Anda di halaman 1dari 77

MAKALAH

PERAN PANCASILA SEBAGAI PEMBENTUK


KARAKTER BANGSA

Diajukan untuk memenuhi mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan


Dosen Pengampu: ……………….

Disusun oleh:
Nama Lengkap (20081050xx)
Nama Lengkap (20081050xx)
Nama Lengkap (20081050xx)
Nama Lengkap (20081050xx)
Nama Lengkap (20081050xx)
Nama Lengkap (20081050xx)
Nama Lengkap (20081050xx)

JURUSAN TADRIS MATEMATIKA


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SYEKH NURJATI
CIREBON
2020/2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warrahmatullahi wabarakatuh


Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Peran Pancasila sebagai Pembentuk
Karakter Bangsa”. Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah
Pendidikan Kewarganegaraan.
Terimakasih yang setulusnya kami sampaikan kepada semua pihak yang
telah banyak membantu kami dalam segala hal khususnya dalam penyusunan
makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan baik dari kuantitas maupun kualitas, saran yang membangun dari
berbagai pihak sangat kami harapkan demi perbaikan.
Wassalamu’alaikum warrahmatullahi wabarakatuh.

Cirebon, 06 Juni 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................i


DAFTAR ISI ..............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN ...........................................................................................3
Latar Belakang .............................................................................................................3
Rumusan Masalah ........................................................................................................4
Tujuan ..........................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................5
Karakter ........................................................................................................................5
Keterkaitan Pancasila terhadap Suatu Hal..................................................................xx
Hubungan Pancasila dengan Karakter Bangsa ..........................................................xx
Upaya Penguatan Karakter Bangsa dengan Nilai-Nilai Pancasila..............................xx
Kondisi Jati Diri Bangsa Indonesia.............................................................................xx
Alasan 4 Pilar Dicabut oleh Mahkamah Konstitusi....................................................xx
Desain Pendidikan Karakter di Sekolah.....................................................................xx
BAB III PENUTUP ..................................................................................................xx
Kesimpulan ................................................................................................................xx
Saran ..........................................................................................................................xx
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................xx

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pancasila dianggap sebagai sesuatu yang sacral yang setiap arga
negaranya harus mematuhi segala isi dalam Pancasila tersebut. Namun
sebagian besar warga Negara Indonesia hanya menganggap Pancasila sebagai
dasar Negara dan ideologi Negara semata tanpa memperdulikan makna dan
manfaatnya dalam kehidupan.
Dapat dilihat sekarang ini banyaknya perilaku yang menyimpang dari
nilai-nilai yang diajarkan Pancasila. Maka dari itu pentingnya memahami
Pancasila tidak hanya mengerti namun juga mengamalkan dan melaksanakan
nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila dalam kehidupan sehari-hari yang
menjadi kebiasaan dan akan menjadi karakter bangsa yang terpupuk secara
perlahan.
Harus kita sadari bahwa pembangunan karakter bangsa bukan
merupakan tindakan sederhana dan mudah dilaksanakan. Keterbukaan
informasi tidak hanya membawa nilai positif bagi kehidupan bangsa, tetapi
juga negative. Simak saja perilaku seksual yang dilakukan oleh sejumlah anak
di bawah umur, dikatakan karena dipengaruhi oleh meniru perilaku seksual
artis tertentu yang beredar luas dan mudah diakses telepon seluler. Perilaku
penyimpangan tidak akan terjadi apabila seseorang memiliki kepribadian dan
karakter kuat yang mampu menjadi penyaring (filter) terhadap stimulant nilai-
nilai negative yang tidak atau kurang sesui dengan nilai luhur yang didukung
oleh masyarakat Indonesia.
Dari permasalahan tersebut banyak pihak yang mulai sadar tentang
pentingnya penddikan karakter, agar mendidik anak bangsa menjadi pribadi
yang berkarakter baik. Dari pemerintah pun mulai menata kembali kehidupan
bangsa ini dengan dikeluarkannya kurikulum 2013. Kuriulum 2013 ini
menitikberatkan kepada pengembangan karakter peserta didik. Diharapkan
dengan pembelajaran karakter yang bertahap mulai dari bangku sekolah

3
menjadikan peserta didik mempunyai karakter yang baik, karakter yang dapat
membangun negeri ini menjadi lebih baik, dan tidak dapat secara mudah
terpengaruh oleh kebudayaan asing yang bukan merupakan jati diri bangsa
Indonesia.

1.2. Rumusan Masalah


1) Apa yang dimaksud dengan karakter?
2) Apa saja yang berkaitan dengan pancasila?
3) Bagaimana hubungan antara pancasila dengan karakter bangsa?
4) Bagaimana upaya penguatan dengan menggunakan nilai-nilai pancasila?
5) Bagaimana kondisi jatidiri bangsa Indonesia?
6) Mengapa 4 pilar dicabut oleh Mahkamah Konstitusi?
7) Bagaimana desain pendidikan karakter di sekolah

1.3. Tujuan
1) Mengetahui pengertian dari karakter.
2) Mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan pancasila.
3) Mengetahui hubungan antara pancasila dengan karakter bangsa.
4) Mengetahui upaya penguatan yang menggunakan nilai-nilai pancasila.
5) Mengetahui alasan dicabutnya 4 pilar oleh Mahkamah Konstitusi.
6) Mengetahui desain pendidikan karakter di sekolah.

4
7) BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Karakter
2.1.1. Pengertian Karakter
Berdasarkan istilah bahasa, karakter artinya suatu watak atau
kebiasaan. Sedangkan menurut psikologi, karakter yaitu sebuah sistem
keyakinan yang berupa kebiasaan yang mengarahkan pada tindakan
seorang individu. sebab itu, pengetahuan karakter seorang bisa diketahui,
dengan cara bagaimana seoranng individu akan berperilaku buat syarat
eksklusif. ditinjau asal titik pemahaman, ternyata karakter dan moral tidak
mempunyai bhineka yg signifikan. Keduanya didefinisikan sebagai
tindakan yg terjadi tanpa pemikiran lagi sebab telah tertanam dalam
pikiran, dan dengan istilah lain, keduanya dapat diklaim kebiasaan.
Pengertian karakter menurut para ahli yaitu :
1) Menurut W.B. Saunders, (1977: 126) karakter ialah cara jasmaniah
serta garib yang ditunjukkan oleh individu, beberapa tanda pengenal
yang bisa diamati dekat individu.
2) Menurut Gulo W, (1982: 29) karakter ialah kepribadian dipandang
dari titik tolak etis atau moral, contohnya kejujuran seseorang,
biasanya memiliki kaitan menggunakan sifat-sifat yg cukup tetap.
3) Menurut Wyne memaparkan definisi karakter berasal sisi literalnya.
beliau menyebutkan bahwa kata karakter bersumber berasal bahasa
Yunani “karasso” yg berarti “to mark” yaitu menandai atau mengukir,
yg memfokuskan bagaimana mengaplikasikan nilai kebaikan pada
bentuk tindakan atau tingkah laris. oleh karena itu seorang yg
berperilaku tidak amanah, kejam atau rakus dikatakan menjadi orang
yg berkarakter buruk , ad interim orang yg berperilaku jujur, senang
menolong dikatakan menjadi orang yg berkarakter mulia. Jadi istilah
karakter erat kaitannya menggunakan personality (kepribadian)
seseorang.

5
Karakter ialah unsur utama dalam diri manusia yg dengannya
membuat karakter psikologi seseorang dan membuatnya berperilaku
sesuai menggunakan dirinya serta nilai yg cocok dengan dirinya pada
kondisi yang sesungguhnya. Berbagai definisi istilah atau term asal
karakter itu sendiri para tokoh dan ulama telah menjelaskannya.
kata karakter asal dari bahasa Yunani yang berarti "to mark" atau
menandai serta memfokuskan, bagaimana mengaplikasikan nilai kebaikan
dalam bentuk tindakan atau tingkah laku dari seseorang. Oleh sebab itu,
seseorang yang berperilaku tidak jujur, kejam, atau rakus dikatakan
menjadi orang yg berkarakter buruk , sementara seoarang yg berperilaku
amanah, suka menolong dikatakan menjadi orang yg berkarak mulia. Jadi
istilah karaktererat kaitanya dengan personality atau suatu kepribadian
seorang. seseorang bisa dianggap orang yg berkarakter atau a person of
character jika perilakunya sama dengan kaidah moral.
Pengertian karakter berdasarkan sentra Bahasa Depdiknas artinya
bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budipekerti, perilaku, personalitas, sifat,
tabiat, temperamen, tabiat. Adapun yang dimaksud berkarakter ialah
berkepribadian, beperilaku, bersifat, bertabiat serta berwatak. Sebagian
menjelaskan karakter menjadi penilaian subjektif terhadap kualitas moral
danm mental,sementara yg lainya mengungkapkan karakter menjadi
penilaian subjektif terhadap kualitas mental saja, sebagai akibatnya upaya
mengubah atau menghasilkan karakter hanya berkaitan dengan stimulasi
terhadap intelektual seorang.
Coon mendefinisikan karakter menjadi suatu penilain subjektif
terhadap kepribadiaan seseorang yang berkaitan menggunakan atribut
kepribadiaan yang bisa atau tidak dapat di terima oleh
masyarakat.Karakter berarti watak atau kepribadian.Karakter artinya
holistik disposisikodrati dan disposisi yang telah di kuasai secara stabil
yang mendefinisikan seseorang individu pada keseluruhantata perilaku
psikisnya yang menjadikannya tipikal pada cara berpikir serta bertindak.
Dalam goresan pena bertajuk Urgensi Pendidikan Karakter,
Prof.Suyanto,Ph.D. menyebutkan bahwa "karakter adalah cara berpikir

6
serta berperilaku yang menjadi ciri special tiap individu untuk hidup serta
bekerja sama,baik dalam lingkup keluarga,masyarakat, bangsa dan
negara".
Pada istilah psikologi, yang disebut karakter adalah tabiat perangai
sifat dasar yang khas satu sifat atau kualitas yang permanen terus menerus
dan abadi yang dapat dijadikan karakteristik untuk mengidentifikasi
seorang pribadi. Sedangkan didalam terminologi islam, karakter
disamakan dengan khuluq (bentuk tunggal dari akhlaq ) akhlak yaitu
kondisi batiniyah pada dan lahiriah atau yang berasal dari luar manusia.
kata akhlak dari asal istilah akhalaqa (َ‫ )قَلَخ‬yg berarti perangai, watak, adat
dan tata cara. menurut pendekatan etimologi kata akhlaq asal dari basaha
arab yang bentuk mufradnya merupakan khuluqun yang berdasarkan
bahasat diartikan sebagai budi pekerti, perangai, tingkah laku ataupun
tabiat. Kalimat ini mengandung segi-segi persesuaian menggunakan
perkataan khalqun yang berarti insiden, serta erat hubungannya dengan
menggunakan yang istilahnya yaitu (‫ )خَالِق‬khaliq pencipta, serta makhluk (ٌ
‫ )قُ ْلخَم‬yang artinya yang diciptakan.
Dari Ar-Raghib kosa kata al-khuluq (ٌ‫ )قُاُل لخ‬atau al-khalq (‫)الخلق‬
mengandung pengertian yang sama, mirip halnya kosa kata asy-syurb dan
asy-syarab . Hanya saja kata al-khalq (‫ )الخلق‬dikhususkan untuk syarat
ٌ ُ‫ )ال ُخل‬dikhususkan
serta sosok yang bisa ditinjau sedangkan al-khukuq ( ‫ق‬
untuk sifat dan karakter yang tidak bisa dipandang oleh mata.
Berdasarkan yang dikemukakan oleh Muhammad bin Ali asy-Syarif al-
Jurjani,Akhlak ialah istilah bagi sesuatu sifat yang tertanam bertenaga
dalam diri yangdl darinya keluar perbuatan-perbuatan dengan mudah,
ringan, tanpa perlu berfikir dan merenung. Akhlak artinya sifat insan pada
berteman dengan sesamanya terdapat yang terpuji, ada yg tercela.
Alghazali menerangkan bahwa khuluq adalah suatu kondisi pada jiwa yg
bersih dan berasal dari kondisi itu tumbuh suatu aktifitas yang mudah dan
tanpa memerlukan pemikiran serta pertimbangan terlebih dahulu. Dengan
demikian khuluk mencakup syarat lahir serta batin manusia, baik
teraktualisasi atau tidak semuanya masuk dalam kategori karakter.

7
Berdasarkan uraian diatas maka khuluq mempunyai makna yang ekuivalen
dengan karakter.
2.1.2. Pengertian Pendidikan Karakter
Istilah dan ketentuan pendidikan karakter berasal dua elemen
utama yaitu, pendidikan (Tarbiyah) dan karakter (moralitas). Dari dua
elemen akan mendukung esensi dan tujuan primer pendidikan karakter itu
sendiri. Definisi pendidikan (Tarbiyah) dalam definisi Arab dan Islam
sudah lama. Tarbiyah ini mengatakan timbul semenjak bahasa Arab itu
sendiri. Tarbiyah ini berkata tidak timbul waktu kedatangan Islam, tidak
juga diadopsi dari diskusi asing atau pemikiran asing, namun telah ada
sebelumnya. Pendidikan pada bahasa Arab dapat dianggap istilah tarbiyah
yang asal istilah Coer, Ad Interim mengajar dalam bahasa Arab yang
disebut ta'lim dari dari kata 'allama. Jadi istilah pendidikan Islam sama
menggunakan Tarbiyah Islamiyah.
Istilah tarbiyah itu sendiri adalah afiksasi dari kata babba serta kata
Tarbiyah adalah istilah. Istilah yang berasal surat al-Baqaroh menunjukkan
tiga hal:
1) Memperbaiki serta merawat sesuatu
2) Gagal sesudah itu dan menempati
3) Menggabungkan sesuatu menggunakan sesuatu kain
Definisi ini sebagai paparan Ibn Faris pada 395 H. Definisi semua
definisi Tarbiyah sama-sama dan spesial. Pendidikan adalah
pemeliharaan, peningkatan, memukau terhadap mereka yang dididik
menggunakan gabungan elemen-elemen pendidikan dalam jiwa mereka,
sehingga menjadi dewasa serta mencapai tingkat yang tepat sesuai dengan
menggunakan kemampuannya. Ad Interim menjelaskan perihal definisi
ketentuan karakter (moral) sudah disajikan pada diskusi sebelumnya,
sebagai akibat dari bisa disimpulkan bahwa definisi pendidikan karakter
ialah sebagai berikut: Pendidikan karakter adalah upaya sadar yang
dilakukan oleh para pendidik untuk menghasilkan kepribadian siswa yang
mengajarkan dan menghasilkan moral, etika, serta rasa budaya yang baik
dan karakter mulia yang menumbuhkan kemampuan siswa untuk

8
menyampaikan keputusan yang baik serta buruk dan menyadari bahwa
kebaikan pada kehidupan sehari-hari menggunakan pengajaran dari
pendidikan, pedagogi, bimbingan serta training. Pendidikan karakter
artinya usaha yang disengaja (sadar) untuk mewujudkan kebajikan, yaitu
kualitas insan yang baik secara objektif, tidak hanya baik untuk individu-
individu, tetapi juga baik untuk masyarakat secara keseluruhan.
Menurut Dafid Elkind serta Freddy Sweet Ph.D, usaha dengan
sengaja (sadar) untuk bisa memahami, peduli, dan melaksanakan nilai-
nilai etika inti. Pendidikan karakter berdasarkan Burke semata-mata ialah
bagian dari pembelajaran yang baik dan bagian fundamental berasal
pendidikan yang baik. Pendidikan karakter ditafsirkan menjadi upaya yang
disengaja dari semua dimensi kehidupan sekolah untuk membantu
membuatkan ciri secara optimal. Ini berarti bahwa untuk membantu
menyebarkan karakter peserta didik harus bisa melibatkan seluruh
komponen yang ada pada sekolah baik dari aspek kurikulum, proses
pembelajaran, kualitas hubungan, penenganan mata pelajaran,aplikasi
aktivitasko-kulikuner, dan etos semua lingkungan sekolah.
Tujuan pendidikan artinya untuk pembentukan karakter yang
diwujudkan pada kesatuan esensi subjek menggunakan sikap serta perilaku
hayati yang mereka miliki. Karakter adalah sesuatu yg memenuhi syarat
seseorang. Karakter menjadi identitas yang membahas pengalaman
kontingen yang selalu berubah. Berasal dari kematangan karakter ini,
kualitas seseorang diukur.
2.1.3. Landasan Syar'i Pendidikan Karakter
Akhlak artinya dasar yang berpedoman untuk penciptaan hubungan
baik antara hamba serta Allahta'ala (hablunminallah) dan hamba dengan
hamba lainnya (hablunminnas). Moral yang mulia tidak dilahirkan
berdasarkan keturunan atau terjadi secara tiba-tiba. Tetapi, itu
membutuhkan proses yang panjang, yaitu melalui pendidikan moral.
polisistem pendidikan moral, perilaku, atau etis yang ditawarkan, tetapi
ada pula poli kelemahan dan kekurangan. Oleh sebab itu asal manusia
yang pengetahuannya sangat terbatas. Ad interim pendidikan moral mulia

9
yg ditawarkan oleh Islam tentu saja tak kekurangan kerancuan di
dalamnya. Mengapa? sebab, itu sebuah eksklusif berasal dari al-Khaliq
Alira'ala, yang disampaikan melalui Rasulullah Muhammad Sallallaahu
'Alaihi Wa Sallam menggunakan Al-Quran dan AS-Sunnah ke Ummah-
nya. Utusan Allah merupakan menjadi usbah, Qudwah, dan manusia
terbaik yang selalu menerima 'pendidikan' Tarbiyah eksklusif berasal
Allahta'ala melalui malaikat jibril. Sehingga beliau bisa dan berhasil
mencetak sahabat dan temannya ke dalam tokoh-tokoh manusia yang
mempunyai Izzah sebelum karakter Ummah dan mulia lainnya sebelum
Allahta'ala.
Allahta'ala berfirman dalam Al Qur'an:
‫وإنك لعلى خلق عظیم‬
"dan sesungguhnya engkau benar-benar berbudi pekerti yang luhur.
Karena Tuhanmu yang mendidikmu dengan Al-Quran". (Alqalam: 68: 4)

Menurut Bylayatini al-'Aufi Meriwandari Ibn 'Abbas beliau


berkata: "Sebenarnya engkau sahih-sahih pada kepercayaan yang besar
pada Islam". Demikian pula, yang dikatakan oleh Adh-Dhahhak serta Ibn
Zaid, Athyyah berkata: "Sebenarnya Anda benar-benar pada etika yang
hebat". "Aisyah sudah ditanya perihal moral Nabi Sallallaahu 'Alaihi Wa
Sallam, jadi dia menjawab:" Moral beliau merupakan Alquran ". untuk
alasan ini, Nabi Sallallaahu'Alaihi WA Sallam telah melaporkan bahwa
pada antara salah satu tujuan kematiannya ialah menggunakan
menyempurnakan moralitas yang Mulia. Dia Rasulullah sallallaahu'alaihi
wa sallam berkata:
‫إنما بعثت ألتمم مكارم األخالق‬
"Tentunya aku tidak mengirim apa-apa selain menyempurnakan
moralitas yang Mulia. "

Semuanya pula merekomendasikan berperilaku menggunakan


moralitas primer. oleh karena itu, para sarjana berkata bahwa yang Mulia
artinya panduan yang sudah disepakati oleh seluruh syariah. Tetapi,

10
syariah yang tepat telah menjadi Nabi Sallallaahu'Alaihi WA
Sallamawalagi dengan aneka macam kesempurnaan moralitas mulia serta
sifat-sifat terpuji. dalam seseorang hadits menyebutkan bahwa Nabi
Sallallaahu 'Alaihi Wa Sallam ke Andaz bin jabal:
‫إیاك وكرائم أموالھم‬.
"... serta berhati-hatilah dengan harta mereka yang berharga ..."

