Anda di halaman 1dari 7

DOI: https://doi.org/10.36379/estetika.

v1i2 Estetika Vol 1 No 2


e-ISSN : 2686-276X

Peningkatan Pemahaman Pengembangan Sosial pada


Materi Tatakrama Pergaulan Melalui Layanan Orientasi
Siswa Kelas IX SMP Negeri 1 Sumenep

R. Farid Mashudi
SMP Negeri 1 Sumenep
Email: gantengparjuge@gmail.com

Abstrak
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh hasil observasi dan pengalaman peneliti, bahwa siswa
masih terlihat kurang akur dan loyal kepada temannya sendiri, hal itu terjadi di SMP Negeri 1
Sumenep. Siswa sulit memahami pentingnya sikap sosial terhadap teman sebayanya, yang
sebenarnya terjadi adalah tidak adanya kerukunan dan kondusifitas di kelas. Akibatnya
mahasiswa dinilai kurang bersahabat. Kemudian penelitian ini bertujuan untuk, 1)
mendeskripsikan sikap sosial siswa, 2) mendeskripsikan pelaksanaan layanan orientasi dalam
mengatasi kelemahan sikap sosial siswa, 3) menjelaskan hasil layanan orientasi terhadap sikap
sosial siswa. Penelitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan penelitian tindakan
bimbingan konseling (PTBK) dengan subjek penelitian siswa kelas IX SMP Negeri 1
SUMENEP. Penelitian dilaksanakan dalam tiga siklus, dengan menggunakan instrumen berupa
RPBK, lembar observasi aktivitas siswa, lembar observasi kegiatan penelitian dan angket
respon siswa terhadap penerapan teknik layanan orientasi. Kesimpulan dari hasil penelitian ini
adalah (1) melalui siklus tindakan bimbingan dan konseling dapat ditemukan langkah-langkah
efektif dalam penerapan layanan orientasi terhadap perkembangan sosial siswa. (2) Melalui
siklus tindakan konseling penerapan layanan orientasi terbukti dapat meningkatkan sikap sosial
siswa. Berdasarkan kesimpulan penelitian ini, maka disarankan: (1) Tujuan utama pemberian
materi etiket sosial orientasi pelayanan dapat digunakan untuk memberikan pemahaman dan
pengembangan sikap sosial siswa. Oleh karena itu guru BK sebagai penyedia layanan
bimbingan konseling harus mengedepankan proses yang mendukung terciptanya suasana
komunikatif, interaktif dan kerja kelompok dalam pelaksanaannya. (2) Guru BK / calon guru
BK tetap perlu terus membuktikan penerapan layanan orientasi materi etiket sosial jika terdapat
siswa yang kurang memiliki sikap sosial.

Kata kunci: Orientasi layanan, tata krama, hubungan, memahami perkembangan sosial

Abstract

This research is motivated by the results of observations and experience of researchers, that
students still look less able to get along and be loyal to their own friends, it happens in
SMP Negeri 1 Sumenep. Students find it difficult to understand the importance of social
attitudes towards their peers, what actually happens is that there is no harmony and
conduciveness in class. As a result, students are judged to lack friendship. Then this study
aims to, 1) describe students' social attitudes, 2) describe the implementation of orientation
services in overcoming the weaknesses of students' social attitudes, 3) explain the results
of orientation services towards students' social attitudes. The study was conducted using a
counseling guidance action research approach (PTBK) with the research subjects of class
IX students of SMP Negeri 1 SUMENEP. The study was conducted in three cycles, using

54 | Jurnal Estetika, Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia


DOI: https://doi.org/10.36379/estetika.v1i2 Estetika Vol 1 No 2
e-ISSN : 2686-276X

instruments in the form of RPBK, observation sheets of student activities, observation


sheets of research activities and questionnaires for student responses to the application of
orientation service techniques. The conclusions of the results of this study are (1) through
the guidance and counseling action cycle can be found effective steps in the application of
orientation services to students' social development. (2) Through the counseling action
cycle the application of orientation service is proven to improve students' social attitudes.
Based on the conclusions of this study, it is recommended: (1) The main objectives of the
service orientation of social etiquette material can be used to provide understanding and
development of students' social attitudes. Therefore BK teachers as providers of counseling
guidance services must prioritize processes that support the creation of a communicative,
interactive atmosphere and group work in their implementation. (2) BK teachers /
prospective BK teachers still need to continue to prove the application of orientation
services for social etiquette material if there are students who lack social attitude.
Keywords: Service Orientation, Manners, Relationships, Understanding Social
Development

