fenobarbital sebagai terhadap ekstrak metanol. Dosis yang
obat insomnia komersil yang telah beredar. digunakan adalah ½ kali dosis normal (50
Perubahan diameter pupil mata, reflek mg/kg BB) dan 2 kali dosis normal (200
balik badan, penurunan daya cengkeram mg/kg BB) dari yang biasa digunakan
mencit pada strimin merupakan data secara empiris.
deskriptif. Data jumlah jatuh mencit Besar kecilnya pengaruh terhadap
diolah secara statistik dengan uji anova koordinasi motorik tersebut dapat
satu arah. menggambarkan besar kecilnya efek
sedasi. Semakin besar pengaruh terhadap
III. HASIL DAN PEMBAHASAN koordinasi motorik menunjukan semakin
Hasil determinasi tanaman kuatnya efek sedasi yang ditimbulkan.
menunjukkan bahwa tanaman yang Efek sedasi yang ditimbulkan dapat
digunakan adalah Crotalaria juncea L. diamati melalui berbagai parameter.
berdasarkan reference Sp. Pl. 2: 714. 1753 Parameter yang digunakan pada penelitian
[1 May 1753] (GCI). Proses ekstraksi ini yaitu mengukur diameter pupil mata,
menghasilkan ekstrak kental metanol mengamati reflek balik badan, mengukur
dengan rendemen 9,5% yang selanjutnya daya cengkeram pada strimin, dan
dilakukan proses fraksinasi. menghitung banyaknya jumlah jatuh
Pembuatan fraksi dilakukan untuk mencit dari rotarod.
memisahkan senyawa polar, semi polar Hasil uji sedatif pada ekstrak
dan non polar. Fraksi yang diuji lebih metanol berupa perubahan diameter pupil
lanjut adalah fraksi etil asetat dan fraksi mata, reflek baik badan, daya cengkeram,
metanol. Rendemen yang dihasilkan untuk dan banyaknya jumlah jatuh mencit dari
fraksi etil asetat dan metanol berturut-turut rotarod menunjukan bahwa dosis ½ dan 2
adalah 13,5 dan 33,1% (perhitungan dari kali dosis normal memiliki aktifitas sedatif
ekstrak metanol). Fraksi yang didapat akan tetapi tidak sekuat kontrol positif
dilakukan uji sedatif pada hewan uji. fenobarbital. Oleh sebab itu uji dilanjutkan
Efek sedatif mampu mempengaruhi terhadap fraksi metanol maupun etil asetat.
kemampuan koordinasi motorik dari Pengukuran diameter pupil mata
mencit. Pengaruh dari besar kecilnya dapat dilihat pada Gambar 2. Hasil
koordinasi motorik ini dapat pengamatan dibuat dalam bentuk skala 1-
menggambarkan besar kecilnya efek 3. Skala 1 artinya diameter pupil mata

Volume 4, Nomor 1 (2017) Jurnal Pharmascience


6

dikatakan tetap bila pupil mata berukuran diameter pupil sebanding dengan efek
0,2 cm. Skala 2 jika terjadi sedikit miosis, sedatif-hipnotik suatu obat (Hou et al.,
bila pupil mata berukuran 0,1 cm. Skala 3, 2006).
miosis, bila pupil mata berukuran kurang Secara umum hampir semua
dari 0,1 cm. Apabila suatu fraksi/ekstrak kelompok perlakuan memiliki diameter
memiliki efek sedatif maka akan pupil mata yang lebih kecil dibandingan
menyebabkan pupil mata semakin kecil. dengan kelompok kontrol negatif.
Terdapat hubungan yang erat antara Berdasarkan data pada Gambar 2 dapat
tingkat arousal sistem syaraf pusat dan dilihat bahwa pemberian fraksi metanol
diameter pupil, setiap penurunan arousal dosis 100 mg/Kg BB menimbulkan efek
disertai dengan penurunan diameter pupil. sedatif yang paling besar namun belum
Telah diketahui bahwa penurunan sebaik fenobarbital.