Saat itulah Nabi Sallallaahu'Alaihi Wa Sallam memerintahkannya


buat merogoh Zakat berasal populasi Kota Yaman. Jadi, semua orang
wajib mencoba membuat jantung atau gambar bagian dalam sebagai
mulia. Jadi dia suka kemuliaan dan keberanian, juga senang sopan dan
kesabaran. waktu bertemu menggunakan orang lain, beliau harus
memberikan wajah yg bersinar, hati yang luas, dan jiwa yg damai. serta
semua sifat di atas adalah bagian berasal moralitas yg Mulia.
Nabi Muhammad Sallallaahu 'Alaihi Wa Sallam telah berkata:
‫أكمل المؤمنین إیمانا أحسنھم خلقا‬
"Orang percaya yg paling tepat, imannya merupakan yg terbaik
Moralitas"

Jadi, itu lumrah bila percakapan ini selalu pada depan orang yang
di percaya. sebab, bila seseorang memahami bahwa beliau tidak akan
menjadi sosok yang Nabi Sallallaahu 'Alaihi Wa Sallam sudah melaporkan
itu perilaku serta tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis,
pendapat, sikap, serta tindakan orang lain yang tidak selaras dengan asal
dirinya.
Disiplin merupakan tindakan yang membagikan perilaku tertib dan
patuh pada banyak sekali ketentuan serta peraturan. Kerja Keras perilaku
yg menunjukkan upaya sungguh-sungguh pada mengatasi aneka macam
kendala belajar serta tugas menggunakan sebaik-baiknya. Kreatif yaitu
berfikir dan melukukan sesuatu buat menghasilkan cara atau hasil baru
berasal sesuatu yang telah dimiliki. mandiri sikap serta perilaku yang tidak
simpel tergantung di orang lain alam merampungkan tugas-tugas.

11
Demokratis cara berfikir, bersikap, dan bertindak yg menilai sama hak
dan kewajiban dirinya serta orang lain. Rasa Ingin memahami sikap dan
tindakan selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam serta meluas
berasal sesuatu dari yang dipelajarinya, dipandang, serta didengar.
Semangat Kebangsaan dengan cara berfikir, bertindak, serta berwawasan
yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan
diri serta kelompoknya. Cinta Tanah Air cara berfikir, bersikap, dan
berbut yang yg menerangkan kesetian, kepedulian, serta pnghargaan yang
tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi dan
politik bangsa. Dan menghargai prestasi orang lain ialah perilaku serta
tindakan yang mendorong diri mereka untuk membentuk sesuatu yg
berguna untuk warga , serta mengakui, dan menghormati keberhasilan
orang lain.Ramah / Komunikatif yaitu tindakan itu menunjukkan
kesenangan berbicara, berkumpul, serta bekerja sama dengan orang lain.
Cinta hening. sikap, istilah-kata, dan tindakan yang mengakibatkan orang
lain merasa bahagia serta aman untuk kehadiran mereka.
2.1.4. Upaya untuk Menghasilkan Pendidikan Karakter
Abudin Nata dalam bukunya Akhlak Sufisme, menjelaskan metode
serupa yang bisa dipergunakan dalam mencoba karakter dan moral guru,
termasuk:
1) Metode pembiasaan
2) Metode Convitter
3) Perhatikan faktor-faktor kejiwaan yg akan sebagai bina.
Kebiasaan dapat dipergunakan sebagai metode pada pelatihan
moral peserta didik, sebab dengan habituasi akan menciptakan kebiasaan
bagi peserta didik, misalnya digunakan buat bersikap sopan kepada guru
serta sesama teman, terbiasa berbicara dengan baik serta benar, terbiasa
berdoa pada sidang , terbiasa selalu membantu orang lain yg
membutuhkan, dan sebagainya. Sebagai akibatnya pembiasaan bisa
sebagai perilaku serta perilaku yang otomatis serta akan sebagai
kepribadian yang mulia di siswa. Contohnya ialah sesuatu yang pantas
diikuti, sebab mengandung nilai-nilai manusia. Manus beliau ialah contoh

12
yang wajib teladan dan diekspor ialah utusan Allah. Moral yang baik
tidak hanya dibuat dengan pelajaran, instruksi, serta embargo, sebab
Tabi'at jiwa untuk menerima kebajikan tidak relatif dengan hanya
seseorang guru yang berkata ini dan melakukannya. Menanamkan sopan
santun membutuhkan pendidikan yg panjang dan harus terdapat
pendekatan berkelanjutan. Pendidikan tidak akan berhasil, tetapi Bila
disertai menggunakan contoh yg baik serta konkret dari contoh-model
yang patut dicontoh. menjadi istilah Allah SWT dalam Q. Ayat AL-
Hazard 21 yang berarti
"Tentunya terdapat (diri) Nabi adalah model yang baik bagi Anda (yaitu)
buat orang-orang yg berharap (rahmat) yang kuasa serta (tiba) hari
evaluasi dan beliau menyebut tuhan" (Q. Al Ahzab ayat 21).
Pembinaan moral yang efektif jua bisa dilakukan menggunakan
mempertimbangkan faktor-faktor sasaran kejiwaan yang akan dipupuk.
Berdasarkan studi psikolog yg bervariasi psikologi insan sinkron
menggunakan tingkat usia. Contohnya, lebih cenderung menjadi rekreasi
serta memainkan hal-hal dengan memperhatikan faktor-faktor psikologis
anak, training yang dilakukan akan lebih optimal. Akhirnya, itu bahkan
tidak lebih jelek, maka moralitas generasi muda akan lebih baik serta
akhlak mulia juga bisa direalisasikan, seyogyaya merupakan orang tua,
guru, pemimpin formal dan non-formal Megaclacit metode training moral
dalam perspektif Islam pada Proses pendidikan, baik dalam forum
pendidikan formal juga dalam pendidikan non-formal. Pengajar adalah
orang-orang yang mengendalikan sains serta bisa mengembangkan dan
mengungkapkan fungsi mereka pada hidup, mengungkapkan pada dimensi
teoretis serta prakti, ketika mentransfer sains, implementasi, dan
internalisasi.
Dalam Al-Qur'an, tugas menjadi pengajar bisa dipahami berasal
Firman Allah SWT pada ayat QS al-Baqarah 129 yang berarti "yang kuasa
kita, Utus untuk orang-orang berasal warga mereka, yang akan
membacanya, dan Diajarkan kepada mereka al-buku (Al Quran) dan al-
pesan tersirat (Alaihi Salam-Sunnah) serta memurnikan mereka.

13
Sebenarnya Anda artinya Maha Wise yang Mahakuasa. "(Surat al-Baqarah
ayat 129).
Menurut William Kilpatrick, dalam pendidikan karakter terdapat
tiga komponen karakter yang baik buat dikembangkan dan adalah ciri
pendidikan karakter, yaitu pertama, pengetahuan moral atau pengetahuan
tentangmoral, yang artinya kesadaran ihwal moral Awarenes, pengetahuan
perihal nilai-nilai (pengetahuan) G nilai moral), dan penentuan
pengambilan perspektif. mempunyai cakupan terhadap kurikulum yg
bermakna dan menantang yg menghargai semua peserta didik,
membangun karakter mereka dan membantu mereka buat sukses.
Berdasarkan Lickona, E. Schaps serta C, Lewis pendidikan karakter harus
sesuai prinsip yaitu :
1) Mengusahakan tumbuhnya motivasi diri di para peserta didik
2) Mengfungsikan semua staf sekolah menjadi komunitas moral yang
membuatkan tanggung jawab untuk mendidik karakter dan setia pada
nilai dasar yg sama.
3) Adanya pembagian kepemimpinan moral dan dukungan luas dalam
membangun inisiatif pendidikan karakter.
4) Memfungsikan keluarga serta anggota masyarakat menjadi kawan
pada usaha menciptakan karakter.
5) Mengevaluasi karakter sekolah, fungsi staf sekolah menjadi guru
karakter, dan manesfetasi karakter positif pada kehidupan peserta
didik.
2.1.5. Prinsip Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter artinya upaya yang wajib melibatkan seluruh
pihak baik rumah tangga juga keluarga, sekolah serta sekolah dan warga
luas. oleh karena itu diharapkan, menghubungkan pulang korelasi dan
jaringan pendidikan yang mulai Mengganggu. formasi dan pendidikan
karakter, tidak akan berhasil selama lingkungan pendidikan tak terdapat
keberlanjutan dan harmoni. menggunakan demikian, tempat tinggal
tangga dan keluarga menjadi formasi karakter pertama dan utama serta
lingkungan pendidikan harus lebih penting. 23 Pendidikan karakter di

14
sekolah akan dilakukan menggunakan lancar, Jika guru dalam
implementasinya memperhatikan beberapa prinsip pendidikan karakter.
Kementerian Pendidikan Nasional menyediakan 11 prinsip buat
mewujudkan pendidikan karakter yang efektif sebagai berikut:
1) Mempromosikan nilai-nilai dasar etika menjadi basis karakter.
2) Mengidentifikasi karakter secara komprehensif buat memasukkan
pemikiran, perasaan dan perilaku.
3) menggunakan pendekatan yg tajam, proaktif, dan efektif buat
membentuk karakter.
4) membentuk kebangsaan sekolah yang sebagai perhatian.
5) Berikan kesempatan bagi siswa buat membagikan perilaku yang baik.
6) mempunyai cakupan buat kurikulum yang bermakna serta menantang
yang menghormati semua peserta didik, menciptakan karakter mereka
dan membantu mereka buat berhasil.
7) Mencoba menumbuhkan motivasi kepada peserta didik.
8) Menerapkan seluruh staf sekolah menjadi komunitas moral yang
merupakan berbagai tanggung jawab buat pendidikan karakter serta
setia di nilai dasar yg sama.
9) keberadaan divisi kepemimpinan moral dan dukungan luas pada
membangun inisiatif pendidikan karakter.
10) Memungkinkan keluarga serta anggota rakyat menjadi mitra di
gedung karakter.
11) Mengevaluasi karakter sekolah, staf sekolah berfungsi menjadi
pengajar karakter dan manifestasi karakter positif pada kehidupan
siswa.
Sesuai prinsip-prinsip yang direkomendasikan oleh Kementerian
Pendidikan Nasional, Dasyim Budimanyah beropini bahwa acara
pendidikan karakter pada sekolah perlu dikembangkan berdasarkan
Prinsip-prinsip Prinsip-prinsip berikut:
1) Pendidikan karakter pada sekolah harus dilakukan secara
berkelanjutan (kontinuitas). Ini berarti bahwa proses pengembangan
nilai 16 Heri Gunawan, OP. CIT., H. 35-36 24 karakter merupakan

15
proses yang panjang, mulai asal awal siswa yang memasuki sekolah
sampai mereka lulus asal sekolah pada unit pendidikan.
2) Pendidikan karakter harus dikembangkan melalui semua subjek
(memperkenalkan), melalui pengembangan diri dan budaya unit
pendidikan. Perkembangan karakter bangsa dilakukan dengan
mengintegrasikan dalam semua mata pelajaran, dalam aktivitas
kurikuler subjek, sebagai akibatnya seluruh subjek diarahkan di
pengembangan nilai-nilai karakter. Perkembangan nilai karakter jua
bisa dilakukan melalui pengembangan diri, baik melalui aktivitas
konseling, serta ekstrakurikuler, seperti kepramukaan serta
sebagainya.
Sebenarnya nilai karakter tidak diajarkan (dalam bentuk pengetahuan),
Jika ini diintegasikan pada subjek. Kecuali Jika pada bentuk studi
keagamaan (yang berisi ajaran), itu masih diajarkan menggunakan
proses, pengetahuan (pengetahuan), melakukan (melakukan), dan
akhirnya membiasakan diri (kebiasaan).
3) Proses pendidikan dilakukan sang siswa secara aktif dan
menyenangkan. Proses ini menunjukkan bahwa karakter pendidikan
karakter dilakukan sang para peserta Didk bukan oleh pengajar.
sementara pengajar menerapkan prinsip "Tut Wuri Handayani" dalam
setiap perilaku yg ditunjukkan oleh kepercayaan .
2.1.6. Metode pendidikan karakter
Pada proses pendidikan, termasuk pada pendidikan karakter yang
dibutuhkan metode yang mampu menanamkan nilai karakter yang baik
kepada peserta didik. Jadi siswa tak hanya memahami, namun juga dapat
mengimplementasikannya. Sehubungan dengan ini, Abdurrahman An-
Nahlawi mengajukan beberapa metode dalam menginternalisasi
pendidikan karakter menjadi berikut:
1) Metode Hiwar atau Metode Hyar dialog (dialog) ialah percakapan
sembari mengganti antara 2 atau lebih pihak melalui pertanyaan serta
menjawab wacana satu topik, serta sengaja diarahkan ke tujuan yg
diinginkan. dalam proses pendidikan metode HIWA memiliki akibat

16
yang sangat mendalam di jiwa atau pembaca pendengar yang
mengikuti topik percakapan dengan hati-hati dan penuh perhatian.
2) Metode atau cerita QISHAH sinkron menggunakan kamus IBN
Mansur (1200h), kisah itu dari dari kata qashshayaqushshuqishshatan,
berisi karya-karya gosip yang mengikuti dan melacak pelacak.
menurut Al-Razzi, cerita ini adalah pencarian peristiwa masa
kemudian. pada mengimplementasikan pendidikan mempunyai kiprah
yang sangat krusial, sebab dalam cerita ada aneka macam teladan serta
pendidikan. Abdurrahman An-Nahlawi, prinsip-prinsip dan metode
pendidikan Islam, (Jakarta: Gema Insanio Press, 1996), h. 284-413 26
3) Metode Amtasal atau perumpamaan metode perumpamaan ini jua
digunakan sang guru pada mengajar peserta didik terutama dalam
menanamkan karakter pada mereka. Cara menggunakan metode amal
ini hampir sama menggunakan metode cerita, yaitu dengan memberi
kuliah (membaca cerita) atau metode teks.
4) Metode Uswah atau teladan pada menanamkan karakter, patut
dicontoh merupakan metode yang lebih efektif dan efisien. karena di
peserta didik awam (terutama peserta didik di usia SD dan menengah)
cenderung meniru orang tua atau orang tua mereka. Ini sebab secara
psikologis anak senang meniru, tidak hanya baik, bahkan yg buruk
mereka meniru.
5) Metode pembiasaan artinya sesuatu yg sengaja dilakukan berulang
kali sebagai akibatnya sesuatu bisa menjadi kebiasaan. Metode gua
habituatasi pada praktik serta pengulangan. karena apa yg
dipergunakan artinya sesuatu yg dipraktikkan serta diulang. oleh
karena itu, berdasarkan para ahli, metode ini sangat efektif dalam
kerangka pelatihan anak serta kepribadian anak.
6) Metode 'Ibrah dan Mau'ida berdasarkan An-Nahlawi kedua berkata
perberbedabhineka dalam hal makna. Ibrah berarti kondisi psikologis
yang menyampaikan insan ke esensi 19 Ahmad Tafsir, Pendidikan
Perspektif Islam, (Bandung: Rosdakarya Remaja, 2004), h. 141-142
27 Sesuatu yang disaksikan, dihadapkan memakai alasan yang

17
menyebabkan hati mengakui. istilah Mau'idhoh ialah saran lembut
yang diterima oleh hati dengan menjelaskan pahala ancaman.
7) Metode Targhib dan Tahib (janji temu serta ancaman) Targhib artinya
janji kesenangan, kesenangan selanjutnya disertai dengan persuasi.
Tarhib merupakan ancaman karena dosa dilakukan. Targhib serta
Tarhib bertujuan buat orang-orang untuk mematuhi hukum Allah.
namun keduanya memiliki titik pers yg tidak selaras. Targhib untuk
melakukan kebaikan yg diperintahkan oleh Allah, merupakan Tarhib
buat menjauh dari tindakan jelek yang dihentikan Allah. Metode ini
berdasarkan di sifat manusia, yaitu sifat hasrat untuk kesenangan,
keamanan, dan tidak ingin sengsara. Targhib dan Tarhib pada
pendidikan Islam memiliki berbeda-beda disparitas menggunakan
metode eksekusi dalam pendidikan Barat. berbeda-bedaan mendasar
berdasarkan Ahmad Tafsir merupakan Targhib dan Tarhib
membungkuk terhadap ajaran Allah, ad interim yang akan terjadi serta
eksekusi atas pemberian dan hukuman duniawi.
2.2. Keterkaitan Pancasila
2.2.1. Pengertian Pemahaman
Pemahaman dalam pembelajaran adalah tingkat kemampuan yang
mengharapkan seseorang bisa tahu arti atau konsep, situasi dan warta
yang diketahuinya. Dalam hal ini ia nir hanya hapal secara verbalitas,
tetapi tahu konsep dari kasus atau keterangan yang ditanyakan, maka
operasionalnya dapat membedakan,mengubah, mempersiapkan,
menyajikan, mengatur, menginterpretasikan, menjelaskan,
mendemonstrasikan, memberi contoh, memperkirakan, menentukan, dan
merogoh keputusan. Pengertian pemahaman menurut Anas (2011:36)
merupakan kemampuan seorang untuk mengerti atau tahu sesuatu setelah
sesuatu itu diketahui & diingat. Dengan istilah lain, memahami
merupakan mengetahui mengetahui tentang sesuatu dan bisa melihatnya
berdasarkan aneka macam segi. Pemahaman adalah jenjang kemampuan
berpikir yang setingkat lebih tinggi dari ingatan & hafalan.

18
Sedangkan berdasarkan Yusuf (2012:12) yg dimaksud
menggunakan pemahaman merupakan kemampuan buat memakai
pengetahuan yang telah diingat lebih-kurang sama menggunakan yg telah
diajarkan & sinkron menggunakan maksud penggunaannya.
Dari aneka macam pendapat di atas, indikator pemahaman pada
dasarnya sama, yaitu menggunakan tahu sesuatu berarti seseorang bisa
mempertahankan, membedakan, menduga, menerangkan, menafsirkan,
memerkirakan, menentukan, memperluas, menyimpulkan, menganalisis,
memberi contoh, menuliskan balik, mengklasifikasikan dan
mengikhtisarkan. Indikator pemahaman menerangkan bahwa pemahaman
mengandung makna lebih luas atau lebih dalam menurut pengetahuan.
Dengan pengetahuan, seseorang belum tentu tahu sesuatu yang dimaksud
secara mendalam, hanya sekedar mengetahui tanpa sanggup menangkap
makna dan arti berdasarkan sesuatu yg dipelajari. Sedangkan dengan
pemahaman, seseorang nir hanya sanggup menghapal sesuatu yang
dipelajari, tetapi pula mempunyai kemampuan buat menangkap makna
berdasarkan sesuatu yang dipelajari jua sanggup memahami konsep dari
pelajaran tersebut.
2.2.2. Pengertian Sila Pancasila
Sila pancasila adalah butirbutir yg terkandung pada pancasila,
dimana sila adalah landasan atau dasar menurut pancasila yang
mempunyai lima sila pancasila.
Beberapa pekan sebelum proklamasi, tepatnya pada sidang Badan
Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI)
tanggal 1 Juni 1945, Sukarno memperkenalkan 5 sila. “Sekarang,
banyaknya prinsip kebangsaan, internasionalisme, mufakat, kesejahteraan,
& ketuhanan, lima bilangannya,” istilah Bung Karno. “Namanya bukan
Panca Dharma, namun aku namakan ini menggunakan petunjuk seseorang
sahabat kita pakar bahasa, namanya artinya Pancasila. Sila ialah asas atau
dasar, & pada atas kelima dasar itulah kita mendirikan negara Indonesia,
kekal, & abadi,” lanjut sosok yg nantinya menjadi Presiden RI pertama ini,
dikutip dari Risalah BPUPKI (1995) terbitan Sekretariat Negara RI.

