Anda di halaman 1dari 12

778

PENERAPAN KOMPETENSI KONSELOR DALAM MEMBANTU KORBAN


PELECEHAN SEKSUAL DENGAN KONSELING TRAUMATIK

Nurul Albertin1, Dede Rahmat Hidayat2


Email: nurulalbertin_bk18s2@mahasiswa.unj.ac.id1, dederhidayat@unj.ac.id2
Universitas Negeri Jakarta 1,2

Abstrak
Konselor merupakan sebuah perjalanan seumur hidup yang tidak ada habisnya. Konselor merupakan
seseorang yang sudah memiliki pendidikan profesi, memahami setiap kompetensi konselor dan menerapkan
terhadap setiap klien. Kompetensi konselor dibagi menjadi empat yaitu pedagogik, professional, kompetensi
sosial dan kompetensi pribadi. Konselor harus mampu menerapkan ini didalam pribadinya. Selain
kompetensi ada juga karakteristik konselor antara lain kepercayaan publik (public trust), kode etik,
kualifikasi, standart kompetensi dan kurikulum. Banyak permasalahan yang akan dihadapi oleh konselor
karena setiap klien yang datang berbeda-beda mulai dari permasalahan yang ringan sampai yang rumit. Dari
sekian banyak permasalahan yang dihadapi klien salah satu permasalahannya adalah pelecehan seksual.
Pelecehan seksual dapat terjadi dimana saja dan dialami oleh siapa saja. Pelecahan seksual adalah tindakan
asusila yang di lakukan pelaku dengan sengaja terhadap orang lain sehingga menimbulkan perasaan trauma
pada diri seseorang. Salah satu terapi yang digunakan oleh konselor adalah konseling traumatik, proses
konseling tersebut dapat dilakukan dengan beberapa kali pertemuan yaitu melihat trauma dan permasalahan
yang dihadapi klien. Pada umumnya membantu klien yang mengalami pelecehan seksual dibutuhkan lebih
dari sekali pertemuan karena konselor bertugas membantu klien menghilangkan trauma tersebut dan
membuat klien menerima diri sendiri serta memaafkan dan menerima masalalunya. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui dan melihat penerapan kompetensi konselor dalam membantu korban pelecehan
seksual. Konselor harus mampu menerapkan kompetensi professional konselor sehingga klien merasa
nyaman, percaya dan aman serta mampu terbuka mengenai setiap persoalannya.

Kata Kunci: Kompetensi Konselor, Pelecehan Seksual, Konseling Traumatik

Abstract
Being a counselor is an endless journey of a lifetime. A counselor is someone who already has a professional
education, understands each counselor's competencies and applies it to every client. Counselor competencies
are divided into four namely professional pedagogic, social competence and personal competence.
Counselors must be able to apply this in their personality. In addition to competence there are also
characteristics of counselors including public trust, the Code of Ethics, Qualifications and standards of
competence and curriculum. Many problems will be faced by the counselor because every client who comes
in varies from mild to complex problems. One problem is sexual harassment. It can occur anywhere and is
experienced by anyone. Sexual harassment is an act of immorality committed by the perpetrators
intentionally towards others, causing a feeling of trauma to a person. The purpose of this research is to find
out and see the application of counselor competencies in helping victims of abuse. Counselors must be able
to apply the professional competency of the counselor so that the client feels comfortable, trustworthy and
secure and is able to be open about every issue.

Keywords: Counselor Competencies; Sex Abuse; Traumatic Counseling

PENDAHULUAN pendidikan, tempat kerja maupun rumah


Konselor merupakan seseorang yang sakit karena permasalahan seseorang yang
mampu membantu permasalahan klien terjadi semakin kompleks. Dalam perihal
dengan kemampuan yang dimilikinya. ini ranah kerja konselor terbagi menjadi
Semakin berkembangnya zaman konselor dua yaitu di sekolah yang sering disebut
semakin dibutuhkan baik di keluarga, sebagai guru bimbingan konseling dan

