Abstrak
Konselor merupakan sebuah perjalanan seumur hidup yang tidak ada habisnya. Konselor merupakan
seseorang yang sudah memiliki pendidikan profesi, memahami setiap kompetensi konselor dan menerapkan
terhadap setiap klien. Kompetensi konselor dibagi menjadi empat yaitu pedagogik, professional, kompetensi
sosial dan kompetensi pribadi. Konselor harus mampu menerapkan ini didalam pribadinya. Selain
kompetensi ada juga karakteristik konselor antara lain kepercayaan publik (public trust), kode etik,
kualifikasi, standart kompetensi dan kurikulum. Banyak permasalahan yang akan dihadapi oleh konselor
karena setiap klien yang datang berbeda-beda mulai dari permasalahan yang ringan sampai yang rumit. Dari
sekian banyak permasalahan yang dihadapi klien salah satu permasalahannya adalah pelecehan seksual.
Pelecehan seksual dapat terjadi dimana saja dan dialami oleh siapa saja. Pelecahan seksual adalah tindakan
asusila yang di lakukan pelaku dengan sengaja terhadap orang lain sehingga menimbulkan perasaan trauma
pada diri seseorang. Salah satu terapi yang digunakan oleh konselor adalah konseling traumatik, proses
konseling tersebut dapat dilakukan dengan beberapa kali pertemuan yaitu melihat trauma dan permasalahan
yang dihadapi klien. Pada umumnya membantu klien yang mengalami pelecehan seksual dibutuhkan lebih
dari sekali pertemuan karena konselor bertugas membantu klien menghilangkan trauma tersebut dan
membuat klien menerima diri sendiri serta memaafkan dan menerima masalalunya. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui dan melihat penerapan kompetensi konselor dalam membantu korban pelecehan
seksual. Konselor harus mampu menerapkan kompetensi professional konselor sehingga klien merasa
nyaman, percaya dan aman serta mampu terbuka mengenai setiap persoalannya.
Abstract
Being a counselor is an endless journey of a lifetime. A counselor is someone who already has a professional
education, understands each counselor's competencies and applies it to every client. Counselor competencies
are divided into four namely professional pedagogic, social competence and personal competence.
Counselors must be able to apply this in their personality. In addition to competence there are also
characteristics of counselors including public trust, the Code of Ethics, Qualifications and standards of
competence and curriculum. Many problems will be faced by the counselor because every client who comes
in varies from mild to complex problems. One problem is sexual harassment. It can occur anywhere and is
experienced by anyone. Sexual harassment is an act of immorality committed by the perpetrators
intentionally towards others, causing a feeling of trauma to a person. The purpose of this research is to find
out and see the application of counselor competencies in helping victims of abuse. Counselors must be able
to apply the professional competency of the counselor so that the client feels comfortable, trustworthy and
secure and is able to be open about every issue.
konselor yang sudah mengambil profesi, disini sangat dibutuhkan untuk membantu
permasalahan dan jobdesk mereka tentu klien menghilangkan rasa trauma,
berbeda. Persoalan di sekolah yang biasa memaafkan masalalu dan menerima diri
ditangani oleh guru bimbingan sekolah sendiri atas kejadian yang pernah
atau konselor sekolah seperti mengenai dialaminya. Dari sekian banyak terapi
peserta didik yang bolos, peserta didik yang sering digunakan dalam menangani
yang nilainya turun, orangtua dengan perihal pelecehan seksual adalah
anaknya serta terkadang dapat membantu konseling traumatik. Dalam pemberian
permasalahan antar teman sejawat. Dalam terapi tidak dapat dilakukan oleh
hal ini berbeda dengan konselor yang sembarang orang. Harus seseorang yang
sudah mengambil profesi, dia akan ahli dalam bidangnya salah satunya adalah
membuka tempat praktik sendiri, menjadi konselor.