19
Pancasila adalah dasar serta landasan ideologi Bangsa Indonesia.
Hal itu berarti setiap nilai-nilai yg terkandung dalam Pancasila wajib
dijadikan landasan hayati bernegara.
Pancasila merupakan buah pikiran, musyawarah, dan mufakat yang
dilakukan oleh tokoh-tokoh krusial pada masa usaha kemerdekaan. Nama
Pancasila berasal dari bahasa Sanskerta yg terdiri dari 2 kata, yaitu 'panca'
yg berarti lima & 'sila' yang berarti prinsip atau asas. Melalui pengertian
tersebut, berarti terdapat lima pedoman yg perlu diterapkan warga
Indonesia pada hidup berbangsa & bernegara.
Adapun lima sila Pancasila tadi artinya Ketuhanan yg Maha Esa,
Kemanusiaan yg adil dan mudun, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yg
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan,
Keadilan sosial bagi semua rakyat Indonesia.
2.2.3. Fungsi Utama Pancasila
Sebagai dasar negara, Pancasila tentu mempunyai fungsi. Pada
dasarnya Pancasila berfungsi sebagai dasar berdasarkan semua hukum yg
berlaku pada Indonesia.
Dalam bukunya, Ronto merumuskan fungsi utama pancasila pada 9
poin, di antaranya:
1) Pancasila menjadi ideologi negara
2) Pancasila sebagai dasar negara
3) Pancasila menjadi jiwa bangsa Indonesia
4) Pancasila sebagai kepribadian bangsa Indonesia
5) Pancasila sebagai etos bangsa Indonesia
6) Pancasila menjadi sumber menurut segala asal aturan atau asal tertib
hukum bagi negara republik Indonesia
7) Pancasila menjadi perjanjian luhur bangsa Indonesia
8) Pancasila sebagai cita-cita & tujuan bangsa Indonesia
9) Pancasila menjadi falsafah hidup yg mempersatukan bangsa

20
Berikut ini merupakan beberapa fungsi & kedudukan Pancasila
bagi negara kesatuan Republik Indonesia :
1) Pancasila menjadi jiwa bangsa Indonesia. Sebagai nilai-nilai
kehidupan pada rakyat bangsa Indonesia melalui pembagian terstruktur
mengenai instrumental menjadi acuan hidup yang adalah cita-cita yang
ingin dicapai serta sinkron dengan napas jiwa bangsa Indonesia dan
lantaran Pancasila lahir bersama dengan lahirnya bangsa Indonesia
2) Pancasila menjadi kepribadian bangsa Indonesia. Merupakan bentuk
peran dalam menandakan adanya kepribadian bangsa Indonesia yg
dapat pada bedakan dengan bangsa lain, yaitu perilaku mental, tingkah
laku, dan amal perbuatan bangsa Indonesia
3) Pancasila menjadi pandangan hidup bangsa Indonesia. Merupakan
kristalisasi pengalaman hidup pada sejarah bangsa Indonesia yg telah
membangun perilaku, watak, konduite, rapikan nilai norma, & etika yg
telah melahirkan pandangan hidup
4) Pancasila sebagai dasar negara Indonesia. Untuk mengatur tatanan
kehidupan bangsa Indonesia & negara Indonesia, yg mengatur semua
aplikasi sistem ketatanegaraan Indonesia sesuai Pancasila
5) Pancasila sebagai asal berdasarkan segala sumber hukum bagi negara
Republik Indonesia[6]. Sebagai segala sumber aturan di negara
Indonesia lantaran segala kehidupan negara Indonesia dari pancasila,
jua harus berlandaskan hukum. Semua tindakan kekuasaan dalam
masyarakat harus berlandaskan aturan
6) Pancasila sebagai perjanjian luhur bangsa Indonesia pada waktu
mendirikan negara. Karena dalam saat mendirikan negara Pancasila
merupakan perjanjian luhur yg disepakati sang para pendiri negara
buat dilaksanakan, pelihara, & dilestarikan
7) Pancasila sebagai cita-cita dan tujuan bangsa indonesia. Dalam
Pancasila mengandung cita-cita & tujuan negara Indonesia yg
membuahkan Pancasila sebagai patokan atau landasan pemersatu
bangsa
8) Ideologi Pancasila

21
9) Pancasila kerap disebut sebagai ideologi negara. Untuk memaknainya,
Ronto dalam kitab Pancasila Sebagai Ideologi dan Dasar Negara
(2012) menjabarkan menjadi berikut:
10) Pancasila adalah cita-cita yg menjadi dasar, pandangan, & pemahaman
pada negara.
11) Pancasila sebagai ideologi negara adalah tujuan beserta bangsa
Indonesia yg diimplementasikan dalam pembangunan nasional yaitu
mewujudkan warga adil & makmur yang merata material dan
spiritual.
Pancasila merupakan wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia
yg merdeka, berdaulat, bersatu, & berkedaulatan rakyat pada suasana
perikehidupan bangsa yang aman, tenteram, tertib & bergerak maju serta
dalam pergaulan dunia yang merdeka, bersahabat, tertib, dan damai.
2.2.4. Arti Lambang Pancasila
Indonesia dilambangkan pada seekor burung garuda, atau sering
diklaim sebagai garuda pancasila.
Di dada burung tadi masih ada perisai yang menggambarkan lima
simbol yang mewakili sila-sila dalam pancasila, yang ialah sebagai
berikut:
1) Bintang melambangkan sila pertama yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa.
Ditulis dalam situs Kementerian Pendidikan & Kebudayaan, bintang
mendeskripsikan cahaya kerohanian bagi semua rakyat negara. Kelima
sisi pada bintang mendeskripsikan kepercayaan masing-masing
masyarakat negara.
2) Rantai melambangkan sila kedua yaitu humanisme yg adil dan
beradab. Rantai yg tersusun dari 17 gelang mendeskripsikan hubungan
manusia yg saling tolong menolong.
3) Pohon beringin melambangkan sila ketiga yaitu persatuan Indonesia.
Pohon beringin digambarkan sebagai loka berteduh buat seluruh
masyarakat negara. Lambang tersebut jua mengartikan kesatuan
Indonesia yang kokoh tertanam dalam akar yg kuat.

22
4) Kepala banteng melambangkan sila keempat yaitu kerakyatan yg
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan pada
permusyawaratan/perwakilan. Kepala banteng dimaknai sebagai
hewan yang suka berkumpul, dan kompak pada mengambil
keputusan.
5) Padi & kapas melambangkan sila kelima yaitu keadilan sosial bagi
seluruh warga Indonesia. Padi dan kapas dimaknai menjadi kebutuhan
warga Indonesia, tanpa memandang status dan kedudukan. Padi &
kapas mencerminkan sandang dan pangan, tak adanya kesenjangan
antara masyarakat negara.
2.2.5. Pemahaman Nilai-Nilai Pancasila
Sesungguhnya Pancasila telah bersemayam dan berkembang dalam
hati sanubari dan kesadaran bangsa Indonesia, termasuk dalam menggali
dan mengembangkan Wawasan Nasional. Falsafah Pancasila diyakini
sebagai Untuk itulah perlu kiranya pendidikan yang membahas /
mengusut mengenai wawasan nusantara dimasukan ke pada suiatu
kurikulum yang sekarang diterapkan dalam global pendidikan di Indonesi
yaitu Pendidikan Kewarganegaraan. Menurut Tim MGMP Pkn
(2011:13)
Tujuan primer pendidikan kewarganegaraan adalah “buat
menumbuhkan wawasan dan pencerahan bernegara, Indonesia yg
dilakukan melalui Pendidikan Pancasila”. Dalam proses training warga
terhadap pemahaman & penghayatan nilai-nilai Pancasila pada wawasan
kebangsaan pada seluruh komponen bangsa, dibentuk supaya berwawasan
kebangsaan serta berpola tatalaku secara spesial yang mencerminkan
supaya anak didik menguasai & tahu aneka macam masalah dasar dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa & bernegara, serta bisa mengatasinya
menggunakan pemikiran kritis dan bertanggung jawab yg berlandaskan
Pancasila, Wawasan Nusantara dan Konstitusi.
Nilai-nilai Pancasila menjadi dasar Negara terkandung di pada
Pembukaan UUD 1945. Memahami Nilai-nilai dasar Negara tadi tersirat

23
dalam empat pokok pikiran Pembukaan UUD 1945. Pemahaman keempat
Pokok Pikiran tadi merupakan klasifikasi berdasarkan sila-silaPancasila:
1) Pokok Pikiran pertama mengungkapkan bahwa Negara Indonesia
adalah Negara kesatuan, yakni Negara yg melindungi segenap bangsa
dan semua tumpah darah Indonesia, mengatasi perseorangan &
golongan. Hal ini merupakan klasifikasi sila ketiga.
2) Pokok Pikiran Kedua Menyebutkan bahwa Negara hendak
mewujudkan suatu keadilan social bagi seluruh masyarakat
Indonesia. Berati Negara berkewajiban mewujudkan kesejahteraan
generik bagi semua rakyat Negara, mencerdaskan kehidupan bangsa &
ikut melaksanakan ketertiban global yang menurut perdamaiam abadi
dan keadilan social. Hal ini sebagai klasifikasi silakelima.
3) Pokok Pikiran Ketiga Menyebutkan bahwa Negara berkedaulatan
rakyat dari atas kerakyatan & permusyawaratan atau perwakilan.
Pokok pikiran ini menerangkan bahwa Negara Indonesia merupakan
Negara demokrasi. Hal ini memberitahuakn pennjabaran sila keempat.
4) Pokok Pikiran keempat Menyebutkan bahwa Negara dari atas
Ketuhanan yg Maha Esa menurut dasar kemanusiaan yg adil & mudun.
Pokok pikiran ini mengandung pengertian bahwa Negara Indonesia
menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dan agama pada pergaulan
hidup bermasyarakat & bernegara. Hal ini merupakan penjabaran sila
pertama dan kedua.
2.2.6. Nilai-Nilai Pancasila Pengertian Nilai-Nilai Pancasila
Pancasila sebagai suatu sistem nilai disusun berdasarkan urutan
logis keberadaan unsur-unsurnya. Oleh karenanya sila pertama (Ketuhanan
Yang Maha Esa) ditempatkan dalam urutan yang paling atas, lantaran
bangsa Indonesia meyakini segala sesuatu berasal dari Tuhan & akan
pulang kepadaNya.
Nilai merupakan sesuatu yg berharga, bermutu, memberitahuakn
kualitas, dan bermanfaat bagi insan.(Yusuf, 2008:30). Sesuatu itu bernilai
berarti sesuatu itu berharga atauberguna bagi kehidupan insan. Adanya 2
macam nilai tadi sejalan menggunakan penegasan pancasila sebagai

24
ideologi terbuka. $erumusan pancasila menjadi dalam pembukaan
dinyatakan menjadi nilai dasar & penjabarannya sebagai nilai
instrumental. Nilai dasar nir berubah dan tidak boleh diubah lagi.
Betapapun pentingnya nilai dasar yang tercantum pada pembukaan itu,
sifatnya belum operasional. Artinya belum bisa menjabarkannya secara
langsung dalam kehidupan sehari-hari. Penjelasan nilai-nilai sendiri
menunjuk adanya undang-undang menjadi pelaksanaan hukum dasar
tertulis itu.
Nilai-nilai dasar yang terkandung pada pembukaan UUD itu
memerlukan pembagian terstruktur mengenai lebih lanjut. Penjabaran itu
sebagai arahan buat kehidupan nyata. klasifikasi itu kemudian dinamakan
Nilai Instrumental (Sulastri, 2011:37). Nilai Instrumental wajib permanen
mengacu kepada nilai-nilai dasar yangdijabarkannya Penjabaran itu
sanggup dilakukan secara kreatif dan dinamis dalam bentuk-bentuk baru
buat mewujudkan semangat yang sama & pada batas-batas yang
dimungkinkan sang nilai dasar itu. Penjabaran itu jelas tidak boleh
bertentangan dengan nilai-nilai dasarnya. Diterimanya pancasila sebagai
dasar negara & ideologi nasional membawa konsekuensi logis bahwa
nilai-nilai pancasila dijadikan landasan pokok, landasan fundamental bagi
penyelenggaraan negaraIndonesia.
Pancasila berisi lima sila yang pada hakikatnya berisi lima nilai
dasar yg mendasar. Nilai-nilai dasar dari pancasila tersebut adalah nilai
Ketuhanan Yang Maha Esa, Nilai Kemanusiaan 1ang Adil & mudun, nilai
persatuan Indonesia, nilai Kerakyatan yg dipimpin olehhikmat
kebijaksanaan pada permusyawaratan dan perwakilan, & nilai
Keadilan sosial bagi semua rakyatindonesia. Dengan pernyataan secara
singkat bahwa nilai dasar pancasila merupakan nilai ketuhanan, nilai
humanisme, nilai persatuan, nilai kerakyatan, dan nilai keadilan. Nilai
ketuhanan Maha Esa mengandung arti adanya pengakuan dan keyakinan
bangsa terhadap adanya Tuhan sebagai pancipta alam semesta,
menggunakan nilai ini menyatakan bangsa Indonesia adalah bangsa
yangreligius bukan bangsa yg ateis. Nilai ketuhanan pula memilik arti

25
adanya pengakuan akan kebebasan buat memeluk agama, menghormati
kemerdekaan beragama, nir terdapat paksaan dan tidak berlaku
diskriminati antar umatberagama
Tuhan dalam bahasa filsafat dianggap menggunakan Causa
Prima,yaitu Sebab Pertama, merupakan sebab yang nir disebabkan oleh
segala sesuatu yg diklaim oleh banyak sekali agama dengan “Nama”
masing-masing agama. Sila kedua, humanisme yang adil & mudun
ditempatkan setelah Ketuhanan, karena yang akan mencapai tujuan atau
nilai yang didambakan adalah insan sebagai pendukung & pengemban
nilai-nilai tersebut. Manusia yg bersifat monodualis, yaitu yang
mempunyai susunan kodrat yang terdiri berdasarkanjasmani&rohani.
Makhluk jasmani yang unsur-unsur: benda mati, tumbuhan, hewan.
Rohani yg terdiri dari unsur: akal, rasa, karsa. Sifat kodrat manusia,yaitu
menjadi makhluk individu, dan makhluk sosial. Kedudukan kodrat,
yaitu sebagai makhluk otonom, dan makhluk Tuhan.
2.2.7. Penerapan Sila pada Nilai Pancasila
Nilai-nilai yg terkandung pada Pancasila berdasarkan Sila ke I hingga
Sila ke V yg harus diaplikasikan atau dijabarkan dalam setiap aktivitas
pengelolaan lingkungan hayati menurut Soejadi, (1999 : 88- 90) adalah
sebagai berikut:
1) Dalam Sila Ketuhanan Yang Maha Esa terkandung nilai religius,
antara lain:
 Kepercayaan terhadap adanya Tuhan Yang Maha Esa sebagai
pencipta segala sesuatu dengan sifat-sifat yg sempurna dan kudus
misalnya Maha Kuasa, Maha Pengasih, Maha Adil, Maha
Bijaksana dansebagainya;
 Ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, yakni menjalankan
semua perintah- NYA & menjauhi larangan- larangannya.Dalam
memanfaatkan seluruh potensi yang diberikan sang Tuhan Yang
Maha Pemurah manusia wajib menyadari, bahwa setiap benda &
makhluk yang terdapat pada sekeliling manusia merupakan amanat
Tuhan yg harus dijaga dengan sebaik - baiknya; wajib dirawat

26
supaya nir rusak dan wajib memperhatikan kepentingan orang lain
& makhluk - makhluk Tuhan yg lain.
 Penerapan Sila ini pada kehidupan sehari-hari yaitu: contohnya
menyayangi binatang; mencintai tumbuhtumbuhan & merawatnya;
selalu menjaga kebersihan & sebagainya. Dalam Islam bahkan
ditekankan, bahwa Allah nir senang pada orang-orang yang
membuat kerusakan di muka bumi, tetapi Allah senang terhadap
orang- orang yang selalu bertakwa dan selalu berbuat baik.
Lingkungan hidup Indonesia yang dianugerahkan Tuhan Yang
Maha Esa kepada masyarakat & bangsa Indonesia merupakan
karunia & rahmat-NYA yang wajib dilestarikan dan
dikembangkan kemampuannya supaya permanen dapat sebagai
sumber dan penunjang hidup bagi rakyat dan bangsa Indonesia dan
makhluk hayati lainya demi kelangsungan dan peningkatan kualitas
Hidup itu sendiri.
2) Sila Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab terkandung nilai-nilai
perikemanusiaan yg wajib diperhatikan pada kehidupan sehari-hari.
Dalam hal ini antara lain menjadi berikut:
 Pengakuan adanya harkat dan martabat manusia menggunakan
sehala hak & kewajiban asasinya
 Perlakuan yang adil terhdap sesama insan, terhadap diri sendiri,
alam sekitar & terhadapTuhan;
 Manusia sebagai makhluk beradab atau berbudaya yang memiliki
daya cipta, rasa, karsa dankeyakinan.
 Penerapan, pengamalan/ aplikasi sila ini pada kehidupan
sehari hari yaitu: dapat diwujudkan dalam bentuk kepedulian akan
hak setiap orang untuk memperoleh lingkungan hayati yang baik &
sehat; hak setiap orang buat mendapatkan fakta lingkungan hayati
yg berkaitan dengan peran dalam pengelolaan lingkungan hidup;
hak setiap orang buat berperan dalam rangka pengelolaan
lingkungan hidup yg sesuai dengan ketentuanketentuan hukum yg
berlaku & sebagainya (Koesnadi, 2000 : 558).

27
Dalam hal ini banyak yg sanggup dilakukan sang
masyarakat buat mengamalkan Sila ini, misalnya mengadakan
pengendalian tingkat polusi udara supaya udara yang dihirup bisa
tetap nyaman; menjaga kelestarian tumbuh-flora yang ada pada
lingkungan sekitar; mengadakan gerakan penghijauan dan
sebagainya. Nilai-nilai Sila Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab
ini ternyata menerima klasifikasi dalam Undang-Undang No. 23
Tahun 1997 pada atas, antara lain pada Pasal 5 ayat (1) hingga ayat
(3); Pasal 6 ayat (1) sampai ayat (2) dan Pasal 7 ayat (1) sampai
ayat (2). Dalam Pasal lima ayat (1) dinyatakan, bahwa setiap orang
memiliki hak yg sama atas lingkungan hidup yg baik dan sehat;
dalam ayat (2) dikatakan, bahwa setiap orang mempunyai hak atas
kabar lingkungan hidup yg berkaitan menggunakan peran pada
pengelolaan lingkungan hidup; pada ayat (3) dinyatakan, bahwa
setiap orang mempunyai hak buat berperan pada rangka
pengelolaan lingkungan hidup sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku. Dalam Pasal 6 ayat (1) dikatakan, bahwa
setiap orang berkewajiban memelihara kelestarian fungsi
lingkungan hidup dan mencegah dan menanggulangi pencemaran
& perusakan lingkungan hayati & pada ayat (2) ditegaskan, bahwa
setiap orang yg melakukan bisnis dan/ atau aktivitas berkewajiban
memberikan keterangan yang benar & akurat mengenai
pengelolaan lingkungan hidup. Dalam Pasal 7 ayat ditegaskan,
bahwa masyarakat memiliki kesempatan yang sama & seluas-
luasnya buat berperan pada pengelolaan lingkungan hidup; pada
ayat (2) ditegaskan, bahwa ketentuan dalam ayat (1) pada atas
dilakukan dengan cara:
 Meningkatkan kemandirian, keberdayaan warga dan
kemitraan;
 Menumbuhkembangkan kemampauan & kepeloporan
masyarakat;

28
 Menumbuhkan ketanggapsegeraan masya-rakat untuk
melakukan pengwasan sosial;
 Memberikan saranpendapat;
 Menyampaikan warta dan/atau menyam-paikan laporan.
3) Dalam Sila Persatuan Indonesia terkandung nilai persatuan bangsa,
pada arti pada hal-hal yang menyangkut persatuan bangsa patut
diperhatikan aspek-aspek sebagai berikut :
 Persatuan Indonesia merupakan persatuan bangsa yang mendiami
daerah Indonesia dan harus membela & menjunjung
tinggi(patriotisme);
 Pengakuan terhadap kebhinekatunggalikaan suku bangsa (etnis)
dan kebudayaan bangsa (berbeda-beda tetapi satu jiwa) yang
memberikan arah dalam training kesatuan bangsa;
 Cinta dan bangga akan bangsa dan Negara Indonesia
(nasionalisme). Hardjasoemantri, (2000 :576)
Penerapan sila ini dalam kehidupan sehari-hari, antara lain:
menggunakan melakukan inventarisasi rapikan nilai tradisional yang
harus selalu diperhitungkan dalam pengambilan kebijaksanaan &
pengendalian pembangunan lingkungan pada daerah &
mengembangkannya melalui pendidikan & latihan serta
penerangan dan penyuluhan pada pengenalan rapikan nilai tradisional
dan tata nilai agama yg mendorong perilaku insan untuk melindungi
asal daya & lingkungan (Salladien pada Burhan dan Laely, 1992 :156-
158).
4) Dalam Sila Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan
Dalam Permusyawaratan Perwakilan terkandung nilai-nilai
kerakyatan. Dalam hal ini terdapat beberapa hal yang wajib
dicermati,yakni:
 Kedaulatan negara adalah pada tanganrakyat;
 Pimpinan kerakyatan merupakan hikmat kebijaksanaan yang
dilandasi akalsehat;

29
 Manusia Indonesia sebagai rakyat negara & masyarakat rakyat
kedudukan, hak dan kewajiban yangsama;
Keputusan diambil menurut musyawarah buat mufakat oleh
wakilwakilrakyat.Penerapan sila ini mampu dilakukan dalam
banyak sekali bentuk aktivitas, antara lain (Koesnadi, 2000 : 560 ) :
 Mewujudkan, menumbuhkan, menyebarkan dan
menaikkan pencerahan & tanggung jawab para pengambil
keputusan pada pengelolaan lingkunganhidup;
 Mewujudkan, menumbuhkan, menyebarkan dan
meningkatkannya pencerahan akan hak & tanggung jawab
masyarakat pada pengelolaan lingkunganhidup;
 Mewujudkan, menumbuhkan, membuatkan & menaikkan
kemitraan warga , dunia usaha & pemerintah pada upaya
pelestarian daya dukung & daya tampung lingkunganhidup.
5) Dalam Sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
terkandung nilai keadilan sosial. Dalam hal ini harus diperhatikan
beberapa aspek berikut, antara lain:
 Perlakuan yang adil di segala bidang kehidupan terutama pada
bidang politik, ekonomi dan sosialbudaya;
 Perwujudan keadilan sosial itu meliputi seluruh warga Indonesia;
 Keseimbangan antara hak dan kewajiban, menghormati hak milik
oranglain;
 Cita-cita rakyat yang adil dan makmur yang merata material
spiritual bagi seluruh rakyatIndonesia;Cinta akan kemajuan &
pembangunan.
 Hardjasoemantri, (2000 : 576)
Penerapan sila ini tampak pada ketentuan-ketentuan hukum
yang mengatur perkara lingkungan hayati. Masalah lingkungan
hayati menjadi permasalahan yang sangat penting buat dilestarikan
melalui pengamalan nilai-nilai Pancasila sebagai pedoman dan
penghayatan bagikita.