Jurnal Psikologi Konseling Vol. 17 No. 2, Desember 2020


779

konselor yang sudah mengambil profesi, disini sangat dibutuhkan untuk membantu
permasalahan dan jobdesk mereka tentu klien menghilangkan rasa trauma,
berbeda. Persoalan di sekolah yang biasa memaafkan masalalu dan menerima diri
ditangani oleh guru bimbingan sekolah sendiri atas kejadian yang pernah
atau konselor sekolah seperti mengenai dialaminya. Dari sekian banyak terapi
peserta didik yang bolos, peserta didik yang sering digunakan dalam menangani
yang nilainya turun, orangtua dengan perihal pelecehan seksual adalah
anaknya serta terkadang dapat membantu konseling traumatik. Dalam pemberian
permasalahan antar teman sejawat. Dalam terapi tidak dapat dilakukan oleh
hal ini berbeda dengan konselor yang sembarang orang. Harus seseorang yang
sudah mengambil profesi, dia akan ahli dalam bidangnya salah satunya adalah
membuka tempat praktik sendiri, menjadi konselor.
dosen atau konselor di beberapa KAJIAN TEORI
perusahaan dengan berbagai persoalan Konseling merupakan sebuah
klien. Menjadi konselor adalah proses pekerjaan yang membutuhkan disiplin
seumur hidup, selain menjadi konselor keilmuan atau profesi yang dilakukan oleh
melalui proses yang terus berlangsung konselor. Konseling sebagai profesi yang
melampaui pendidikan formal dan bersifat membantu memiliki landasan
termasuk mengikuti kegiatan-kegiatan ilmu dan teknologi serta wilayah praktik
yang terkait dengan bidang konseling dan yang jelas dan dapat dibedakan dengan
kegiatan organisasi profesi. profesi-profesi lain yang bersifat
Penelitian kali ini penulis membantu. Salah satu yang melakukan
memfokuskan mengenai penerapan konseling adalah seorang konselor.
kompetensi konselor dalam membantu Gibson dan Mitchell (2011) menyatakan
korban pelecehan seksual dengan bahwa para konselor professional harus
konseling traumatik. Klien yang datang terlatih sepenuhnya dan berkualifikasi
sebagian besar adalah mahasiswa- agar sanggup memenuhi kebutuhan
mahasiwi yang bertahan dan mencoba populasi konseli yang mereka tangani atau
baik-baik saja dengan semua kejadian- yang dipercaya kepada mereka.
kejadian buruk yang dialami, salah Menurut (Sri, Caraka, Dody, 2016)
satunya merupakan pelecehan seksual Konselor merupakan profesi yang
yang mencangkup kekerasan seksual dan diperuntukan bagi setiap individu yang
terjadi dimasa lampau. Peran konselor sedang berkembang dalam upaya

Jurnal Psikologi Konseling Vol. 17 No. 2, Desember 2020


780

pencegahan, pengembangan, eksplorasi, tenaga kependidikan yang memiliki


pemberdayaan, perubahan, kemandirian kualifikasi sebagai guru, dosen, konselor,
dan remediasi dalam kehidupan di dunia pamong belajar, widyaiswara, tutor,
yang semakin kompleks dan penuh instrukstur, fasilitator dan lainnya yang
tantangan. Winkel, (2005) mengatakan memiliki sebutan sesuai dengan
konselor adalah seorang tenaga kekhususan serta berpartisipasi dalam
professional yang memperoleh pendidikan menyelenggarakan pendidikan di
khusus di perguruan tinggi dan Indonesia.
mencurahkan seluruh wilayah pada Menurut Sri Hartini konselor
pelayanan bimbingan dan konseling. memiliki syarat atau karakteristik sebagai
Prayitno & Anti (2004) menuliskan bahwa suatu profesi. Karakteristiknya antara lain
konselor ialah tenaga inti dalam bidang adalah (1) kepercayaan publik (public
pelayanan bimbingan dan konseling. trust), kepercayaan publik akan
Dalam (Permendikbud) Nomor 111 menentukan definisi dari profesi konselor
tahun 2014 mengenai bimbingan dan itu sendiri dan memungkinkan konselor
konseling, konselor adalah guru untuk berfungsi dalam cara-cara yang
bimbingan dan konseling di satu professional; (2) kode Etik, dalam hal ini
pendidikan yang bertugas merencanakan, kode etik adalah pedoman sikap,tingkah
melaksanakan, mengevaluasi, dan laku dan perbuatan dalam melaksanakan
melakukan tindak lanjut layanan tugas dan kehidupan sehari-hari. Kode
bimbingan dan konseling. etik profesi adalah norma yang harus
Menjadi konselor merupakan sebuah diindahkan setiap anggota dalam
pelayanan dimana ia harus bekerja melakukan atau melaksanakan tugas
dengan, pikiran, waktu, hati, tubuh, profesinya dalam kehidupannya di
perasaan secara bersamaan. Menjadi masyarakat; (3) Kualifikasi dan standart
konselor adalah sebuah proses seumur kompetensi; (4) kurikulum pendidikan
hidup Gladding, (2011). Suatu profesi profesi.
akan tertulis dalam undang-undang untuk Kualifikasi Konselor
melindungi dan mengesahkan secara Seorang konselor tidak hanya
tertulis hitam diatas putih seperti menurut menjadi pendengar untuk permasalahan
UU Nomer 20 tahun 2003 mengenai klien yang dihadapi tetapi memiliki
sistem pendidikan nasional pasal 1 ayat 6 standart, kualifikasi dan kompetensi
menyatakan bahwa pendidik merupakan tersendiri yang harus dimiliki oleh