Pendahuluan

Pada hakikatnya manusia adalah makhluk sosial, artinya adalah manusia tidak
bisa hidup sendiri, pasti membutuhkan orang lain. Ciri-ciri manusia sebagai makhluk
sosial terlihat pada saat manusia melakukan suatu hubungan dengan orang lain
(Nurseno:2004:12). Hasil dari hubungan ini dapat bersifat baik dan buruk. Untuk
dapat memahami lebih lanjut mengenai hubungan tersebut, perlu suatu pembahasan
mengenai interaksi sosial.
Dalam kehidupan masyarakat awam, interaksi yang terjadi sering
membingungkan mereka. Kehidupan sosial yang selalu berkembang dan berubah
pada setiap saat, akan menjadi kendala yang menyulitkan bagi kehidupan mereka.
Karena itu diperlukan suatu stabilisator; yaitu cara untuk menyeimbangkan keadaan
agar kehidupan sosial menjadi stabil dan masyarakat terhindar dari perpecahan.
Ajaran tentang akhlak dan budipekerti serta aplikasinya dalam amal perbuatan dapat
berfungsi sebagai penyeimbang tersebut dalam kehidupan sosial dan budaya.
Anak tidak lahir dengan memiliki nilai dan tidak diharapkan mengembangkan
kode moral sendiri. Ia harus diajarkan mengenai nilai-nilai moral ini. Belajar
berperilaku dengan cara yang disetujui masyarakat merupakan proses panjang yang
terus berlanjut hingga masa remaja. Belajar mengenai moral ini merupakan tugas
penting anak dalam masa perkembangannya.
Pada waktu perkembangan kecerdasan mencapai tingkat kematangannya,
perkembangan moral juga harus mencapai tingkat kematangannya. Bila hal ini tidak
terjadi, individu dianggap sebagai orang yang tidak matang moral, yakni orang yang
secara intelektual mampu berperilaku secara matang, namun berperilaku moral pada
tingkat anak-anak.
Dalam bukunya tentang perkembangan moral, Piaget mengemukakan bahwa
perkembangan moral anak terjadi dalam dua fase. Fase pertama adalah
perkembangan perilaku moral, dan fase kedua perkembangan konsep moral. Dalam
perkembangan perilaku moral, anak belajar berperilaku sesuai dengan cara yang
disetujui lingkungan sosialnya melalui cara coba-coba, melalui pendidikan langsung
atau melalui identifikasi (meniru orang yang dikagumi). Diantara ketiganya, yang
dinilai terbaik adalah pendidikan langsung dan identifikasi. gambar nyata dari
perilaku orangtua atau orang dewasa di sekelilingnya adalah cara paling mujarab
dalam mengajarkan moral kepada anak.
Sebelum masuk sekolah anak diharapkan telah mampu membedakan yang
benar dan salah dalam situasi sederhana. Selanjutnya ia diharapkan mampu

55 | Jurnal Estetika, Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia


DOI: https://doi.org/10.36379/estetika.v1i2 Estetika Vol 1 No 2
e-ISSN : 2686-276X

mengembangkan nilai-nilai untuk membimbingnya bila harus mengambil keputusan.