3,5
Kategori Diameter Pupil Mata

2,5

1,5

0,5

0
0 20 40 60 80 100 120 140
Waktu pengamatan (menit)

I II III IV V VI
VII VIII IX X XI XII

Gambar 2. Kurva pengamatan diameter pupil mata mencit. Kelompok I-XII berturut-turut adalah: kontrol
positif (fenobarbital 60 mg/Kg BB), kontrol negatif (NaCMC 1%), ekstrak metanol 50, ekstrak metanol 200
mg/Kg BB, fraksi etil asetat 7,5; 15; 22,5; dan 30 mg/Kg BB, fraksi metanol 25, 50, 75, dan 100 mg/Kg BB.
Kategori 1-3 berturut-turut menunjukkan diameter pupil mata tetap (pupil mata berukuran 0,2 cm), terjadi
sedikit miosis (pupil mata berukuran 0,1 cm), miosis (pupil mata berukuran kurang dari 0,1 cm).

Gambar 3 menunjukkan hasil badannya dibandingkan dengan kontrol


pengamatan reflek balik badan mencit. negatif. Seperti halnya pada pengamatan
Secara umum hampir semua mencit pada diameter pupil mata, reflek balik badan
kelompok perlakuan memiliki kemampuan mencit pada kelompok perlakuan fraksi
yang lebih lemah untuk membalikkan metanol lebih lemah dibandingkan dengan

Volume 4, Nomor 1 (2017) Jurnal Pharmascience


7

fraksi etil asetat. Efek sedatif dari fraksi dosis 100 mg/Kg BB menimbulkan efek
metanol lebih baik dibandingkan dengan sedatif yang paling besar namun belum
fraksi etil asetat. Pemberian fraksi metanol sebaik fenobarbital.

3,5

3
Kategori Reflek Balik Badan

2,5

1,5

0,5

0
0 20 40 60 80 100 120 140
Waktu Pengamatan (menit)

I II III IV V VI
VII VIII IX X XI XII

Gambar 3. Kurva pengamatan reflek balik badan mencit. Kelompok I-XII berturut-turut adalah: kontrol positif
(fenobarbital 60 mg/Kg BB), kontrol negatif (NaCMC 1%), ekstrak metanol 50, ekstrak metanol 200 mg/Kg
BB, fraksi etil asetat 7,5; 15; 22,5; dan 30 mg/Kg BB, fraksi metanol 25, 50, 75, dan 100 mg/Kg BB. Kategori
1-3 berturut-turut menunjukkan kuat (jika dalam 2 detik mencit sudah membalikkan badannya), sedikit
melemah (jika dalam waktu 5 detik mencit sudah membalikkan badannya), melemah (jika dalam waktu lebih
dari 5 detik mencit belum membalikkan badannya).

Pengamatan selanjutnya adalah fraksi metanol dosis 100 mg/Kg BB


pengamatan daya cengkeram mencit. Efek menimbulkan efek sedatif yang paling
sedatif yang meningkat ditandai dengan besar namun belum sebaik fenobarbital.
semakin melemahnya daya cengkeram Kinerja tikus pada rotarod adalah suatu
mencit. Gambar 4 menunjukkan metode sensitif yang secara luas digunakan
pengamatan daya cengkeram mencit pada untuk menilai aspek keseimbangan dan
kelompok perlakuan. Seperti halnya koordinasi fungsi motorik atau efek
pengamatan pada diameter pupil mata dan relaksan otot pada hewan pengerat
reflek balik badan, pengamatan daya (Moniruzzaman et al., 2015). Aspek ini
cengkeram mencit menunjukkan bahwa membutuhkan fungsi cerebellar dan
efek sedatif dari fraksi metanol lebih baik kooordinasi motorik yang menyeluruh.
dibandingkan dengan fraksi etil asetat pada
konsentrasi uji yang diberikan. Pemberian

Volume 4, Nomor 1 (2017) Jurnal Pharmascience


8

3,5

2,5
Kategori Axis Title

1,5

0,5

0
0 20 40 60 80 100 120 140
Waktu Pengamatan (menit)