dosen atau konselor di beberapa KAJIAN TEORI
perusahaan dengan berbagai persoalan Konseling merupakan sebuah
klien. Menjadi konselor adalah proses pekerjaan yang membutuhkan disiplin
seumur hidup, selain menjadi konselor keilmuan atau profesi yang dilakukan oleh
melalui proses yang terus berlangsung konselor. Konseling sebagai profesi yang
melampaui pendidikan formal dan bersifat membantu memiliki landasan
termasuk mengikuti kegiatan-kegiatan ilmu dan teknologi serta wilayah praktik
yang terkait dengan bidang konseling dan yang jelas dan dapat dibedakan dengan
kegiatan organisasi profesi. profesi-profesi lain yang bersifat
Penelitian kali ini penulis membantu. Salah satu yang melakukan
memfokuskan mengenai penerapan konseling adalah seorang konselor.
kompetensi konselor dalam membantu Gibson dan Mitchell (2011) menyatakan
korban pelecehan seksual dengan bahwa para konselor professional harus
konseling traumatik. Klien yang datang terlatih sepenuhnya dan berkualifikasi
sebagian besar adalah mahasiswa- agar sanggup memenuhi kebutuhan
mahasiwi yang bertahan dan mencoba populasi konseli yang mereka tangani atau
baik-baik saja dengan semua kejadian- yang dipercaya kepada mereka.
kejadian buruk yang dialami, salah Menurut (Sri, Caraka, Dody, 2016)
satunya merupakan pelecehan seksual Konselor merupakan profesi yang
yang mencangkup kekerasan seksual dan diperuntukan bagi setiap individu yang
terjadi dimasa lampau. Peran konselor sedang berkembang dalam upaya
atau referal kepada ahlinya dan yang d. Memulihkan rasa percaya diri.
terakhir adalah tujuan dimana konselor e. Memulihkan kelekatan dan
mengingatkan kembali konseli dimana keterkaitan dengan orang lain yang
proses konseling traumatik bertujuan pada dapat memberi dukungan dan
pemulihan kembali klien pada keadaan perhatian.
sebelum trauma sehingga mampu f. Kepedulian emosional serta
menerima diri sendiri, memaafkan, mengembalikan makna dan tujuan.
menerima masalalu dan menyesuaikan diri METODOLOGI PENELITIAN
dengan lingkungan sekitar. Penelitian ini menggunakan
Konseling traumatik memiliki pendekatan kualitatif deskriptif dengan
tujuan yang harus dicapai ketika memberikan terapi yaitu konseling terapi.
melakukan proses tersebut menurut Muro Menurut nasution (2003:5) bahwa
dan Kottman (Taty Fauzi,2012) “penelitian kualitatif pada hakikatnya
menuliskan tujuan konseling traumatik ialah mengamati orang dalam lingkungan
adalah hidupnya, berinteraksi dengan mereka,
a. Berpikir realistis, kejadian yang berusaha memahami bahasa dan tafsiran
mengakibatkan trauma dan hal yang mereka tentang dunia sekiarnya. Sugiyono
dialaminya adalah bagian dari (2009:15), pengertian penelitian kualitatif
kehidupan yang harus dilalui. adalah penelitian yang berlandaskan pada
b. Mendapat pemahaman mengenai filsafat post positivisme, digunakan untuk
peristiwa dan situasi yang meneliti pada kondisi obyek yang
menimbulkan trauma. alamiah, (sebagai lawannya eksperimen)
b. Selain Muro dan Kottman tujuan dimana peneliti adalah sebagai instrumen
konseling traumatik juga dituliskan kunci, pengambilan sampel sumber data
oleh Rusman ( Etty Setiawan, 2016) dilakukan secara purposive dan snowball,
dengan bertujuan menurunkan teknik pengumpulan dengan tri-anggulasi
gejala kecemasan pasca trauma (gabungan), analisis data bersifat induktif
yaitu: atau kualitatif, dan hasil penelitian
a. Menghilangkan bayangan traumatis kualitatif lebih menekankan makna dari
b. Meningkatkan kemampuan berpikir pada generalisasi.
secara lebih rasional. Sugiyono (2010:35-37)
c. Membangkitkan minat terhadap mengemukakan bahwa penelitian
realita kehidupan kualitatif dilakukan ketika (1) Bila
karakter ada yang menurut klien saya 5 tahun dan ibunya menutupi kasus itu
adalah konselor yang baik tetapi ada juga karena malu dengan tetangga (karena
yang tidak oleh karena itu saya harus pelakunya tetangga) dan hal itu
belajar setiap harinya dan tidak semua mempengaruhi relasinya dengan ibunya
konselor cocok untuk semua kalien. sehingga beliaumelakukan konseling
Dari setiap aspek yang terkandung dengan suatu teknik dan ternyata dapat
dalam konsep kompetensi seorang membongkar kemarahannya yang selama
pendidik (knowledge, understanding, skill, ini terpendam.