Jurnal Psikologi Konseling Vol. 17 No. 2, Desember 2020


781

konselor. Menurut Peraturan Menteri professional yang akuntabel. Telah


Pendidikan Nasional (Permendiknas) No dijelaskan dalam PP 19/2005. Maka
27 tahun 2008 mengenai kualifikasi kompetensi akademik dan profesional
akademik konselor, terdapat tujuh konselor dapat dirumuskan ke dalam
indikator yang harus dikuasi konselor, kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial
meliputi (1) Menguasai konsep dan dan profesional.
praksis asesmen untuk memahami 1. Kompetensi pedagogik
kondisi, kebutuhan dan masalah konseli; a. Menguasai teori dan praktik
(2) Menguasai kerangka teoritik dan pendidikan
praksis bimbingan dan konseling; (3) b. Mengaplikasikan perkembangan
Merancang program bimbingan dan fisiologis dan psikologis serta
konseling; (4) Mengimplementasikan perilaku konseli
program bimbingan dan konseling yang c. Menguasai esensi pelayanan
komprehensif; (5) Menilai proses dan bimbingan dan konseling dalam
hasil kegiatan bimbingan dan konseling; jalur, jenis dan jenjang satuan
(6) memiliki kesadaran dan komitmen pendidikan.
terhadap etika professional; (7) Menguasai 2. Kompetensi kepribadian
konsep dan praksis penelitian dalam a. Beriman dan bertaqwa kepada
bimbingan dan konseling. Tuhan Yang Maha Esa
Kompetensi Konselor b. Menghargai dan menjunjung
Dalam peraturan Menteri tinggi nilai-nilai kemanusiaan,
Pendidikan Nasional nomor 27 tahun individualitas, dan kebebasan
2008, tentang standar kualifikasi memilih
akademik dan kompetensi konselor c. Menunjukkan integritas dan
(SKAKK) dijelaskan bahwa sosok utuh stabilitas kepribadian yang kuat
kompetensi konselor mencakup d. Menampilkan kinerja berkualitas
kompetensi akademik, kompetensi tinggi
profesional, kompetensi pribadi dan 3. Kompetensi sosial
kompetensi sosial. a. Mengimplementasikan kolaborasi
Kartadinata (2010:189) merujuk interen di tempat kerja
pada penguasaan konsep, penghayatan b. Berperan dalam organisasi dan
dan perwujudan nilai, penampilan yang kegiatan profesi bimbingan dan
bersifat membantu dan unjuk kerja konseling