I II III IV V VI
VII VIII IX X XI XII

Gambar 4. Kurva pengamatan daya cengkeram mencit. Kelompok I-XII berturut-turut adalah: kontrol
positif (fenobarbital 60 mg/Kg BB), kontrol negatif (NaCMC 1%), ekstrak metanol 50, ekstrak
metanol 200, fraksi etil asetat 7,5; 15; 22,5; dan 30 mg/Kg BB, fraksi metanol 25, 50, 75, dan 100
mg/Kg BB. Kategori 1-3 berturut-turut menunjukkan kuat (jika semua kaki mencit mencengkeram
strimin dan tidak mau lepas), sedikit melemah (jika semua kaki mencit mencengkeram strimin, dan
melemah (jika kaki mencit tidak mau mencengkeram).

Mencit dengan masalah koordinasi pengobatan dengan biji orok-orok


motorik yang berat akan mengalami dapat menurunkan koordinasi motorik
kesulitan untuk tetap pada batang yang mengganggu kinerja mencit di
berputar (Hamm et al., 1994, Adongo rotarod terutama pada fraksi metanol.
et al., 2014). Tabel 1 merupakan data Dosis fraksi metanol 100 mg/Kg BB
banyaknya jumlah jatuh mencit dari merupakan dosis paling baik namun
atas rotarod selama 2 menit. belum sebaik fenobarbital. Jumlah
Pengamatan dilakukan pada menit ke- jatuh mencit pada kelompok-kelompok
15, 30, 60, dan 120. Efek sedatif yang perlakuan berbeda bermakna (p<0,05).
meningkat ditandai dengan semakin Namun tidak ada perbedaan yang
banyaknya jumlah jatuh mencit. Hasil signifikan antara variasi dosis fraksi
pengamatan menunjukkan bahwa etil asetat (p>0,05).

Volume 4, Nomor 1 (2017) Jurnal Pharmascience


9

Tabel I. Pengamatan jumlah jatuh mencit rata-rata dari rotarod


Waktu Kelompok
(menit) I II III IV V VI VII VIII IX X XI XII
15 12,7 0 2,3 4,7 1 1 0,3 1,3 5,3 6,3 4,3 7,3
30 27,7 0 4,3 11,3 1 1 0,3 2 8,7 11,3 6,3 12
60 42,7 0 5 14 2 1,3 0,3 2 10 13,7 7 13,7
120 57,7 0 7 17,3 2 1,3 0,3 2 11 13,7 9,3 15,3
Keterangan:
Kelompok I-XII berturut-turut adalah: kontrol positif (fenobarbital 60 mg/Kg BB), kontrol negatif
(NaCMC 1%), ekstrak metanol 50, ekstrak metanol 200 mg/Kg BB, fraksi etil asetat 7,5; 15; 22,5;
dan 30 mg/Kg BB, fraksi metanol 25, 50, 75, dan 100 mg/Kg BB.