value, attitude dan interst) yang menjadi Penerimaan tanpa syarat merupakan
tantangan tersendri adalah value adalah bagian penting dari proses konseling
tantangan tersendiri baginya karena value sehingga mampu membantu konseli yang
itu berhubungan dengan norma-norma sebenarnya tidak menyadari bahwa yang
masyarakat sedangkan ada klien yang dia alami lebih dari sekedar konflik. Hal
memang dia bermasalah karena tidak itu mendorongnya memastikan untuk
setuju dengan norma masyarakat yang ada membahas isu-isu seksualitas karena di
atau memang norma tersebut yang tidak Indonesia isu tersebut adalah hal yang
harusnya seperti itu, oleh karena itu saya tabu dan banyak orang mengalami isu
harus memiliki seni dalam konseling. tersebut sehingga merasa depresi, tidak
Seperti halnya Isu seksualitas, isu agama dihargai, tertekan tetapi malu
apakah harus mengikuti norma mengungkapkan dan orang lain akan
masyarakat atau norma individu memiliki nilai perubahan akan dirinya
sedangkan didalam konseling kita sedangkan kasus tersebut harus
memiliki the best inters of over clien, diselesaikan karena akan mengganggu
sedangkan kepentingan terbaik klien sekolahnya, hubungan sosialnya bahkan
adalah hal utama dan dalam value itu saya pribadinya sendiri tetapi di sini lebih
masih harus struggle sendiri untuk saya. mengutamakan mengenai nilai, prestasi,
Itulah yang beliau katakana ketika proses masuk sekolah terbaik atau tidak
wawancara berlangsung. permasalahan itu bisa jadi berkaitan
Permasalahan yang ada dari dengan permasalahan pribadinya seperti
berbagai klien terdapat kasus yang ada karena adanya pelecehan seksual.
satu kasus yang mempengaruhinya yaitu Di sisi lain betapa manusia
mahasiswa pada tahun 2006 yang mempunyai kemampuan resiliansi yang
mengalami pelecehan seksual pada umur sangat tinggi mempunyai kemampuan
bertahan yang sangat tinggi karena dari memahami setiap kompetensi konselor
kasus-kasus pelecahan seksual itu bisa dan menerapkan terhadap setiap klien.
terbongkar ketika klien berumur 23 atau Kompetensi konselor dibagi menjadi
22 tahun bahkan lebih dari umur tersebut empat yaitu pedagogik professional,
bebrarti klien cukup mampu bertahan kompetensi sosial dan kompetensi pribadi.
dengan dia lulus setiap pendidikan, punya Konselor harus mampu menerapkan ini
pacar, punya teman dan lain sebagainya didalam pribadinya. Selain kompetensi
dan dari situ meyakinkan saya bahwa ada juga karakteristik konselor antara lain
manusia memiliki kekuatan yang lebih kepercayaan publik (public trust), kode
lama untuk bertahan dan melewati setiap etik, kualifikasi dan standart kompetensi
hal yang ada selain itu menumbuhkan dan kurikulum.
saya untuk menjadi pendidik yang mampu Pelecehan seksual adalah perbuatan
melahirkan konselor yang benar dan yang tidak menyenangkan bagi siapa saja.
peduli sehingga mampu membantu klien Karena ini akan berdampak buruk untuk
mengurangi hal itu semua secara cepat. korban dan keluarga korban. Pelecahan
Dalam penyelesaian permasalahan klien seksual adalah tindakan asusila yang di
beberapa kali menggunakan konseling lakukan pelaku dengan sengaja terhadap
traumaik karena sesuai dengan orang lain sehingga menimbulkan
permasalahan yang klien hadapi. perasaan trauma pada diri seseorang.