30
2.2.8. Pengamalan Nilai-Nilai Pancasila
Sebelum menguraikan tentang perilaku & pengamalan pancasila,
maka yg perlu dipahami merupakan buah-butir pancasila sebagai dasar
pemahaman buat pengamalan nilai pancasila. Adapun butir-buah nilai
pancasila dari Hardjasoemantri, (2000 : 582) adalah :
1) Ketuhanan Yang MahaEsa (lambang:Bintang)
2) Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab (lambang:Rantai)
3) Persatuan Indonesia (lambang: PohonBeringin)
4) Kerakyatan yg Dipimpin oleh Hikmah Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perw akilan (lambang: Kepala Banteng)
5) Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia (lambang: Padi
danKapas)
Nilai Pancasila ini, tentu masih jauh menurut karakter hayati
bermasyarakat berbangsa. Contohnya, nilai/buah kelima berdasarkan Sila
Pertama: “Agama & kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
merupakan masalah yang menyangkut interaksi eksklusif insan dengan
Tuhan Yang Maha Esa”. Kenyataannya, agama diharuskan dicantumkan
dalam KTP yang mampu mengakibatkan diskriminasi, bukan lagi sebagai
interaksi pribadi tetapi menjadi interaksi kelompok; agama terhadap Tuhan
YME tersingkirkan. Pemerintah yg diharapkan menjadi teladan
pengamalan butir Pancasila, dibeberapa daerah, masihmengecewakan
Adapun pengamalan nilai-nilai Pancasila adalah bentuk
perwujudan menurut konduite selesainya tahu nilai Pancasila. Adapun
bentuk pengamalan nilai-nilaiPanasila berdasarkan Hardjasoemantri,
(2000 : 576) adalah:
1) Sikap yg sesuai dengan sila pertama. Sila pertama pancasila berbunyi :
Ketuhanan yg Maha Esa. Sila ini berhubungan dengan konduite kita
menjadi umat beragama dalam Tuhannya.
2) Sila kedua pancasila berbunyi : Kemanusiaan yg adil dan mudun. Sila
ini berhubungan dengan konduite kita menjadi manusia yg pada
hakikatnya semuanya sama diduniaini

31
3) Sila ketiga pancasila berbunyi : Persatuan Indonesia. Sila ini
berhubungan dengan konduite kita menjadi rakyat Negara Indonesia
buat bersatu membentuk negeri ini.
4) Sila keempat pancasila berbunyi : Kerakyatan yg dipimpin oleh
hikmah kebijaksanaan pada permusyawaratan perwakilan. Sila ini
herbi konduite kita buat selalu bermusyawarah dalam
menyelesaikanmasalah.
5) Sila kelima pancasila berbunyi : Keadilan sosial bagi semua rakyat
Indonesia. Sila ini berhubungan dengan konduite kita dalam bersikap
adil pada seluruh orang.
Sebagaimana yang diuraikan di atas, maka jelaslah bahwa buah
nilai pancasila merupakan nilai yang terkandung dalam pancasila yg harus
diamalkan oleh setiap masyarakat Negara Indonesia.
2.2.9. Tujuan dari Pengamalan Pancasila
Tujuan dari pengamalan Pancasila pada kehidupan sehari-hari
adalah buat mempertahankan Pancasila. Mempertahankan Pancasila
berarti mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Artinya
kita tidak boleh mengubah, menghapus atau mengubah dasar negara yaitu
Pancasila menggunakan dasar negara lain.
Ketika terdapat pihak yang ingin mengubah Pancasila berarti
mengancam kedaulatan negara. Maka dari itu, mempertahankan Negara
Kesatuan Republik Indonesia adalah kewajiban dan tanggung jawab
bersama antara rakyat & pemerintah.
2.2.10. Kesadaran Mengamalkan Nilai-Nilai Pancasila
Seiring berkembangnya zaman, poly masyarakat yang lupa dengan
suara Pancasila, apalagi mengamalkan nilai-nilai Pancasila. Maka dari itu,
di pendidikan dasar masih ada materi yang mempelajari mengenai
Pancasila. Selain itu, pada setiap upacara bendera pula diucapkanlah
secara beserta-sama bunyi Pancasila.
Upaya di atas bertujuan buat menaruh pengetahuan pada warga
dan generasi muda tentang Pancasila. Penanaman nilai-nilai Pancasila juga

32
wajib dilakukan pada setiap orang. Ketika telah mengetahui & memahami
nilai Pancasila, maka wajib diamalkan.
Proses pengamalan Pancasila inilah yg terkadang berhenti di
tengah jalan. Pancasila nir dijalankan menggunakan sepenuh hati, akhirnya
Pancasila hanya menjadi sebuah slogan.
Kesadaran dari eksklusif masing-masing untuk menanamkan nilai
Pancasila kepada dirinya sendiri dan orang lain adalah dasar kehidupan
Pancasila. Melalui pengamalan Pancasila di dalam kehidupan sehari-hari,
maka tujuan dari sebuah negara akan tercapai.
2.3. Hubungan Pancasila dengan Karakter Bangsa
Nilai pancasila adalah Nilai yang sangat penting yakni mengandung
nilai-nilai luhur negeri ini Sangat cocok untuk digunakan. Dasar-dasar
pembentukan karakter Semua orang. Pancasila mengandung nilai-nilai
karakter Bisa dijadikan referensi. Untuk pembentukan kepribadian siswa.
begitu Masing-masing dari lima sila Pancasila Silakan masukkan nilai
karakter Komplemen antara nilai Untuk nilai lain. begitu Nilai karakter ini
relevan dalam kasus berikut: Digunakan sebagai referensi untuk membentuk
karakter itu semuanya.
Arti butir-butir nilai Pancasila, di mana batang dari kelima sila
pancasila. Harap mengerti nilai yang terkandung dalam Pancasila. Pancasila
dapat memiliki Duduk Pusat Silari dapat dimulai Indonesia termasuk
pengeboran Dan meningkatkan pemahaman Kepercayaan pada filosofi
pannish nasional. Namun, ini diperlukan untuk pendidikan dalam mempelajari
tentang Nusantal M. Siyanuuuuulum sekarang Digunakan dalam pendidikan
dunia Indonesia adalah pendidikan tetangga. Menurut tim. MGM PKN (2011:
13) Tujuan utama Pendidikan Nasional "Tingkatkan pengertian Anda
Indonesia, pengetahuan minggu ini Dibuat dalam pengetahuan Pancasila
aktivitas tutorial Komunitas untuk dipahami Berkat nilai Pancasila di mana-
mana perut Bagian dari komunitas dasar massa dan sistem Tuan adalah
karakter mengingatkan siswa-siswa dan memahami masalah yang berbeda
dalam kehidupan orang, komunitas dan negara bagian, dan Anda bisa Aku

33
membanjiri bahwa aku menganggapnya serius dan mereka bertanggung jawab
Menurut Pancasila, pengetahuan mengenai Nusantara, Konstitusi.
2.3.1. Penerapan Pancasila dalam kehidupan
Pancasila membentuk pendidikan karakter bangsa. nilai Pancasila
merupakan bagian dari pembinaan kepribadian. Nilai agama, nilai sosial,
nilai budaya, nilai tujuan, Definisi tersebut harus ada dalam semua proses
pembelajaran di sekolah, kehidupan sosial. pendidikan indonesia
Kurikulum adalah untuk menciptakan sumber daya manusia Pendidikan
Indonesia harus melaksanakan pendidikan Karena itu muslim Ia
mengungkapkan bahwa pendidikan karakter merupakan kunci
pembangunan nasional. Sistem pendidikan nasional Indonesia memiliki
tujuan dan fungsi yang telah ditentukan sebelumnya. 20 Maret Tentang
sistem yang diatur dalam Pasal 3 UU Pendidikan Nasional Membaca
Bahwa Pendidikan Nasional Berhasil Pembangunan dan pembentukan
kepribadian dan peradaban bangsa Menjadi bagian dari pendidikan
kehidupan berbangsa Membantu siswa menjadi amanah dan dapat
dipercaya Mahakuasa, mulia, kewarasan, pengertian, takut akan kekuasaan
Menjadi warga negara yang kreatif, mandiri, demokratis dan bertanggung
jawab. tanggapan. Indonesia ada dimana-mana Merauke padat penduduk.
Dengan departemen alam Indonesia yang secara ekonomi melimpah dan
penduduknya tinggi Ini akan memiliki pangsa pasar yang besar. Itu
keuntungan yang bagus. Indonesia memiliki peran strategis dalam
perdagangan dan transportasi dunia. Tentu saja, saya berharap ini akan
semakin mengembangkan perekonomian Indonesia. Meningkatkan
kesejahteraan rakyat.
Dasar negara dan Pancasila yang idealis Kesepakatan politik para
founding father saat Indonesia didirikan Kemerdekaan. Pancasila ada
dalam ideologi perantara dalam konflik sengit. Idealisme Kapitalisme dan
Komunisme. dengan kebijaksanaan dan kebijaksanaan and Pemimpin
negara, Pancasila yang individualis perhatian kelompok. Pancasila tidak
terobsesi dengan teokrasi atau sekularisme. Dan itu akan disajikan sebagai
konsep ilmiah, rasional dan kritis. perdamaian, kemakmuran, keadilan dan

34
Kemakmuran bangsa Indonesia. 2 Selama perjalanan ini, Pancasila
mengalami banyak pasang surut. kapan Didirikan di Republik Indonesia,
Pancasila memantapkan dirinya sebagai seorang idealis. Aturan hidup
bangsa Indonesia. tapi dari november Dari tahun 1945 sampai sebelum
dekrit pemerintah Indonesia tanggal 5 Juli 1959 Praktek demokrasi liberal
menuju Barat. Karena ketidakpuasannya, pemerintah Pada tanggal 5 Juli
1959, sebuah dekrit diumumkan. Era kelompok kiri orde baru atau
komunisme (PKI) Indonesia menerapkan kembali Pancasila, dengan
menekankan prinsip. Pancasila tunggal dan terindoktrinasi. Dasar
reformasi dari tahun 1998 hingga saat ini, Pancasila tetap bertumpu pada
Operasi Pertahanan dan Empat Pilar. Kehidupan negara dan negara.
Pancasila memiliki nilai filosofis yang berkembang sejak saat itu.
Indonesia masih kerajaan. Nilai adat, agama dan budaya saat ini Ia
terintegrasi menjadi satu kesatuan yang melahirkan Pancasila itu sendiri.
Orang Indonesia menganut nilai-nilai agama Percaya bahwa hidup ini
membutuhkan hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Kehidupan seseorang tanpa
bimbingan nilai-nilai spiritual Ada pengalaman kering dan panduan hidup.
Jadi manusia Indonesia memiliki agama sebagai pedoman hidup.
Kebebasan nasional dapat menganut agama dan kepercayaannya.
Pancasila menerima kelompok nilai yang sama dengan
kemanusiaan nhân Adil dan beradab. Dimana semua manusia harus
memiliki kemanusiaan Orang-orang dan alam di sekitar mereka. Manusia
tidak bisa hidup Itu membutuhkan kemitraan itu sendiri. Indonesia. Tanpa
kemauan persatuan, bangsa Indonesia tentu akan sulit. Mimpinya
diwajibkan oleh Konstitusi dan itu harus menjadi kenyataan masyarakat
Indonesia yang adil dan makmur. Nizuham, episode 06 Januari-Juni 2018
enam puluh satu tiga Ini membutuhkan partisipasi aktif, seperti halnya
kehidupan bermasyarakat. agar kehidupan di negara demokrasi dapat
terlaksana dengan baik. Namun, Anda perlu mempertimbangkan proses
pemilihan manajer utama. Bahasa Indonesia. karena mereka adalah
pengambil keputusan dengan mengatasi semua potensi ancaman terhadap
perjalanan kehidupan Indonesia. mengingat pentingnya membangun

35
keadilan sosial adalah proses membangun harmoni dalam kehidupan
Kelompok yang berbeda ras, agama, ras dan perbedaan antar kelompok
(SARA) Indonesia. Nilai-nilai Pancasila secara garis besar dapat dibagi
menjadi nilai-nilai inti dan nilai-nilai. menjadi alat Nilai-nilai inti bersifat
abstrak dan preskriptif, isinya tidak jelas Ini bekerja. Itu dapat berkembang
secara aktif dan jelas. UUD 1945 metode. 5 nilai default (nilai) Ketuhanan,
nilai-nilai kemanusiaan, nilai-nilai kesatuan, nilai-nilai kemanusiaan, nilai-
nilai Definisi) Anda kemudian dapat membuat dan menafsirkan nilai
keterampilan.
2.3.2. Penerapan pendidikan karakter
Pendidikan pribadi merupakan inisiatif untuk membangun
komunitas di Indonesia. Indonesia, khususnya anak muda. Karena anak
muda adalah lokomotif nasional. Indonesia masa depan. Jika Anda ingin
mencerahkan masa depan Indonesia Selanjutnya, mengembangkan
pengetahuan, keterampilan dan kepribadian pemuda modern.
Nasionalisme merupakan bagian integral dari setiap masyarakat.
Indonesia, karena huruf-huruf ini dapat mempersatukan negara Indonesia
Kemerdekaan diberikan pada tahun 19456. Pendidikan karakter
dipraktikkan di sekolah eksekutif Pendidikan Islam menggunakan strategi
untuk membantu siswa Karakter nasional.
Pada awalnya, siswa Berdasarkan ajaran Nabi Muhammad SAW
dan ciri-ciri negara Indonesia Secara khusus, dengan memperkenalkan
karakter bangsa dan kepribadian yang salah, siswa akan menyukai karakter
yang baik. Di atas segalanya, itulah ciri nasionalisme. Langkah
selanjutnya, siswa học Anda perlu menerapkan karakter ini, terutama
karakter. Nasionalisme dengan selalu hidup rukun bersama teman sehabis
makan. Pada tahap akhir, termasuk bendera, siswa akan membutuhkan:
Pelajari tentang tindakan cinta untuk negara Anda di lingkungan sekolah.
Juga dalam keluarga dan masyarakat.
Membangun nilai dan karakter Ini adalah bagian yang tidak
terpisahkan mendidik semua. Pendidikan Kewarganegaraan secara
konseptual dan praktis mementingkan pendidikan nilai kasus ini Dan

36
moralitas Panchasila. Tolong Manshagua Suryadi (2008) mengatakan
pendidikan kewarganegaraan program pendidikan yang tersedia Di koridor
“Pendidikan berdasarkan nilai”. Kegagalan dan Kelemahan Warga Masa
Depan Ini (pesanan baru) harus segera diproses Sekarang. Model dan
pendekatan Jadilah dogmatis dan semangat dan seorang pemimpin a Kita
harus mengubah paradigma, Pendekatan yang lebih manusiawi. di
Pendekatan pembelajaran langsung Alasan kemanusiaan peserta siswa
akan memiliki dapat diatur seperti ini mengembangkan tema penelitian
kapasitas warga negara yang demokratis. Ada beberapa opsi strategi dasar.
untuk dikembangkan oleh warga. Pendidikan Kepribadian Demokratis
Karakuta Car Seperti yang ditulis oleh Winataputra (2001) khususnya,
berbagai jenis Media dan sumber belajar (multimedia dan sumber daya)
penelitian interdisipliner (Penelitian interdisipliner) untuk dipecahkan
Masalah sosial (pemecahan masalah) Penelitian Sosial (Sosiologi), Aksi
sosial (partisipasi sosial), pembelajaran berbasis portofolio Penelitian).
Berikut rincian masing-masing:
1) Identifikasi masalahnya kebijakan publik Publik
2) Pilih masalah diklasifikasikan berdasarkan kelas
3) Mengumpulkan informasi Mengenai khusus
4) Buat katalog kelas
5) Presentasi Portofolio
6) Renungkan pengalamannya penelitian
2.3.3. Hubungan Pancasila dengan Karakter Bangsa Menurut Ir.Soekarno
Ada masalah dengan RUU panduan penyelarasan baru-baru ini
Pancha Sila (RUU HIP) DPR RI. Banyak reaksi terhadap masalah ini
Mungkin sejarawan Indonesia, dari masyarakat umum praktisi politik,
mahasiswa, akademisi, amandemen. Diskusi ilmiah terjadi di mana-mana.
terima kasih untuk komentar Dalam penyangkalan ini, bangsa Indonesia
melanjutkan Nilai-nilai Panchasila terkandung dalam lima sila dasar
berikut ini: Landasan yang kokoh bagi negara dan kehidupannya. seperti
itu, Tidak perlu mengubah panchasila menjadi torisira dan ekashira. Lima
cabang Pancasilla, yang digali oleh Sukarno, telah meresap jauh ke dalam