Jurnal Psikologi Konseling Vol. 17 No. 2, Desember 2020


782

c. Mengimplementasikan kolaborasi pelecehan seksual kebanyakan akan diam


antar profesi. dan tidak ingin membicarakan terhadap
4. Kompetensi profesional orang tua atau pihak yang berwajib karena
a. Menguasai konsep dan praksis merasa dirinya malu atau hal yang
asesmen untuk memahami kondisi memalukan, tidak enak, takut dipandang
kebutuhan dan masalah konseli sebelah mata atau merupakan aib untuk
b. Menguasai kerangka teoritik dan individu dan keluarga.
praksis bimbingan dan konseling Tanpa disadari hal yang tidak
c. Merancang program bimbingan membuat dirinya nyaman (seperti
dan konseling pelecehan seksual yang dialami) di
d. Mengimplementasikan program simpan rapat-rapat dan dapat
bimbingan dan konseling yang mempengaruhi psikologis seseorang untuk
komprehensif menilai akan dirinya sendiri, orang lain
e. Menilai proses dan hasil kegiatan dan lingkungannya, selain itu akan
bimbingan dan konseling mempengaruhi kehidupan sosial dan
f. Memiliki kesadaran dan komitmen emosi individu tersebut.
terhadap etika professional Komisi Nasional Perlindungan Anak
g. Menguasai konsep dan praksis (KOMNAS PA) melaporkan tindak
penelitian dalam bimbingan dan kekerasan anak yang terjadi pada tahun
konseling. 2014 mulai januari-april 2014, terdapat
Pelecehan Seksual 342 kasus dan paling banyak terjadi
Pelecehan seksual sering terjadi di adalah di lingkungan sekolah. Data dari
sekitar kita tinggal, baik dilingkungan BPPM/FKP2PA provinsi Daerah
rumah, sekolah, tempat umum dan tempat Istimewa Yogyakarta menjelaskan bahwa
bermain. Pelecehan seksual dapat dialami pada tahun 2009, jenis kekerasan yang
oleh siapa saja anak-anak, remaja bahkan sering terjadi dan paling banyak dilakukan
orang dewasa sekalipun selain itu dapat adalah kekerasan seksual, yakni mencapai
terjadi pada laki-laki dan perempuan. 152 kasus (72,7%) dan pada tahun 2010
Perihal seksual di Indonesia merupakan pelecehan seksual berupa kekerasan
hal yang tabu atau hal yang tidak perlu di seksual masih besar, yakni 113 kasus
bicarakan dan ketika salah satu anggota (61,4%). Selain di Indonesia terdapat pula
keluarga, teman atau orang yang dikenal di Amerika utara terdapat sekitar 15-25%
dan dirinya sekalipun mengalami wanita dan 5-1% pria yang mengalami

Jurnal Psikologi Konseling Vol. 17 No. 2, Desember 2020


783

pelecehan seksual saat mereka anak-anak Hargono (2014). Kekerasan seksual


dan sebagian besar pelaku adalah orang remaja awal, akan lebih sering menjadi
yang dikenal korban, sekitar 30% adalah korban kekerasan dibandingkan dengan
keluarga dari korban, paling sering adalah remaja akhir. Kekerasan merupakan
saudara laki-laki, ayah, paman atau segala bentuk tindakan yang mempunyai
sepupu dan itu mencapai sekitar 60% dan unsur pemaksaan, tekanan, perusakan dan
diluar keluarga mencapai sekitar 10% pelecehan fisik maupun psikologis Baron
(Finkelhor,1994). dan Byrne, (2005).
Pelecehan seksual tidak hanya ada Tindak kekerasan terdapat beberapa
di ibu kota Jakarta data yang diambil oleh jenis yaitu secara fisik, psikis, serta
Syaiful bahri dan Fajriani (2015) terjadi seksual. Setiap kekerasan dapat
pelecehan seksual di Aceh dengan delapan menimbulkan efek jangka pendek maupun
kabupaten dengan data yang diambil dari jangka panjang. Kekerasan dapat terjadi
tahun 2012-2014 terdapat 224 kasus pada siapa saja, tidak hanya terjadi pada
pelecehan yang terjadi dengan usia korban perempuan saja atau hanya pada lelaki
kurang dari 15 dan 15-30 tahun. saja. Kekerasan dapat terjadi pada
Pelecehan seksual yang terjadi antara lain berbagai tingkatan usia, seperti pembagian
kekerasan seksual, pencabulan dan perkembangan remaja awal, tengah
pemerkosaan presentase pelecehan maupun remaja akhir. Kekerasan pun
seksual di Aceh dilakukan oleh tetangga tidak mengenal strata sosial dan status
(36%), kenalan (29%), tidak dikenal hubungan misalnya dalam pernikahan
(21%), pacar (7%0, teman (7%), keluarga ataupun dalam masa pacaran. Kekerasan
(12%) dan guru (9%). dapat terjadi ketika seseorang menjalani
Selain terjadi pada anak pelecehan proses pacaran (dating violence) namun
seksual yang berupa kekerasan seksual kekerasan dalam pacaran ini seringkali
dapat terjadi juga kepada remaja salah tidak terekspos dan biasanya
satunya adalah kekerasan seksual dalam disembunyikan oleh korbannya. Bahkan
berpacaran hal ini diperkuat oleh data seringkali tidak disadari oleh korban yang
statistik yang mengindikasikan bahwa telah mengalami kekerasan dalam
remaja memiliki resiko yang lebih besar pacaran.
untuk terlibat dalam kekerasan dalam Kekerasan seksual (sexual abuse)
hubungan pacaran dibandingkan dengan merupakan jenis penganiayaan yang biasa
orang dewasa Straus dalam Nurislami & dibagikan berdasarkan kategori pelaku