Dalam mempelajari sikap moral ini, terdapat empat hal pokok, yaitu:
1. Mempelajari apa yang diharapkan kelompok sosial, kebiasaan dan peraturan
2. Mengembangkan hati nurani
3. Belajar mengalami perasaan bersalah dan rasa malu bila perilakunya tidak
sesuai harapan kelompok
4. Mempunyai kesempatan untuk interaksi sosial, untuk belajar apa saja yang
diharapkan anggota kelompoknya.
Semua ini dapat dikembangkan dalam pergaulan sosialnya, dirumah dan di
sekolah. Misalnya, saat ia belajar bersahabat. Pada saat itu anak bisa lebih mengenal
variasi kehidupan. Ia bisa marah di satu saat, dan malu karena kemarahannya atau
perilaku yang tidak mengenakkan sahabatnya. Dalam pergaulannya anak juga
mengenal pria dan wanita. Dalam mengenal konsep dan mengamati peran pria dan
wanita, anak bisa mengambil sikap dalam melihat nilai- nilai masyarakat dalam
urusan pembagian kerja dirumah.
Dalam interaksi di masyarakat pula anak belajar bekerja sama dan sekaligus
bersaing. Melalui kelompok olahraga bola anak dajarkan bekerja sama dalam tim
untuk mengalahkan tim lawan. Anak juga belajar berkompetensi yang sehat. Tidak
mudah bagi orangtua untuk mengajarkan anak untuk belajar kerja sama dengan baik,
jika lingkungan sekolah tidak mengajarkannya. Karenanya, diperlukan kerjasama
yang baik antar orangtua dengan pihak sekolah.
Layanan orientasi yaitu layanan bimbingan dan konseling yang
memungkinkan peserta didik dan pihak-pihak lain yang dapat memberikan pengaruh
yang besar terhadap peserta didik (terutama orang tua) memahami lingkungan
(seperti sekolah) yang baru dimasuki peserta didik, untuk mempermudah dan
memperlancar berperannya peserta didik di lingkungan yang baru ini.
Pada penerapannya layanan orientasi menggunakan metode yang dipandang
cocok untuk diterapkan kepada sasaran/siswa. Sedangkan pada pelaksanaanya layanan
orientasi dapat dilakukan konselor sebagai berikut:
1. Pertemuan Umum
Pada kegiatan ini di ikuti oleh sejumlah besar siswa, misalnya pada saat masa
orientasi siswa dimana pada saat tersebut semua siswa diberikan materi-materi
yang berkaitan dengan kondisi lingkungan yang akan mempengaruhi proses
belajar siswa.
2. Pertemuan Klasikal (Diikuti Oleh Para Siswa Dari kelas Tertentu)
Program yang di rancang konselor untuk melakukan kontak langsung dengan
para peserta didik di kelas. Dilakukan secara terjadwal, biasanya berupa diskusi
kelas atau brain storming (curhat pendapat). Misalnya, seorang konselor yang
memberikan pengenalan mengenai mata pelajaran di kelas IPS
3. Pertemuan Kelompok (Diikuti Oleh Sejumlah Peserta yang Terbatas).
Konselor memberikan layanan bimbingan kepada peserta didik melalui kelompok
kecil (5-10 orang). Bimbingan ini ditujukan untuk merespon kebutuhan dan minat
peserta didik. Topik yang didiskusikan dalam bimbingan kelompok ini adalah
masalah yang bersifat umum (common problem) dan tidak rahasia.Misalnya cara-
cara belajar efektif, kiat-kiat menghadapi ujian dan mengelola setres.
Menghadapi fenomena tersebut menjadi penting bagi segenap pendidik untuk
meningkatkan pemahaman pengembangan sosial siswa, dan yang lebih banyak
berperan disini, adalah guru BK agar mensetting kegiatan bimbingan konseling
menjadi lebih aktif. Penerapan materi tatakarama dengan layanan orientasi dipandang

56 | Jurnal Estetika, Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia


DOI: https://doi.org/10.36379/estetika.v1i2 Estetika Vol 1 No 2
e-ISSN : 2686-276X

cukup bermakna dalam peningkatkan pemahaman pengembangan sosial siswa dengan


tujuan untuk menanamkan kebiasaan jangka pendek dan jangka panjang agar siswa
mampu membangun pergaulan yang sehat dan efektif. Sopan santun merupakan
praktik dari pendidikan yang berkearifan dan berkeadaban sebagaimana tujuan
pendidikan yang lebih didasarkan kepada pengayaan tata nilai dan penguatan karakter
ke-Bhinneka-an, ke-Bangsa-an ke-Indonesia-an sejak di Sekolah Dasar (Ridwan,
2013, 2016, 2017a, 2017b, 2018a dan 2018b).
Pada penelitian ini dapat dirumuskan masalah yaitu:
1. Bagaimana Peningkatan Pemahaman Pengembangan Sosial pada Materi
Tatakrama Pergaulan Melalui Layanan Orientasi Siswa Kelas IXSMP Negeri
1 SumenepTahun Pelajaran 2019 – 2020?
2. Bagaimana tingkat pemahaman Pengembangan SosialSiswa Kelas IXSMP
Negeri 1 SumenepTahun Pelajaran 2019 – 2020?
3. Apakah Layanan orientasi Materi Tatakrama Pergaulan dapat meningkatkan
Pemahaman Pengembangan Sosial Siswa Kelas IXSMP Negeri 1
SumenepTahun Pelajaran 2019 – 2020?
Sedangkan tujuan dari penelitian ini Mendeskripsikan peningkatan pemahaman
pengembangan sosial pada materi tatakrama pergaulan melalui layanan orientasi
Siswa Kelas IX SMP Negeri 1 Sumenep Tahun Pelajaran 2019 – 2020.
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan dalam penelitian ini
dapat diajukan rumusan hipotesa yaitu “Materi Tatakrama Pergaulan Melalui Layanan
Orientasi Dapat Meningkatkan Pemahaman Pengembangan Sosial Siswa Kelas IX
SMP Negeri 1 Sumenep Tahun Pelajaran 2019 – 2020.