37
pikiran rakyat Indonesia setelah kemerdekaan Indonesia, mendarah daging
dan darah mereka. Itu akan menjadi simbol bangsa Indonesia. Salah satu
dimensi gerakan budaya adalah praktik. Dalam kehidupan nyata, itu
merupakan pengembangan dari refleksi nilai-nilai Pancasila.
Menanggapi kebutuhan pembangunan masyarakat dengan UUD
1945 Apakah kebutuhan akan waktu berubah tetapi tetap dalam model?
kandungan esensinya. sesuai perkembangan Tak perlu dikatakan bahwa
saya tidak punya niat untuk mengubah atau memodifikasinya. Tukarkan.
Apa yang ingin kami capai adalah integrasi dan stabilitas. Sangat
Menghargai, Memelihara, dan Berlatih Berbagai bidang kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. menggunakan Diharapkan pola
pikir Pancasila dan UUD 1945 ini akan berkembang. Indonesia dapat
menghasilkan dan mengembangkan ide dan konsep. Dan bahkan teori-
teori baru di berbagai bidang kehidupannya Berakar pada idealisme dan
konstitusi bersama, sukses pada saat yang sama.
Hal ini memperkuat adaptasi terhadap realitas pembangunan dan
kebutuhan masyarakat. perubahan waktu. Pidato Sukarno memiliki kata-
kata berikut: Menyusup Pancasila sebagai dasar etika dan tindakan. Orang
Indonesia telah mengadopsi perintah-perintah Pancasila sebagai berikut:
1) Tuhan Yang Maha Esa
Pernyataan penting di awal UUD 1945 adalah Ketuhanan Yang
Maha Esa Yang Mahatinggi adalah Sang Pencipta, dan manusia adalah
Sang Pencipta. Hubungan ini ditegaskan kembali Karena Proklamasi
Kemerdekaan penting bagi kehidupan negara Kemerdekaan.
Kemandirian hanya bisa mengandalkan penyesalan bahwa itu tidak
boleh ada. Budak dari satu orang ke orang lain, jika negara dalam
masalah Setelah kemerdekaan, ia dibebaskan dari kekuasaan kolonial
dan Menyatukan orang dan pada akhirnya membangun kehidupan
yang lebih baik bersama Baik untuk semua orang.
2) Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab
Sukarno dan Bung Hatta mengakui bahwa Indonesia memiliki
akar demokrasi. Sejarah Indonesia memberikan banyak referensi

38
tentang hakikat demokrasi. Dikembangkan dan dikelola oleh
organisasi masyarakat. Namun, pernyataan-pernyataan ini Akhirnya,
ingatlah bahwa "orang" itu penting. Ironisnya Meski Indonesia sudah
merdeka, namun dalam pergaulan internasional Indonesia
Berpartisipasi secara langsung atau tidak langsung, bertempat tinggal
di negara lain Sayangnya.
3) Persatuan Indonesia
Asas kewarganegaraan Indonesia memiliki dasar yang kokoh.
Pemuda, 28 Oktober 1928. Saat diumumkan pada 17 Agustus 1945
Meskipun Konstitusi Indonesia menyebutkan capaian demokrasi
Pancasila Proses ini sangat sulit. Ketimpangan sosial dan ketimpangan
sosial-politik Demokrasi berbasis Pancasila direduksi hanya dengan
satu alat. Dalam hal ini, instrumen Soekarno mengklaim sebagai
sebuah negara. Kebangsaan adalah dasar, bukan sebaliknya.
4) Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam
Permusyawaratan Perwakilan
Pancasila merupakan proses global. Ini telah menjadi proses
sejarah kewarganegaraan Indonesia dan telah menjadi proses penting
bagi negara Indonesia. Proses, bukan alat, ditekankan dalam komposisi
dan di seluruh organisasi. Negara, kebijakan publik terkait dengan
masalah interaksi, dimulai dengan UUD 1945 dengan organisasi etnis
dan sosial-politik memastikan kesejahteraan the Inilah inti dari
“pertimbangan” demokrasi pancasila.
5) Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Dalam jangka panjang, negara akan membangun
kemerdekaannya dan Beri diri Anda kekuatan. Tantang dunia untuk
terus berkembang Negara dapat terus menilai diri sendiri. Sebuah
negara lutut dan tangan. Untuk tujuan ini, definisi perusahaan
merupakan persyaratan penting. Kemandirian dan penerimaan diri.
Semua negara kekuasaan menurut definisinya. Semua kemakmuran
alam harus dicapai. kapan Pemerintahan rakyat, tidak membawa
definisi dan kemakmuran Seperti api, kekuatannya tidak bisa abadi.

39
Pancasila adalah ideologi bangsa Indonesia. Satu-satunya keyakinan
yang kami anggap ideal yang paling cocok Menyelenggarakan sistem
nasional Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam kelompok
Mendamaikan nilai-nilai lima dunia Panchasila, bangsa yang
multikultural Mencapai kehidupan kelompok tanpa mengabaikan
perbedaan yang ada hiện antara. Jadi titik masa depan Menembus ke
masa depan, yaitu memahami nilai-nilai Panchasila, yaitu Untuk
memperkuat semangat menemukan nilai-nilai Panchasila, sebuah sifat
etnis, Partai politik yang berdaulat, makmur dan bawa Panchasila ke
dalam barisan dan karakter Indonesia.
Panchasila adalah ideologi Indonesia. Keyakinanlah yang dianggap
sebagai satu-satunya ideologi yang tepat Dalam penyelenggaraan sistem
nasional Indonesia. sebagai grup Nilai lima sila Panchasila, bangsa
multikultural, adalah jembatan Kami membangun hubungan dalam
kehidupan kelompok tanpa mengabaikan perbedaan yang ada antara.
hanya di masa depan menanamkan pemahaman tentang nilai-nilai
Panchasila untuk masa depan, yaitu Untuk memantapkan semangat
menemukan nilai-nilai Panchasila sebagai bangsa, Kedaulatan, pesta
sejahtera dan mengambil Panchasila sebagai landasan moral karakter
Indonesia.
Kesadaran masyarakat Itu harus dimobilisasi dan segera didorong
kesadaran dan praktek Nilai Pancasila dalam banyak hal sosial, politik,
ekonomi dan budaya. Upaya membangun karakter strategi adalah proses
pendidikan. Di sekolah, pendidikan kewarganegaraan hari ini memiliki
peran dan posisi yang kuat Pendidikan sebagai pendidikan nilai moral
Politik dan Pendidikan Demokratis kewarganegaraan. menanggapi
masalah Perlunya Globalisasi sebagai Warga Negara Perlunya pendidikan
nilai-nilai moral moral pendekatan yang manusiawi dan tidak manusiawi
aku akan Menciptakan warga negara yang demokratis democratic menuju
masyarakat yang beradab Sosial).

40
2.4. Upaya Penguatan Karakter Bangsa dengan Nilai-Nilai Pancasila
2.4.1. Nilai-Nilai Pancasila
Nilai merupakan hasil pertimbangan yang dibuat oleh seseorang
atau masyarakat secara kelompok untuk menentukan penting atau
berharganya suatu hal, gagasan, atau praktek. Dapat dipahami bahwa nilai
merupakan suatu esensi yang sangat berarti dan melekat pada sesuatu di
kehidupan manusia. Nilai adalah sesuatu yang abstrak dan ideal.
Pancasila adalah dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Pancasila juga merupakan ideologi dasar bagi negara Indonesia. Untuk
menjadi warga negara yang baik (good citizen) di Indonesia, maka harus
berpedoman dengan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Hal inilah
yang mendasari pentingnya Pancasila sebagai acuan ataupun pedoman
tentang bagaimana berperilaku menjadi warga negara yang baik (good
citizen) di Indonesia.
Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila akan mengajarkan
warganya cara berfikir dan bertindak yang sesuai dengan ideologi negara.
Pada zaman modern atau zaman globalisasi seperti sekarang ini, pengaruh
negatif banyak ditemukan terhadap suatu negara salah satunya yaitu
lunturnya nilai-nilai luhur yang melekat pada suatu negara, hal ini terjadi
di Indonesia saat ini. Banyaknya pengaruh globalisasi salah satunya adalah
pengaruh dari masuknya budaya luar yang tidak sesuai dengan nilai-nilai
Pancasila, banyaknya warga negara atau masyarakat yang tidak tau atau
kurang memahami betapa pentingnya nilai-nilai Pancasila tersebut
dikarenakan adanya pengaruh negatif dari globalisasi.
Di atas pancasila, berdirilah pilar-pilar negara. Ada empat pilar
yang ditegakkan di atas dasar negara, yaitu: 1) Proklamasi Kemerdekaan
(sebagai pesan eksistensial tertinggi), 2) UUD 1945, 3) NKRI, 4)
Bhinneka Tunggal Ika. Pilar-pilar tersebut hanya akan mengambang jika
tidak ada dasar negara. Pancasila sebagai dasar memberi ruh dan warna
pada pilar-pilar yang ditegakkan di atasnya.
Pembangunan karakter bangsa menjadi harga mati di masa-masa
sekarang ini. Perilaku-perilaku menyimpang hanya dapat diberantas secara

41
tuntas dengan mengubah pola pikir dan karakter seseorang. Sulit bagi kita
untuk menentukan parameter yang sesuai dengan kemajemukan bangsa
Indonesia yang terdiri dari berbagai macam etnis, agama, budaya, dan
sebagainya. Kita semestinya kembali kepada nilai-nilai luhur bangsa yang
terkandung dalam Pancasila di situasi-situasi seperti sekarang ini.
Berdasarkan UU No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional, Pasal 2 menyatakan bahwa “Pendidikan nasional berdasarkan
Pancasila dan UUD 1945”. Undang-Undang Dasar 1945 mengamanatkan
“Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan
nasional”, dapat diartikan bahwa kurikulum pendidikan nasional
seharusnya digunakan untuk memperkokoh sikap cinta tanah air atau
nasionalisme, dapat dikatakan bahwa kurikulum pendidikan nasional
seharusnya membudayakan pemikiran ketunggalikaan di tengah realita
kemajemukan atau kebhinekaan Indonesia.
Di dalam Dictionary of Sociology, nilai adalah kemampuan yang
dipercaya ada pada sesuatu benda untuk memuaskan manusia. Jadi, pada
hakikatnya nilai adalah sifat atau kualitas yang melakat pada suatu objek,
bukan objek itu sendiri. Sesuatu yang mengandung nilai artinya ada sifat
atau kualitas yang melekat pada sesuatu tersebut.
Nilai-nilai Pancasila merupakan pendorong dalam upaya
menegakkan dan memperjuangkan kemerdekaan sehingga dapat
disimpulkan bahwa Pancasila sesuai dengan kepribadian dan keinginan
bangsa Indonesia. Nilai-nilai budaya yang mernyatukan masyarakat
Indonesia yang memiliki beragam suku, ras, bahasa, agama, dan pulau
menjadi bangsa yang satu melalui Pancasila. Nilai-nilai yang terkandung
dalam Pancasila merupakan jiwa, kepribadian, dan pandangan hidup
masyarakat di wilayah nusantara sejak dahulu (Laksono, 2008:2).
Nilai-nilai karakter bangsa Indonesia yang tercermin pada
Pancasila diterapkan dalam nilai-nilai karakter. Suko Wiyono (2013, 95-
96) berpendapat bahwa Pancasila memuat nilai-nilai atau karakter bangsa
Indonesia yang tercermin dalam sila-sila Pancasila sebagai berikut:

42
1) Nilai-Nilai Ketuhanan Yang Maha Esa, di dalamnya terkandung
prinsip asasi, yaitu:
 Kepercayaan dan Ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa;
 Kebebasan beragama dan berkepercayaan pada Tuhan Yang Maha
Esa sebagai hak yang paling asasi bagi manusia;
 Toleransi di antara umat beragama dan berkepercayaan kepada
Tuhan Yang Maha Esa; dan
 Kecintaan pada semua makhluk ciptaan Tuhan, khususnya makhluk
manusia.
2) Nilai-Nilai Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, di dalamnya
terkandung prinsip asasi, yaitu:
 Kecintaan kepada sesama manusia sesuai dengan prinsip bahwa
kemanusiaan adalah satu adanya;
 Kejujuran;
 Kesamaderajatan manusia;
 Keadilan; dan
 Keadaban.
3) Nilai-Nilai Persatuan Indonesia, di dalamnya terkandung prinsip asasi,
yaitu:
 Persatuan;
 Kebersamaan;
 Kecintaan pada bangsa;
 Kecintaan pada tanah air; dan
 Bhineka Tunggal Ika.
4) Nilai-nilai Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan
dalam Permusyawaratan/Perwakilan, di dalamnya terkandung prinsip
asasi, yaitu:
 Kerakyatan;
 Musyawarah mufakat;
 Demokrasi; dan
 Hikmat kebijaksanaan dan perwakilan.

43
5) Nilai-Nilai Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia, di
dalamnya terkandung prinsip asasi, yaitu:
 Keadilan;
 Keadilan sosial;
 Kesejahteraan lahir dan batin;
 Kekeluargaan dan kegotongroyongan; dan
 Etos kerja.
Nilai-nilai Pancasila saat ini tidak hanya diterapkan pada mata
pelajaran kewarganegaraan saja, melainkan sudah diterapkan di hampir
semua mata pelajaran di sekolah. Hal tersebut dapat diwujudkan melalui
penanaman nilai-nilai karakter pada setiap kegiatan pembelajaran di kelas.
Selain itu, nilai-nilai karakter ini juga telah digunakan untuk
mendiskusikan berbagai permasalahan-permasalahan terbaru yang
berkembang di masyarakat dari sudut pandang Pancasila.
Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila mengajarkan cara
berfikir dan bertindak sesuai dengan ideologi negara. Banyaknya pengaruh
negatif terhadap suatu negara salah satunya yaitu lunturnya nilai-nilai
luhur yang melakat pada suatu negara, dan hal ini terjadi di Indonesia saat
ini, dengan banyaknya pengaruh globalisasi, salah satunya adalah
pengaruh dari budaya luar yang tidak sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.
Permasalahan tersebut dihawatirkan akan membuat masyarakat Indonesia
lupa terhadap jati diri bangsanya sendiri yang menjunjung tinggi nilai-nilai
Pancasila sebagai dasar negara.

2.4.2. Nilai-nilai dalam Pendidikan Karakter


Secara umum fungsi pendidikan karakter yaitu sebagai pembentuk
karakter peserta didik sehingga menjadi pribadi yang bermoral, berakhlak
mulia, bertoleran, tangguh, dan berperilaku baik. Nilai-nilai pendidikan
karakter yang dicanangkan oleh Kementerian Pendidikan Nasional
meliputi 18 nilai, yakni: religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras,
kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta

44
tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar
membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab.
Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa nilai-nilai yang
harus diajarkan meliputi nilai-nilai kehidupan, baik yang termasuk dalam
nilai moralitas, nilai kebaikan, nilai religius, dan nilai kewarganegaraan.
2.4.3. Implementasi Nilai-nilai Pancasila dalam Penguatan Karakter Bangsa
Kita tahu bahwa manusia merupakan makhluk sosial yang
membutuhkan bantuan orang lain. Hal tersebut menimbulkan suatu
kesadaran bahwa segala yang akan dicapai pada dasarnya membutuhkan
bantuan orang lain. Hal tersebut juga melahirkan kesadaran bahwa setiap
manusia terpanggil hatinya untuk melakukan hal yang baik bagi orang lain
dan lingkungannya.
Dalam masyarakat Indonesia yang memiliki beragam suku, ras,
agama, dan budaya, kemampuan untuk mengendalikan diri dan
kepentingan adalah suatu sikap yang sangat penting dan bahkan
merupakan sesuatu yang sangat diharapkan, yang pada akhirnya akan
menumbuhkan keseimbangan pada masyarakat. Dalam pandangan
Pancasila, hubungan sosial yang selaras, serasi, dan seimbang antara
individu dengan masyarakatnya tidak netral, melainkan dijiwai oleh nilai-
nilai yang terkandung dalam sila-sila Pancasila sebagai kesatuan. Manusia
harus hidup dan bekerja sama dengan manusia lain dalam kehidupan
bermasyarakat (Kaelan, 2010:31).
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan Pancasila
merupakan satu aspek penting untuk membangun karakter generasi
bangsa. Pembangunan pendidikan hampir pada semua bangsa dijadikan
sebagai prioritas utama dalam program pembangunan nasional. Sumber
daya manusia yang bermutu tinggi merupakan produk pendidikan dan
merupakan kunci keberhasilan dari suatu negara.
Tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalan Undang-Undang
Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 menyatakan bahwa:
”Pendidikan bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha

45
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.
Pernyataan-pernyataan di atas menunjukkan bahwa pendidikan
harus mampu membentuk atau menciptakan manusia yang dapat
mengikuti dan melibatkan diri dalam proses perkembangan, karena
pembangunan merupakan proses pada pada perkembangan, yaitu suatu
proses perubahan yang meningkat dan dinamis. Hal ini berarti bahwa
proses pembangunan hanya dapat dilaksanakan oleh manusia-manusia
yang berjiwa pembangunan, yaitu manusia yang dapat menunjang
pembangunan bangsa dalam arti luas, baik material, spriritual, dan juga
sosial budaya.
2.4.4. Nilai-Nilai Pendidikan Karakter yang Sesuai dengan Pancasila
Pada awal kemunculannya, program pendidikan karakter di
Indonesia, dapat dimaklumi karena selama ini proses pendidikan belum
berhasil membangun manusia Indonesia yang berkarakter, bahkan banyak
yang menyebut, pendidikan telah gagal karena banyak lulusan sekolah
atau sarjana yang piawai dalam menjawab soal ujian, berotak cerdas, tetapi
memiliki mental dan moralnya lemah. Hal tersebut dapat terjadi lantaran
banyak pakar bidang moral dan agama yang sehari-hari mengajar tentang
kebaikan tetapi memiliki perilaku yang tidak sejalan dengan ilmu yang
diajarkan.
Sejak kecil, anak-anak diajarkan untuk menghafal tentang
bagusnya sikap jujur, berani, kerja keras, kebersihan dan jahatnya
kecurangan. Akan tetapi nilai-nilai kebaikan iyang diajarkan hanya sebatas
pengetahuan di atas kertas dan dihafal sebagai hal yang wajib dipelajari
saja tanpa adanya praktik nyata dari sifat tersebut.
Pembiasaan merupakan hal yang sangat diperlukan pada
pendidikan karakter, bukan hanya sebuah proses menghafal materi soal
ujian saja. Berbuat baik, berlaku jujur, malu berbuat curang, malu bersikap
malas, malu membiarkan lingkungan kotor merupakan hal yang perlu
dibiasakan dalam pendidikan karakter. Karakter tidak terbentuk secara
instan, tapi harus dilatih secara serius dan proporsional agar mencapai

46
bentuk dan kekuatan yang ideal (Husaini, 2010:25). Dalam membentuk
karakter yang baik juga diperlukan lingkungan yang mendukung dan juga
pembiasaan diri melakukan hal tersebut.
Implementasi nilai-nilai karakter yang akan dikembangkan dapat
dimulai dari nilai-nilai yang esensial, sederhana, dan mudah dilaksanakan,
seperti: bersih, rapi, nyaman, disiplin, sopan dan santun (Kemdiknas,
2011:8).
Upaya membangun karakter warga negara merupakan proses
pewarisan nilai-nilai, cita-cita, dan tujuan nasional yang tertera dalam
konstitusi negara serta pesan para pendiri negara (Sapriya, 2007:24).
Pidato pembelaan Bung Karno di muka Hakim Kolonial pada Tahun 1930
menegaskan sebagai berikut: Kalau bangsa Indonesia ingin mencapai
kekuasaan politik, yakni ingin merdeka, kalau bangsa kami itu ingin
menjadi tuan di dalam rumah sendiri, maka ia harus mendidik diri sendiri,
menjalankan perwalian atas diri sendiri, berusaha dengan kebiasaan dan
tenaga sendiri Soekarno, 1930:92 dalam (Sapriya, 2007:24). Pernyataan
tersebut menjelaskan bahwa karakter kemandirian sebagai sebuah bangsa
merupakan salah satu karakter warga negara yang harus dibangun.
2.4.5. Penanaman Nilai Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter di semua jenjang pendidikan saat ini sudah
mulai diterapkan dan merupakan satu kesatuan program kurikulum satuan
pendidikan sehingga secara dokumen diintegrasikan ke dalam Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) mulai dari visi, misi, tujuan, struktur
dan muatan kurikulum, kalender pendidikan, silabus, rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP) (Kemdiknas, 2011:9).
Pelaksanaan pendidikan karakter sesuai dengan panduan
pelaksanaan dapat dilakukan melalui tiga jalur, yaitu:
1) Integrasi melalui mata pelajaran.
2) Integrasi melalui muatan lokal.
3) Integrasi melalui pengembangan diri.
Pendidikan karakter yang terintegrasi di dalam mata pelajaran,
muatan lokal dan pengembangan diri yaitu mengenai pengenalan nilai-