Jurnal Psikologi Konseling Vol. 17 No. 2, Desember 2020


784

Tower, (2002) 1. Familial abuse memiliki trauma tersendiri akan


kekerasan seksual yang dilakukan oleh menimbulkan kepahitan, penyesalan,
seseorang yang masih memiliki hubungan dendam, ketakutan, kecemasan, stess dan
darah atau keluarga inti atau seseorang depresi. Individu akan cenderung
yang menjadi pengganti keluarga. 2. memiliki citra yang buruk akan diri
Extrafamilial Abuse kekerasan yang sendiri, sehingga mempengaruhi
dilakukan oleh orang lain (diluar keluarga perkembangan, psikologis dan sosial. Etty
korban) dan ini semua hanya 40% yang Setiawan, (2016) menuliskan konseling
melaporkan peristiwa hal ini. traumatik diartikan sebagai bantuan yang
Konseling Traumatik bersifat terapeutis yaitu diarahkan untuk
Prawirohardjo (2010) melihat mengubah sikap, pola pikir dan perilaku
trauma sebagai pengalaman yang konseli. Konseling ini dilakukan secara
mengejutkan, tidak terencana sehingga langsung yaitu tatap muka antara konselor
meninggalkan bekas luka serta kesan dengan konseli dan melakukan
tersendiri yang mendalam pada jiwa dan wawancara.
psikis individu yang mengalaminya. Dalam proses wawancara tidak
Pickett dalam (Rahmat & Alawiyah, terstruktur dan formal, disini tugas
2020) menuliskan terdapat dua simtom konselor harus membuat konseli merasa
yang dialami oleh individu yaitu (a) aman, nyaman, percaya, dapat terbuka,
adanya ingatan yang terjadi secara terus jujur dan tidak memberikan judgment
menerus mengenai kejadian atau peristiwa pada konseli, hal tersebut sangat
yang dialaminya tersebut dan (b) dibutuhkan oleh konseli. Proses konseling
mengalami mati rasa atau berkurangnya traumatik harus memiliki arus yang jelas
respon individu terhadap lingkungan, seperti fokus pada satu permasalahan
kondisi ini selanjutnya akan yaitu gejala trauma yang dialami klien,
mempengaruhi fungsi adaptif individu aktifitas lebih banyak dilakukan oleh
dengan lingkungan, hal inilah yang konselor yaitu dimana konselor berusaha
menimbulkan trauma tersendiri. untuk memberi arahan, mensugesti,
Konselor menggunakan konseling meyakinkan bahwa dirinya berharga,
traumatik dalam membantu klien yang mencari dukungan dari keluarga, teman
mengalami pelecehan dan kekerasan klien, mengusulkan berbagai perubahan
seksual sehingga menimbulkan trauma lingkungan untuk kesembuhan klien. Jika
tersendiri. Ketika seseorang sudah diperlukan klien dapat dialihtangankan

Jurnal Psikologi Konseling Vol. 17 No. 2, Desember 2020


785

atau referal kepada ahlinya dan yang d. Memulihkan rasa percaya diri.
terakhir adalah tujuan dimana konselor e. Memulihkan kelekatan dan
mengingatkan kembali konseli dimana keterkaitan dengan orang lain yang
proses konseling traumatik bertujuan pada dapat memberi dukungan dan
pemulihan kembali klien pada keadaan perhatian.
sebelum trauma sehingga mampu f. Kepedulian emosional serta
menerima diri sendiri, memaafkan, mengembalikan makna dan tujuan.
menerima masalalu dan menyesuaikan diri METODOLOGI PENELITIAN
dengan lingkungan sekitar. Penelitian ini menggunakan
Konseling traumatik memiliki pendekatan kualitatif deskriptif dengan
tujuan yang harus dicapai ketika memberikan terapi yaitu konseling terapi.
melakukan proses tersebut menurut Muro Menurut nasution (2003:5) bahwa
dan Kottman (Taty Fauzi,2012) “penelitian kualitatif pada hakikatnya
menuliskan tujuan konseling traumatik ialah mengamati orang dalam lingkungan
adalah hidupnya, berinteraksi dengan mereka,
a. Berpikir realistis, kejadian yang berusaha memahami bahasa dan tafsiran
mengakibatkan trauma dan hal yang mereka tentang dunia sekiarnya. Sugiyono
dialaminya adalah bagian dari (2009:15), pengertian penelitian kualitatif
kehidupan yang harus dilalui. adalah penelitian yang berlandaskan pada
b. Mendapat pemahaman mengenai filsafat post positivisme, digunakan untuk
peristiwa dan situasi yang meneliti pada kondisi obyek yang
menimbulkan trauma. alamiah, (sebagai lawannya eksperimen)
b. Selain Muro dan Kottman tujuan dimana peneliti adalah sebagai instrumen
konseling traumatik juga dituliskan kunci, pengambilan sampel sumber data
oleh Rusman ( Etty Setiawan, 2016) dilakukan secara purposive dan snowball,
dengan bertujuan menurunkan teknik pengumpulan dengan tri-anggulasi
gejala kecemasan pasca trauma (gabungan), analisis data bersifat induktif
yaitu: atau kualitatif, dan hasil penelitian
a. Menghilangkan bayangan traumatis kualitatif lebih menekankan makna dari
b. Meningkatkan kemampuan berpikir pada generalisasi.
secara lebih rasional. Sugiyono (2010:35-37)
c. Membangkitkan minat terhadap mengemukakan bahwa penelitian
realita kehidupan kualitatif dilakukan ketika (1) Bila