Metode Penelitian
Subjek penelitian yang menjadi sasaran yaitu siswa-siswi SMP Negeri 1
Sumenep Tahun Pelajaran 2019 – 2020 kelas IX. Adapun jumlahnya sebanyak 31(tiga
puluh satu) orang yang terdiri dari 15 (lima belas) orang perempuan dan 16 (enam
belas belas) orang laki-laki. Penentuan tersebut didasarkan pada penarikan sampel
(subjek) purpusive yaitu menentukan sampel(subjek) didasarkan pada tujuan tertentu.
Pada prakteknya disebabkan karena pada kelas tersebut dipandang memiliki
Pemahaman Pengembangan Sosial yang rendah.
Tempat untuk melakukan penelitian berlokasikan di lembaga pendidikan SMP
Negeri 1 Sumenep Jl.Payudan Barat No 7 Sumenep. Penelitian ini berbentuk
Penelitian Tindakan Bimbingan Konseling model Kemmis & Me Taggart yang
bersifat kolaboratif bersama guru BK setempat, yaitu peneliti bertindak sebagai pelaku
tindakan sedangkan guru BK setempat bertindak sebagai observer.
Untuk memperoleh data penelitian, peneliti menggunakan instrumen:
1. Lembar pengamatan (observasi)
2. Angket
Setelah peneliti memperoleh data, selanjutnya untuk menghasilkan data akhir
sebagai tindaklanjut, maka dilakukan analisis data kualitatif dengan tujuan mengetahui
tingkat pemahaman pengembangan sosial siswa setelah memperoleh layanan orientasi.
Untuk mengetahuinya tentu mengikuti prosedur, adapun prosedur analisis data yang
digunakan adalah sebagai berikut :
1. Ketercapaian munculnya sikap/aktivitas (individu) konseli/siswa setelah
mengikuti layanan orientasi dapat diukur melalui rumus :
∑skor
% Ketercapaian = × 100%
∑skor maksimal

57 | Jurnal Estetika, Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia


DOI: https://doi.org/10.36379/estetika.v1i2 Estetika Vol 1 No 2
e-ISSN : 2686-276X

Sumber : Uzer:1997:96
Dengan kriteria ketercapaian, apabila % ketercapaian ≥ 75% (artinya jika
siswa memiliki nilai 75% berarti tingkat pemahaman pengembangan sosialnya
tercapai)(Uzer:1997:96).
2. Tingkat pemahaman pengembangan sosial kelompok/kelas dapat
diukur/dianalisis dengan menggunakan rumus :

∑siswa yang tuntas/tercapai


% efektifitas = × 100%
∑ siswa keseluruhan

Sumber : Uzer:1997:96
Dengan kriteria :
≥ 85% mencapai tingkat pemahaman pengembangan sosial
< 85% tidak mencapai pemahaman pengembangan sosial (Uzer :1997:96).