47
nilai yang diperoleh karena kesadaran akan pentingnya dan bagaiman
penginternalisasian nilai-nilai ke dalam tingkah laku peserta didik di
kehidupan sehari-harinya melalui proses pembelajaran, baik di dalam
maupun di luar kelas (Kemdiknas, 2011:40).
Saat ini pendidik dituntut untuk membuat silabus dan rencana
persiapan pembelajaran (RPP) yang berkarakter, yang memuat beberapa
nilai pendidikan karakter dalam indikator dan kegiatan pembelajarannya.
Hal yang perlu dicermati yaitu bagaimana cara agar nilai-nilai yang
dicantumkan tersebut benar-benar sesuai dengan karakteristik mata
pelajaran yang diajarkan. Pendidik selaku eksekutor di lapangan harus
mengetahui hal tersebut, karena pendidik yang membuat sendiri RPP-nya
sehingga ia tahu persis apa yang dibuatnya.
Hal yang penting dalam pendidikan karakter bukan mengenai apa
yang ditulis oleh pendidik dalam RPP tapi apa yang dilakukan dan
dicontohkan pendidik kepada peserta didik. Perlu diketahui bagaimana
kita selaku pendidik memberikan pendidikan karakter kepada peserta didik
sehingga fungsi dan tujuan Kaya Karsa dapat tercapai.
Gagasan lama yang sampai saat ini masih relevan atau kembali
relevan dengan kondisi saat ini yaitu gagasan Ki Hajar Dewantara
mengenai Pendidikan. Ki Hadjar Dewantara yang menyatakan bahwa
pengajaran (onderwijs) itu tidak lain dan tidak bukan adalah salah satu
bagian dari pendidikan dimana selain memberikan ilmu atau pengetahuan
juga memberi kecakapan (keterampilan) kepada anak-anak yang kedua-
duanya dapat berfaedah baik lahir maupun batin (Dewantara, 1962:67).
Pendidikan menuntun kodrat yang ada pada diri seseorang agar
dapat hidup sebagai individu dan masyarakat yang berguna di masa
sekarang dan di masa yang akan datang. Pendidikan adalah upaya untuk
memajukan bertumbuhnya budi pekerti yang luhur (kekuatan batin dan
karakter) di diri peserta didik.
Pendapat Ki Hajar Dewantara mengenai konsep pendidikan disebut
dengan konsep pendidikan sistem among yang meliputi:

48
1) Ing ngarsa sung tuladha (jika di depan memberi teladanmengandung
nilai keteladanan, pembimbingan dan pemanduan).
2) Ing madya mangun karsa (jika di tengah-tengah atau sedang bersama-
sama menyumbangkan gagasan, yang bermakna peserta didik
didorong untuk mengembangkan karsa atau gagasannya-mengandung
nilai kreativitas dan pengembangan gagasan serta dinamisasi
pendidikan).
3) Tut wuri handayani (jika dibelakang menjaga agar tujuan pendidikan
tercapai dan peserta didik diberi motivasi serta diberi dukungan
psikologis untuk mencapai tujuan pendidikan mengandung nilai
memantau, melindungi, merawat, menjaga, memberikan penilaian,
dan saran-saran perbaikan, sambil memberikan kebebasan untuk
bernalar dan mengembangkan karakter peserta didik).
Dapat dilihat bahwa konsep Kaya Karsa mengadopsi konsep
sistem among milik Ki Hajar Dewantara, sehingga pendidikan karakter
sebetulnya bukan hal yang baru, tetapi merupakan penggalian nilai-nilai
lama dari konsep pendidikan Ki Hajar Dewantara. Pendidik dapat menjadi
contoh yang dapat langsung ditiru oleh peserta didik dengan mengikuti
ajaran dan fatwa Ki Hajar Dewantara dengan menonjolkan beberapa
karakter, yaitu:

1) Tetep-Mantep-Antep
 Tetep, berarti dalam melaksanakan tugas kependidikan dan
pembangunan bangsa harus berketetapan hati. Tekun bekerja tanpa
menoleh kanan kiri yang berarti melenakan perjuangan.
 Mantep, berarti tetap tertib berjalan maju selalu setia dan taat asas,
teguh iman sehingga tidak ada kekuatan yang dapat dapat menahan
gerak dan langkah kita.
 Antep, berarti segala perbuatan dan tindak laku kana berisi dan
berharga, tidak mudah dihambat dan dirintangi orang lain.

49
2) Ngandel-Kende-Bandel-Kandel
 Ngandel, berarti kita harus percaya dan yakin sepenuhnya, pada
kekuasaan dan takdir serta pada kekuatan serta kemampuan diri
sendiri.
 Kendel, berarti berani, berani menghadapi segala sesuatu yang
merintangi, tidak ada ketakutan, was was dan keraguan hati karena
Ngandel.
 Bandel, berarti kokoh, teguh hati tahan banting disertai sikap
tawakal kan kehendak Tuhan.
 Kandel, berarti tebal serta kuat lahir batin sebagai kekuatan untuk
menuju cita-cita.
3) Neng-Ning-Nung-Nang
 Neng-meneng, berarti tidak ragu dan malu.
 Ning-wening, berarti bening, jernih pikiran, tidak mengedepankan
emosi, mampu dan mudah membedakan antara yang hak dan yang
batil.
 Nung-hanung, berarti kokoh, senantiasa kuat, teguh dan kukuh
lahir batin.
 Nang-menang-wenang. berarti memperoleh kemenangan dan
memiliki kewenangan berhak dan berkuasa memiliki hasil jerih
payah kita.

Apabila pendidik mampu mengimplementasikan ajaran Ki Hajar


Dewantara untuk mencapai fungsi dan tujuan dari Kaya Karsa maka dapat
dipastikan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa tidak akan hanya
menjadi wacana saja tetapi dapat dijadikan contoh kepada peserta didik
sehingga menjadi panutan di sekolah.
2.5. Kondisi Jatidiri Bangsa Indonesia
Memasuki abad 21, masyarakat Indonesia dihadapkan pada dua
keadaan baru, yaitu globalisasi dan perubahan yang spesifik. Kedua keadaan
ini mempengaruhi permintaan hidup di arena publik, negara dan negara.
Seperti yang ditunjukkan oleh Komunitas Bahasa (2003) dalam peningkatan

50
kehidupan individu Indonesia, telah terjadi perubahan yang berbeda, baik
karena permintaan dunia baru, globalisasi, kemajuan inovasi data, maupun
karena permintaan keuangan dunia baru. Kondisi ini telah menempatkan
dialek-dialek yang tidak dikenal pada posisi esensial yang memungkinkan
mereka memasuki berbagai bagian eksistensi masyarakat Indonesia.
Sejalan dengan itu, Habiebie (1998) menyatakan bahwa di era
globalisasi, lalu lintas tenaga kerja dan produk seperti halnya lalu lintas
manusia semakin tiada henti. Dengan demikian, secara sosial, individu-
individu dari negara-negara di dunia ini akan semakin kabur dimana batas-
batasnya. Bukan hal yang aneh, suatu saat kepribadian orang-orang akan
semakin sulit dikenali, karena masing-masing dari mereka tergabung dalam
satu masyarakat dunia. Dalam kondisi seperti itu, bukan tidak mungkin jika
semua itu akan mendorong suatu generalisasi yang secara umum akan lebih
seragam. Akankah negara-negara kehilangan kepribadian mereka
Menarik untuk disimak pertanyaan yang disampaikan Presiden BJ
Habibie dalam Ceramah Awal Kongres Bahasa Indonesia VII tahun 1998.
Seperti yang ditunjukkan oleh penciptanya, salah satu karakter masyarakat
Indonesia adalah bahasa Indonesia. Jika diidentikkan dengan pertanyaan-
pertanyaan yang dikemukakan di atas, maka mengandung arti bahwa di era
globalisasi tidak aneh jika bahasa Indonesia sebagai karakter negara Indonesia
akan mengalami pergeseran.

2.5.1. Bahasa Indonesia Sebagai Jati Diri Bangsa Indonesia


Di tengah eksistensi masyarakat Indonesia yang multikultural,
tentu bukan tugas yang mudah untuk mengakui kepribadian publik yang
dekat dengan kata Indonesia. Misalnya, ketika diajukan pertanyaan
makanan orang Indonesia? Respons yang tepat pasti akan berlipat ganda.
Ada yang menjawab rendang, bakso, sate, pempek, gudeg, dan lain-lain.
Keseluruhan tanggapan yang diberikan tepat. Model lain, kalau ditanya
kesenian Indonesia? Sekali lagi, tanggapan yang tepat adalah lebih dari
satu. Ada yang menjawab wayang, randai, jaipong, reog, dan lain-lain.
Kemudian lagi, jika pertanyaan diajukan ke bahasa apa Bahasa Indonesia?

51
Kemungkinan besar tanggapan yang tepat hanya satu, khususnya bahasa
Indonesia. Respon yang tepat yang dikemukakan menunjukkan bahwa
kelompok masyarakat Indonesia yang multikultural sepakat bahwa
kepribadian Indonesia yang diidentikkan dengan bahasa adalah bahasa
Indonesia.
Bahasa Indonesia sebagai kepribadian negara Indonesia sebenarnya
sudah berlangsung cukup lama. Bahkan cenderung dicatat, karena Sumpah
Pemuda dibuat pada 28 Oktober 1928. Para pemimpin muda di sekitar saat
itu menerima bahwa alat yang paling mungkin untuk mengikat berbagai
suku di sekitar saat itu adalah Bahasa, khususnya Bahasa Indonesia.
Anehnya, saat itu wilayah Indonesia belum ada, namun para pemuda
sudah efektif memberi nama Indonesia. Kemajuan selanjutnya adalah
dilaksanakannya Kongres Pokok Bahasa pada tahun 1938 dan puncaknya
pada tanggal 18 Agustus 1945 adalah masuknya UUD 1945. Pasal satu
UUD 1945 menyatakan bahwa bahasa negara adalah bahasa Indonesia.
Mengenai sejarah perkembangan Bahasa Indonesia sebagai
karakter, Sedyawati (1993) membagi tiga fase perkembangan Bahasa
Indonesia sebagai kepribadian publik. Panggung utama, peningkatan
kemampuan bahasa Indonesia terjadi pada masa pra-otonomi negara
Indonesia. Pada tahap ini kapasitas Bahasa Indonesia sebagai metode
untuk membentuk kesadaran solidaritas negara, pengenalan kebutuhan
untuk bergabung untuk mengalahkan keragaman sosial dan lebih jauh lagi
memperhatikan kontras antara negara Indonesia dan negara asing di
luarnya.
Tahap kedua, peningkatan kemampuan Bahasa Indonesia terjadi
pada masa otonomi awal. Pada tahap ini Republik Indonesia telah
terbentuk, namun masih mengalami masa kemajuan di bidang politik dan
militer. Provokasi solidaritas negara dituntaskan oleh berbagai pihak
lawan. Di sekitar situ, pelaksanaan pemanfaatan Bahasa Indonesia sebagai
Bahasa otoritas negara merupakan peningkatan kapasitas bahasa
Indonesia. Bahasa Indonesia bukan hanya sekedar gambaran solidaritas

52
publik, namun telah menjadi bagian dari kehidupan bernegara yang
membutuhkan administrasi tersendiri.
Tahap ketiga, peningkatan kemampuan Bahasa Indonesia terjadi
ketika kekuatan Negara Kesatuan Republik Indonesia semakin membumi.
Asosiasi Bahasa dewan semakin mantap, aset untuk pelaksanaan berbagai
organisasi dapat diakses, semakin banyak pakar bahasa Indonesia di
bidang bahasa dan penulisan, dan banyak karya logis berkualitas telah
ditulis dalam bahasa Indonesia.
Dalam situasinya sebagai bahasa publik, Bahasa Indonesia
berfungsi sebagai (1) citra kebanggaan publik, (2) citra karakter publik, (3)
perangkat yang memungkinkan penyatuan kelompok etnis yang berbeda
dengan sosial-sosial dan individu mereka masing-masing. landasan fonetik
ke dalam solidaritas publik Indonesia, dan (4) metode korespondensi antar
daerah dan antar budaya. Kemudian lagi, dalam kedudukannya sebagai
bahasa negara, bahasa Indonesia berfungsi sebagai (1) bahasa otoritas
negara, (2) bahasa bimbingan dalam pelatihan, cara-cara surat menyurat di
tingkat masyarakat untuk alasan mengatur dan
melaksanakan,menghidupkan acara publik dan kepentingan otoritas
publik, dan (4) aparatur untuk menciptakan masyarakat, ilmu pengetahuan,
dan inovasi.
Bahasa Indonesia sebagai kepribadian negara Indonesia secara
eksplisit direncanakan dalam barang-barang yang halal. Secara progresif,
barang-barang halal yang diberikan oleh otoritas publik yang beridentitas
dengan bahasa Indonesia dapat diungkapkan sebagai berikut. Pertama,
pasal satu UUD 1945 yang menyatakan bahwa negara adalah bahasa
Indonesia. Kedua, pilihan Mata Kuliah Politik Bahasa Publik yang
melahirkan gagasan tentang situasi Bahasa Indonesia sebagai Bahasa
publik dan Bahasa Indonesia sebagai Bahasa daerah. Ketiga, Undang-
Undang Nomor 2 Tahun 1989 dan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003
tentang Kerangka Persekolahan Umum yang menyatakan bahwa
penggunaan bahasa Indonesia diperlukan dalam penyelenggaraan
pengajaran umum di Indonesia. Keempat, Undang-Undang Nomor 9

53
Tahun 2009 tentang Panji Negara, Bahasa Negara, Token Negara, dan
Nyanyian Pujian Umum.
2.5.2. Upaya Mempertahankan Bahasa Indonesia Sebagai Jati Diri Bangsa
Melihat menjaga bahasa Indonesia sebagai kepribadian publik
tidak dapat dipisahkan dari masalah penataan bahasa. Salah satu upaya
yang dilakukan untuk menjaga bahasa Indonesia sebagai karakter
masyarakat adalah melalui lembaga pendidikan. Hal ini terlihat jelas
dalam kerangka sekolah Indonesia, di mana siswa belajar bahasa Indonesia
di setiap jenjang pelatihan. Sejujurnya, jumlah latihan bahasa Indonesia
yang panjang setiap minggu di setiap tingkat pengajaran adalah yang
paling penting. Jika kita menghitung ukuran waktu yang dihabiskan siswa
belajar bahasa Indonesia dari dasar hingga sekolah menengah, setidaknya
ada 12 tahun. Apalagi sejak pelaksanaan Indonesian Public Assessment
(UN), bahasa Indonesia merupakan mata pelajaran yang sudah UNkan
sejak awal.
Mengingat kapasitas mata pelajaran Bahasa Indonesia, pengajaran
Bahasa Indonesia memiliki kapasitas esensial yang diidentikkan dengan
situasi Bahasa Indonesia sebagai bahasa umum dan bahasa negara.
Pelatihan Bahasa Indonesia di sekolah merupakan kursus konvensional
dan lebih jauh lagi merupakan salah satu upaya untuk mendorong bahasa
Indonesia. Melalui kursus ini, peningkatan Bahasa Indonesia dapat
dilakukan secara otomatis. Pemanfaatan jalur ini sangat tepat karena
tujuan pembelajaran ini adalah siswa yang masih dalam siklus belajar,
mengingat mereka yang masih dalam perjalanan menuju pembelajaran
bahasa Indonesia.
Teknik melatih Bahasa Indonesia juga dapat ditemukan dalam
upaya meningkatkan SDM Indonesia. Bahasa Indonesia bukan hanya
sebagai sarana berkorespondensi bagi masyarakat Indonesia, tetapi juga
sebagai alat untuk menduga dan berpikir. Sifat kewibawaan Bahasa
Indonesia merupakan salah satu penentu sifat individu Indonesia. Dengan
demikian, sifat dominasi Bahasa Indonesia sangat mempengaruhi

54
pembangunan negara karena bahasa Indonesia juga berfungsi sebagai
perangkat khusus perbaikan.
2.5.3. Hambatan dalam Upaya Mempertahankan Bahasa Indonesia Sebagai
Jati Diri Bangsa
Pengajaran bahasa Indonesia yang dipimpin di sekolah-sekolah
pada berbagai tingkat pelatihan memiliki berbagai masalah. Mulai dari
masalah perencanaan pendidikan, bacaan kursus, pendidik, dll. Dalam
penilaian pencipta, dari sekian banyak masalah yang ada sehubungan
dengan pengajaran Bahasa Indonesia, masalah yang paling signifikan
adalah masalah perspektif bahasa.
Hambatan yang diidentikkan dengan perspektif bahasa untuk
mempertahankan bahasa Indonesia sebagai karakter publik, Indonesia
pada umumnya akan lebih sedikit bahasanya karena lebih senang
menggunakan dialek yang tidak dikenal. Selain itu, ada pandangan yang
menggembirakan dari siswa terhadap bahasa Indonesia standar.
Sesuai dengan itu, yang harus diubah sesuai dengan bahasa
Indonesia hanyalah perilaku bahasa. Ada kecenderungan di arena publik
— khususnya di dunia regulasi — untuk mengikuti bahasa dari otoritas
yang lebih tinggi, meskipun faktanya mereka memahami bahwa metode
bicara otoritas tidak pantas, dalam hal apa pun, menyimpang dari sintaksis.
standar bahasa Indonesia. Demikian pula, ada juga kecenderungan
feodalisme Indonesia. 

2.5.4. Sistem Pemerintahan Adalah Jati Diri Bangsa


Kepribadian suatu negara dapat kita lihat bukan hanya dari
bagaimana prinsip karakter penduduk negara tersebut, tetapi juga dari
filosofi dan kerangka pemerintahan yang dipilih oleh negara tersebut. Hal
yang perlu saya cermati dalam peristiwa ini adalah kerangka pemerintahan
berbasis suara seperti apa yang telah direncanakan oleh para arsitek utama
dalam UUD 1945? Saya kira kita perlu mengkaji kembali persoalan
kerangka otoritas publik dengan alasan bahwa selama ini pemahaman kita

55
tentang struktur dan konstruksi pemerintahan negara baru didasarkan pada
sumber-sumber rekaman yang realitasnya tidak pasti. Setelah MPR-RI
1999-2004 melakukan beberapa kali revisi UUD 1945 dalam kurun waktu
2 tahun dan menetapkan kerangka pemerintahan resmi sebagai kerangka
pemerintahan negara, kita perlu mengetahui apakah kerangka
pemerintahan resmi itu dibentuk oleh pemerintahan dan perseorangan dari
BPUPK dan PPKI yang kemudian disahkan menjadi UUD 1945, Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia?
Jika konstitusi suatu negara dapat diibaratkan sebagai sebuah rel
yang akan membawa negara tersebut pada tujuan yang dicita-citakannya,
akankah standar penyelenggara negara membentuk suatu pemerintahan
negara yang berdasarkan popularitas sesuai cara hidup negara dapat
dicapai jika rel diubah tanpa gagal dan dialihkan? Kondisi inilah yang kini
mampu dimiliki oleh rakyat Indonesia setelah MPR melakukan koreksi
terhadap UUD 1945.
2.5.5. Teori Sistem Pemerintahan
Sejak Abad Pertengahan, para peneliti politik telah berusaha untuk
mengatur karakterisasi jenis pemerintahan berdasarkan suara, namun ini
hanya terbatas pada kerangka parlementer dan kerangka resmi. Dalam
pembicaraan logis tentang pengaturan pemerintahan Inggris terus-menerus
dilihat sebagai ilustrasi pemerintahan parlementer, dan AS sebagai model
resmi pemerintahan.