Jurnal Psikologi Konseling Vol. 17 No. 2, Desember 2020


786

masalah penelitian belum jelas, masih HASIL PENELITIAN


remang-remang atau mungkin malah Berdasarkan hasil wawancara yang
masih gelap; (2) Untuk memahami makna telah dilakukan dengan konselor dengan
dibalik data yang tampak; (3) Untuk beberapa kali pertemuan, dengan
memahami interaksi sosial; (4) Untuk pengalaman yang cukup lama menjadi
memahami perasaan orang; (5) Untuk konselor tentunya mengalami dan belajar
mengembangkan teori; (6) Untuk banyak hal dari lingkungan dan klien itu
memastikan kebenaran data; (7) Meneliti sendiri. Susi Fitri lahir pada 23 november
sejarah perkembangan. 1972 dan mengenyam pendidikan di IKIP
Penelitian ini menggunakan metode ketika strata 1, Universitas Indonesia
wawancara, Esterberg (sugiyono, 2009: untuk magister dengan jurusan psikologi
72) memaparkan bahwa “a meeting of two SDM, Universitas Malang untuk S3 dan
persons to exchange information andidea Universitas Padang untuk mengambil
through question and responses, resulting gelar profesi. Beliau tertarik untuk
in communication and joint construction menjadi konselor karena pada dasarnya
of meaning abaout a particular topic”. tertarik pada orientasi manusia. Menjadi
Wawancara adalah merupakan pertemuan dosen UNJ merupakan salah satu
dua orang untuk bertukar informasi dan pekerjaannya dimana akan secara
ide melalui tanya jawab, sehingga dapat langsung berinteraksi dengan mahasiswa
dikonstruksikan makna dalam suatu topik dan ini menjadi salah satu tujuannya
tertentu. Danial (2009:71) menuliskan sebagai seorang konselor yaitu setiap
bahwa wawancara adalah teknik data orang terutama mahasiswa dan kliennya
dengan cara mengadakan dialog, tanya memiliki mental yang lebih baik tidak
jawab antara penelitian dan responden terikat pada masa lalu.
secara sungguh-sungguh. Menurut beliau menjadi seorang
Subyek dalam penelitian ini adalah konselor adalah sebuah perjalanan (secara
seorang konselor yang sudah menduduki akademik memang benar konselor)
profesi konselor selama 16 tahun yang disebut sebagai perjalanan berarti suatu
dimulai dari 2003-2019. Beliau bernama yang tidak pernah sampai karena saya
Susi Fitri dan sekarang telah menjabat akan terus memperbaiki diri saya setiap
koordinator prodi di Universitas Negeri hari serta harus belajar dari klien baik itu
Jakarta. Alat yang digunakan untuk dari konseli-ng yang gagal maupun
mengumpulkan data adalah wawancara. berhasil, karena setiap klien berbeda