Hasil dan Pembahasan


Adapun hasil pelaksanaan kegiatan ini dapat peneliti gambarkan: siklus satu
ternyata memperkuat identifikasi peneliti bahwa kelas tersebut memiliki masalah
dalam sikap pengembangan sosial yang temui kurang/lemah dalam etika bergaul
dengan temannya. Berdasarkan hasil pengamatan, pada siklus satu hanya didominasi
oleh 10 orang, karena hasil perolehan hanya sepuluh anak yang mencapai taraf
ketuntasan. Ketuntasannya pun memperoleh skor yang beragam, Sedangkan klien
yang lainnya belum memenuhi standarisasi ketuntasan yaitu ≥ 75%. Sementara itu,
data tersebut juga menjawab bahwa belum adanya ketuntasan dalam kedisiplinan
siswa pada pelaksanaan layanan orientasi siklus I. Karena ketuntasan kelas belum
mencapai 85 %, atau masih berkisar 32 %.
Setelah pelaksanaan dan pengamatan dilakukan maka pada siklus II yaitu tahap
refleksi, peneliti bersama dengan observer mengumpulkan hasil pengamatan yang
telah diisi oleh kolaborator. Sesuai dengan data pada siklus II, yang memperoleh hasil
dan perubahan signifikan. Perubahan yang paling menonjol pada aktifitas guru dan
siswa guru semakin baik dan siswa semula hanya ketuntasan individu sebanyak 10
orang dengan jumlah prosentase 32 %, setelah dilakukan siklus II ketuntasan individu
menjadi 23 orang dengan prosentase mencapai 74 %. Tetapi perubahan itu belum
mengantarkan pada pencapaian target karena belum mencapai 85%. Ketercapaian
kedisiplinan pada siklus II berkisar 74 %. Maka kegiatan refleksi siklus ke II
merekomendasikan untuk menyelenggarakan dan melanjutkan pada siklus III dan
diharapkan pada siklus ke III ada perbaikan yang cukup signifikan guna mencapai
target.
Siklus ke III nampaknya menjadi akhir tindakan karena hampir semua
instrument terlihat memenuhi target. Terutama pada pengamatan terhadap siswa yang
mencapai 90 % serta diperkuat dengan data respon siswa terhadap layanan orientasi
yang mencapai 99 %, sehingga pada saat itu jiwa sosial siswa mulai di tampakkan.
Pada refleksi inilah, penelitian dikatakan berhasil pada siklus ke III dan menghentikan
rotasi siklus berikutnya.
Berdasarkan hasil penelitian dalam paparan hasil penelitian di atas, maka dapat
disimpukan sebagai berikut:
1. Perencanaan penerapan layanan orientasi pada materi tata krama pergaulan dalam

58 | Jurnal Estetika, Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia


DOI: https://doi.org/10.36379/estetika.v1i2 Estetika Vol 1 No 2
e-ISSN : 2686-276X

upaya pemahaman dan pengembangan sosial siswa SMP Negeri 1 Sumenep


Tahun Pelajaran 2019-2020 dapat disusun baik dengan rencana tindakan sesuai
dengan konsep.
2. Pelaksanaan penerapan layanan orientasi pada materi tata krama pergaulan dalam
upaya pemahaman dan pengembangan sosial siswa SMP Negeri 1 Sumenep
Tahun Pelajaran 2019-2020 berjalan dengan lancar dan pengamatan dilakukan
oleh observer terhadap aktivitas peneliti dan siswa.
3. Hasil analisis secara kelompok/kelas penerapan layanan orientasi pada materi tata
krama pergaulan dalam upaya pemahaman dan pengembangan sosial siswa SMP
Negeri 1 Sumenep Tahun Pelajaran 2019-2020 telah dicapai dengan baik pada
siklus ke III. Hal itu ditunjukkan dengan statistik peningkatan antara siklus
sebelumnya dengan siklus selanjutnya, sesuai dengan data pada siklus I siswa
yang tuntas hanya 32%, pada siklus II siswa yang tuntas berkisar 74 % yang
masih belum mencapai kedisplinan, namun pada siklus ke III peningkatan sangat
signifikan hingga mencapai 90%.
4. Dari keseluruhan data yang diperoleh dapat diinterpretasikan bahwa dengan
pemahaman dan pengembangan sosial siswa melalui penerapan layanan orientasi
pada materi tata krama pergaulan siswa SMP Negeri 1 Sumenep Tahun Pelajaran
2019-2020.

Kesimpulan
Capaian simpulan dari penelitian adalah, bahwa perencanaan penerapan layanan
orientasi pada materi tata krama pergaulan dalam upaya pemahaman dan
pengembangan sosialsiswa SMP Negeri 1 Sumenep. Pelaksanaan penerapan layanan
orientasi pada materi tata krama pergaulan dalam upaya pemahaman dan
pengembangan sosial siswa SMP Negeri 1 Sumenep Tahun Pelajaran 2019-2020
berjalan dengan lancar. Hasil analisis secara kelompok/kelas penerapan layanan
orientasi pada materi tata krama pergaulan dalam upaya pemahaman dan
pengembangan sosial siswa SMP Negeri 1 Sumenep Tahun Pelajaran 2019-2020 telah
dicapai dengan baik pada siklus ke III.