Menurut Gottesmann (2002), hasil menunjukkan efek sedatif yang paling


aktivitas lokomotor merupakan hasil dari baik.
dari aktivasi otak, yang dimanifestasikan
sebagai eksitasi neuron sentral yang DAFTAR PUSTAKA
melibatkan mekanisme neurokimia yang
Adongo, D.W., Mante, P.K, Woode, E.,
berbeda dan peningkatan metabolisme Ameyaw, E.O., Kukuia, K.K.E.
2014. Effects of Hyrdroethanolic
otak. Ada kemungkinan bahwa aktivitas
Leaf Extract of Pseudospondias
sedatif biji orok-orok dimediasi oleh microcarpa (A. Rich.) Engl.
(Anacardiaceae) on the Central
GABAergic pathway, karena transmisi
Nervous System in Mice. The
GABAergic dapat menghasilkan sedasi Journal of Phytopharmacology.
3(6):410-417.
mendalam pada mencit. Aksi
Amir, N. Gangguan Insomnia dan
penghambatan GABA berupa pembukaan Tatalaksananya. Pekan Ilmiah
Tahunan dan Mukernas 7 PDUI.
saluran klorida yang memungkinkan
Jakarta, 22 – 24 April 2016.
hyperpolarizing membran, menyebabkan Ashok, P., Rajani, G.P., Arulmohzi, S.,
Hulkoti, B., Desai, B.G., Rajendra,
depresi sistem syaraf pusat dan
R. 2006. Antiinflammatory and
menghasilkan aktifitas sedatif dan Antiulcerogenic Effect of Crotalaria
juncea Linn. in Albio Rats. Iranian
hipnosis.
Journal of Pharmacological and
Therapeutics. 5:141-144.
Gottesmann, C. 2002. GABA Mechanisms
C. KESIMPULAN and Sleep. Neuroscience.
Biji orok-orok memiliki potensi 111(2):231–239.
Gunawan, S.G. 2007. Farmakologi dan
sebagai obat insomnia. Pemberian secara
Terapi Edisi ke-5. Jakarta:
oral ekstrak metanol, fraksi etil asetat, dan Departemen Farmakologi dan
Terapeutik, Fakultas Kedokteran,
fraksi metanol pada konsentrasi uji
Universitas Indonesia.
menimbulkan efek sedatif pada mencit Hamm, R.J., Pike, B.R., O'Dell, D.M.,
Lyeth, B.G., Jenkins, L.W. 1994.
namun tidak sebaik fenobarbital. Fraksi
The Rotarod Test: an Evaluation of
metanol dosis 100 mg/Kg BB Its Effectiveness in Assessing Motor

Volume 04, Nomor 01 (2017) Jurnal Pharmascience


10

Deficits Following Traumatic Brain Vijaykumar, B.M., Sangamma, I.,


Injury. J Neurotrauma. 11(2):187- Sharanabasappa, A., Saraswati, B.P.
196. 2003. Antifertility Activity of
Hemendra, S.C. dan Sushil, S.K. 2010. Various Extracts of Crotalaria
Antibacterial activity of seed and juncea Linn., Ed in Male Mice.
flower parts of Corotalaria juncea Philippine Journal of science.
Linn. American-Ewrasian Journal of 132(1):39-46.
Scientific Research, 5(3):212-215.
Hou, R.H., Scaife, J., Freeman, C.,
Langley, R.W., Szabadi, E.,
Bradshaw, C.M. 2006. Relationship
between Sedation and Pupillary
Function: Comparison of Diazepam
and Diphenhydramine. British
Journal of Clinical Pharmacology.
61(6):752–760.
Mai, E., Buysse, D.J. 2009. Insomnia:
Prevalence, Impact, Pathogenesis,
Differential Diagnosis, and
Evaluation. The Journal of Lifelong
Learning in Psychiatry. 7(4):491-
498.
Moniruzzaman, Md., Rahman, A., dan
Ferdous, A. 2015. Evaluation of
Sedative and Hypnotic Activity of
Ethanolic Extract of Scoparia dulcis
Linn. Evidence-Based
Complementary and Alternative
Medicine. 2015:1-6.
Rahila, K.C. dan Bhatt, L., Chakraborty,
M., Kamath, J.V. 2013.
Hepatoprotective Activity of
Crotalaria juncea Againts
Thioacetamide Intoxicated Rats.
India-International Research
Journal of Pharmaceutical and
Applied Sciences. 3(1):98-101.
Rajesh, O., Raj Kumar, V., dan
Shankaraiah, P. 2014. Antiobesity
and Hypoglycemic Effect of
Ethanolic Extract of Cratalaria
juncea in High Fat Diet Induced
Hyperlipydemic and Hyperglycemic
Rats. India-International Journal of
Pharmaceutical Science. 6 (suppl 2).
Tjay, T.H. dan Rahardja, K. 2007. Obat-
obat Penting, Khasiat, Penggunaan
dan Efek-Efek Sampingnya Edisi
keenam. Jakarta: PT Elex Media
Komputindo Kelompok Gramedia.

Volume 04, Nomor 01 (2017) Jurnal Pharmascience

Anda mungkin juga menyukai