Jurnal Psikologi Konseling Vol. 17 No. 2, Desember 2020


787

karakter ada yang menurut klien saya 5 tahun dan ibunya menutupi kasus itu
adalah konselor yang baik tetapi ada juga karena malu dengan tetangga (karena
yang tidak oleh karena itu saya harus pelakunya tetangga) dan hal itu
belajar setiap harinya dan tidak semua mempengaruhi relasinya dengan ibunya
konselor cocok untuk semua kalien. sehingga beliaumelakukan konseling
Dari setiap aspek yang terkandung dengan suatu teknik dan ternyata dapat
dalam konsep kompetensi seorang membongkar kemarahannya yang selama
pendidik (knowledge, understanding, skill, ini terpendam.
value, attitude dan interst) yang menjadi Penerimaan tanpa syarat merupakan
tantangan tersendri adalah value adalah bagian penting dari proses konseling
tantangan tersendiri baginya karena value sehingga mampu membantu konseli yang
itu berhubungan dengan norma-norma sebenarnya tidak menyadari bahwa yang
masyarakat sedangkan ada klien yang dia alami lebih dari sekedar konflik. Hal
memang dia bermasalah karena tidak itu mendorongnya memastikan untuk
setuju dengan norma masyarakat yang ada membahas isu-isu seksualitas karena di
atau memang norma tersebut yang tidak Indonesia isu tersebut adalah hal yang
harusnya seperti itu, oleh karena itu saya tabu dan banyak orang mengalami isu
harus memiliki seni dalam konseling. tersebut sehingga merasa depresi, tidak
Seperti halnya Isu seksualitas, isu agama dihargai, tertekan tetapi malu
apakah harus mengikuti norma mengungkapkan dan orang lain akan
masyarakat atau norma individu memiliki nilai perubahan akan dirinya
sedangkan didalam konseling kita sedangkan kasus tersebut harus
memiliki the best inters of over clien, diselesaikan karena akan mengganggu
sedangkan kepentingan terbaik klien sekolahnya, hubungan sosialnya bahkan
adalah hal utama dan dalam value itu saya pribadinya sendiri tetapi di sini lebih
masih harus struggle sendiri untuk saya. mengutamakan mengenai nilai, prestasi,
Itulah yang beliau katakana ketika proses masuk sekolah terbaik atau tidak
wawancara berlangsung. permasalahan itu bisa jadi berkaitan
Permasalahan yang ada dari dengan permasalahan pribadinya seperti
berbagai klien terdapat kasus yang ada karena adanya pelecehan seksual.
satu kasus yang mempengaruhinya yaitu Di sisi lain betapa manusia
mahasiswa pada tahun 2006 yang mempunyai kemampuan resiliansi yang
mengalami pelecehan seksual pada umur sangat tinggi mempunyai kemampuan

Jurnal Psikologi Konseling Vol. 17 No. 2, Desember 2020


788

bertahan yang sangat tinggi karena dari memahami setiap kompetensi konselor
kasus-kasus pelecahan seksual itu bisa dan menerapkan terhadap setiap klien.
terbongkar ketika klien berumur 23 atau Kompetensi konselor dibagi menjadi
22 tahun bahkan lebih dari umur tersebut empat yaitu pedagogik professional,
bebrarti klien cukup mampu bertahan kompetensi sosial dan kompetensi pribadi.
dengan dia lulus setiap pendidikan, punya Konselor harus mampu menerapkan ini
pacar, punya teman dan lain sebagainya didalam pribadinya. Selain kompetensi
dan dari situ meyakinkan saya bahwa ada juga karakteristik konselor antara lain
manusia memiliki kekuatan yang lebih kepercayaan publik (public trust), kode
lama untuk bertahan dan melewati setiap etik, kualifikasi dan standart kompetensi
hal yang ada selain itu menumbuhkan dan kurikulum.
saya untuk menjadi pendidik yang mampu Pelecehan seksual adalah perbuatan
melahirkan konselor yang benar dan yang tidak menyenangkan bagi siapa saja.
peduli sehingga mampu membantu klien Karena ini akan berdampak buruk untuk
mengurangi hal itu semua secara cepat. korban dan keluarga korban. Pelecahan
Dalam penyelesaian permasalahan klien seksual adalah tindakan asusila yang di
beberapa kali menggunakan konseling lakukan pelaku dengan sengaja terhadap
traumaik karena sesuai dengan orang lain sehingga menimbulkan
permasalahan yang klien hadapi. perasaan trauma pada diri seseorang.
KESIMPULAN Pelecehan seksual terjadi dimana saja dan
Berdasarkan hasil penelitian yang terjadi oleh siapa saja.
penulis lakukan dengan wawancara Konseling traumatik merupakan
bersama salah seorang konselor yang salah satu terapi yang dapat digunakan
sudah cukup lama mengenyam dunia oleh konselor untuk menghadapi klien
konselor ini bahwa menjadi seorang yang memiliki trauma tersendri dengan
konselor adalah merupakan sebuah memfokuskan tujuan yaitu penyembuhan
perjalanan seumur hidup yang tak ada konseli. Trauma pada diri seseorang
habisnya. Menjadi konselor dibutuhkan terbagi menjadi dua yaitu adanya ingatan
pendidikan secara formal yang harus di yang terjadi secara terus menerus
lalui. Dari semua pengertian konselor mengenai kejadian atau peristiwa yang
diatas penulis menari kesimpulan bahwa dialaminya tersebut dan mengalami mati
Konselor merupakan seseorang yang rasa atau berkurangnya respon individu
sudah memiliki pendidikan profesi, terhadap lingkungan, kondisi ini