KESIMPULAN Pelecehan seksual terjadi dimana saja dan
Berdasarkan hasil penelitian yang terjadi oleh siapa saja.
penulis lakukan dengan wawancara Konseling traumatik merupakan
bersama salah seorang konselor yang salah satu terapi yang dapat digunakan
sudah cukup lama mengenyam dunia oleh konselor untuk menghadapi klien
konselor ini bahwa menjadi seorang yang memiliki trauma tersendri dengan
konselor adalah merupakan sebuah memfokuskan tujuan yaitu penyembuhan
perjalanan seumur hidup yang tak ada konseli. Trauma pada diri seseorang
habisnya. Menjadi konselor dibutuhkan terbagi menjadi dua yaitu adanya ingatan
pendidikan secara formal yang harus di yang terjadi secara terus menerus
lalui. Dari semua pengertian konselor mengenai kejadian atau peristiwa yang
diatas penulis menari kesimpulan bahwa dialaminya tersebut dan mengalami mati
Konselor merupakan seseorang yang rasa atau berkurangnya respon individu
sudah memiliki pendidikan profesi, terhadap lingkungan, kondisi ini
selanjutnya akan mempengaruhi fungsi Marini, I., & Stebnicki, M. A. (2009). The
professional counselor's desk
adaptif individu dengan lingkungan.
reference. New York: Springer.
DAFTAR PUSTAKA Michael Page. (2015). 2015 Employee
Intentions Report Indonesia. Jakarta:
Edwards, J. R., Caplan, R. D., & Harrison,
Michael Page.
R. V. (1998). Person-environment
Nurislami, N. R., & Hargono, R. (2014,
fit theory: conceptual foundations,
Desember). KEKERASAN
empirical evidence, and direction for
DALAM PACARAN DAN
future research. In C. L. Cooper,
GEJALA DEPRESI PADA
Theories of organizational stress
REMAJA. Jurnal Promkes, II(2),
(pp. 28-67). Oxford: Oxford
173–185.
University Press.
Osborn, D. S., & Baggerly, J. N. (2004).
Etty Setiawati. (2016). Konseling
School counselors' perceptions of
traumatik pendekatan Cognitif-
career counseling and career testing:
Behavior Therapy.. Al-Tazkiah, 81-
preferences, priorities, and
96
predictors. Journal of Career
Evans, K. M., & Larrabee, M. J. (2002).
Development, 31(1), 45-59.
Teaching the multicultural
Peraturan Menteri Pendidikan nasional
counseling competencies and
Nomer 27 tahun 2008 tentang
revised career counseling
standar kualifikasi akademik dan
competencies simultaneously.
kompetensi konselor
Journal of Multicultural Counseling
Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 2005
and Development, 21-39.
tentang Standar Nasional
Gall, D. M., Gall, P. J., & Borg, R. W.
Pendidikan
(2003). Educational Research: An
Prawirohardjo,S. (2010). Ilmu Kebidanan.
Introduction. Boston: Ablongman.
Jakarta:Yayasan Bina Pustaka
Gustafon, K. L., & Branch, R. M. (2002).
Randang, F. B. (2011). Kesiapan Tenaga
Survey of instructional
Kerja Indonesia dalam Menghadapi
Development models. New York:
Persaigan dengan Tenaga Kerja
ERIC Clearinghouse on Information
Asing. Servanda, 66-73.
and Technology.
Rogers, M., & Creed, P. (2000). School-
Gustafon, K. L., & Branch, R. M. (2002).
to-work transition: from theory to
Survey of instructional
practice. Jpurnal of Career
Development models. New York:
Development, 9(3), 1-21.
ERIC Clearinghouse on Information
Syaiful Bahri & Fajriani. (2015). Suatu
and Technology.
Kajian Awal Terhadap Tingkat
Hayatul Khairul Rahmat & Desi
Tingkat Pelecehan Seksual di Aceh.
Alawiyah. (2020). Konseling
Majelis Pendidikan daerah Aceh.
Traumatik: Sebuah Strategi Guna
Jurnal Pencerahan. 50-65
Memproduksi Dampak Psikologis
Taty Fauzi. (2012). Comprehensive
Korban Bencana Alam. Jurnal
Guidance and Counseling Services
Mimbar. 34-44
in Schools. Guidance and
Lofquist, L. H., & Dawis, V. R. (1991).
Counseling Departement
Essentials of person-environment-
Yogyakarta. 89- 92
correspondence counseling.
Undang-undang Republik Indonesia
Minneapolis: University of
Nomer 14 tahun 2005 tentang Guru
Minnesota Press.
dan Dosen