Daftar Pustaka
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:
Rineka Cipta.
Chaplin. 1984. Kamus lengkap Psikologi. Solo: PT Raja Grafindo Persada David,
Sears. 2004. Psikologi Sosial. Jakarta. PT. Gramedia Pustaka Umum
Farozin, H.M. dan Fathiyah. Kartika Nur. 2004. Sikap Sosial Anak. Jakarta Rineka
Cipta.
Hudaniah, dkk. 2003. Psikologi sosial dan Psikotherapi. Malang. Universitas
Muhammadiyah Malang PREES
Hurlock, Elizabeth.B.1990. Psikologi Perkembangan suatu Pendekatan Sepanjang
Rentang Kehidupan. Jakarta :Erlangga.
Kusuma, Dharma., Triatna, Cepi., Permana, Johar., 2011. Pendidikan Karakter.
Bandung : PT Remaja Rosda Karya
Lazarus, Richard. 2001. Patern of adjustmentmcraw_hill. Newyork
Lubis, Nimita, S.T. 1999. Perkembangan Anak Usia Sekolah. Jakarta : PT. Grafika
Multi Warna
Musaheri. 2005. Perkembangan Peserta Didik untuk Memiliki
Kompetensi Pedagogik. Yogyakarta: Rineka Cipta Karya
Nurhidayah. 1991. Teknik Pemahaman Individu Non Test. Malang: UM

59 | Jurnal Estetika, Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia


DOI: https://doi.org/10.36379/estetika.v1i2 Estetika Vol 1 No 2
e-ISSN : 2686-276X

Nursalim, Mochamad. 2002. Layanan Bimbingan dan Konseling. Surabaya: UNESA


PRESS
Nurseno. 2004. Kompetensi Dasar Sosiologi. Solo: PT. Tiga Serangkai
Prayitno dan Amti. 2004. Dasar-Dasar Bimbingan Konseling. Jakarta: Rineka Cipta
Tilaar, H. A. R. 2001. Manajement Pendidikan Nasional. Bandung: PT Remaja Rosda
karya.
Usman, Mohammad, Uzer dan Lilis Setiawati,. 1997. Upaya Optimalisasi kegiatan
belajar mengajar. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Tim Sertivikasi Bimbingan Konseling Uneversitas Negri Surabaya. Modul. Strategi
Konseling (Materi V) dan Modul Konseling Kelompok (Materi VI).Disajikan
dalamProgram Diklat Profesi Guru Bidang Studi Bimbingan Konseling.
Surabaya. Unesa
Nurraini, Sitti. 2012. Pembentukan Karakter Peserta Didik melalui Layanan Orientasi
pada Kelas VII-C SMP Negeri 6 Sumenep Tahun Pelajaran 2011/2012,
Skripsi, BK, FKIP UNP Kediri, 2012.Skripsi tidak diterbitkan: UNP Kediri.
Nor, Aini, Yanti: Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Terhadap Kehidupan Sosial Anak
Di SDN Kebundadap Timur II Saronggi, Skripsi, BK, FKIP UNP Kediri,
2012. Skripsi tidak diterbitkan: UNP Kediri
Sukitman, Tri dan Ridwan, M. 2016. Implementasi Pendidikan Nilai (Living Values
Education) Dalam Pembelajaran Ips(Studi Terhadap Pembentukan
Karakter Anak Di TingkatSekolah Dasar)Profesi Pendidikan Dasar, Vol.
3, No. 1
Ridwan, M. 2013). Konsep Pendidikan Futurologi Meritokrasi. Jurnal Pelopor STKIP
PGRI Sumenep.
Ridwan, M. and Wahdian, A., 2017. Structure, Function and Value The Tradition of
Oral Literature in Sumenep Madura. ISLLAC: Journal of Intensive Studies
on Language, Literature, Art, and Culture, 1(1), pp.252-273.
Ridwan, M., 2017. Tradisi Nyanyian Anak Terhadap Pembentukan Karakter Anak
Usia Sekolah Dasar. Sekolah Dasar: Kajian Teori dan Praktik
Pendidikan, 26(1), pp.49-61.
Ridwan, M., 2018. Learning of local environmental wisdom in oral literature of
madurese traditional song in sumenep. ISCE: Journal of Innovative Studies
on Character and Education, 2(1), pp.93-103.
Ridwan, M., 2018. Literature Syi’ir MaduraAs A Legenskap Of Strengthening
Characters In Elementary School. ISCE: Journal of Innovative Studies on
Character and Education, 2(2), pp.332-339.
Ridwan, M. 2016. Pendidikan Karakter Berbasis Permainan Tradisional Siswa
Sekolah Dasar di Sumenep Madura. Prosiding Seminar Nasional Prodi
PGSD dan Prodi BK FKIP UAD. ISBN: 978-602-70296-8-2.

60 | Jurnal Estetika, Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Anda mungkin juga menyukai