Jurnal Psikologi Konseling Vol. 17 No. 2, Desember 2020


789

selanjutnya akan mempengaruhi fungsi Marini, I., & Stebnicki, M. A. (2009). The
professional counselor's desk
adaptif individu dengan lingkungan.
reference. New York: Springer.
DAFTAR PUSTAKA Michael Page. (2015). 2015 Employee
Intentions Report Indonesia. Jakarta:
Edwards, J. R., Caplan, R. D., & Harrison,
Michael Page.
R. V. (1998). Person-environment
Nurislami, N. R., & Hargono, R. (2014,
fit theory: conceptual foundations,
Desember). KEKERASAN
empirical evidence, and direction for
DALAM PACARAN DAN
future research. In C. L. Cooper,
GEJALA DEPRESI PADA
Theories of organizational stress
REMAJA. Jurnal Promkes, II(2),
(pp. 28-67). Oxford: Oxford
173–185.
University Press.
Osborn, D. S., & Baggerly, J. N. (2004).
Etty Setiawati. (2016). Konseling
School counselors' perceptions of
traumatik pendekatan Cognitif-
career counseling and career testing:
Behavior Therapy.. Al-Tazkiah, 81-
preferences, priorities, and
96
predictors. Journal of Career
Evans, K. M., & Larrabee, M. J. (2002).
Development, 31(1), 45-59.
Teaching the multicultural
Peraturan Menteri Pendidikan nasional
counseling competencies and
Nomer 27 tahun 2008 tentang
revised career counseling
standar kualifikasi akademik dan
competencies simultaneously.
kompetensi konselor
Journal of Multicultural Counseling
Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 2005
and Development, 21-39.
tentang Standar Nasional
Gall, D. M., Gall, P. J., & Borg, R. W.
Pendidikan
(2003). Educational Research: An
Prawirohardjo,S. (2010). Ilmu Kebidanan.
Introduction. Boston: Ablongman.
Jakarta:Yayasan Bina Pustaka
Gustafon, K. L., & Branch, R. M. (2002).
Randang, F. B. (2011). Kesiapan Tenaga
Survey of instructional
Kerja Indonesia dalam Menghadapi
Development models. New York:
Persaigan dengan Tenaga Kerja
ERIC Clearinghouse on Information
Asing. Servanda, 66-73.
and Technology.
Rogers, M., & Creed, P. (2000). School-
Gustafon, K. L., & Branch, R. M. (2002).
to-work transition: from theory to
Survey of instructional
practice. Jpurnal of Career
Development models. New York:
Development, 9(3), 1-21.
ERIC Clearinghouse on Information
Syaiful Bahri & Fajriani. (2015). Suatu
and Technology.
Kajian Awal Terhadap Tingkat
Hayatul Khairul Rahmat & Desi
Tingkat Pelecehan Seksual di Aceh.
Alawiyah. (2020). Konseling
Majelis Pendidikan daerah Aceh.
Traumatik: Sebuah Strategi Guna
Jurnal Pencerahan. 50-65
Memproduksi Dampak Psikologis
Taty Fauzi. (2012). Comprehensive
Korban Bencana Alam. Jurnal
Guidance and Counseling Services
Mimbar. 34-44
in Schools. Guidance and
Lofquist, L. H., & Dawis, V. R. (1991).
Counseling Departement
Essentials of person-environment-
Yogyakarta. 89- 92
correspondence counseling.
Undang-undang Republik Indonesia
Minneapolis: University of
Nomer 14 tahun 2005 tentang Guru
Minnesota Press.
dan Dosen

Jurnal Psikologi Konseling Vol. 17 No. 2, Desember 2020

Anda mungkin juga menyukai