1) Sistem parlementer.
Kerangka parlementer seperti yang dilakukan di Inggris tidak
melihat adanya pemisahan kekuatan antara kepala dan cabang
administratif. Pada abad ke-16 sebagai respon terhadap kekuatan total
praktis Lord James I, sebuah pemerintahan parlementer dibingkai
dimulai dengan fondasi pembentukan wakil rakyat(perkumpulan) yang
secara progresif mengambil alih kekuatan otoritatif dari tangan
penguasa. Meskipun demikian, kekuatan utama tetap ditangan Raja.

56
Dalam kemajuan yang dihasilkan, kekuasaan Raja mulai diberikan
kepada para menteri yang didelegasikan dari antara individu-individu
dari wakil rakyal. Karena menteri harus bertanggung jawab kepada
lembaga perwakilan rakyat, secara bertahap kekuatan badan-badan
delegasi bertambah dan ditugaskan sebagai pemegang kekuasaan
negara. Para menteri pada umumnya, atau Kabinet, bertanggung jawab
kepada badan pembuat undang-undang dan sangat penting bagi badan
itu. Oleh karena itu, dalam kerangka parlementer tidak ada pembagian
kekuatan, namun ada kombinasi kekuatan antara kekuatan pemimpin
dan kekuatan utama. Pada akhirnya, kerangka parlementer adalah
kerangka kerja politik yang menggabungkan kekuatan pemimpin dan
kekuatan otoritatif dalam sebuah organisasi yang memegang
kekuasaan individu yang disebut Parlemen.
Dalam kerangka parlementer, cabang presidensial dipimpin
oleh Kepala Ekspres, seorang pemimpin dalam pemerintahan atau
Presiden dalam sebuah republik, dan PM sebagai Kepala
Pemerintahan. Kepala Pemerintahan dipilih oleh Kepala Negara dan
para pemimpin didelegasikan oleh Kepala Negara atas gagasan Kepala
Pemerintahan, Kabinet yang terdiri dari Pemimpin dan para lembaga
merupakan suatu organisasi agregat, dengan alasan bahwa eksekutif
adalah individu utama antara lain (primus bury pares) sehingga dia
tidak bisa memaafkan seorang mentri. Namun, sebenarnya pemimpin
secara konsisten memiliki kekuatan lebih dari para mentri.
Pemimpin dan menteri biasanya adalah individu dari parlemen
dan semuanya dianggap dapat diandalkan oleh dewan. Otoritas atau
Kabinet publik secara politis bertanggung jawab kepada parlemen.
Untuk menghindari kekuatan otoritatif yang terlalu besar atau tirani
perkumpulan karena kebanyakan rapat terlalu besar, kepala
pemerintahan dapat mengajukan usul kepada kepala negara untuk
membubarkan parlemen. Salah satu kualitas mendasar dari kerangka
parlementer yang tidak dimiliki oleh kerangka resmi adalah situasi
parlemen sebagai pemegang kendali terbesar atas badan delegasi dan

57
otoritas publik (incomparability of Parliament). Dalam kerangka
parlementer, otoritas publik tidak berada di menteri, dan sebaliknya,
badan delegasi tidak lebih tinggi dari otoritas publik.
Karena eksekutif dan individu-individu dari biro tidak langsung
dipilih oleh individu-individu, pemerintah parlementer hanya secara
tidak langsung mampu untuk memilih. Oleh karena itu, dalam
pemerintahan parlementer tidak ada hubungan langsung antara
individu dan otoritas publik. Hubungan ini hanya dibantu melalui
wakil rakyat yang dipilih oleh individu.
Parlemen sebagai pemegang kekuasaan yang paling kuat yang
merupakan titik fokus kekuatan dalam kerangka politik harus secara
konsisten berusaha untuk mencapai dinamika hubungan politik yang
wajar antara badan-badan administratif dan badan-badan utama. Di
parlemen inilah kerangka otoritas negara disiapkan sebelum suatu saat
menemukan peluang untuk menjadi pionir negara.
2) Sistem presidensial
Percakapan tentang pemerintahan resmi biasanya tidak
berhubungan dengan hipotesis detasemen kekuatan yang terkenal pada
abad kedelapan belas ketika Konstitusi AS dirancang. Dua pakar
politik yang persuasif saat itu adalah John Locke, yang terkenal karena
pandangannya bahwa bentrokan yang tertunda antara penguasa Inggris
dan parlemen adalah untuk secara ketat mengisolasi penguasa sebagai
kekuatan utama dengan badan delegasi sebagai kekuatan otoritatif.
Kedua kekuatan itu harus jelas terisolasi dan masing-masing memiliki
ruang kekuasaannya sendiri. Montesquieu, seorang saksi mata dari
pengaturan pemerintahan Inggris dari Perancis, akhirnya membuat
beberapa akhir yang tidak dapat diterima, dan menganggap bahwa
kerangka parlementer Inggris sangat baik mengingat fakta bahwa ia
mengisolasi kekuasaan negara menjadi kekuatan otoritatif, pemimpin
dan hukum. Pemisahan semacam itulah yang disebutnya sebagai trias
politica, yang selama 2 abad masih dipandang sebagai jenis detasemen
kekuatan yang paling baik dan paling tepat. Trias politika inilah yang

58
dimanfaatkan oleh Majelis Pemasyarakatan UUD 1945 yang dibentuk
oleh MPR sebagai premis hipotetis ketika melakukan perubahan
terhadap kerangka pemerintahan negara Indonesia sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 1 ayat (2).
Untuk menjamin kesehatan kerangka kerja resmi, presiden
dipilih, baik secara langsung atau melalui delegasi, untuk masa
pemerintahan tertentu, dan presiden berdiri teguh di atas kepala Negara
dan Kepala Pemerintahan secara bersamaan. Sebagai kepala
pemerintahan dan CEO tunggal, presiden menunjuk dan memaafkan
menteri negara, yang mengisi sebagai mitra presiden dan memegang
kekuatan utama di bidang masing-masing. Dalam kerangka kerja
resmi, biro pada umumnya tidak dapat diandalkan, tetapi setiap imam
secara independen memperhatikan presiden.
Dalam kerangka kerja resmi, individu dari badan pembuat
undang-undang mungkin tidak berdiri teguh pada pijakan simultan di
cabang presiden, dan di sisi lain, mungkin tidak secara bersamaan
mengisi sebagai individu dari badan pemerintahan. Namun, pembagian
staf kepala dan cabang kekuasaan tidak selalu diterapkan di semua
negara yang menggunakan kerangka kerja resmi. Di negara-negara
tertentu menteri ditunjuk sebagai individu dari parlemen. Dalam
pemerintahan OrdeBaru, anggota Kabinet juga bagian dari MPR,
organisasi yang memegang kekuasaan negara yang hampir setara
dengan parlemen dalam kerangka parlemen.
Presiden bertanggung jawab bukan kepada pemilih, melainkan
kepada Konstitusi. Ia dapat didakwa jika melanggar konstitusi, namun
tidak dapat disingkirkan dengan alasan ia tidak dapat memenuhi
jaminannya selama perlombaan politik. Presiden dan badan delegasi
individu memiliki kedudukan yang setara, sehingga tidak dapat saling
menjatuhkan. Dalam bahasa UUD 1945, Presiden adalah "neben"
bukan "geordenet" DPR, sehingga tidak bisa saling menebang.
Pada prinsipnya, kerangka kerja resmi tidak melihat ketidak
terbandingan dari satu bagian kontrol atas yang lain. Setiap kekuatan,

59
dewan, pemimpin dan eksekutif hukum mengarahkan cabang yang
berbeda sesuai dengan pengaturan Konstitusi. Akibatnya, yang berlaku
adalah incomparability konstitusi. Bagaimanapun, lambat laun, badan
pembuat undang-undang benar-benar memiliki kekuatan yang lebih
tinggi.
3) Sistem semipresidensial
Kerangka kerja semi-resmi adalah jenis pemerintahan negara
bagian yang berusaha mengatasi kekurangan kerangka kerja
parlementer dan resmi. Kelemahan mendasar dari kerangka
parlementer adalah bahwa ia sangat tidak aman dengan alasan bahwa
setiap kali otoritas publik, baik seluruh wakil rakyat dan menteri, dapat
mengakui demonstrasi ketidaksetujuan umum dari parlemen. Dengan
demikian, otoritas publik jatuh dan ada perbedaan dalam
pemerintahan. Selama 4 tahun menggunakan kerangka parlementer,
Indonesia mengalami 33 kali pergantian pemerintahan (Feith, 1962).
Kerangka kerja resmi resmi kecenderungan untuk bentrokan
terus-menerus antara cabang otoritatif dan pemimpin, terutama ketika
presiden yang dipilih tidak didukung oleh keputusan partai terbesar di
parlemen. Sejujurnya, negara-negara baru yang adat istiadatnya
berdasarkan popularitas belum sepenuhnya menyatu secara konsisten
menghadapi kondisi seperti itu. Selain itu, kekuatan luar biasa yang
dimiliki presiden sebagai satu-satunya pemegang kekuatan utama,
secara konsisten membujuk presiden untuk memperpanjang masa
jabatannya, yang kemudian membentuk kekuasaan diktator.
Kelimpahan tersebut dapat dilakukan oleh banyak negara di Amerika
Latin, Afrika dan Asia, termasuk Indonesia, yang menggunakan
kerangka resmi.
Untuk mengatasi kekurangan dari kedua kerangka kerja
tersebut, menjelang awal abad kedua puluh model ketiga kerangka
kerja pemerintah diciptakan yang disebut Duverger sebagai kerangka
kerja semi-resmi. Kerangka politik ketiga ini memiliki beberapa atribut
dari kerangka parlementer dan kerangka resmi. Kualitas prinsip dari

60
kerangka kerja semi-resmi adalah sebagai berikut: (a) titik fokus
kekuatan adalah dalam pertemuan delegasi sebagai pemegang posisi
paling penting; (b) pelaksana kekuatan otoritatif adalah badan agen
yang penting bagi agen berkumpul; (c) presiden dipilih secara
langsung atau tidak langsung untuk masa jabatan tertentu dan
memperhatikan pertemuan agen; (d) para imam adalah rekanan
presiden yang dipilih dan diberhentikan oleh presiden.
Jika kita melihat gambaran yang diberikan oleh Dr. Sukiman
pada rapat BPUPK tanggal 15 Juli 1945 dan Prof. Soepomo pada rapat
PPKI tanggal 18 Agustus 1945 tidak lama sebelum pengukuhan UUD
1945, jelas Susunan ketatanegaraan Indonesia yang diusung oleh
Undang-Undang Dasar Indonesia yang pokok adalah kerangka
setengah resmi. Seperti yang ditunjukkan oleh Blondel, selama tahun
1940-an, baru ada 6 negara otonom baru yang menggunakan kerangka
kerja semi-resmi ganda – yang memiliki presiden sebagai kepala
negara dan seorang pemimpin atau imam pertama sebagai kepala
pemerintahan – yaitu Finlandia, Lebanon, Suriah , Peru, Indonesia, dan
Korea. Selatan. Saat ini model tersebut mendapatkan ketenaran dan
digunakan di banyak negara, karena dianggap sebagai jenis
pemerintahan berbasis popularitas yang lebih stabil dan lebih sukses di
negara dengan kelompok ideologis yang berbeda.
Di negara-negara Amerika Latin, model semi-resmi diterapkan
yang memiliki lebih banyak kualitas kerangka parlementer, misalnya,
(a) pendeta dapat pergi ke pertemuan parlementer; (b) parlemen
menentang atau memberikan demonstrasi ketidaksetujuan mayoritas
kepada seorang imam atau biro; atau (c) pemimpin didelegasikan dari
dan oleh parlemen. Kantor (Dalam DiBacco, ed., New York, Praeger,
1977) menyajikan variasi keempat dari susunan pemerintahan, yang
lebih banyak memuat pokok-pokok kerangka parlementer, selain ada
pembagian kekuasaan dan kepala negara. dipilih untuk masa jabatan
tertentu, dan menganggapnya sebagai kerangka kerja semi-parlemen.
parlementer atau semi parlementer.

61
2.6. Alasan 4 Pilar Dicabut oleh Mahkamah Konstitusi
2.6.1. Hakekat dan Tujuan Pendidikan Karakter
Suatu proses pembentukan kecakapan fundamental baik secara
intelektual maupun emosional kearah alam dan sesama manusia itu adalah
pengertian pendidikan menurut John Dewey. Pendidikan memiliki tujuan
antara lain adalah agar generasi muda sebagai penerus dapat menghayati,
memahami, mengamalkan nilai-nilai atau norma tersebut dengan cara
mewariskan atau berbagi pengalaman, pengetahuan, kemampuan, dan
keterampilan yang melatarbelakangi nilai-nilai dan norma hidup dalam
kehidupan.
Dalam situasi global seperti ini, biasanya masalah akan
diselesaikan dengan baik apabila diletakkan dalam kerangka berpikir
global, melainkan bukan dalam kerangka berpikir nasional
2.6.2. Aspek Penting dalam Pendidikan Karakter
Menurut Megawangi (2003), ada tiga aspek atau kebutuhan
penting bagi anak yang harus dipenuhi yaitu:
1) Maternal bonding, dimana kedekatan, kelekatan anak dan ibu yang
merupakan dasar dalam pembentukan karakter anak.
2) Lingkungan yang aman juga merupakan kebutuhan anak, dengan hal
itu anak akan merasa lebih nyaman dan aman.
3) Peran dan perhatian orang tua harus lebih optimal kepada anak, karena
hal itu akan membuat kepribadian anak menjadi lebih baik seperti anak
menjadi periang, antusias, dan anak dapat mengeksplor dan lebih aktif
dalam lingkungan sekitarnya
2.6.3. Pendekatan dalam Pendidikan Karakter
Ada beberapa pendekatan dalam pendidikan karakter antara lain
yaitu:
1) Pendekatan penanaman nilai, yaitu pendekatan yang menekankan
pada nilai-nilai sosial, keteladanan, penguatan positif dan negatif,
simulasi, dan lain sebagainya.
2) Pendekatan perkembangan kognitif, yaitu menekankan pada aspek
kognitif, seperti dimana anak didorong untuk berfikir aktif terkait

62
dengan permasalahan moral dan ikut serta dalam membuat keputusan
moral.
3) Pendekatan analisis nilai, pendekatan in menekankan pada
perkembangan anak dalam berpikir yang logis dalam menganalisa
permasalahan yang terkait dengan nilai-nilai sosial.
4) Pendekatan klasifikasi nilai, pendekatan ini menekankan pada usaha
dalam mengkaji perasaan sendiri.
5) Pendekatan pembelajaran berbuat, pendekatan ini memberikan
kesempatan dalam melakukan tindakan bermoral.
2.6.4. Strategi Pengembangan Kurikulum Terintegrasi
Kurikulum merupakan agenda atau rencana program pengajaran
atau pendidikan yang akan diberikan kepada peserta didik untuk mencapai
tujuan pendidikan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Kurikulum integrasi yaitu kurikulum yang diorganisasikan dalam
bentuk unit-unit tanpa harus ada mata pelajaran atau bidang studi.
Keuntungan kurikulum terintegrasi, yaitu:
1) Menggunakan beragam kegiatan untuk memecahkan masalah.
2) Dosen dan mahasiswa bersama-sama merancanakan
3) Memberikan pengalaman langsung kepada mahasiswa
4) Pelajaran sesuai dengan kehidupan mahasiswa
5) Memperhatikan perbedaan individual mahasiswa
6) Mengembangkan keterampilan-keterampilan fungsional
7) Menggunakan lingkungan sebagai sumber pelajaran
8) Banyak memberikan keterampilan social
9) Menggunakan psikologi Gesalt dalam pembelajaran
Selain keuntungan, kurikulum terintegrasi juga memiliki kelemahan, yaitu:
1) Selama ini mahasiswa kurang mempersiapkan untuk mengikuti ujian
tradisional
2) Memerlukan fasilitas pembelajaran yang belum dimiliki kampus
3) Tidak memberikan pengetahuan secara logis dan sistematis
4) Memberatkan dosen
5) Lebih mengutamakan proses daripada materi

63
6) Manajemen pelajaran sangat sulit
Terdapat asas-asas tertentu terhadap kurikulum, yakni:
1) Asas filosofis, yaitu memiliki hakekat dalam menentukan tujuan
umum pendidikan
2) Asas sosiologis, yaitu memberikan dasar untuk menentukan apa yang
akan dipelajari sesuai dengan kebutuhan masyarakat, kebudayaan dan
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
3) Asas organisatoris, yaitu memberikan dasar-dasar dalam bentuk
bagaimana bahan pelajaran yang disusun, bagaimana luas dan
urutannya
4) Asas psikologis, memberikan prinsip-prinsip tentang perkembangan
anak dalam berbagai aspek serta cara belajar agar bahan yang telah
disediakan dapat dipahami dan dikuasai dengan baik oleh anak sesuai
dengan taraf perkembangannya
Beberapa pendekatan yang perlu dikembangkan dalam
mendukung strategi pembelajaran tersebut, yaitu:
1) Pendekatan Supportif, pendekatan terhadap rasionalistik tentang
melihat bahwa bagaimana proses pendidikan di UIN, merupakan
konsekuensi prinsip idealis dan eksternalisasi diri mahasisw, dengan
jumlah harapan peran yang dicita-citakan.
2) Pendekatan Evidentif, pendekatan ini melihat bahwa perkembangan
selalu berkembangan menuju ke titik kesempurnaan. Beberapa
karakter yang diharapkan dalam pendekatan ini adalah:
 Mahasiswa tertantang untuk mencari penemuan-penemuan sebagai
ciri keilmuan.
 Mahasiswa akan aktif dan sibuk melakukan aktivitas dan kajian-
kajian khusus.
 Akan lahir mahasiswa yang inovatif.
Perencanaan kurikulum adalah langkah awal membangun
kurikulum ketika pekerja kurikulum membuat keputusan dan
mengambil tindakan untuk menghasilkan perencanaan yang
digunakana. E.Mulyasa mengembangkan kurikulum untuk

64
pengembangan pendidikan dan karakter, ia menganalisis dengan lima
model utama yaitu:
1) Model subjek metter dalam bentuk mata pelajaran sendiri.
2) Model korelasi dalam mata pelajaran sejenis.
3) Model terintegrasi dalam seluruh mata pelajaran.
4) Model supleme.
5) Model gabungan.
2.7. Desain Pendidikan Karakter di Sekolah
Secara harfiah, Poerwadarminta mengungkapkan bahwa: “ Krakter
berarti tabiat. watak, sifat-sifat kejiwaan, akhlak dan budi pekerti yang
membedakan seseorang dengan orang lain. (Poerwadarminta, 2007, 521).
dalam bahasa Inggris, character, memiliki arti: watak, karakter, sifat, peran;
(John M. Echols & Hasan Shadily, 109-110). Karakter juga dapat diartikan
mental or moral qualities that make thing diffrent from others, atau all those
qualities that make a thing what it is from others. (AS Hornby, 1987, 140).
Sedangkan secara terminologis, para ahli memberikan definisi yang
berbeda-beda mengenai karakter. Endang sumantri misalnya mengungkapkan
bahwa “ karakter adalah suatu kualitas positif yang dimiliki seseorang
sehingga membuatnya menarik dan atraktif; reputasi seseorang; seseorang
yang unusual atau memiliki kepribadian yang eksentrik. (Endang Sumantri,
2009 : 6).
Menurut Hill, karakter menentukan pikiran pribadi seseorang dan
tindakan yang dilakukannya. Karakter yang baik adalah motivasi batin untuk
melakukan apa yang benar, sesuai dengan standar tertinggi perilaku, dalam
setiap situasi. Pendidikan karakter mengajarkan kebiasaan cara berpikir dan
perilaku yang membawa individu hidup dan bekerjasama sebagai keluarga,
masyarakat, dan bernegara serta membantu mereka untuk membuat keputusan
yang dapat dipertanggungjawabkan. (T.A. Hill, 2013 : 42).
Dari konsep karakter muncul istilah pendidikan karakter. Sebagaimana
pendapat D. Yahya Khan, “Pendidikan karakter mengajarkan kebiasaan cara
berfikir dan perilaku yang membantu individu untuk hidup dan bekerjasama
sebagai keluarga, masyarakat, dan bangsa. Serta membantu orang lain untuk

65
membuat keputusan yang daapat dipertanggungjawabkan. Dengan kata lain,
pendidikan karakter mengajarkan anak didik berpikir cerdas, mengaktivasi
otak tengah secara alami’. (D. Yahya Khan,, 2010:1-2). Senada dengan
pendapat ini, Aan Hasanah mengungkapkan bahwa: “Pendidikan karakter
mengajarkan kebiasaan cara berpikir dan berprilaku yang membantu individu
untuk hidup dan bekerja bersama sebagai keluarga, masyarakat, dan bernegara
serta membantu mereka untuk membuat keputusan yang dapat
dipertanggungjawabkan. (Aan Hasanah, 2013 : 42).
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa karakter
merupakan nilai-nilai perilaku atau attitude yang berhubungan dengan Tuhan
Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan
yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan
berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat
istiadat.
Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter
kepada peserta didik yang meliputi pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan
tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang
Maha Esa (YME), diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan
sehingga menjadi manusia insan kamil.

2.7.1. Esensi Pendidikan Karakter


Secara Implisit ditegaskan dalam Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Nasional (RPJN) tahun 2005-2015, dimana pendidikan karakter
ditempatkan sebagai landasan untuk mewujudkan visi pembangunan
nasional, yaitu “ mewujudkan masyarakat berakhlak mulia, bermoral,
beretika, berbudaya, dan beradab berdasarkan falsafah pancasila”
(Amirulloh Syarbini, 2012:14). Landasan hukum pembinaan karakter
sebagaimana disebutkan Kemendiknas sebagai berikut : 1) Undang-
undang Dasar 1945, 2) Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang
sistem pendidikan nasional, 3) Peraturan pemerintah nomor 19 tahun 2005
tentang standar nasional pendidikan, 4) Permendiknas nomor 39 tahun
2008 tentang pembinaan kesiswaan, 5) Permendiknas nomor 22 tahun

66
2006 tentang standar isi, 6) Permendiknas nomor 23 tahun 2006 tentang
standar kompetensi kelulusan, 7) Rencana pemerintah jangka menengah
nasional 2010-2014, 8) Renstra Kemendiknas tahun 2010-2014,
(Kemendiknas, 2010:3).
Selanjutnya ada pilar pendidikan karakter sebagaimana pendapat
Suparlan yang dikutip oleh Jamal Ma’mur Asmani menggambarkan bahwa
Pendidikan Karakter meliputi sembilan pilar saling kait mengait, bahwa
kesembilan pilar pendidikan karakter dintaranya : 1) Responsibility
(tanggung jawab), 2) Respect (rasa hormat), 3) Fairness (keadilan), 4)
Courage (keberanian), 5) Honesty (kejujuran), 6) Citizenship
(kewarganegaraan), 7) self-disipline (disiplin diri), 8) Caring (peduli), dan
9) Perseverance (ketekunan). (Jamal Ma’mur Asmani, 2008:30).
Dari kesembilan pilar tersebut dapat dikembangkan melalui
pendidikan formal maupun non formal. Pendidikan seyogyanya harus
dimulai sejak dini dan bisa dibangun di rumah (home), dan dikembangkan
di lembaga pendidikan sekolah (school), bahkan diterapkan secara nyata
dalam masyarakat (community). Semua pilar karakter tersebut memang
harus dikembangkan secara holistik melalui sistem pendidikan nasional.
Hal ini diharapkan agar anak-anak bangsa akan memiliki daya saing yang
tinggi untuk hidup damai dan sejahtera, serta sejajar dengan bangsa-
bangsa lain di dunia yang semakin maju dan beradab.
2.7.2. Kerangka Proses Pembudayaan dan Pemberdayaan Pendidikan
Karakter
1) Strategi Pengembangan Pendidikan Karakter pada Konteks Makro.
Secara makro pengembangan pendidikan karakter dapat dibagi
dalam tiga tahap, yakni:

 Perencanaan
Pada tahap perencanaan dikembangkan perangkat
pendidikan karakter yang digali dan dikristalisasi dan dirumuskan
dengan menggunakan berbagai sumber, antara lain pertimbangan :

67
(1) filosofis- agama, Pancasila, UUD 1945, UU No.20 Tahun 2003,
beserta ketentuan perundangan undangan turunannya; (2)
teoritisteori pendidikan, pendekatan psikologis, nilai dan moral,
sosial budaya; (3) pertimbangan empiris, berupa pengalaman dan
praktik terbaik dari tokoh dan lembaga, satuan pendidikan,
pesantren, dan lain-lain.
 Implementasi
Tahap implementasi, dikembangkan pengalaman belajar
dan proses pembelajaran yang bermuara pada pembentukan
karakter dalam diri peserta didik. Proses ini dilaksanakan melalui
proses pembudayaan dan pemberdayaan. Proses ini melalui tiga
pilar pendidikan, yakni satuan pendidikan, keluarga, dan
masyarakat. Pada masing-masing pilar ada dua pendekatan,
intervensi dan habituasi. Pada intervensi, dikembangkan suasana
interaksi belajar mengajar, proses pembelajaran yang sengaja
dirancang untuk mencapai tujuan pembentukan karakter dengan
program kegiatan yang terstruktur. Dalam hal ini peran guru
menjadi sangat penting. Pendekatan habituasi dilakukan dengan
menciptakan kondisi yang konduif, dan dengan berbagai penguatan
yang memungkinkan peserta didik, baik di sekolah,
keluarga/dirumahnya, dan di lingkungan masyarakatnya
membiasakan diri berperilaku yang baik seperti yang telah
dipraktikan melalui proses intervensi.
 Evaluasi hasil
Tahap evaluasi hasil, dilakukan evaluasi program untuk
perbaikan berkelanjutan, yang sengaja dirancang dan dilaksanakan
untuk menditeksi aktualisasi karakter pada diri peserta didik untuk
mengetahui bahwa proses pembudayaan dan pemberdayaan
karakter itu sudah berhasil baik atau belum.
2) Strategi Pengembangan Budaya dan Karakter pada Konteks Mikro
Secara mikro pengembangan nilai/karakter dapat dibagi dalam
empat pilar, yaitu:

68
 Kegiatan belajar-mengajar di kelas
Pengembangan nilai/karakter dilaksanakan dengan
menggunakan pendekatan terintegrasi dalam semua mata pelajaran
(embeded approach). Khusus, untuk mata pelajaran Pendidikan
Agama dan Pendidikan Kewarganegaraan, karena memang
misinya adalah mengembangkan nilai dan sikap maka
pengembangan nilai/karakter harus menjadi fokus utama yang
dapat menggunakan berbagai strategi/metode pendidikan nilai
(value/ character education). Untuk kedua mata pelajaran tersebut
nilai/karakter dikembangkan sebagai dampak pembelajaran
(instructional effects) dan juga dampak pengiring (nurturant
effects). Sementara itu untuk mata pelajaran lainnya, yang secara
formal memiliki misi utama selain pengembangan nilai/ karakter,
wajib dikembangkan kegiatan yang memiliki dampak pengiring
(nurturant effects) berkembangnya nilai/karakter dalam diri peserta
didik.
 Kegiatan keseharian dalam bentuk budaya sekolah (school culture)
Dalam lingkungan sekolah dikondisikan agar lingkungan
fisik dan sosial kultural sekolah memungkinkan para peserta didik
bersama dengan warga sekolah lainnya terbiasa membangun
kegiatan keseharian di sekolah yang mencerminkan perwujudan
nilai/karakter.
 Kegiatan ko-kurikuler dan/atau ekstra kurikuler
Dalam kegiatan ko-kurikuler, yakni kegiatan belajar di luar
kelas yan g terkait langsung pada suatu materi dari suatu mata
pelajaran, atau kegiatan ekstra kurikuler, yakni kegiatan sekolah
yang bersifat umum dan tidak terkait langsung pada suatu mata
pelajaran, seprti kegiatan Dokter Kecil, Palang Merah Remaja,
Pecinta Alam dll, perlu dikembangkan proses pembiasaan dan
penguatan (reinforcement) dalam rangka pengembangan
nilai/karakter.
 Kegiatan keseharian di rumah, dan dalam masyarakat.

69
Di lingkungan keluarga dan masyarakat diupayakan agar
terjadi proses penguatan dari orang tua/wali serta tokohtokoh
masyarakat terhadap prilaku berkarakter mulia yang dikembangkan
di sekolah menjadi kegiatan keseharian di rumah dan di lingkungan
masyarakat masing-masing.
Pengembangan nilai/karakter dalam konteks mikro
merupakan latar utama yang harus difasilitasi bersama oleh
Pemerintah Daerah dan Kementrian Pendidikan Nasional. Dengan
demikian terjadi proses sinkronisasi antara pengembangan
nilai/karakter secara psiko-pedagogis di kelas dan di lingkungan
sekolah, secara sosio-pedagogis di lingkungan sekolah dan
masyarakat, dan pengembangan nilai/karakter secara social-
kultural nasional.
2.7.3. Pendidikan Karakter untuk Mahasiswa
Dalam kajian Islam pendidikan karakter sangat dipentingkan.
Marzuki menjelaskan bahwa: pendidikan karakter merupakan misi utama
pendidikan Islam dan terwujudnya karakter di kalangan umat tidak dapat
lepas dari proses pendidikan Islam. Jika pendidikan Islam dilaksanakan
dengan baik dan berhasil sesuai dengan tujuannya, umat Islam akan
menjadi manusia-manusia yang berkarakter. Sementara itu Syaiful Sagala
menegaskan; membangun pendidikan berkarakter mulia yang cerdas
melalui aktivitas pendidikan akan membentuk siswa yang berjiwa
kebangsaan dan nasionalisme yang tinggi serta dapat ikut memajukan
peradaban dunia. Proses pembelajaran yang menanamkan dan
menempatkan kaidah-kaidah karakter dan kecerdasan dalam kadar yang
tinggi akan seperti menara menjulang ke atas dan konsisten.
Dalam hal ini Thomas Lickona mengidentifikasi sedikitnya ada
duapuluh komponen umum dalam pendidikan karakter berkualitas yakni
sebagai berikut:
1) Kepemimpinan/dukungan administratif, termasuk idealnya,
koordinator pendidikan karakter.
2) Keterlibatan staf yang kuat.

70
3) Keterlibatan siswa yang kuat.
4) Keterlibatan orang tua yang kuat.
5) Tonggak (kredo/pernyataan) sekolah dan motto yang menekankan
karaktaer.
6) Pemakaian bahasa krakter dalam interaksi setiap hari dan dalam kode
perilaku, rutinitas dan ritual, majelis, aktivitas ekstrakurikuler, buku
pegangan siswa, kartu laporan, relasi publik, dankomuniksi dengan
orang tua.
7) Perangkat kebaikan sasaran yang disetujui, yang mencakup kebaikan
interpersonal dankebaikan yang brhubungan dengan pekerjaan.
8) Perencanaan di seluruh sekolah untuk secara sengaja mendorong dan
mengajar sasaran kebaikan sekolah.
9) Contoh perilaku yang dihasilkan oleh staf dalam hal bagaimana
“tampak” dan “bunyi” kebaikan ini pada berbagia usia dan bagian
lingkungan sekolah yang berbeda.
10) Penekanan pada tanggung jawab seluruh sekolah dan siswa untuk
memodelkan kebaikan ini.
11) Integrasi kebaikan ini yang berkesinambungan ke dalam instruksi di
seluruh kurikulum.
12) Pemakaian kurikulum lpendidikan karakter yang dipublikasi, di
manapun pemakaian tepat dilakukan.
13) Suatu pendekatan terhadap disiplin yang mengajarkan kebaikan dan
menghargai karakter yang baik dengan cara yang mencaga fokus pada
alasan karakter karena melakukan apa yanga benar.
14) Usaha di seluruh sekolah untuk mengembangkan komunias yang
peduli guna mencegah kenakalan di antara anak/teman sebaya.
15) Lingkungan yagn kaya karakter visual (menggunakan sinyal, poster,
kutipan).
16) Mempekerjakan staf yang memiliki karakter baik dan berkomitmen
untuk memodelkan dan mengajarkan karakter.
17) Pengembangan staf dalam keahlian dan strategi pendidikan karaktaer
dan akuntabilitas untuk menggunakannya (Apakah program ini

71
merupakan bagian dari rencana pelaksanaan pembelajaran? Apakah
observasi kepala sekolah mencatat hal tersebut? Apakah para staf
secara teratur melaporkan dan membagikan apa yang sedang mereka
lakukan untuk mendorong pengembangan krakter?)
18) Waktu yang dijadwalkan untuk perencanaan, pembagian, dan refleksi
para staf atas program karaktaer yang bersangkutan serta kebudayaan
moral dan intelektual sekolah.
19) Paling tidak dukungan finansial yang rendah hati (pendidikan karakter
biasanya tidak memerlukan anggaran yang besar, namun beberpa dana
dibutuhkan untuk in-service workshops), konfrensi, waktu yang
dihabiskan bagi perencanaan dan pengembangan program, dan
perpustakaan sumber buku serta materia; kurikulum yang dibeli akan
menjadi pengeluaran yang besar.
20) Perencanaan untuk penilaian dampak program yang
berkesinambungan.
Pendidikan karakter sarat dengan berbagai pesan materi khususnya
dalam membangun masyarakat yang baik. Siti Irene Astuti menyatakan
bahwa; pendidikan karakter pada dasarnya mencakup pengembangan
substansi, proses, dan suasana atau lingkungan yang menggugah,
mendorong, dan memudahkan seseorang untuk mengembangkan
kebiasaan baik dalam kehidupan sehari-hari. Kebiasaan, kepekaan, dan
sikap orang yang bersangkutan. Dengan demikian karakter yang dingin
dibangun melalui pendidikan karakter bersifat inside-out, dalam arti bahwa
perilaku yang berkembang menjadi kebiasaan baik ini terjadi karena
adanya dorongan dari dalam, bukan karena adanya paksaan dari luar.
Dalam perspektif Islam pembinaan karakter selalu dikembangkan
dengan insial pendidikan akhlak dimana Rasulullah menjadi flatrom atau
contoh utama karakter. Abdul Madjid dan Dian Andayani menegaskan
bahwa ada tiga strategi yang harus dilalui untuk pendidikan karakter
menuju terbentuknya akhlakul mulia yakni sebagai berikut:
1) Moral Knowing/Learning to know

72
Adalah tahapan dimana langkah pertama dalam pendidikan karakter
untuk menguasai pengetahuan tentang nilai nilai.
2) Moral Loving/Moral Feeling
Adalah tahapan dimana belajar mencintai tanpa syarat.
3) Moral Doing/Learning to do.
Adalah tahapan para peserta didik mempraktekkan karakter dalam
kehidupan sehari hari.
Bangunan karakter bukanlah hal yang dapat dilakukan secara
instan, akan tetapi membutuhkan proses. Dengan demikian pendidikan
karakter bila dilakukan dengan pendekatan terintegrasi dalam kurikulum
adalah konsep strategis untuk memperkuat nilai-nilai kebaikan bagi
mahasiswa. Hal ini tentu membutuhkan desain yang dapat dikembangkan
dalam kegiatan pembelajaran untuk di kelas dan dilaksanakan oleh dosen
kepada mahasiswanya.
Sebuah buku berjudul Emotional Intelligence and School Success
(Joseph Zins, et. Al, 2001) mengkompilasi berbagai hasil penelitian
tentang pengaruh positif kecerdasan emosi anak terhadap keberhasilan di
sekolah. Ada beberapa factor resiko penyebab terjadinya kegagalan pada
diri anak di sekolah. Faktor-faktor resiko tersebut bukanlah karena
kecerdasan otak, melainkan pada karakter, yaitu rasa percaya diri,
kemampuan bekerja sama, kemampuan bergaul antara sesama teman,
kemampuan berkonsentrasi, rasa empati, dan kemampuan berkomunikasi.
Hal tersebut sesuai dengan pendapat Daniel Goleman tentang keberhasilan
seseorang di masyarakat, ternyata 80 % dipengaruhi oleh kecerdasan
emosi, dan 20% oleh kecerdasan otak.
Pendidikan karakter di kampus atau di sekolah- sekolah sangat
diperlukan. Tentunya bermulai dari pendidikan karakter di dalam keluarga
di rumah. Jika seorang anak mendapatkan pendidikan karakter yang baik
dari rumah, maka anak tersebut tentu akan berkarakter baik juga pada
tingkatan selanjutnya. Belakangan ini, banyak orangtua yang hanya
mengandalkan kecerdasan inteligensi. Selain itu, Daniel Goleman juga
mengatakan bahwa banyak orang tua yang gagal dalam mendidik karakter

73
baik pada anak nya disebabkan karena kesibukan dan lebih mementingkan
aspek kognitif anak nya saja. Meskipun demikian kondisi ini dapat
itanggulangi dengan memberikan pendidikan karakter di sekolahatau di
kampus.
Maka dari itu, pendidikan karakter adalah suatu yang urgent untuk
dilakukan. Jika semua komponen akademisi serius dalam menjalankan ini
maka pendidikan karakter pun akan dapat berjalan dengan baik.
2.7.4. Pengembangan Desain Pembelajaran
Pengembangan Desain pembelajaran diawali dari pengembangan
model pembelajaran. Beberapa model pembelajaran yang selama ini
dikenal adalah model Dick and Carey. Secara umum pengembangan
model pembelajaran menurut Trianto terdiri dari beberapa tahapan yakni,
pertama pendefinisian, kedua perancangan, ketiga pengembangan dan
keempat penyebaran. Dan rancangan pembelajaran atau desain untuk
pembelajaran dikalangan mahasiswa, maka; membangun pemahaman
besama terhadap kebijakan dan prosedur perkuliahan penting bagi
kohesifitas kelas. Artinya untuk membangun nilai-nilai pada mahasiswa
harus diawali bagaimana merancang atau mendesain pembelajaran dari
kelas.
Desain pembelajaran yang dapat diintegrasikan dengan kurikulum
khususnya untuk perkuliahan pada tatap muka dapat dilihat pada berbagai
model desain lainnya diantaranya, David Marrill, Jerold E.Kemp,
Regeluth, Atwi Suparman. Namun demikian untuk mengembangkan
desain sebagai sebuah pilihan dalam pengembangan pembelajaran yang
memberi muatan pendidikan karakter tentu harus melihat tujuan, situsi dan
keadaan mahasiswa di dalam kelas.

74
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan di atas, maka dapat kita simpulkan bahwa


xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx

3.2. Saran

Kami sebagai penulis menyadari bahwa makalah ini banyak sekali


kesalahan dan sangat jauh dari kesempurnaan. Tentunya kami akan terus
memperbaiki makalah dengan mengacu pada sumber yang dapat
dipertanggungjawabkan nantinya. Oleh karena itu, penulis mengharapkan
kritik dan saran tentang makalah kami.

75
DAFTAR PUSTAKA

Poerwadarminta, (2007). Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka.


AS Hornby, (1987) Oxford Advanced Learners Dictionary of Current English, Oxford
University Press.
Endang Sumantri, (2011), Pendidikan Karakter; Nilai Inti Bagi Upaya Pembinaan
Kepribadian Bangsa, Bandung; Laboratorium PKn UPI.
D. Yahya Khan, (2010) Pendidikan Karakter Berbasis Potensi Diri; Mendongkrak
Kualitas Pendidikan, Yogyakarta, Pelangi Publishing.
Aan Hasanah, (2013), Pendidikkan dalam Perspektif Karakter, Bandung, Insan
Komunika.
Jamal Ma’mur Asmani, (2012) Buku Panduan Internalisasi Pendidikan Karakter di
Sekolah, Yogyakarta, DIVA Press, Cet. III
Lickona, Thomas, (1991). Educating for Character; How our schools can respect and
responsibility, New York, Bantam.
Marzuki (2012) Grand Desain Pendidikan Karakter dan Pengembangan Kultur di
UNY. Yogyakarta: Makalah disajikan dalam Workshop Re Disain Pendidikan
Karakter UNY tanggal 5 September 2012.
Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Karakter Perspektif Islam, Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2017.
.

76

Anda mungkin juga menyukai